
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung dan Universitas Walailak, Thailand Bangun kerjasama internasional. Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di gedung rektorat Universitas Malahayati, Senin (18/12/2023).
Nota Kesepahaman ini mencakup tri dharma perguruan tinggi, melibatkan aspek pengabdian, pengajaran, dan penelitian. Adapun program-program yang akan segera dilaksanakan dalam kerangka MoU ini antara lain Research Collaboration, Students – Lecturers Mobility, dan Kuliah Pakar.

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menyampaikan bahwa universitasnya telah menjalin kemitraan internasional dengan berbagai institusi ternama, termasuk Universiti Putra Malaysia (UPM), University of Cyberjaya (UoC), Malaysia, SMBT India, HSBPVT’s Group of Institutions, dan India CSPC Philippine. kemudian saat ini akan bermitra dengan Universitas Walailak, Thailand.
“MoU ini disusun untuk memfasilitasi dan mengembangkan pertukaran serta kolaborasi yang bersifat tulus dan saling menguntungkan bagi Universitas Walailak, Thailand, dan Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia,” ucap Rektor Achmad Farich.
Dalam program bersama ini, kedua belah pihak berkomitmen untuk mengutamakan kepentingan bersama dalam mendorong pengembangan kerjasama keilmuan dan kebudayaan antar institusi masing-masing. Penandatanganan MoU dilakukan oleh Dr. Achmad Farich, dr., M.M., Rektor Universitas Malahayati, dan Assist. Prof. Dr. Patnarin Supakorn, Direktur Pusat Kerjasama Internasional yang mewakili Rektor Universitas Walailak, Thailand. Wakil Rektor IV bidang kerjasama Universitas Malahayati, Suharman, M.Pd., juga turut menyaksikan penandatanganan tersebut.

Selanjutnya, penandatanganan dilakukan oleh perwakilan fakultas, termasuk Plt. Dekan Fakultas Kedokteran; kemudian, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum; Dr. Rahyono, S.Sos. M.M., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen; Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan; dan Yan Juansyah, DEA., Ir., Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati.
Kegiatan ini dipandu Slamet Widodo, S.S., M.Kes., Kepala Kerjasama Internasional Universitas Malahayati Bandar Lampung, dan dihadiri oleh sejumlah pejabat dari kedua universitas, antara lain Miss Amonrat Ammartsena, Kepala Pusat Penelitian Walailak University; Wakil Dekan Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati; Emil Tanhar, SE., Kepala Humas Universitas Malahayati; Wiwiek Indriyani, SE., MM, Kaprodi Manajemen; Rissa Afni Martinouva, Amd, S.H., M.H., Kaprodi Ilmu Hukum; Dr. Dessy Hermawan, Ns., M. Kes, Ketua LPPMI; dan Kepala Kerjasama Dalam Negeri.
Editor: Asyihin
Antusias Pengunjung Hari Keempat Meriahkan Malahayati Youthfest
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Pada hari keempat pelaksanaan Malahayati Youthfest, yang berlangsung sejak 18 hingga 22 Desember 2023, antusiasme pengunjung terus meningkat. Tampak pengunjung memadati stand UMKM kuliner dan berbagai produk di Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Emil Tanhar, S. Kom, selaku Kepala Humas Universitas Malahayati, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah hasil dari kolaborasi antara Biro Kemahasiswaan Universitas dengan mahasiswa. Dalam upaya untuk memperkenalkan Universitas Malahayati kepada para peserta lomba dan pengunjung.
“Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara biro kemahasiswaan universitas dengan mahasiswa dalam rangka mengenalkan universitas Malahayati kepada para peserta (pelajar) lomba dan para pengunjung yang hadir,” kata Emil.
Malam puncak Malahayati Youthfest, dijadwalkan ditutup Jumat malam, 22 Desember 2023, akan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan dari sebagian pemenang lomba dan partisipasi mahasiswa.
Ricko Gunawan, S.Kep., M.Kes, selaku Kabiro Kemahasiswaan, menjelaskan bahwa terdapat tujuh kategori lomba yang dipertandingkan, termasuk lomba puisi, news casting, storytelling, solo song, dangdut, speech, fotografi, dan desain poster. Setiap juara dari masing-masing kategori akan mendapatkan dukungan uang pembinaan dan beasiswa kuliah dari Universitas Malahayati.
“Juara pertama pada semua cabang lomba, berhak mendapatkan piala, uang pembinaan, dan beasiswa kuliah 100% untuk SPP dan uang bangunan senilai Rp60 Juta. Penghargaan serupa juga diberikan untuk juara kedua dan ketiga, dengan besaran beasiswa dan uang bangunan berkuliah yang disesuaikan.
Seluruh pemenang memiliki kebebasan untuk memilih program studi yang diminati di Universitas Malahayati. Pilihan program studi meliputi Prodi S1 Teknik Sipil, S1 Teknik Industri, S1 Teknik Lingkungan, S1 Teknik Mesin, S1 Ekonomi Manajemen, S1 Ekonomi Akuntansi, S1 Ilmu Hukum, S1 Kesehatan Masyarakat, dan S1 Psikologi.
Kepala Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Malahayati Bandarlampung, Tarmizi, SE., M.Ak menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia khususnya biro kemahasiswaan yang telah sukses menggelar kegiatan Malahayati Youthfest.
“Keberhasilan Malahayati Youthfest ini adalah hasil dari kerja keras, kolaborasi, dan semangat tim panitia. Saya yakin bahwa keberhasilan ini juga akan memberikan inspirasi dan motivasi kepada seluruh dosen dan mahasiswa untuk terus berkontribusi positif dalam kehidupan kampus,” tambah Tarmizi.
Tarmizi berharap Malahayati Youthfest tidak hanya memberikan kesan positif bagi mahasiswa, tetapi juga memberikan citra positif bagi Universitas Malahayati. Keberhasilan acara ini diharapkan dapat menjadi tradisi yang terus dilanjutkan dan menjadi sorotan dalam kalender kegiatan kampus.
Editor : Asyihin
Mendaki ke Lembah, Menurun ke Atas
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Lazimnya orang adalah menuruni lembah, mendaki gunung. Namun kali ini berubah karena ternyata banyak pihak justru melakukan sesuatu secara terbalik, atau dalam bahasa Jawa disebut “sungsang”. Kesungsangan yang lebih seru justru ada pada wilayah sosial, karena seolah wilayah epistemologi dan axiologi akhir-akhir ini begitu banyak mendapat panggung, dan seolah-olah bebas diacak-acak. Mengakhiri tahun 2023 banyak hal yang dapat kita simak sebagai peristiwa sosial, atau lebih spesifik lagi “lakon sosial”. Dimana yang berperan sebagai aktor justru lebih banyak jika dibandingkan dengan pemain pendukung, bahkan penonton.
Saat ini penonton bisa dengan leluasa naik keatas pentas untuk menjadi pemain, bahkan aktor sekalipun. Semula sebagai warga kebanyakan, dan melakukan aktivitas keseharian juga biasa-biasa saja. Namun saat ini mendadak foto dirinya ada di mana-mana, menempel di pohon tepi jalan, di tembok-tembok bangunan, perempatan jalan, dan tempat-tempat keramaian. Foto diri tadi mendeklarasikan diri sebagai pemain sosial baru pada wilayah baru, dan tentu suasana baru. Untuk me-manisfestasi-kan foto diri tadi, maka diubahlah perilaku diri, atau lebih tepatnya mematut diri untuk dapat hadir sebagai pribadi yang patut dipilih. Dan, kondisi ini yang sering dimanfaatkan oleh “calo politik” untuk mendapatkan cuan dengan mudah tanpa keluar keringat. Cara yang dilakukan dari yang paling halus sampai yang paling kasar, bahkan dengan cara menipu-pun jadi.
Beda lagi mereka yang karena perintah undang-undang harus melepaskan jabatan, dan berharap untuk mencalonkan diri lagi kelak. Mendekati garis finish disusunlah strategi, semua barisannya dan atau mereka yang berjasa diberi kekuasaan untuk berkuasa. Menit-menit terakhir dari masa periodesasinya habis, pejabat ini melantik semua yang akan ditanam sebagai aset saat pemilihan yang akan datang, agar memuluskan semua upaya yang dia lakukan.
Namun perilakunya menjadi aneh, semula temperamental; kalau tidak marah rasanya hidup kurang gairah. Semua orang salah kecuali dirinya, dan dirinya adalah komandan yang tidak pernah salah; bahkan wakil pun tidak diperlukan karena semua bisa sendiri. Sekarang berubah menjadi santun, murah senyum, murah sapa, penyanjung dan penyayang dan lain-lain yang semua berbalik seratus persen. Orang akhirnya bertanya …Ada apa gerangan..??. ternyata telunjuk lurus kelingking berkait, ada udang di balik batu: hasrat hati ingin maju untuk dapat kembali kursi yang dulu.
Beda lagi yang satu ini; pejabat tanpa beban, sebab selamanya hanya menjadi Pejabat, terkadang Pelaksana Tugas, bahkan pernah menjadi Pejabat Sementara. Mereka tanpa beban yang ada hanya bekerja dan bekerja, tanpa harus terbebani untuk mencalonkan diri guna “menjadi”. Mereka-mereka ini bekerja tanpa atribut dan tanpa ribut, sehingga apapun yang menjadi tanggungjawabnya mereka selesaikan, selanjutnya terserah kepada yang menilai. Mereka ini selalu mendaki walau jalan sudah melandai, akibat dikira hari masih pagi, tidak tahunya sudah mau berganti.
Tampaknya kelakuan sungsang seperti ini sekarang sedang menjadi trend; manakala manusia ada maunya, apapun bisa dibuatnya. Namun, begitu maksud sudah tercapai terserah anda maunya apa. Tidak jarang semula tampak indah, namun di balik itu ternyata setelah kaca mata berganti hitam, gelaplah dunia dan isinya; jangan harap anda di sapa, dilihat pun jadi barang langka.
Banyak peristiwa sosial saat ini yang tampaknya dari jauh baik-baik saja, namun sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu banyak hal tampaknya melandai ternyata menanjak; dan, tampaknya naik tetapi sebenarnya menurun. Fatamorgana sosial saat ini sedang berlangsung di sekitar kita, harap maklum manakala nantinya ini berubah menjadi mimpi sosial kolektif; termasuk mimpi untuk hadirnya pemimpin baru yang adil untuk mewujudkan masyarakat adil makmur.
Masa lalu kita kenal dengan mimpi sosial datangnya “ratu adil”; seiring pergeseran harap yang ada dalam masyarakat; tampaknya mimpi itu berubah dalam bentuk baru, walaupun bernafas sama. Banyak orang sekarang sedang menjual mimpi makan keju dan roti, terlepas apakah setelah bangun nanti hanya ada kopi dan singkong yang tersedia; itu adalah resiko yang harus diterima sebagai kenyataan bersama. (sj)
Sehat Itu Mahal
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Tepat pukul dua belas tiga puluh siang hari Selasa lalu, sesuai perjanjian dengan pihak rumah sakit, penulis harus melakukan pemeriksaan ulang dengan melihat perkembangan kesembuhan dari beberapa waktu lalu di rawat. Sambil menunggu waktu dan menunggu datangnya mahasiswa pascasarjana yang juga Kepala Laboratorium rumah sakit setempat untuk mendampingi, maka dilakukan lah pengamatan dengan cara berbaur dan mengamati perilaku “orang sakit”. Metodologi partisipatif ini meleburkan diri penulis kepada pelaku yang diteliti. Ternyata hampir semua responden menyatakan mereka tidak siap untuk sakit.
Pada waktu ditanya kepada yang bersangkutan pada ranking kendala personal, ternyata biaya bukan hambatan prioritas; justru hambatan yang hampir rerata responden menjawab kesiapan diri untuk sakit, itu tidak ada sama sekali dalam benak mereka. Semua menyatakan bahwa mereka hanya paham akan sehat, dan siap untuk sehat, tidak siap untuk sakit. Begitu didesak bahwa sakit adalah peluang yang mesti terjadi dalam perjalanan hidup, karena dia merupakan lawan dari sehat; semua responden terperangah dan tidak bisa menjawab.
Diskusi kecil berkembang, responden merasa berterimakasih kepada pihak rumah sakit tempatan yang dengan sabar menghadapi orang-orang sakit seperti mereka. Walaupun dari hasil pengamatan luar masih ditemukan petugas yang bersikap kurang bersahabat, hal ini dimaklumi karena kondisi sudah siang dan faktor kelelahan menjadi pemicu utama.
Begitu mahasiswa yang ingin mendampingi penulis datang, dan didiskusikan kepada yang bersangkutan; mahasiswa cerdas ini memberikan respon positif; bahwa rerata orang termasuk petugas rumah sakit sendiri tidak siap sakit dalam pengertian konsep seperti yang penulis gunakan. Bahkan pengalaman pribadi mahasiswa pascasarjana tadi mengatakan saat kakinya terantuk meja televisi karena menghindari benturan dengan anaknya, berakhir fatal karena patah tulang salah satu jari kakinya. Mahasiswa tadi sempat shock, karena datangnya musibah itu tidak sama sekali diketahui sejak awal. Untung mental yang bersangkutan cukup kuat untuk menerima keadaan sehingga melakukan tindakan mandiri. Dengan trengginas menjumpai dokter ahlinya, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.
