Musimnya Belut Pemilukada Cari Mangsa
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Belut adalah ikan namun penampilannya seperti ular. Hewan ini terkenal dengan kemampuannya bergerak cepat dan sulit ditangkap karena tubuhnya yang licin dan lentur. Salah satu jenis belut yang populer adalah belut sawah (Monopterus albus).
Belut memiliki beberapa sifat yang unik dan menarik, baik dari segi fisik maupun perilaku. Berikut adalah beberapa sifat-sifat belut:
PERTAMA
Licin: Tubuh belut dilapisi oleh lendir yang membuatnya licin. Lendir ini berfungsi sebagai perlindungan dari predator dan membantu belut bergerak dengan mudah di lingkungan berlumpur atau berair.
KEDUA
Kemampuan Bertahan Hidup: Belut, terutama belut sawah, mampu bertahan di lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Mereka bisa hidup di lumpur atau air yang kotor dan sedikit oksigen karena kemampuan mereka untuk bernafas melalui kulit dan rongga mulut.
KETIGA
Aktivitas Nokturnal: Belut cenderung lebih aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari, mereka biasanya bersembunyi di lubang-lubang tanah atau lumpur dan baru keluar untuk mencari makan saat malam tiba.
KEEMPAT
Bergerak Cepat: Meski terlihat lambat ketika diam, belut bisa bergerak dengan cepat, terutama saat berada dalam air. Tubuhnya yang panjang dan fleksibel memungkinkannya untuk bergerak gesit melalui perairan atau lumpur.
KELIMA
Pemangsa Efisien: Belut adalah karnivora yang memangsa hewan-hewan kecil seperti ikan, serangga air, udang, dan kadang-kadang amfibi kecil. Mereka menggunakan indera penciuman yang tajam untuk mencari mangsa, terutama di kondisi air yang keruh.
KEENAM
Kemampuan Hidup di Darat: Beberapa jenis belut, seperti belut sawah, memiliki kemampuan bertahan di darat dalam waktu singkat dengan merayap di tanah yang lembab atau lumpur, mencari sumber air baru ketika habitatnya mulai kering.
KETUJUH
Bertelur di Tempat Terlindung: Belut biasanya bertelur di tempat-tempat yang aman dan tersembunyi, seperti di dalam lubang di dasar sungai atau sawah. Hal ini dilakukan untuk melindungi telurnya dari predator dan kondisi lingkungan yang buruk.
KEDELAPAN
Soliter: Belut cenderung hidup secara soliter, artinya mereka lebih suka hidup sendiri daripada berkelompok. Hewan teritorial yang menjaga wilayah mereka dari belut lain atau hewan sejenis.
KESEMBILAN
Adaptasi: Belut memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, baik di air tawar maupun air payau. Ini membuat mereka bisa bertahan di berbagai ekosistem. Sifat-sifat ini membuat belut menjadi salah satu hewan yang unik dan tangguh dalam bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan.
METAMORFOSIS: Setelah mencermati kesembilan sifat belut ternyata banyak belut yang bermetaforfosis jelang pemilihan kepala daerah (pilkada). Mereka menjadi belut pemilukada. Sifatnya bertambah satu lagi sifatnya sehingga genap jadi 10, yakni cerdik dan lihay.
Belut-belut pilkada menyusup dan bergentayangan mencari mangsa yang bisa ditelan tanpa dikunyah kegiatan-kegiatan sosialisasi para calon kepala daerah. Makanannya juga berubah tak lagi ikan kecil, serangga air, udang, amfibi kecil juga.
Mereka lebih suka bergerak malam hari dengan menjual “bualan” kesana kemari hingga menemukan mangsa yang bisa ditelan tanpa dikunyah. Bila perlu, mangsa baru tahu ketika yang dimakannya sudah ada di perut.
Belut-belut pilkada makanannya nasi bungkus, pulsa, kendaraan, hingga dana. Seperti bunglon, dukung sana-sini. Ketika hinggap di calon A, gayanya seperti “Panglima Perang”.
Licinnya, begitu ketemu calon B yang rivalnya A, dengan cepat mendadak berubah menjadi Komandan Batalion B. mulutnya manis namun berbisa, siapapun tidak akan menduga.
Baginya, cuan adalah segalanya, dan paling suka kalau “air” berhasil dibuat keruh olehnya; maka jaring berjenis rangguk risok (alat pengambil ikan yang sudah rusak = istilah bahasa Komering)-pun akan dipakai sehingga jangankan lagi “ikan”, lumpurpun masuk.
Apalagi dengan adanya media sosial sekarang, belut-belut ini seperti mendapat tempat yang subur, mereka bersatu dalam ikatan “kepentingan”; dan saling memberi komen manakala ada konten yang dibuat oleh mereka. Jika kita membacanya tidak jeli, maka kita akan terperangkap dengan “jaring” mereka.
Kemudian komentar-komentar yang sudah mereka setel ini mereka laporkan kepada “tuannya” untuk minta ganti untung. Sang Tuan tidak sadar sudah dihisap oleh belut yang hawak ini sehingga merogok kocek tidak sungkan-sungkan.
Setelah pemilukada selesai, belut-belut ini biasanya tiba-tiba hilang ditelan bumi, meninggalkan mereka yang kalah begitu saja di tepi sawah. Jangan kaget, mereka migrasi ke tempat yang menang sambil teriak: Siapa dulu panglimanya.
Ujung-ujungnya, belut-belut pilkada ini akhirnya merongrong minta imbalan atas klaim sebagai garda terdepan pemenangan sang kepala daerah. Yang mereka tak tahu, yang diolahnya, rajanya belut, lebih liciiiin setelah terpilih brooo. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman