Membagi Bahagia versi Abu Nawas
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Bentangan kisah tentang Abu Nawas tak pernah habis-habisnya, semakin dibaca semakin ditemukan rujukan baru untuk ditelusuri. Apalagi dengan kemudahan teknologi seperti sekarang, kita dapat berselancar di dunia maya untuk membaca banyak hal dari banyak sumber; termasuk tentang Abu Nawas.
Kali ini ditemukan bagaimana dialog Abu Nawas dengan seorang ahli matematika. Salah satu penjelasan yang bersumber dari referensi digital adalah sebagai berikut: Suatu hari, seorang ahli matematika terkenal datang ke negeri tempat Abu Nawas tinggal. Sang ahli mendengar tentang kecerdasan Abu Nawas dan memutuskan untuk menguji kecerdasannya dengan teka-teki angka.
Dialog tersebut jika dideskrepsikan sebagai berikut:
Ahli Matematika: “Abu Nawas, aku dengar kau sangat cerdik. Bagaimana jika kita bermain dengan angka? Aku akan memberimu teka-teki sederhana.”
Abu Nawas: sambil tersenyum santai menjawab: “Ah, aku hanya seorang pecinta angka seadanya, Tuan. Tapi, silakan coba teka-tekimu.”
Ahli Matematika melanjutkan: “Baiklah. Jika ada sepuluh burung di atas pohon, lalu seorang pemburu menembak satu burung, berapa burung yang tersisa di pohon?”.
Abu Nawas sambil tertawa kecil menjawab: “Tuan, jika seorang pemburu menembak satu burung, tentu saja tidak ada burung yang tersisa di pohonitu sebab yang lain pasti terbang ketakutan!”
Ahli Matematika mendengar jawaban itu terkekeh sambil berkata: “Jawaban yang logis! Baiklah, aku punya teka-teki lain. Jika kau memiliki tiga apel dan membagi dua apel kepada dua orang, berapa yang tersisa untukmu?”.
Abu Nawas dengan amat segera menjawab: “Oh, itu mudah. Aku tetap punya tiga apel.”
Ahli Matematika sedikit bingung dan berteriak: “Bagaimana mungkin? Kau baru saja memberikan dua apel kepada dua orang!”.
Abu Nawas dengan percaya diri menjelaskan: “Tentu saja. Aku hanya membaginya dalam mimpi, Tuan. Di dunia nyata, apelnya tetap ada padaku!”
Ahli Matematika tertawa terbahak-bahak dan berkata: “Kau benar-benar suka bermain-main dengan jawaban, Abu Nawas. Tapi mari kita serius. Aku ingin tahu bagaimana kau menjawab ini: jika x = y dan aku menambahkan z pada kedua sisi, apakah persamaan masih benar?”.
Abu Nawas berpikir sejenak kemudian menukas: “Tentu saja masih benar, Tuan. Jika aku punya dua kantong kosong dan menambahkan batu ke masing-masing kantong, keduanya tetap seimbang.”
Ahli Matematika terkagum-kagum dan berguman: “Luar biasa! logikamu tajam, Abu Nawas. Baiklah, pertanyaan terakhir. Apa angka terbesar yang pernah ada?”.
Abu Nawas menjawab dengan tersenyum lebar: “Angka terbesar, Tuan, adalah angka yang belum pernah terpikirkan olehmu, karena setiap kali kau menemukan angka besar, aku bisa selalu menambahkan satu lagi.”
Ahli Matematika benar-benar dibuat kagum, dan beliau memuji: “Kau benar-benar pandai. Aku datang untuk mengujimu, tetapi ternyata aku yang belajar darimu.”
Abu Nawas menyergah dengan kata sambil merendah: “Ah, Tuan, aku hanya seorang pengembara pikiran. Kadang angka membuatku tertawa, kadang membuatku bingung. Tapi hari ini, aku senang karena membuat seorang ahli matematika tersenyum.”
Dialog ini menunjukkan kecerdasan dan humor khas Abu Nawas, bahkan ketika berbicara dengan seorang ahli matematika sekalipun. Sederhana, tetapi selalu penuh kejutan; maka, tidak salah jika orang bijak mengatakan bahwa ada sesuatu di dunia ini jika dibagikan tidak akan berkurang sedikitpun, malah bisa jadi bertambah, apakah itu ? jawabannya adalah “rasa bahagia”.
Jika kita dapat berbagi akan kebahagiaan kepada orang lain, dan orang tadi merasakan kebahagiaan itu, maka kebahagiaan kita tidak berkurang, justru makin bertambah. Filosofi ini mendorong kita untuk lebih peduli, memberi dengan tulus, dan menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukan tentang “memiliki” tetapi tentang “berbagi”. Pertanyaannya mampukah kita melaksanakannya ?. Jawabannya ada di hati kita masing-masing. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman