Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Karena jenuh di rumah selama proses pemulihan dari sakit, maka pagi itu mencoba berjalan kaki menelusuri jalan raya dekat kampus Universitas Keagamaan Negeri yang sangat terkenal di Provinsi ini, kebetulan posisi tempat tinggal tidak jauh dari perguruan tinggi tersebut.
Niatnya jika ada tukang gunting rambut sekalian mampir untuk pangkas karena rambut yang memutih ini sudah mulai gatal. Ternyata tidak ditemukan tukang gunting rambut, yang paling banyak adalah toko fotokopi, toko makanan, toko kelontong dan toko serba ada, itupun melayani kelas mahasiswa.
Jalan di tepi dengan lalu lintas yang padat, untuk usia seperti penulis ternyata cukup membahayakan, bahkan memerlukan perjuangan tersendiri; karena belum terlalu sehat jalan agak kurang stabil, berakibat sering harus berhenti untuk atur posisi. Nah, disaat berhenti sejenak itulah ternyata melihat pemandangan yang mengejutkan.
Semula pohon-pohon pelindung tepi jalan yang rindang dan menakjubkan; Sekarang berubah, pohon-pohon itu harus tersakiti, dipaku kemudian disuruh memanggul foto diri dari banyak calon, apapun namanya. Bisa dibayangkan satu pohon sebesar paha kurus orang dewasa, harus memanggul gambar diri yang tidak tau diri untuk banyak orang.
Estetika menjadi begitu terganggu gara-gara kontestasi politik yang tidak beretika ini berjalan.
Pertanyaannya apakah nanti pada masa pengenalan diri habis, foto diri itu akan dicabut oleh yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin, karena begitu banyak dan bertebaran di mana-mana, dan jika dicabutpun, paku yang tertancap pada pohon itu akan tetap menjadi luka bagi sang pohon.
Namun ada yang tahu diri, mereka membuat foto diri dengan bermodalkan tiang penyanggah sendiri, tanpa dibebankan kepada pohon. Sayangnya foto diri ini mengganggu pejalan kaki, karena posisi letak tidak diperhitungkan, asal tancap dan dilihat orang. Akhirnya pejalan kaki banyak yang harus putar setengah lingkaran guna menghindari tabrakan muka dengan foto diri.
Belum lagi ulah tangan usil, entah apa maksudnya, banyak foto diri yang dibuat cacat dengan cara merusak wajah, nama, bahkan warna; terakhir disobek dengan tetap membiarkan sobekan tadi melambai-lambai. Kelakuan keji ini ternyata ada pada tepi jalan raya yang sebagian besar dimanfaatkan mereka yang menyandang status sosial yang tidak kaleng-kaleng.
Karena rasa penasaran yang tinggi maka mulailah melakukan wawancara tidam terstruktur pada mereka-mereka yang dekat dengan foto diri tadi. Ternyata sebagai penjaga atau pemilik tempat yang ada di hadapan halaman foto diri tadi, tidak mengetahui siapa yang memasang, bahkan tanpa ijin, pagi-pagi mereka buka pintu semua sudah ada.
Bahkan ada anak muda yang berseloroh menjawab “barangkali Gondoruwo yang pasang”. Saat didesak pertanyaan kenal atau mengetahuikah orang yang memiliki foto tadi. Ternyata semua responden mengenal nama saja ya melalui foto diri tadi; sedangkan secara personal mereka tidak mengenal sama sekali.
Ternyata ada pihak ketiga sebagai “orang suruhan” dan tentu mendapatkan imbalan dari pemilik foto diri untuk memasang semua sarana pengenal tadi. Pada posisi ini kasihan kepada pemilik foto diri, mereka dijadikan obyek untuk mendapatkan cuan oleh orang suruhan, sementara pekerjaan yang mereka tampilkan tidak jarang justru menjadikan citra negative kepada pemilik foto diri.
Pada posisi ini penulis wanti-wanti kepada bakal calon apapun dan siapapun anda, harap berhati-hati dalam menggunakan orang-orang suruhan yang tidak bertanggungjawab, karena ini akan menjadi bomerang bagi anda. Cuan anda habis, keyakinan anda terkuras, namun yang anda petik kekecewaan.
Saat akan menutup tulisan ini betul saja terjadi insiden, saat sore hari mobil penulis lewat di dekat banner dengan gambar diri seorang calon, angin bertiup kencang dan benda itu menimpa mobil penulis dan beberapa lainnya di depan. Kami semua berhenti mendadak dengan tertawa saat keluar mobil dengan sama sama berkomentar “belum jadi saja sudah menyusahkan orang, bagaimana kelak kalau yang di gambar ini jadi, mudah-mudahan tidak menyusahkan seperti gambarnya”.
Ternyata alam ikut memberikan sasmito dengan menunjukkan penanda sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Selamat berjuang kawan, selamat menjalani takdir; salam waras. (SJ)
Ajang Unjuk Bakat, Rektor Achmad Farich Buka Malahayati Youthfest 2023
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., membuka acara spektakuler tahunan, Malahayati Youthfest, di pelataran gedung rektorat Universitas Malahayati. Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menyampaikan kegembiraan dan kebanggaannya atas partisipasi peserta dalam kegiatan tahun 2023.
Rektor menjelaskan bahwa Malahayati Youthfest diadakan dengan tujuan untuk merangsang dan melatih kreativitas mahasiswa dalam menyelenggarakan event serta menjadi event organizer. Meskipun merupakan kegiatan internal, festival ini berhasil menarik perhatian peserta dari luar, sekaligus memperkenalkan potensi kampus yang luas dengan fasilitas unggulan seperti rumah sakit, asrama, tempat penginapan, dan fasilitas olahraga.
“Saya sangat senang melihat animo peserta, terutama siswa dari sekolah tingkat lanjutan atas yang hadir hari ini. Selamat datang di kampus Universitas Malahayati, dan kepada seluruh partisipan Malahayati Youthfest , kami mengucapkan selamat datang,” ucap Rektor Achmad Farich.
Rektor juga memperkenalkan lima fakultas dengan 20 program studi di dalamnya kepada peserta. Fakultas-fakultas tersebut meliputi kedokteran, ekonomi manajemen, hukum, ilmu kesehatan, dan teknik. Sementara itu, kegiatan kemahasiswaan di bawah bimbingan Dr. Eng Rina Febrina terus berkembang, didukung oleh beragam UKM yang terus bertambah.
Dalam acara tersebut, Rektor mengumumkan rencana pengembangan program studi baru, termasuk Kedokteran Gigi dan S2 Manajemen yang sedang dalam proses pengajuan izin. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sary, SKM.,M.Kes., turut hadir dan memperkenalkan 10 program studi di bawah kepemimpinannya.
“Bagi peserta yang ingin masuk ke program studi yang ada di fakultas ilmu kesehatan kalian sudah mengenal siapa dekannya,” ujar Rektor Farich dengan senyum.
Acara pembukaan juga dihadiri oleh Wakil Rektor III merangkap Plt. Warek I Dr. Eng Rina Febrina, ST., MT, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sary, SKM.,M.Kes., Kaprodi Ilmu Hukum Rissa Afni Martinouva, Amd, S.H., M.H., Kabiro Kemahasiswaan Ricko Gunawan, S.Kep., M.Kes, dan Kepala Humas Emil Tanhar, SE, dan Ahmad Iqbal, S.S, Kepala Bagian P3T, yang turut memberikan dukungan pada Malahayati Youthfest .
(Editor: Asyihin)
Mesuji Riwayatmu Kini
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Beberapa hari lalu diundang oleh Organisasi Guru terbesar di negeri ini dan pemerintah kabupaten perbatasan Sumatera Selatan bagian timur yaitu Kabupaten Mesuji; dalam rangka memberikan motivasi atau dorongan kepada para penyelenggara pendidikan. Mereka tumpah ruah memadati Gedung Serba Guna milik kabupaten dengan segala macam corak lakunya, tentu khas pedesaan.
Cuaca yang begitu terik tidak mengurangi niat mereka untuk hadir dari segenap penjuru kabupaten yang tentu sangat jauh untuk ukuran rerata orang kota. Mengapa jadi menarik untuk ditulis; karena ada beberapa fenomena yang tidak ditemukan pada daerah lain; baik dari tingkat pejabatnya terutama pada para guru yang hadir.
Untuk pejabat; ternyata antusiasme pejabat untuk menghadiri acara yang massal, panas, tidak nyaman, ini mereka mau berbaur hadir, tidak sungkan, dan tidak diwakilkan. Pengalaman beberapa tempat, jika acara seperti ini selalu diwakilkan kepada wakil, kemudian menunjuk lagi mewakili, dan terakhir ditugasi. Oleh sebab itu penulis jarang mau hadir pada even yang daerah pejabatnya malas hadir. Untuk Mesuji itu tampaknya tidak berlaku, karena kepala dinas sampai sekretaris daerah, hadir dengan berpeluh-peluh bersama guru jelata; padahal mereka tidak memerlukan pilihan rakyat karena bukan pejabat public yang dipilih rakyat. keseriusaan dan ketelatenan mereka melayani guru sangat luar biasa dan patut diapresiasi.
Untuk panitia; ternyata seluruh panitia adalah para guru dan dibantu beberpa staf pelaksana daerah. Mereka tidak perlu bersusah payah mengatur karena para undangan yang hadir mau mematut diri untuk tertib. Bisa dibayangkan acara dengan lebih dari tigaribu orang yang hadir, dengan beribu kendaraan roda dua dan empat, tumpah ruah di satu tempat; semua bisa berjalan tertib tanpa gesekan apapun. Anehnya lagi jika di kota bunyi klakson kendaraan akan menjadi semacam bumbu masak pada situasi seperti ini; tetapi Mesuji tidak menampilkan perilaku seperti itu. Mereka lebih sopan dan sabar untuk menerima keadaan seperti yang mereka rasakan bersama.
Untuk peserta; ternyata kelompok ini membuat penulis kehilangan kalimat dalam memberikan motivasi kepada mereka; sampai-sampai penulis lupa memberikan salam pembuka karena terkesima; hal ini disebabkan karena mereka sudah memiliki motivasi yang lebih tinggi dari rerata pegawai di negeri biasa. Bayangkan, mereka hadir itu banyak ibu-ibu sambil menggendong anak, menuntun bocah, pada kondisi yang seperti itu. Tanpa kelihatan muka lelah atau mengeluh, justru kita yang menyaksikan hanya decak kagum yang keluar dari mulut.
Hebatnya lagi, banyak diantara mereka yang saling bahu-membahu untuk bisa hadir bersamaan dengan kondisi alam yang tidak bersahabat, karena panas begitu terik dan menyengat. Ibu dan bapak guru tanpa beban mereka bersua sesama, bercengkrama, dan bersendagurau layaknya sahabat lama yang jarang jumpa.
Organisaasi ini berubah menjadi organisasi sosial yang menjadikan wahana pertemuan sebagai ajang silahturahmi sesama. Sehingga pengisi atau petugas yang mengisi acara justru yang harus tahu diri, dengan pengelolaan manajemen waktu; guna menghargai para guru yang begitu bersemangat untuk hadir dalam satu cita-cita maju bersama.
Mesuji, yang beberapa tahun lalu merupakan daerah terpencil, terjauh, dengan sarana prasarana jalan yang sangat tidak memadai, sekarang berangsur berubah menjadi daerah maju yang terhubung oleh prasarana jalan satu wilayah dengan wilayah lain yang sangat memadai. Sekalipun kepala daerahnya berstatus pejabat, namun tampaknya itu tidak mempengaruhi akselerasi pembangunan wilayahnya. Lebih baik ber status pejabat yang bekerja keras, dari pada definitif tetapi diciduk KPK.
Namun demikian ada persoalan menggantung di sana yang itu bukan wilayahnya pemerintah daerah, karena kewenangan pusat; sementara dampaknya justru yang menanggung daerah; yaitu kepastian nasib guru honorer untuk diangkat sebagai ASN, ini adalah hutang pemerintah pusat kepada daerah, termasuk Mesuji yang sangat mengharapkan untuk dapat segera diselesaikan dengan baik.
Dari hasil wawancara tak terstruktur kepada beberapa peserta yang kebetulan guru honorer, mereka sangat berharap penghargaan pemerintah pusat kepada pengorbanan mereka selama ini untuk negeri. Jalan tol boleh terbentang, tetapi nasib honorer tetaplah hutang.
Selamat Berjuang! (SJ)
Universitas Malahayati Gelar Sosialisasi BPJS Kesehatan, Dorong Kesadaran Mahasiswa dan Dosen akan Program JKN
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sejumlah Dosen, karyawan, dan mahasiswa Universitas Malahayati Bandar Lampung mengikuti kegiatan sosialisasi “BPJS Kesehatan goes to customer” yang digelar oleh BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung di Gedung Rektorat Universitas Malahayati, Selasa (12/12/2023).
