Seminar Farmasi Digital Universitas Malahayati, Siapkan Mahasiswa Hadapi Revolusi Layanan Kefarmasian

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Berkembangnya arus transformasi digital yang melaju pesat, dunia kefarmasian ikut bergerak menuju era baru. Digitalisasi bukan hanya menghadirkan efisiensi, tetapi juga membuka akses yang lebih luas terhadap layanan kefarmasian, baik bagi tenaga profesional maupun masyarakat umum. Untuk menjawab tantangan ini, keterlibatan generasi muda terutama mahasiswa farmasi menjadi kunci penting.

Menjawab kebutuhan tersebut, Program Studi Farmasi Universitas Malahayati menggelar Seminar Farmasi Digital pada Selasa, 27 Mei 2025. Mengusung tema “Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kefarmasian di Era Digital”, acara ini menghadirkan dua pembicara inspiratif: apt. Gusti Rai Ayu Saputri, M.Si., seorang dosen sekaligus apoteker dan entrepreneur, serta apt. Arviyanti, S.Farm., praktisi Digital Marketing dari Dexa Medica.

Seminar dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Khoidar Amirus, SKM., M.Kes. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya adaptasi di tengah perubahan zaman.

“Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, dunia kefarmasian dituntut untuk terus bertransformasi agar mampu memberikan pelayanan yang lebih efektif, efisien, dan inklusif,” ujarnya.

Sementara itu, Kaprodi Farmasi, apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes., menambahkan bahwa transformasi digital dalam dunia farmasi bukan sekadar tren, melainkan sebuah keniscayaan.

“Teknologi berkembang begitu cepat, termasuk dalam bidang farmasi. Digitalisasi bukan pilihan lagi, tapi kebutuhan yang harus direspons dengan inovasi,” tegasnya.

Melalui seminar ini, para mahasiswa diajak untuk mengeksplorasi berbagai teknologi mutakhir yang tengah merevolusi dunia farmasi. Mulai dari sistem informasi farmasi, telefarmasi, kecerdasan buatan (AI), hingga aplikasi mobile, semua dikupas secara mendalam. Beragam inovasi tersebut diyakini mampu mempercepat layanan, meningkatkan akurasi terapi, serta memperluas jangkauan pelayanan kefarmasian, terutama ke wilayah terpencil.

Tak hanya membahas teknologi, seminar ini juga menyoroti tantangan dan peluang profesi farmasi di era digital. Para narasumber membagikan wawasan strategis seputar kebijakan, penerapan teknologi di dunia kerja, hingga pentingnya etika profesional dalam pelayanan farmasi berbasis digital.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya memahami konsep digitalisasi, tetapi juga termotivasi untuk menjadi agen perubahan—merancang solusi inovatif demi terciptanya layanan kefarmasian yang lebih merata, aman, dan berkualitas.

Karena masa depan pelayanan kesehatan ada di tangan generasi muda, mari ambil bagian dalam transformasi digital kefarmasian. (gil)

Editor: Gilang Agusman