Menyimak fenomena di atas ternyata peran tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam meng-edukasi masyarakat. Kesadaran akan datangnya waktu sakit sudah ditanamkan sejak dini manakala manusia itu dalam kondisi sehat. Penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan selama ini sudah cukup baik, tetapi seiring perkembangan tuntutan akan perlunya pemeliharaan kesehatan paripurna, maka tidak boleh melepaskan diri dari sikap berjaga jika datangnya sakit, juga amat diperlukan.
Kesan petugas kesehatan masyarakat hanya datang, menyuluh, kemudian pergi; tampaknya perlu diredefinisi kembali kesan yang ada dalam kognitif map masyarakat, jika masih memiliki kesan seperti itu. Apalagi jika ini melanda pada pimpinan pengambil kebijakan tentang kesehatan, tentu perlu di-reedukasi lagi. Karena tugas berat yang diemban oleh petugas kesehatan masyarakat tidaklah ringan, mereka harus membangun kognitif map kepada sasaran, akan perlunya sehat dan datangnya sakit.
Sehat dan sakit adalah bagai dua sisi mata uang yang satu sama lain saling meneguhkan. Demikian juga kesehatan dan pendidikan adalah dua komponen yang saling meneguhkan; oleh sebab itu manakala kita ingin membangun sumber daya manusia yang lebih baik, maka kedua hal tadi harus selalu terus diprioritaskan. Untuk menyadarkan orang akan selalu memelihara kesehatan, dan tidak dapat menghindar pada saat datangnya sakit; hal ini ditumbuhkan melalui pendidikan dalam arti luas; terutama bidang pendidikan masyarakat.
Menumbuh kembangkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam masyarakat, adalah upaya andragogi yang bersifat terus menerus, oleh sebab itu peningkatan sumberdaya manusia tidak dapat terlepas dari upaya peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan. Kedua yang tunggal ini merupakan soko guru peradaban manusia; oleh sebab itu untuk menjadi sehat memang mahal. Karena makna hakiki sehat dan pendidikan bersumber dari hal yang sama, yaitu keharusan. Salam sehat dan tetap waras. (sj)
Dekan FIK Universitas Malahayati Lolita Sary Buka Workshop Preceptorship Pembimbing Klinik
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Lolita Sary, SKM.,M.Kes membuka kegiatan workshop preceptorship pembimbing klinik di gedung rektorat Universitas Malahayati, Kamis (21/12/2023). Workshop diikuti 50 peserta perwakilan puskesmas dan rumah sakit yang ada di Provinsi Lampung.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Malahayati dengan menghadirkan pembicara Apriyanti, S. Kep., Ns., M. Kep dari Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro dan Dr. M. Arifki Zainaro, S. Kep., Ns., M. Kep dosen ilmu keperawatan Universitas Malahayati.
Dalam Sambutannya, Lolita Sary mengatakan, berdasarkan dari salah satu hasil riset yang ia baca dengan pendekatan literatur review di mana metode preceptorship ini mampu meningkatkan kompetensi kinerja pada mahasiswa klinik di rumah sakit atau di pelayanan kesehatan
“Setelah saya mencoba membaca hasil-hasil penelitian, dengan menggunakan pendekatan ini langkah yang sangat baik,” ucapnya.
Lolita Sary berharap, kegiatan workshop ini mampu meningkatkan mutu pembelajaran akademik yang ada di keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas pada mahasiswa keperawatan dan khususnya para peserta workshop dari instansi kesehatan yang hadir.
Kegiatan workshop preceptorship ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para tenaga keperawatan dalam manajemen pendidikan klinik, desain pendidikan klinik, dan penerapan metode assessment yang tepat.
Editor : Asyihin
Perbedaan yang tidak Membedakan
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Seorang sahabat memberikan informasi bagaimana pola pertukaran budaya yang terjadi antara dirinya yang terlahir sebagai etnik tertentu yang terkenal berkarakter terbuka, keras, dan lugas, dengan temannya yang etnik asli daerah ini yang juga berkarakter khas. Saat beliau mendendangkan lagu daerah tempatan dan disimak oleh teman yang asli tempatan tadi, ia mendapatkan apresiasi yang bagus dari temannya.
Peristiwa itu mengingatkan bagaimana juga orang Jawa yang bermarga Batak di Sumatera Utara bisa berbahasa Jawa berdialek Batak. Bahkan, mereka mendapat sebutan sebagai Jawa Deli atau Jadel, yaitu merupakan suatu kelompok masyarakat yang sejak zaman penjajahan telah diangkut dari pulau Jawa sebagai buruh kontrak di perkebunan-perkebunan Sumatra Utara. Mereka ada yang pandai memainkan alat musik Gondang Batak dan mampu berakulturasi dengan baik.
Orang Jawa yang memiliki stereotype lembut, penyabar; ternyata bisa berakulturasi menjadi lebih terbuka dan juga sedikit keras. Karena pengaruh bentukan lingkungan dapat mewarnai perilakunya. Bahkan mereka yang mencapai karier tertinggi dalam pekerjaannya, menunjukkan kekhasan ini. Di Lampung dulu ada tokoh bernama Bambang Eka Wijaya (alm) adalah tokoh pers yang mewakili kelompok Jawa Deli dengan kekhasan karakter berwarna Jawa Sumatera Utara.
Nun jauh di sana di daerah Minahasa, ada juga perkampungan Jawa Tondano atau disebut JaTon. Berawal dari ditangkapnya Kyai Modjo yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830), pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutnya Kyai Modjo dan 63 orang pengikutnya diasingkan Belanda sebagai tahanan politik ke Minahasa Sulawesi Utara. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun 1829 hingga meninggal di sana pada tanggal 20 Desember 1848 dalam usia 84 tahun. Kecuali Kyai Modjo, semua pengikutnya (semuanya pria Jawa) menikahi perempuan Minahasa asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano. Tanggal 3 Mei 1830 diperingati sebagai hari lahir Kampung Jawa Tondano.
Kalau untuk Lampung kita tidak perlu lagi menceritakan di sini, karena peristiwa akulturasi sudah begitu melegenda. Tidak jarang kita jumpai etnik Lampung berbahasa Jawa, Palembang, Sunda dengan baik dan benar. Sebaliknya orang Jawa tidak sedikit yang bisa berbahasa Lampung selayaknya asli Lampung; bahkan menguasai tari dan budaya Lampung, dan tidak sedikit yang melakukan amalgamasi dengan penduduk tempatan. Bahkan dari sinilah ada organisasi putra-putri transmigrasi terbentuk, dan sekarang menasional.
Tokoh-tokohnya sudah juga muncul di tingkat nasional bahkan dunia. Sebagai contoh anak muda yang membuat repot pejabat daerah sampai pusat berkaitan dengan sarana jalan di lampung beberapa waktu lalu; adalah anak muda generasi milenial dari lampung, dan sekarang menetap di negara sana.
Masa itu sebentar lagi akan berlalu, karena Indonesia sudah akan berganti dengan generasi “Z”; yang memiliki karakter lintas generasi. Mereka tidak lagi memiliki identitas etnik, namun bertukar dengan identitas global. Mereka sudah kurang menguasai hal-hal yang bersifat local, dan bisa jadi tidak menguasai lagi bahasa etniknya. Mereka bukan berarti tercerabut dari budayanya, akan tetapi mereka sudah berevolusi untuk membentuk budaya baru. Mereka bukan lagi ada pada ranah akulturasi, apalagi asimilasi; akan tetapi lebih kepada bentuk baru dari generasi baru.
Tatanan sosial baru akan terbentuk bersama tumbuhnya mereka sebagai generasi penerus; tentu mereka memiliki kekhasan, namun semua perbedaan itu tidak membedakan mereka. Justru karena perbedaan itu mereka terangkai dalam satu sistem sosial yang saling menguatkan.
Hormat menghormati akan eksistensi perbedaan menjadikan mereka tidak membedakan; oleh karena itu negeri ini termasuk yang beruntung karena didirikan diatas pondasi kebhinekaan yang menyatukan. Banyak negara yang gagal dalam meneruskembangkan generasinya karena kerapuhan pondasi kebangsaannya. Sebagai contoh negara jiran kita sekarang uring-uringan karena generasi Z nya lebih merasa beridentitas lain, dan bukan merasa identitas negerinya.
Semoga pesta demokrasi yang sebentar lagi akan digelar tidak menggoyahkan sendi-sendi persatuan negeri ini. Perbedaan yang ada tidak akan membeda-bedakan kita dalam kelompok, mashab, golongan; atau apapun namanya yang ditengarai menjadi penyebab runtuhnya persatuan negeri. Beda pilihan itu boleh, namun bersatu untuk negeri itu pasti. (SJ)
Sehat itu Mahal
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Tepat pukul dua belas tiga puluh siang hari Selasa lalu, sesuai perjanjian dengan pihak rumah sakit, penulis harus melakukan pemeriksaan ulang dengan melihat perkembangan kesembuhan dari beberapa waktu lalu di rawat. Sambil menunggu waktu dan menunggu datangnya mahasiswa pascasarjana yang juga Kepala Laboratorium rumah sakit setempat untuk mendampingi, maka dilakukanlah pengamatan dengan cara berbaur dan mengamati perilaku “orang sakit”. Methodologi partisipatif ini meleburkan diri penulis kepada pelaku yang diteliti. Ternyata hampir semua responden menyatakan mereka tidak siap untuk sakit.
Pada waktu ditanya kepada yang bersangkutan pada ranking kendala personal, ternyata biaya bukan hambatan prioritas; justru hambatan yang hampir rerata responden menjawab kesiapan diri untuk sakit, itu tidak ada sama sekali dalam benak mereka. Semua menyatakan bahwa mereka hanya paham akan sehat, dan siap untuk sehat, tidak siap untuk sakit. Begitu didesak bahwa sakit adalah peluang yang mesti terjadi dalam perjalanan hidup, karena dia merupakan lawan dari sehat; semua responden terperangah dan tidak bisa menjawab.
Diskusi kecil berkembang, responden merasa berterimakasih kepada pihak rumah sakit tempatan yang dengan sabar menghadapi orang-orang sakit seperti mereka. Walaupun dari hasil pengamatan luar masih ditemukan petugas yang bersikap kurang bersahabat, hal ini dimaklumi karena kondisi sudah siang dan faktor kelelahan menjadi pemicu utama.
Begitu mahasiswa yang ingin mendampingi penulis datang, dan didiskusikan kepada yang bersangkutan; mahasiswa cerdas ini memberikan respon positif; bahwa rerata orang termasuk petugas rumah sakit sendiri tidak siap sakit dalam pengertian konsep seperti yang penulis gunakan. Bahkan pengalaman pribadi mahasiswa pascasarjana tadi mengatakan saat kakinya terantuk meja televisi karena menghindari benturan dengan anaknya, berakhir fatal karena patah tulang salah satu jari kakinya. Mahasiswa tadi sempat shock, karena datangnya musibah itu tidak sama sekali diketahui sejak awal. Untung mental yang bersangkutan cukup kuat untuk menerima keadaan sehingga melakukan tindakan mandiri. Dengan trengginas menjumpai dokter ahlinya, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.
Menyimak fenomena di atas ternyata peran tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat. Kesadaran akan datangnya waktu sakit sudah ditanamkan sejak dini manakala manusia itu dalam kondisi sehat. Penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan selama ini sudah cukup baik, tetapi seiring perkembangan tuntutan akan perlunya pemeliharaan kesehatan paripurna, maka tidak boleh melepaskan diri dari sikap berjaga jika datangnya sakit, juga amat diperlukan.
Kesan petugas kesehatan masyarakat hanya datang, menyuluh, kemudian pergi; tampaknya perlu diredefinisi kembali kesan yang ada dalam kognitif map masyarakat, jika masih memiliki kesan seperti itu. Apalagi jika ini melanda pada pimpinan pengambil kebijakkan tentang kesehatan, tentu perlu direedukasi lagi. Karena tugas berat yang diemban oleh petugas kesehatan masyarakat tidaklah ringan, mereka harus membangun kognitif map kepada sasaran, akan perlunya sehat dan datangnya sakit.
Sehat dan sakit adalah bagai dua sisi mata uang yang satu sama lain saling meneguhkan. Demikian juga kesehatan dan pendidikan adalah dua komponen yang saling meneguhkan; oleh sebab itu manakala kita ingin membangun sumber daya manusia yang lebih baik, maka kedua hal tadi harus selalu terus diprioritaskan. Untuk menyadarkan orang akan selalu memeliahra kesehatan, dan tidak dapat menghindar pada saat datangnya sakit; hal ini ditumbuhkan melalui pendidikan dalam arti luas; terutama bidang pendidikan masyarakat.
Menumbuhkembangkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam masyarakat, adalah upaya andragogi yang bersifat terus menerus, oleh sebab itu peningkatan sumberdaya manusia tidak dapat terlepas dari upaya peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan. Kedua yang tunggal ini merupakan soko guru peradaban manusia; oleh sebab itu untuk menjadi sehat memang mahal. Karena makna hakiki sehat dan pendidikan bersumber dari hal yang sama, yaitu keharusan. Salam sehat dan tetap waras. (SJ)
Kaprodi Psikologi Universitas Malahayati Octa Reni Setiawati Motivasi ASN Polri dalam Sosialisasi Pemilu Polda Lampung
Bandar Lampung (Malahayati.ac.id): Kepala Program Studi Psikologi Universitas Malahayati Bandar Lampung, Octa Reni Setiawati, S. Psi., M. Psi, turut menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Undang-undang no.20 tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Polda Lampung dan jajarannya, Senin (18/12/2023).
Dalam kegiatan yang bertujuan mendorong keterlibatan ASN dalam mensukseskan Pemilu 2024, Octa Reni Setiawati memberikan motivasi kerja kepada ASN Polri untuk meningkatkan kualitas kerja mereka.
Dalam pemaparannya, Octa Reni Setiawati menyoroti pentingnya motivasi kerja yang tinggi untuk mencapai kualitas kerja yang optimal. Beliau mengajak ASN Polri untuk memiliki motivasi kerja yang kuat, karena hal tersebut akan berkontribusi besar terhadap suksesnya Pemilu 2024. “Motivasi kerja yang baik akan membawa dampak positif pada kualitas kerja, dan ini sangat relevan dalam konteks mendukung proses Pemilu,” ujar Octa Reni Setiawati.
Beliau juga mengingatkan bahwa kehidupan saat ini, terutama dalam lingkup pekerjaan, berkaitan erat dengan gaya hidup individu, termasuk ASN Polri. Octa Reni Setiawati menyadari bahwa hal ini merupakan suatu tantangan, dan perlu diantisipasi agar tidak berdampak negatif pada kinerja dan sikap netralitas ASN Polri dalam Pemilu.
“Jangan sampai gaya hidup hedonisme menjadi pemicu tuntutan tertentu yang dapat membawa risiko, seperti korupsi dan ketidaknetralan dalam Pemilu. ASN Polri harus tetap menjaga integritas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya,” tambah Octa Reni Setiawati.
Editor : Asyihin
Rektor Universitas Malahayati Achmad Farich Buka The 1st International Conference on Economy, Social, and Humanity 2023
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., membuka secara resmi The 1st International Conference on Economy, Social, and Humanity (ICSH) 2023 di Graha Bintang, Selasa (19/12/2023).
Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menyambut hangat Para undangan, termasuk pembicara utama, presenter paralel, tamu terhormat, dan peserta konferensi, serta mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, atas nikmat, rahmat, dan kesehatan yang memungkinkan peserta hadir di ruangan konferensi.
Universitas Malahayati dengan bangga menjadi tuan rumah konferensi, yang diselenggarakan secara hybrid, menggabungkan mode offline dan online. Konferensi Internasional tentang Ekonomi, Sosial, dan Kemanusiaan (ICSH) tahun 2023 ini mengangkat tema “Kemunculan Hukum dan Ekonomi dalam Pandangan Globalisasi.”
Rektor Achmad Farich menyoroti kebutuhan akan standar hukum baru dan peninjauan konsep dan aturan hukum internasional. Beliau menekankan bahwa masyarakat global yang semakin terintegrasi memunculkan perubahan signifikan dalam evolusi hukum internasional.
Perubahan struktural masyarakat internasional pasca Perang Dunia II, munculnya pemerintahan baru setelah proses dekolonisasi, dan pembentukan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi sorotan dalam diskusi konferensi.
“Dalam beberapa dekade terakhir, globalisasi ekonomi, didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, memberikan dampak struktural pada evolusi hukum internasional. Integrasi pasar, jaringan komunikasi, dan transportasi telah mempercepat pertukaran produk dan layanan, serta komunikasi antarnegara”, ucap rektor.
Rektor Achmad Farich berharap konferensi ini dapat memberikan kontribusi literatur dan referensi baru terkait konsep ekonomi, sosial, dan hukum dalam menghadapi kompleksitas tantangan global. Rektor Achmad Farich mengajak semua peserta untuk berkontribusi secara signifikan terhadap peran hukum dan perekonomian di Indonesia, mendukung kontribusi positif di tingkat global.
Dalam penutupnya, rektor menyampaikan terima kasih kepada pembicara utama dan panitia yang telah bekerja keras untuk menyelenggarakan konferensi ini. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada tamu dan peserta yang telah hadir, dan diharapkan mengikuti konferensi ini dengan penuh makna.
Editor: Asyihin
Universitas Malahayati Bandar Lampung dan Universitas Walailak Thailand Jalin Kerjasama Internasional
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung dan Universitas Walailak, Thailand Bangun kerjasama internasional. Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di gedung rektorat Universitas Malahayati, Senin (18/12/2023).
Nota Kesepahaman ini mencakup tri dharma perguruan tinggi, melibatkan aspek pengabdian, pengajaran, dan penelitian. Adapun program-program yang akan segera dilaksanakan dalam kerangka MoU ini antara lain Research Collaboration, Students – Lecturers Mobility, dan Kuliah Pakar.
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menyampaikan bahwa universitasnya telah menjalin kemitraan internasional dengan berbagai institusi ternama, termasuk Universiti Putra Malaysia (UPM), University of Cyberjaya (UoC), Malaysia, SMBT India, HSBPVT’s Group of Institutions, dan India CSPC Philippine. kemudian saat ini akan bermitra dengan Universitas Walailak, Thailand.
“MoU ini disusun untuk memfasilitasi dan mengembangkan pertukaran serta kolaborasi yang bersifat tulus dan saling menguntungkan bagi Universitas Walailak, Thailand, dan Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia,” ucap Rektor Achmad Farich.
Dalam program bersama ini, kedua belah pihak berkomitmen untuk mengutamakan kepentingan bersama dalam mendorong pengembangan kerjasama keilmuan dan kebudayaan antar institusi masing-masing. Penandatanganan MoU dilakukan oleh Dr. Achmad Farich, dr., M.M., Rektor Universitas Malahayati, dan Assist. Prof. Dr. Patnarin Supakorn, Direktur Pusat Kerjasama Internasional yang mewakili Rektor Universitas Walailak, Thailand. Wakil Rektor IV bidang kerjasama Universitas Malahayati, Suharman, M.Pd., juga turut menyaksikan penandatanganan tersebut.
Selanjutnya, penandatanganan dilakukan oleh perwakilan fakultas, termasuk Plt. Dekan Fakultas Kedokteran; kemudian, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum; Dr. Rahyono, S.Sos. M.M., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen; Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan; dan Yan Juansyah, DEA., Ir., Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati.
Kegiatan ini dipandu Slamet Widodo, S.S., M.Kes., Kepala Kerjasama Internasional Universitas Malahayati Bandar Lampung, dan dihadiri oleh sejumlah pejabat dari kedua universitas, antara lain Miss Amonrat Ammartsena, Kepala Pusat Penelitian Walailak University; Wakil Dekan Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati; Emil Tanhar, SE., Kepala Humas Universitas Malahayati; Wiwiek Indriyani, SE., MM, Kaprodi Manajemen; Rissa Afni Martinouva, Amd, S.H., M.H., Kaprodi Ilmu Hukum; Dr. Dessy Hermawan, Ns., M. Kes, Ketua LPPMI; dan Kepala Kerjasama Dalam Negeri.
Editor: Asyihin
Empat Dosen Farmasi Universitas Malahayati Raih Beasiswa S3 dari Dalam dan Luar Negeri
Kaprodi S1 Farmasi Ibu Apt. Ade Maria Ulfa., S.Farm., M.Kes bersyukur atas capaian yang telah ditorehkan oleh empat dosennya. Hal ini bisa menjadi pemicu semakin berkembangnya keilmuan dan budaya akademik di Prodi S1 Farmasi. “Harapannya sekembalinya keempat dosen tersebut bisa memberikan dampak positif baik bagi prodi dan kampus secara keseluruhan, dan ini menjadi motivasi bagi dosen lainnya untuk terus meningkatkan kapasitas diri” ujar Ibu Ade.
Selanjutnya Apt. Erika Indah Safitri, M.Farm. yang akan melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Gajah Mada (UGM). Ibu Erika akan melanjutkan pendidikan di S3 Ilmu Farmasi. Ia akan melanjutkan studi di tahun depan setelah mendapatkan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Reguler. Berbeda dari Pak Saddam yang studi dengan skema penelitian, Ibu Erika meanjutkan studi skema perkuliahan.
Dosen terakhir yaitu dosen bahasa Inggris Farmasi bernama Muhammad Rudy, M.Pd. yang akan melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ia melanjutkan studi di Prodi S3 Pendidikan Bahasa Inggris dengan skema perkuliahan setelah dinyatakan lulus seleksi dari Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristekdikti. (gil/humasmalahayatinews)