Narasumber acara, Mella Prihati, SE, AAK, Kepala Bagian Mutu Layanan Kepesertaan, memberikan wawasan kepada peserta, yang meliputi prosedur dan hak kewajiban kepesertaan BPJS Kesehatan. Hadir juga Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung, Nuim Mubarok, SE., QIA, AAAK, M. KM.
Wakil Rektor 4 Universitas Malahayati, Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes, dalam sambutannya menyatakan bahwa pelayanan kesehatan saat ini telah berkembang baik, tetapi masih banyak masyarakat, terutama mahasiswa dan dosen, yang belum memahami mekanisme layanan BPJS Kesehatan. Sosialisasi ini dianggap penting untuk meningkatkan pemahaman terhadap program tersebut.
Nuim Mubarok, selaku Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta terhadap pengetahuan prosedur dan hak kewajiban kepesertaan BPJS Kesehatan.
Ia juga mengungkapkan bahwa terdapat perubahan signifikan dalam sistem layanan BPJS Kesehatan, yang kini menggunakan sistem informasi untuk memudahkan akses terhadap layanan JKN, baik administratif maupun pelayanan di rumah sakit.
“Selama 9 tahun, 90 persen penduduk Indonesia telah terdaftar di BPJS Kesehatan, suatu kebanggaan karena di Korea butuh 20 tahun untuk mencapai pencapaian yang sama,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan peserta dapat memahami lebih dalam program JKN serta menyadari pentingnya program ini bagi generasi penerus bangsa.(451/**)
Jalan Pagi
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Karena jenuh di rumah selama proses pemulihan dari sakit, maka pagi itu mencoba berjalan kaki menelusuri jalan raya dekat kampus Universitas Keagamaan Negeri yang sangat terkenal di Provinsi ini, kebetulan posisi tempat tinggal tidak jauh dari perguruan tinggi tersebut.
Niatnya jika ada tukang gunting rambut sekalian mampir untuk pangkas karena rambut yang memutih ini sudah mulai gatal. Ternyata tidak ditemukan tukang gunting rambut, yang paling banyak adalah toko fotokopi, toko makanan, toko kelontong dan toko serba ada, itupun melayani kelas mahasiswa.
Jalan di tepi dengan lalu lintas yang padat, untuk usia seperti penulis ternyata cukup membahayakan, bahkan memerlukan perjuangan tersendiri; karena belum terlalu sehat jalan agak kurang stabil, berakibat sering harus berhenti untuk atur posisi. Nah, disaat berhenti sejenak itulah ternyata melihat pemandangan yang mengejutkan.
Semula pohon-pohon pelindung tepi jalan yang rindang dan menakjubkan; Sekarang berubah, pohon-pohon itu harus tersakiti, dipaku kemudian disuruh memanggul foto diri dari banyak calon, apapun namanya. Bisa dibayangkan satu pohon sebesar paha kurus orang dewasa, harus memanggul gambar diri yang tidak tau diri untuk banyak orang.
Estetika menjadi begitu terganggu gara-gara kontestasi politik yang tidak beretika ini berjalan.
Pertanyaannya apakah nanti pada masa pengenalan diri habis, foto diri itu akan dicabut oleh yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin, karena begitu banyak dan bertebaran di mana-mana, dan jika dicabutpun, paku yang tertancap pada pohon itu akan tetap menjadi luka bagi sang pohon.
Namun ada yang tahu diri, mereka membuat foto diri dengan bermodalkan tiang penyanggah sendiri, tanpa dibebankan kepada pohon. Sayangnya foto diri ini mengganggu pejalan kaki, karena posisi letak tidak diperhitungkan, asal tancap dan dilihat orang. Akhirnya pejalan kaki banyak yang harus putar setengah lingkaran guna menghindari tabrakan muka dengan foto diri.
Belum lagi ulah tangan usil, entah apa maksudnya, banyak foto diri yang dibuat cacat dengan cara merusak wajah, nama, bahkan warna; terakhir disobek dengan tetap membiarkan sobekan tadi melambai-lambai. Kelakuan keji ini ternyata ada pada tepi jalan raya yang sebagian besar dimanfaatkan mereka yang menyandang status sosial yang tidak kaleng-kaleng.
