Prodi Anafarma Universitas Malahayati Berbagi Kebahagiaan di Bulan Ramadhan, Dari Anafarma untuk Sesama

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Bulan Ramadhan selalu menjadi waktu yang penuh berkah, baik untuk memperbanyak ibadah maupun berbagi kebahagiaan dengan sesama. Dalam semangat kepedulian sosial, Program Studi Anafarma Universitas Malahayati menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertajuk “Dari Anafarma untuk Sesama: Berbagi Kebahagiaan di Bulan Ramadhan.” Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati, solidaritas, dan kepedulian terhadap masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan.

1. Pembagian Takjil Gratis Untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini, mahasiswa Program Studi Anafarma mengadakan pembagian takjil gratis kepada masyarakat di beberapa titik strategis di Jalan Pramuka. Kegiatan ini bertujuan agar warga yang sedang menjalankan ibadah puasa dapat berbuka dengan mudah, sekaligus menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.

2. Bakti Sosial dan Santunan Sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap sesama, mahasiswa dan dosen Anafarma mengadakan bakti sosial di Panti Asuhan Bussaina. Bantuan yang diberikan meliputi sembako, pakaian layak pakai, serta kebutuhan lainnya yang sangat diperlukan oleh anak-anak panti. Kegiatan ini diharapkan dapat sedikit meringankan beban hidup mereka, serta memberikan kebahagiaan di bulan yang penuh berkah ini.

3. Kajian Islami dan Buka Puasa Bersama Untuk lebih mempererat tali silaturahmi, Prodi Anafarma juga mengadakan kajian Islami dengan tema yang relevan dengan kesehatan dan ibadah di bulan Ramadhan. Dalam acara ini, mahasiswa, dosen, dan keluarga Panti Asuhan Bussaina dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman, dilanjutkan dengan buka puasa bersama sebagai wujud kebersamaan.

4. Edukasi Kesehatan dan Pengabdian Masyarakat Selain kegiatan sosial, Prodi Anafarma juga mengedepankan edukasi kesehatan kepada masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Di tengah pandemi yang belum sepenuhnya berakhir, menjaga kesehatan tubuh, terutama selama berpuasa, menjadi sangat penting. Para mahasiswa Anafarma memberikan informasi yang berguna tentang bagaimana menjaga kesehatan tubuh, baik fisik maupun mental, selama bulan Ramadhan.

Dengan terlaksananya kegiatan “Dari Anafarma untuk Sesama: Berbagi Kebahagiaan di Bulan Ramadhan”, diharapkan dapat menebarkan kebaikan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ladang amal bagi mahasiswa dan dosen, tetapi juga mempererat hubungan antara universitas dan masyarakat luas dalam suasana penuh berkah Ramadhan.

Semoga semangat berbagi dan kepedulian ini dapat terus berlanjut, serta memberikan dampak positif bagi sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan. Karena di bulan yang penuh berkah ini, setiap kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan ganjaran yang berlipat. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Katalog Buku Python untuk Otomotif

Judul buku : Python untuk Otomotif

Pengarang:

Fauzi Ibrahim, S.T., M.T.

Tyan Tasa, S.Kom., M.Kom.

Agus Apriyanto, S.T., M.T.

Adam Wisnu Murti, S.T., M.T.

ISBN:     Proses

sinopsis:

Buku ini hadir sebagai upaya untuk
menjembatani kesenjangan antara dunia pemrograman
Python dan industri otomotif yang semakin
berkembang pesat. Dengan kemajuan teknologi
seperti kendaraan listrik, kendaraan otonom, dan
Internet of Things (IoT), Python menjadi salah satu alat
yang sangat penting untuk mendukung inovasi di
bidang otomotif

Ramadhan Penuh Berkah, DKM Mushola Universitas Malahayati Semangat Berbagi dan Berkontribusi

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam semangat berbagi dan menebarkan kebaikan di bulan suci, Dewan Kemakmuran Mushola (DKM) Universitas Malahayati Bandar Lampung menyelenggarakan kegiatan Sedekah Ramadhan Berkah 1446 H. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berbunyi :

مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ، وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ، كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ

Artinya: “Barang siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengasuhnya untuk pemiliknya sebagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak kudanya hingga membesar seperti gunung” (HR. Al-Bukhari No. 1410).

Kegiatan ini menjadi bentuk kepedulian sosial dan kebersamaan antar penghuni apartemen serta asrama Universitas Malahayati dalam menyemarakkan bulan penuh berkah ini.

Kegiatan Sedekah Ramadhan Berkah berlangsung selama bulan Ramadhan, tepatnya menjelang waktu berbuka puasa. Kegiatan ini berjalan atas arahan Ust. Sutikno S.Pd.I,.M.Pd.I selaku kepala Asrama Green Dormitory dan Ust. Muslih S.H.I.,M.H selaku Pembina DKM Mushola Universitas Malahayati. Dalam pelaksanaannya, setiap penghuni apartemen secara bergiliran memberikan 5 iftor beserta takjil sesuai jadwal yang telah ditentukan. Setiap hari terjadwal 5 orang dengan jumlah paket iftor kurang lebih  25 nasi. Paket iftor tersebut kemudian dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, seperti mahasiswa perantauan, pekerja kampus, serta masyarakat sekitar yang berpuasa.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan rasa kepedulian sosial, mempererat ukhuwah Islamiyah, membiasakan diri untuk berbagi rezeki di bulan ini serta memakmurkan mushola dengan mendatangkan banyak jamaah.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS. At – Taubah ayat 18 :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ

Artinya: “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)

Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan atau kesulitan mendapatkan makanan berbuka puasa tepat waktu, dengan adanya kegiatan Sedekah Ramadhan Berkah 1446 H, diharapkan semakin banyak individu yang merasakan manfaat dari semangat berbagi ini. Semoga kegiatan ini menjadi ladang amal bagi semua pihak yang terlibat dan membawa keberkahan bagi seluruh civitas akademika Universitas Malahayati Bandar Lampung. Aamiin.

“Diam” itu Jawaban

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pada suatu kesempatan diskusi dalam perkuliahan filsafat ilmu; ada seorang mahasiswa pascasarjana berkomentar bahwa menurut dirinya puasa yang paling berat itu adalah puasa diam, dalam pengertian diam yang luas dan mendalam. Karena perkuliahan ini bukan kuliah agama, maka pembahasannya berlingkup filsafat, lebih spesifik ke filsafat ilmu. Diskusi berjalan dan jika dirangkum beberapa materinya yang berasal dari berbagai sumber adalah sebagai berikut: Pernyataan “Diam adalah jawaban” dapat dimaknai dalam beberapa cara tergantung dari sudut pandang filosofis yang digunakan.

1. Diam sebagai Pengakuan atas Keterbatasan Akal. Dalam filsafat, ada banyak hal yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ludwig Wittgenstein dalam “Tractatus Logico-Philosophicus” menyatakan: “Apa yang tidak bisa dibicarakan, harus didiamkan.”
Artinya, ada batas-batas dalam bahasa dan logika manusia. Ketika akal tidak mampu menjelaskan suatu kebenaran yang lebih dalam (misalnya, hakikat Tuhan, makna kehidupan, atau pengalaman mistik), maka diam menjadi satu-satunya jawaban yang masuk akal.

2. Diam sebagai Bentuk Kebijaksanaan. Banyak filsuf dan pemikir menganggap bahwa diam adalah tanda kebijaksanaan, karena kata-kata sering kali tidak cukup untuk menggambarkan realitas. Diam memungkinkan seseorang untuk merenung lebih dalam sebelum berbicara. Terkadang, jawaban terbaik bukanlah berbicara, tetapi mengamati, mendengarkan, dan memahami. Oleh sebab itu dalam filsafat Timur ditemukan frasa sebagai berikut : “Orang yang tahu tidak berbicara, orang yang berbicara tidak tahu.” Artinya, semakin seseorang memahami suatu kebenaran yang mendalam, semakin ia sadar bahwa kata-kata tidak cukup untuk menggambarkannya. Kedalaman hakekat itu sering kali tidak terwakili oleh kata atau kalimat.

3. Diam dalam Mistisisme dan Spiritualitas. Dalam tradisi mistik, diam adalah sarana untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Dalam tasawuf, diam disebut sebagai “shamt”, yaitu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Djalaluddin Rumi pernah berpesan bahwa: “Diam adalah bahasa Tuhan, selain itu hanyalah terjemahan yang buruk.” Artinya, dalam keheningan, seseorang bisa lebih dekat dengan kebenaran Illahi daripada melalui perdebatan kata-kata.

