Guru Besar Universitas Malahayati, Prof. dr. Taruna Ikrar Sampaikan Orasi Ilmiah di Hadapan Ribuan Wisudawan UNESA
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Guru Besar Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandarlampung yang juga sekaligus Ketua Konsil Kedokteran Indonesia, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D kembali menyampaikan orasi ilmiah dalam acara wisuda ke-105 program sarjana dan pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Surabaya, Sabtu (18/3). Wisuda Unesa dipimpin langsung Rektor Unesa Prof.Dr. Nurhasan. Jumlah wisudawan mencapai 1.618 orang.
Orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D dalam acara wisuda Universitas Negeri Surabaya berjudul “Menggerakan Sumber Inovator Nasional di Era Digital”.
Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D menerangkan bahwa era saat ini berada pada era pasca pandemi. Dalam orasinya, Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D menyampaikan bahwa secara prinsip fundamental ekonomi, fundamental demokrasi, dan fundamental sosial-ekonomi bangsa Indonesia adalah negara yang sangat besar.
Dalam konteks populasi penduduknya, kita menjadi negara dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Total keseluruhan penduduk Indonesia dalam konteks hasil statistik terakhir, yaitu 276 juta penduduk.
Dalam konteks alam, kita semua paham bahwa negara Indonesia berada pada posisi yang sangat strategis. “Strategis bukan hanya karena pulau-pulaunya, tetapi lebih spesifik lagi kita berada di posisi yang sangat strategis. Persilangan antara dua samudera dan persilangan antara dua benua,” pungkas Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.
Aspek yang lebih spesifik juga adalah masalah yang bisa tumbuh karena ternyata bangsa Indonesia yang sangat indah ini berada pada ring of fire (cincin api Pasifik). Ring of fire ini merupakan aspek yang menjadi peluang bangsa ini sangat subur. Kendati demikian, dalam aspek yang lain hal ini berbahaya.
Menurutnya, salah satu ahli seismologi di Indonesia bahkan mungkin di Asia berasal dari Universitas Negeri Surabaya. “Kita patut bersyukur karena ahli seismologi itu berada pada barisan guru besar Anda di depan, itu menjadi kebanggaan dari Universitas kita,” tambah Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.
Mengapa seismologi penting, hal ini karena bisa memprediksi tsunami dan gempa sehingga bisa mengurangi bencana. Teknologi ini tentu saja akan sangat dibutuhkan. Pada era ini juga, bangsa Indonesia berada dalam konteks yang sangat menantang karena peluang sekaligus tantangan dimana berada pada Industrial Revolution 4.0.
Kita semua paham bahwa dahulu industri berbasis teknologi yang mengandalkan apa yang disebut dengan tenaga atau energi. “Tapi dengan industrial munculnya pengembangan dengan teknologi yang lebih canggih yang kita sebut dengan komputer yang akhirnya menghasilkan teknologi yang kita berada dalam konteks sekarang ini yang melahirkan aspek yang kita sebut dengan digitalisasi,” terang Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.
Digitalisasi menjadi hal yang bukan hanya keniscayaan, akan tetapi menjadi keharusan. “Tentu ada yang merasa terganggu dalam zona seperti itu, dulu semua senangnya lewat print, melihat buku dan sebagainya. Namun sekarang semua serba digital,” tuturnya.
“Kalau di Konsil Kedokteran Indonesia, kita semua sepakat STR atau surat tanda regristrasi itu kita akan lakukan digitalisasi sehingga bisa terlacak dengan mudah bagaimana processing, keasliannya dan sebagainya karena ada barcodenya,” ujar Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.
Kemudian hal yang sangat luar biasa yaitu telekomunikasi.Telekomunikasi berkembang sekaligus menjadi ancaman, bagaimana sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, WeChat dengan berbagai macam teknologi yang sangat canggih yang disebut dengan artificial intelligence juga akan menjadi pewarna dalam kehidupan kita.
Dampak dari hal ini adalah apa yang terjadi detik ini juga bisa dinikmati, dirasakan, dan diketahui oleh berbagai belahan dunia yang lain.”Kita tahu misalnya lingkaran bumi itu kurang lebih sekitar 45.000 km kelilingnya. Jarak yang terjauh dari Indonesia yaitu Kutub Utara,” timpalnya.
Akan tetapi dalam hitungan detik seiring kemajuan telekomunikasi dan perkembangan berita yang begitu luas bisa disaksikan oleh berbagai macam belahan dunia yang lain. Artinya, dalam konteks peluang ini adalah peluang kita mensosialisasi kemampuan.
Dalam aspek yang spesifik, hal ini menjadi tantangan bahkan ancaman. Bisa dibayangkan jika sosial media seperti pisau bermata dua, apabila digunakan untuk kepentingan pendidikan, kepentingan edukasi dan sebagainya tentu akan bermakna positif.
Namun jika digunakan dalam aspek yang lain seperti hacker, mencuri data, dan menghancurkan orang lain tentu akan bermakna negatif. Terdapat penelitian dari Austin University mengemukakan bahwa tingkat bunuh diri generasi milenial dan generasi Z saat ini sangat tinggi.
Ternyata penyebab utamanya adalah bullying yang ada di sosial media. Jadi komunikasi yang berkembang begitu maju menjadi ancaman sekaligus suatu hal peluang.
Kita semua juga paham bahwa perubahan iklim terjadi luar biasa. Oleh karena itu, dengan kemajuan teknologi kedirgantaraan sampai ke luar angkasa hingga negara-negara lain sedang berjuang dan berupaya untuk mengokupasi menduduki planet-planet lain di luar bumi bahkan diluar galaksi.
Beberapa negara berupaya menjadi bumi lain atau planet lain untuk ditinggali. “Ini karena kita melihat ancaman yang besar tentang adanya meteor yang besar atau gempa atau apapun namanya itu tentu kesiapan teknologi ini sudah sampai ke Antariksa tadi. Itu negara-negara besar di dunia berusaha semaksimal mungkin,” lanjutnya.
Hal ini karena perubahan iklim diyakini bisa bedampak berbahaya yang dibuktikan dengan tingkat keasaman yang sangat tinggi (tingkat keasaman air laut). Laut memiliki biota yang sangat banyak untuk menjadi sumber hayati dan sumber kehidupan.
“Kemudian pandemi Covid-19, siapa yang menyangka 10 tahun yang lalu atau 20 tahun yang lalu bahkan 5 tahun yang lalu akan terjadi tsunami yang kita sebut pandemi di tahun 2019. Tidak ada yang menyangka dan ternyata Covid-19 ini melalaluntuhkan berbagai macam ekonomi dunia,” imbuhnya.
“Kita pakai masker, kemudian menimbulkan ketakutan dan sebagainya. Ini semuanya ancaman-ancaman yang bisa menjadi tetapi itu sekaligus peluang, peluangnya dimana karena semua milai dari nol,” kata Prof.dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D.
Saat ini kita sudah masuk ke dalam masa pandemi menjadi endemik. Apabila melihat kurvanya, kita akan kembali pada posisi dimana Indonesia sejajar dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, dalam konteks ini menjadi peluang agar kita semua sama-sama bangkit. Siapa yang bisa memanfaatkan gangguan-gangguan (disruption) ini maka bisa menjadi negara maju. (gil/humasmalahayatinews)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!