Karena rasa penasaran yang tinggi maka mulailah melakukan wawancara tidam terstruktur pada mereka-mereka yang dekat dengan foto diri tadi. Ternyata sebagai penjaga atau pemilik tempat yang ada di hadapan halaman foto diri tadi, tidak mengetahui siapa yang memasang, bahkan tanpa ijin, pagi-pagi mereka buka pintu semua sudah ada.
Bahkan ada anak muda yang berseloroh menjawab “barangkali Gondoruwo yang pasang”. Saat didesak pertanyaan kenal atau mengetahuikah orang yang memiliki foto tadi. Ternyata semua responden mengenal nama saja ya melalui foto diri tadi; sedangkan secara personal mereka tidak mengenal sama sekali.
Ternyata ada pihak ketiga sebagai “orang suruhan” dan tentu mendapatkan imbalan dari pemilik foto diri untuk memasang semua sarana pengenal tadi. Pada posisi ini kasihan kepada pemilik foto diri, mereka dijadikan obyek untuk mendapatkan cuan oleh orang suruhan, sementara pekerjaan yang mereka tampilkan tidak jarang justru menjadikan citra negative kepada pemilik foto diri.
Pada posisi ini penulis wanti-wanti kepada bakal calon apapun dan siapapun anda, harap berhati-hati dalam menggunakan orang-orang suruhan yang tidak bertanggungjawab, karena ini akan menjadi bomerang bagi anda. Cuan anda habis, keyakinan anda terkuras, namun yang anda petik kekecewaan.
Saat akan menutup tulisan ini betul saja terjadi insiden, saat sore hari mobil penulis lewat di dekat banner dengan gambar diri seorang calon, angin bertiup kencang dan benda itu menimpa mobil penulis dan beberapa lainnya di depan. Kami semua berhenti mendadak dengan tertawa saat keluar mobil dengan sama sama berkomentar “belum jadi saja sudah menyusahkan orang, bagaimana kelak kalau yang di gambar ini jadi, mudah-mudahan tidak menyusahkan seperti gambarnya”.
Ternyata alam ikut memberikan sasmito dengan menunjukkan penanda sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Selamat berjuang kawan, selamat menjalani takdir; salam waras. (SJ)
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Gelar Seminar Nasional
Dalam acara tersebut hadir Setiono, SKM, M.Eng, selaku Koordinator Fungsional Dinas kesehatan Kota Bandar Lampung, yang juga selaku pemateri dalam acara tersebut. Beliau mengatakan “Digitalisasi adalah suatu model dimana yang membantu dalam terkait bisnis dan modal dalam suatu pembiayaan dan penganggaran, yang dipakai untuk sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatannya”.
Acara juga disambut sekaligus dibuka oleh Nurul Aryastuti SST., M.KM, Selaku Wakil Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Nurul mengatakan “Ini adalah salah satu bentuk softskill dari Kesehatan Masyarakat, Salah satunya adalah menjadi manajer, yaitu memanajemen suatu seminar dan suatu kegiatan”.
Bakal Kolaborasi Penelitian, Universitas Malahayati Bandar Lampung Kunjungi Universitas Putra Malaysia
MALAYSIA (malahayati.ac.id): Prof. Dr. Cheah Yoke Kqueen, FaSc., wakil dekan Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Putra Malaysia menerima kunjungan sejumlah pejabat Universitas Malahayati Bandar Lampung, Jumat (9/12/2023)
Kunjungan ini dalam agenda memperkuat dan meningkatkan kerjasama yang telah terjalin selama ini.
Slamet Widodo, Kepala Kerja Sama Internasional Universitas Malahayati yang turut serta ikut dalam kunjungan mengatakan, kunjungan ke UPM dalam rangka Mutual Group Discussion antara Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM Malaysia.
“Dalam waktu dekat, akan ada program Visiting Professor dari UPM ke Universitas Malahayati,” ucapnya.