4. Diam sebagai Perlawanan dan Sikap Eksistensial. Dalam filsafat eksistensialisme, diam bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap absurditas kehidupan. Jean-Paul Sartre dan Albert Camus menunjukkan bahwa dunia ini tidak selalu memberikan jawaban yang jelas, sehingga diam bisa menjadi ekspresi kesadaran akan absurditas itu.

Dalam konteks politik dan sosial, diam bisa menjadi bentuk kritik dan perlawanan, seperti yang ditunjukkan oleh Mahatma Gandhi dengan “Satyagraha” (perlawanan tanpa kekerasan). Dan, tampaknya apa yang dilakukan beliau, sekarang banyak dilakukan orang di negeri ini. Namun penyebab dari ke-diam-an itu disebabkan kefrustrasian yang berkepanjangan.

Bisa dibayangkan setelah parade korupsi yang tidak ada pemberatan hukuman bagi pelakunya, akan tetapi yang dilakukan justru pengesahan undang-undang yang memuat ketentuan negara melalui aparatnya bisa menyita kendaraan jika dua tahun tidak bayar pajak. Tidak pernah terpikirkan apa sebab tidak bisa bayar pajak; bisa jadi itu indikasi anjloknya ekonomi, atau sistem yang rumit.

Tampaknya diam juga dapat menunjukkan sikap kewarasan yang tinggi, karena sekarang banyak dijumpai justru mereka yang banyak bicara menunjukkan sikap sebaliknya. Akan tetapi bisa jadi parade diam itu juga mengindikasikan kefrustrasian yang mendalam. Oleh sebab itu ledakan yang diakibatkan dari diam berkepanjangan bisa membuat goncangan sosial yang membahayakan. Sayangnya teori ini banyak tidak dipahami oleh para pemimpin masa kini, atau bisa jadi tidak perlu memahami karena memang kondisi diam dikondisikan sedemikian rupa sehingga menjadi tercapai apa yang mereka inginkan.

“Diam” sebagai bentuk pertahanan diri yang paling akhir dan paling berat. Oleh sebab itu diam tidak bisa dilakukan dengan cara yang instan, akan tetapi harus melalui latihan yang cukup lama. Oleh karena itu banyak diantara kita yang gagal manakala ada pada posisi harus diam. Walaupun tidak selamanya diam itu emas, tetapi paling tidak dapat memposisikan kita untuk mengambil jarak, sehingga kita menemukan kebeningan dalam berkeputusan untuk bertindak. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Prodi Farmasi Universitas Malahayati Gelar Workshop Pengelolaan Referensi dan Analisis Data Statistik

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Farmasi Universitas Malahayati sukses menggelar Workshop “Tingkatkan Kualitas Penelitian Melalui Pengelolaan Referensi Karya Ilmiah dan Keterampilan Analisis Data Statistik”. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Selasa dan Rabu, 18–19 Maret 2025, dengan peserta utama mahasiswa tingkat akhir yang tengah menyelesaikan skripsi.

Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mengelola referensi ilmiah serta memperdalam keterampilan analisis data statistik. Seiring dengan perkembangan teknologi, mahasiswa memang memiliki akses terhadap berbagai buku tutorial dan software analisis data. Namun, tanpa pemahaman yang tepat, banyak dari mereka masih mengalami kesulitan dalam mengelola data penelitian secara sistematis dan valid. Oleh karena itu, pelatihan ini dirancang secara spesifik agar mahasiswa lebih mudah dalam menyusun referensi dan mengolah data penelitian mereka.

Dalam penelitian ilmiah, pengelolaan referensi yang baik menjadi fondasi utama. Referensi tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga memberikan landasan akademik yang kuat bagi sebuah karya ilmiah. Workshop ini membahas secara mendalam tentang manajemen referensi, termasuk klasifikasi publikasi, penggunaan search tools, serta teknik pencarian literatur yang efektif. Dengan meningkatnya kemampuan manajemen referensi, mahasiswa diharapkan dapat menyusun skripsi yang lebih sistematis dan berbobot, serta selalu mengikuti perkembangan terkini dalam bidang farmasi.

