Dosen Walikota itu Telah Pergi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Kamis pagi itu agak sungkan bangun dari tidur, entah mengapa malas dan kantuk sekaligus menyerang, namun karena ingat akan memberi kuliah di Pascasarjana, maka dipaksakan bangun. Acara rutin mengecek media sosial jika ada berita yang penting; ternyata benar, mata dibuat terbelalak mendapatkan berita dari beberapa sohib yang mengabarkan Dr.Edy Sutrisno, M.Pd., berpulang ke rahmatullah.

Terbayang kenangan hampir setengah abad lalu kami berdua diangkat menjadi dosen muda di Universitas Lampung (Unila); bedanya beliau alumnus saya pendatang dari Universitas Sriwijaya. Namun perjumpaan pertama sekaligus seterusnya itu nyaris tanpa cacat. Beliau menggunakan sepeda motor merek Binter warna merah (dan itu) adalah kendaraan kesayangannya. Dengan motor itu pula mengantarkan penulis mencari kontrakan rumah di daerah Tanjung Karang pada waktu itu. Dengan gaya khasnya tertawa terbahak dan berjambang lebat, beliau waktu mahasiswa, dan juga setelah menjadi dosen adalah kesayangan Almarhum Bapak Drs.M.Fabil.B,chk. Dan, sekaligus menjadi penerus generasi di Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Saat dosen muda itulah peminatan beliau sudah sangat kentara terhadap pelestarian lingkungan hidup. Bersama almarhum Drs.A.Kantan Abdulah, dan Drs.Thoha Sampurna Jaya beliau mendirikan Himpunan Peminat Pendidikan Kependudukan. Waktu itu banyak even ilmiah beliau selenggarakan termasuk penanaman mangrove untuk Pantai Teluk Lampung. Dari sinilah beliau mendapat beasiswa untuk melanjutkan Program Pascasarjana di IKIP Jakarta mendalami program pendidikan kependudukan dengan sponsor almarhumah Prof. Dr. Maftuha Yusuf.

Seiring perjalanan waktu kami berpisah pilihan jalan hidup, sebab beliau mulai tertarik pada kehidupan politik praktis menjadi kader Golkar. Beliau lakoni menjadi pengurus sampai menjadi anggota dewan legeslatif entah berapa periode. Komunikasi terus terjalin bahkan setiap ada permintaan menjadi donator kegiatan kampus, beliau sangat ringan tangan dan ringan kocek untuk membantu.

Beberapa kali penulis bersama Drs,Thoha BS,Jaya, M.S. dan Drs.Bujang Rahman. M.S. meminta bantuan dana untuk kegiatan pengabdian masyarakat, beliau dengan tangan terbuka memberikannya, bahkan beliau mau menjadi nara sumber tanpa dibayar.

Perubahan zaman di negeri ini terjadi setelah reformasi, penulis menjadi Dekan di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unila yang sebelum itu menjadi Kepala UPBJJ Universitas Terbuka Bandar Lampung; beliau bertamu; karena sudah lama tidak ketemu, maka pertemuan itu menjadi sangat hangat dan mengesankan. Saat itulah beliau meminta izin untuk undur diri dari dosen atau PNS karena akan nyalon Walikota. Penulis begitu terkesiap mendengar itu, bahkan seperti tidak yakin; hanya karena berkali-kali, baru penulis yakin. Satu jawaban diberikan waktu itu ialah ….”saya tidak mau tandatangan….tolong sholat istiqoroh dulu saya kasih waktu satu minggu”…. Sepeninggal beliau hati rasanya remuk redam karena harus menandatangani pemberhentian atas permintaan sendiri dari teman sangat dekat. Dari situ penulis sudah murung karena terbayang bagaimana gelapnya awan di depan sana kelak, namun karena takut mendahului kehendak Ilahi, maka perasaan itu hanya dipendam dalam-dalam.

Hari yang dijanjikan tiba, beliau datang dengan gaya khasnya, ceria, ramah, semanak dan humoris. Beliau mengatakan tidak akan mundur lagi, maka dengan mengucapkan Bisamilahhirohhmannirohim surat itu penulis tandatangani. Alhamdullilah beliau saat mencalonkan diri periode pertama itu menang dengan gemilang. Walaupun pada periode kedua nasib tidak berpihak pada beliau, dan beliau kalah melawan Herman.HN.

Selepas itu seiring waktu berjalan kami sudah jarang kontak lagi; terakhir mendengar beliau menyelesaikan program Doktor di UNJ tempat almamater beliau, bahkan beliau sempat menjadi Ketua Alumni Pascasarjana UNJ Lampung yang langsung dilantik oleh Prof.Djaali sebagai rektor.

Begitu penulis purnabakti dan sekarang pindah home base ke Universitas Malahayati kami sudah kehilangan kontak; ternyata kontak terakhir adalah kepergian beliau. Dengan diantar oleh Pejabat Ketua DPW Partai Perindo penulis takziah ke rumah duka, dan berjumpa beberapa teman lama. Selamat jalan Mas Tris semoga diampuni segala dosanya, dilapangkan kuburnya, dimudahkan semua urusan akhiratnya. Kami hanya menunggu waktu untuk juga menyusulmu. Selamat Jalan Orang Baik (SJ)

Editor: Gilang Agusman