Slamet juga menuturkan ke depan, akan dilaksanakan Penelitian bersama (Research Collaboration) terkait isu kedokteran dan Ilmu kesehatan pada umumnya. Kemudian juga akan dibuka adanya program PhD oleh UPM untuk para dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Kunjungan dihadiri, Wakil Rektor II Universitas Malahayati Dr. Harmani Harun, S.E., M.M., Akt, Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama Suharman, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Akademik (BAA) , Tarmizi, SE., M.Ak., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sary,SKM.,M.Kes., Kaprodi Magister Kesehatan Masyarakat, Dr. Samino, SH., M.Kes., dan Kepala Kerja Sama Internasional Slamet Widodo, S.S., M. Kes. (451/**)
Ketentuan Pengisian KRS dan Jadwal Input KRS Semester Genap 2023/2024 Universitas Malahayati
Pengisian KRS Online WAJIB dilakukan oleh seluruh Mahasiswa Universitas Malahayati. Untuk Jadwal Input KRS dapat langsung disimak yah…(gil/humasmalahayatinews)
Rektor Universitas Malahayati Kunjungi UoC dan UPM Malaysia Tingkatkan Kerjasama Internasional
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati (Unmal), Dr. Achmad Farich, dr., M.M., memimpin kunjungan penting ke University of Cyberjaya Malaysia (UoC) dan University of Putra Malaysia (UPM) dalam rangka International Students-Lecturers Mobility and Research Collaboration Program, Kamis (7/12/2023). Pada kegiatan ini, mahasiswa pasca sarjana Kesmas Unmal memiliki kesempatan unik belajar di kelas internasional UoC, mendekatkan diri dengan proses pembelajaran bersama mahasiswa internasional UoC, dan berinteraksi dengan profesor kelas dunia UoC.
“Tujuan utama adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan global kepada mahasiswa Universitas Malahayati,” ucap Slamet Widodo, Kepala Kerja Sama Internasional Universitas Malahayati.
Tidak hanya itu, Dr. Achmad Farich juga turut berkontribusi dengan memberikan paparan kuliah tentang pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Hal ini menjadi langkah strategis dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan pemahaman global terhadap tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia.
Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan antar lembaga pendidikan tinggi. Tetapi juga mendorong pertukaran pengetahuan lintas batas, memperluas wawasan mahasiswa, dan mendukung upaya bersama dalam penelitian kolaboratif. (451/**)
Pemimpin Mental “Samo Iyo”
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
DIKSI di atas biasa diucapkan oleh “wong plembang” dalam melihat, mengevaluasi, menilai kemudian menyimpulkan dalam rangkaian berpikir keseharian; manakala berhadapan dengan dua peristiwa atau lebih, atau juga dua orang atau lebih; pada waktu menunjukkan kesamaan tindakan atau pikiran. Namun konotasinya lebih kepada yang bersifat negatif.
Bahasa sehari-hari yang khas ini memaksa para pendatang harus cepat beradaptasi, karena jika tidak maka mereka akan “dikerjoi”, terjemahan bebasnya akan dipermainkan, atau bisa sampai dipermalukan. Namun pada dasarnya, mereka ramah dan mau membantu, dan satu hal lagi sebagai sesuatu yang khas yaitu rasa humor yang tinggi, bahasa setempat “pernesan”.
Kita tinggalkan wong plembang pernesan, ternyata sekarang banyak orang yang berperilaku “samo iyo” yang diidentifiksi oleh orang Palembang tadi. Pada waktu menjabat mereka tampak patuh dan taat akan pimpinan; bahkan tidak jarang membungkuk-bungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan.
Setelah tidak lagi menjabat; ternyata menjadi penghianat dengan berkedok demokrasi. Tidak jarang mereka berbalik badan kepada mantan pimpinannya; Dan, tidak jarang disertai dengan gumanan “aku balas kau sekarang”, atau, “gantian sekarang saya kerjain kamu”.
Padahal, dalam hati mantan pimpinannya juga berguman “sarolah kau” terjemahan bebasnya sudahlah kamu. Mereka berdua sama sama bermental samo iyo.
Ada seorang sekretaris daerah satu wilayah, semula sangat santun dengan pimpinannya, bahkan mengamini pada saat ditanya soal informasi bahwa pimpinannya tidak pernah ambil gaji. Ternyata setelah lepas jabatan dan menjadi orang biasa, berkoar-koar bahwa semua yang dahulu dikatakan itu bohong; karena sejatinya sang pemimpin mengambil gaji tiap bulannya.
Begitu ditanya mengapa berketerangan palsu, mereka dengan ringan mengatakan “dulu masih menjabat”. Padahal, pejabatnya juga berkata “ku budi ke kau” bahasa bebasnya saya tipu kamu.
Peristiwa di atas yang “samo iyo” itu; sekarang banyak yang beginian muncul kepermukaan mencari panggung. Mereka seolah “maboknya sekarang, minumnya besok”; sehingga tampak sekali bagaimana bermanis muka di depan kamera, apalagi di layar gadget.
Seolah menjelaskan dengan meyakinkan bahwa pimpinannya penuh dosa, dan dirinya orang bersih. Begitu ada klarifikasi bahwa sebenarnya dia adalah termasuk samo iyo dengan pimpinannya, langsung menghilang.
Mereka lupa bahwa jejak digital itu sulit untuk dihapus, dan itu bisa dibaca nanti di masa depan. Kalau jejak riel bisa di baca kemudian, sementara jejak digital bisa terbaca sampai kapanpun.
Ada lagi yang lebih aneh adegan samo iyo ini kompak ditampilkan dilayar kaca bersama “sesame iyoan”; sehingga tampak manis bagai sripanggung dalam berakting.
Mereka tidak sadar masyarakat sudah muak melihat mukanya, akibatnya drama India dan Korea lebih menarik untuk dilihat dari pada mereka.
Rakyat sudah semakin cerdas, tampaknya seleksi alam sedang berlangsung, saringan demi saringan berjalan sebagaimana adanya.
Mereka akan tersisih masuk barisan Samo Iyo; dan cacat sejarah yang mereka ukir sendiri menjadi semacam arsip dibenak banyak orang. Kita bisa mengingat opurtunis-opurtunis ini akan selalu muncul manakala bertemu panggung dalam acara apapun. Herannya lagi mereka seolah tidak punya muka justru mencalonkan diri menjadi anggota lembaga terhormat di negeri ini.
Semoga negeri ini segera terhindar dari orang-orang yang “samo iyo” ini, agar selamat sampai pada waktunya mewujudkan negeri yang sejahtera untuk semua, sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing.
Salam Waras dari penulis yang berangsur sehat. (SJ)
Capres Anies Baswedan Isi Wawasan Kebangsaan di Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Calon Presiden RI, Anies Baswedan, turut menyoroti sejumlah permasalahan di Lampung seperti pendidikan, lapangan kerja, hingga guru honorer saat memberikan wawasan kebangsaan di depan mahasiswa Universitas Malahayati, Kamis (7/12/2023).
Anies Baswedan mengatakan, dalam sembilan tahun terakhir ini, investasi di Indonesia alami kenaikan luar biasa dari Rp400 triliun pertahun menjadi 1.200 triliun di tahun 2022.
Namun kenaikan investasi tersebut menurut Anies tak berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang semakin tahun malah menurun. Hal itu diarenakan investasi yang didorong bukanlah investasi padat karya, melainkan padat modal, sehingga penyerapan tenaga kerjanya kecil.
“Jadi situasi ini perlu dirubah, ke depannya investasi justru harus ada pada sektor padat karya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja mulai pertanian, perkebunan, hingga manufaktur,” kata Anies Baswedan.
Kemudian hal yang tak kalah penting pada sektor pendidikan, Anies Baswedan ingin merubah pemerintah agar bisa membantu semaksimal perguruan tinggi swasta, agar punya kesetaraan yang sama.
Bagi Anies, pendidikan harus jadi investasi dan jangan hanya dipandang sebagai biaya, karena anggaran yang dikeluarkan dalam bidang pendidikan akan mendapatkan hasil.
“Untuk di Lampung, kami melihat perlunya peningkatan fasilitas, seperti dibutuhkan fasilitas transportasi antar kota yang lebih baik. Bila kota tidak membangun transportasi umum, maka akan alami kepadatan lalu lintas yang luar biasa,” ujar Anies Baswedan.

Dalam wawasan kebangsaan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga ditanya oleh mahasiswa, terkait solusi meningkatkan gaji guru honorer.
Bagi Anies, untuk menjawab solusi tersebut dengan melakukan reformasi pengangkatan guru, karena banyak guru mengabdi tapi tidak pernah mendapat imbalan setara, sehingga ia berencana merekrut secara bertahap agar memiliki kepastian. (451/**)