Selain itu, analisis data statistik juga menjadi bagian penting dalam penelitian ilmiah. Banyak mahasiswa yang masih mengalami kesulitan dalam menggunakan software pengolah data dan menginterpretasikan hasil penelitian mereka. Oleh karena itu, dalam workshop ini, peserta mendapatkan pelatihan khusus dalam penggunaan software statistik, teknik analisis data, serta cara menyajikan hasil penelitian dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan visualisasi lainnya. Dengan pelatihan ini, mahasiswa diharapkan dapat menyajikan data penelitian mereka secara lebih akurat dan profesional.

Ketua Program Studi Farmasi Universitas Malahayati, apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes., menyampaikan bahwa workshop ini akan menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan di awal semester genap. “Kami berharap melalui pelatihan ini, mahasiswa tidak lagi mengalami hambatan dalam menyusun referensi dan mengolah data penelitian mereka. Dengan keterampilan yang lebih baik, mereka dapat menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tinggi,” ujarnya.

Ketua panitia kegiatan, apt. Gusti Ayu Rai Saputri, M.Si., juga menambahkan bahwa pelatihan ini diadakan sebagai bentuk komitmen Prodi Farmasi dalam mendukung mahasiswa menyelesaikan penelitian mereka dengan lebih efektif. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa memiliki pemahaman yang kuat dalam menggunakan alat bantu penelitian, sehingga mereka dapat lebih percaya diri dalam menyusun skripsi mereka,” ungkapnya.

Dengan suksesnya workshop ini, diharapkan mahasiswa Prodi Farmasi Universitas Malahayati semakin siap dalam menghadapi tantangan penelitian akademik. Pelatihan ini bukan hanya sekadar pembekalan teknis, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam meningkatkan mutu penelitian dan kualitas lulusan di bidang farmasi. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Perkuat Pendidikan Kebidanan, Siapkan Program Magister Kebidanan

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id)Universitas Malahayati semakin memperkuat komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui rencana pembukaan Program Studi Magister (S2) Kebidanan. Langkah strategis ini bertujuan untuk mencetak tenaga bidan dengan kompetensi lebih tinggi dalam bidang akademik, penelitian, dan pelayanan kebidanan. Program Magister Kebidanan ini diharapkan dapat memperkuat peran bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak serta mendorong pengembangan kebijakan kesehatan berbasis riset.

Pendirian program studi ini sedang dalam tahap persiapan dengan target dibuka pada tahun 2026. Untuk itu, Universitas Malahayati telah membentuk Tim Pembentukan Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan, yang bekerja keras melakukan serangkaian pembahasan akademik dan presentasi.

Tim tersebut melaksanakan presentasi di ruang rapat Gedung Rektorat, yang dihadiri langsung oleh Rektor Universitas Malahayati, Dr. Muhammad Kadafi, SH., MH, serta para Wakil Rektor, yaitu Wakil Rektor I, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, Wakil Rektor III, Dr. Eng Rina Febrina, ST., MT, dan Wakil Rektor IV, Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes. Acara ini menjadi langkah awal yang krusial untuk memastikan kelancaran proses pembukaan program studi tersebut. Selasa (18/3/2025).

Ketua Tim Pembentukan Program Studi, Dainty Maternity, SST., M.Keb, menegaskan bahwa, “Kami berkomitmen untuk menghadirkan program studi yang tidak hanya memenuhi standar akademik, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Program Magister Kebidanan ini diharapkan menjadi solusi bagi para bidan yang ingin meningkatkan kompetensi profesionalnya.”

Sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan program ini, Universitas Malahayati akan terus melakukan sosialisasi serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dengan begitu, diharapkan dapat memastikan kelancaran pendirian program ini dan memberikan akses pendidikan tinggi yang berkualitas bagi para bidan di seluruh Indonesia.

Program Magister Kebidanan Universitas Malahayati ini juga membuka peluang bagi seluruh calon mahasiswa dan tenaga kesehatan yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Program ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri lebih jauh dalam dunia kebidanan, serta memberikan kontribusi yang lebih luas dalam sektor kesehatan ibu dan anak di Indonesia. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Keduwung

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi menjelang siang beberapa hari lalu ruang kerja di kantor, penulis kedatangan tamu seorang mahasiswa pascasarjana. Beliau adalah seorang tenaga kesehatan di salah satu pusat kesehatan masyarakat di kota ini. Di samping masalah akademik, yang bersangkutan mengeluarkan unek-unek berkaitan dengan anggaran kesehatan yang kena “efisiensi”.

“Prof, jujur saya keduwung memilih dalam pemilihan umum kemarin, saya kiro kencana ternyata wingka,” katanya.

Penulis agak terperanjat mendengar bahasa yang digunakan, terutama kata keduwung. Sudah lama sekali tidak mendengar diksi itu, karena itu sangat njawani sekali. Jika kita terjemahkan secara bebas maka kalimat “sanepo” (kiasan) tadi yang bersangkutan sangat kecewa karena salah memilih di kira emas permata, ternyata hanya wingko yaitu nama makanan khas Semarang yang berasal kota Babat.

Setelah tamu pamit, mulailah penulis melakukan perburuan definisi operasional kata keduwung tadi dimulai. Ternyata dari referensi digital ditemukan makna sebagai berikut: Kata “Keduwung” berasal dari bahasa Jawa dan memiliki arti “sesal” atau “penyesalan yang mendalam”.

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa lain: Bahasa Indonesia: penyesalan; Bahasa Inggris: regret, remorse; Bahasa Sunda: kukumaha deui (ungkapan pasrah setelah penyesalan) atau kasalahan. Bahasa Madura: nyelesel. Bahasa Bali: seseleng, Bahasa Lampung Menggala: beboh atei. dan akan panjang lagi jika kita telusuri lebih jauh.

Dalam pandangan budaya Jawa, keduwung bukan sekadar perasaan negatif, tetapi juga proses pembelajaran hidup yang mengarah pada kebijaksanaan dan perbaikan diri. Berdasarkan penelusuran sejumlah literature digital juga, ditemukan informasi sebagai berikut: Filosofi keduwung dalam Budaya Jawa: Pertama, sebagai bentuk kesadaran diri. Keduwung bukan  sekadar rasa sesal, tetapi juga bentuk kesadaran batin terhadap kesalahan yang telah diperbuat. Dalam ajaran Jawa, seseorang yang mengalami keduwung diharapkan bisa belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi.

Kedua, bagian dari hukum karma. Dalam kepercayaan Jawa yang dipengaruhi oleh kepercayaan lokal, keduwung sering dikaitkan dengan hukum sebab-akibat. Apa yang kita tanam akan kita tuai. Keduwung muncul ketika seseorang menyadari bahwa apa yang ia lakukan di masa lalu membawa akibat buruk pada saat ini dan yang akan datang.

Ketiga, mengajarkan laku prihatin. Keduwung menjadi pelajaran batin yang mendorong seseorang untuk melakukan laku prihatin (menjalani hidup dengan kesederhanaan dan introspeksi diri).

Keempat, sebagai pengingat akan keutamaan berpikir sebelum bertindak. Ungkapan Jawa seperti “mikir sakdurunge tumindak” (berpikir sebelum bertindak) menegaskan bahwa seseorang harus berhati-hati agar tidak mengalami keduwung. Oleh karena itu, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa.

Kelima, mengarah pada keikhlasan dan penerimaan. Dalam tahap akhir, keduwung yang diterima dengan ikhlas akan mengarah pada sikap legowo (penerimaan) dan kemampuan untuk melanjutkan hidup dengan lebih bijak. Konsep ini selaras dengan filosofi sangkan paraning dumadi yang mengajarkan bahwa segala sesuatu memiliki sebab dan tujuan dalam kehidupan.

Tampaknya saat ini banyak di antara kita ada pada fase keduwung ini dalam mesikapi keadaan negeri yang tidak baik-baik saja. Hanya saja dalam mempersonifikasikan sikap keduwung ini berbeda-beda karena hal ini sangat personal. Ada yang mengambil sikap mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain, ada yang dengan keahliannya melakukan “perlawanan” dalam bentuk yang paling halus sampai yang vulger. Namun, ada juga yang bersikap berserah diri menjalani nasib, bahkan menuju ke arah apatis.

Pilihan pilihan seperti ini tidak bisa kita atur atau pertentangkan. Juga tidak bisa kita salahkan atau kita benarkan. Sebab,  wilayah pilihan yang bersifat personal ini ada pada tataran ontologis. Jadi sangat salah jika ada pejabat atau siapapun kita menyalahkan pilihan itu dengan alasan pembenaran tertentu. Sebagai contoh, dalil tidak nasionalis menjadi dasar pikiran. Hal seperti itu adalah kekeliruan berpikir yang fatal dan sekaligus menunjukkan ketidakpahaman kita akan hakikat,  sehingga tersesat dalam bersilogisme.

“Kekeduwungannya” banyak pihak itu juga merupakan indikasi ketidak mampuan selama ini membaca data yang berupa perilaku. Sehingga, “permainan peran” selama ini nyaris sempurna, sehingga yang benar tampak salah; sementara yang salah tampak benar. Setelah “kewarasan” kembali menyadarkan akan apa yang sebenarnya terjadi, maka muncullah sikap keduwung tadi dengan sempurna. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Selamat Hari Jadi Provinsi Lampung ke-61, Lampung Tabik Pun!

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati mengucapkan Selamat Hari Jadi yang ke-61 untuk Provinsi Lampung! Semoga Lampung terus berkembang menjadi provinsi yang Tangguh, Berbudaya, Inklusif, dan Berhimpun dalam kebersamaan yang harmonis. Kami bangga menjadi bagian dari masyarakat Lampung yang terus berinovasi, menjaga tradisi, dan mendukung kemajuan untuk masa depan yang lebih cerah.

Lampung Tabik Pun, semoga provinsi kita semakin maju, sejahtera, dan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi Indonesia. Mari kita bersama-sama menjaga keberagaman, mempererat tali persaudaraan, dan mewujudkan Lampung yang lebih baik untuk generasi mendatang. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Sing Waras Ngalah

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi menjelang siang karena bulan puasa pergi ke kantor lebih lambat satu jam dari biasanya, sesuai dengan edaran pimpinan tertinggi lembaga beberapa waktu lalu. Dalam perjalanan dari balik kemudi melihat insiden kecil dua pengendara motor bersenggolan; terlihat keduanya adu mulut dan berpotensi adu fisik. Entah datang dari mana, ada seorang tua menghampiri mereka dan terdengar sayup-sayup dalam bahasa Jawa berkata “sing waras ngalah” terjemahan bebasnya orang yang ngalah itu waras. Sontak mendengar diksi itu menjadi ingat ucapan Ibu saat dimintai restu untuk pamit menimba ilmu, beliau juga berpesan begitu dan ditambah satu lagi “wong ngalah luhur wekasan ne”. terjemahan bebasnya orang yang mengalah itu akhirnya akan tinggi derajatnya. Karena takut terjadi kemacetan pancang, insiden itu ditinggal dengan melajukan kendaraan secara perlahan.

Sesampainya di kantor diksi tadi menggelitik untuk ditelusuri apa dan bagaimana secara filosofis. Ternyata berdasarkan beberapa sumber digital ditemukan informasi sebagai berikut: Dalam filosofi Jawa, ungkapan “Sing waras ngalah” memiliki makna yang mendalam tentang kebijaksanaan, kesabaran, dan keseimbangan dalam kehidupan sosial. Secara harfiah, ungkapan ini berarti “Orang yang lebih waras (bijaksana) yang mengalah”.

Makna Filosofis dari ungkapan tadi bahwa; Orang yang lebih sadar dan memiliki pemahaman lebih luas akan memilih mengalah untuk menghindari konflik yang tidak perlu. Mengalah bukan berarti kalah, tetapi menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi situasi. Dalam ajaran Jawa, keharmonisan dalam masyarakat lebih diutamakan daripada ego pribadi. Orang yang lebih bijaksana akan menahan diri demi menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Oleh sebab itu tidak semua pertengkaran atau perdebatan harus dimenangkan. Kadang-kadang, bertahan dalam argumen hanya akan membuang energi tanpa hasil yang berarti. Orang yang “waras” akan lebih memilih fokus pada hal yang lebih bermanfaat. Mengalah bukan berarti lemah, tetapi menunjukkan kemampuan untuk memahami keadaan dan bertindak dengan kepala dingin. Ini adalah bentuk pengendalian diri dan kesabaran yang tinggi. Pepatah kuno mengatakan “tidak semua perjuangan harus maju, ingat tarik tambang itu menang karena mundur”.

Prinsip ini sering diterapkan dalam berbagai situasi, seperti dalam keluarga, pekerjaan, maupun lingkungan sosial. Ketika terjadi perselisihan, seseorang yang lebih bijak akan memilih mengalah agar tidak memperpanjang konflik yang bisa berdampak buruk.

Namun, ada juga kondisi di mana mengalah bukan pilihan terbaik, terutama jika itu menyangkut prinsip yang tidak bisa dikompromikan atau keadilan yang harus ditegakkan. Oleh karena itu, kebijaksanaan diperlukan untuk menentukan kapan harus mengalah dan kapan harus bertahan. Oleh sebab itu ada sejumlah unsur yang harus dipenuhi dalam prinsip Sing Waras Ngalah, dari informasi digital ditemukan sebagai berikut:

1. Kesadaran Diri (Eling lan Waspada)

Orang yang “waras” berarti memiliki kesadaran diri yang tinggi. Mampu memahami situasi dengan jernih tanpa terbawa emosi. Menyadari kapan harus mengalah dan kapan harus mempertahankan prinsip.

2. Kesabaran (Sabar lan Legowo)

Tidak terburu-buru dalam bereaksi terhadap suatu konflik. Menerima keadaan dengan hati yang lapang tanpa merasa terhina atau direndahkan. Mampu menahan ego demi kebaikan bersama.

3. Kecerdasan Emosional (Luwih Cerdas, Luwih Tanggap)

Memiliki kontrol emosi yang baik sehingga tidak mudah terpancing dalam situasi panas. Dapat memahami perasaan orang lain dan bertindak dengan empati. Mampu berpikir jangka panjang, bukan hanya merespons secara instan.

4. Kepekaan Sosial (Tepa Selira)

Memahami bahwa hidup bermasyarakat membutuhkan keseimbangan dan harmoni. Tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi juga dampak bagi orang lain. Bersikap luwes dalam menghadapi perbedaan pendapat dan konflik.

5. Kebijaksanaan dalam Bertindak (Wicaksana lan Adil)

Mengambil keputusan dengan pertimbangan matang, bukan sekadar asal mengalah. Tidak mengalah secara buta, tetapi tetap mempertahankan kebenaran jika diperlukan. Membedakan antara kapan harus diam dan kapan harus berbicara.

6. Tujuan yang Lebih Besar (Utamakan Kedamaian dan Kesejahteraan Bersama)

Mengalah bukan berarti lemah, melainkan demi tujuan yang lebih besar. Fokus pada solusi, bukan pada menang atau kalah dalam perdebatan. Memilih tindakan yang membawa manfaat jangka panjang.

Dalam praktiknya, prinsip “Sing Waras Ngalah” bukan berarti selalu mundur atau pasif, tetapi menunjukkan kecerdasan dalam memilih pertarungan mana yang harus dihindari dan mana yang harus dihadapi dengan cara yang lebih elegan. Oleh sebab itu tidak salah jika diksi itu selalu bersambung dengan “wong ngalah luhur wekasan ne”; sebab ngalah bukan berarti kalah, dan keluhuran itu tidak harus diperoleh dengan cara mengalahkan; justru bisa jadi sebaliknya. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Ucapkan Selamat Hari Jadi Persatuan Perawat Nasional Indonesia Ke-51

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati dengan penuh kebanggaan menyampaikan ucapan selamat kepada Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang pada hari ini, Senin, 17 Maret 2025, merayakan Hari Perawat Nasional sekaligus memperingati usia organisasi yang telah mencapai 51 tahun.

Momen bersejarah ini menjadi refleksi atas dedikasi luar biasa para perawat di seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas mulia mereka dalam bidang kesehatan. PPNI, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Harif Fadhillah, Sekretaris Jenderal Prof. Mustikasari, dan Bendahara Umum Aprisunadi, terus menunjukkan komitmen dalam memperjuangkan profesionalisme, kesejahteraan, serta peningkatan kualitas tenaga keperawatan di Tanah Air.

Tema yang diusung dalam perayaan tahun ini, “Perawat Kuat Bersinergi Membangun Bangsa,” menegaskan kembali peran strategis perawat dalam pembangunan nasional, khususnya dalam sektor kesehatan. Dengan semangat sinergi dan kolaborasi, tenaga perawat diharapkan semakin berdaya dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan berkontribusi dalam menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik.

Dengan penuh rasa hormat, Universitas Malahayati mengucapkan selamat Hari Perawat Nasional ke-51 kepada seluruh perawat di Indonesia. Semoga semangat juang dan pengabdian yang telah ditanamkan dapat terus menjadi inspirasi dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermartabat bagi masyarakat Indonesia. (gil)

Editor: Gilang Agusman