
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar acara Monitoring dan Evaluasi (Monev) pasca Akreditasi Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan di gedung Rektorat, Kamis (4/7/2024).
Acara ini dibuka Wakil Rektor 1, Dr. (Can) Muhammad, S. Kom., M.M., menyampaikan bahwa acara tersebut bukan hanya rutinitas administratif, melainkan momen penting untuk evaluasi pencapaian dan penetapan langkah-langkah strategis ke depan.
“Akreditasi adalah cermin dari dedikasi dan kerja keras seluruh civitas akademik dalam memberikan pendidikan yang berkualitas,” ujar Dr. (Can) Muhammad.
Beliau menegaskan bahwa Monev ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan akademik, tidak hanya menandai keberhasilan dalam memperoleh akreditasi, tetapi juga sebagai momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan di bidang kebidanan.
“Sebagai Wakil Rektor I, saya ingin mengucapkan apresiasi kepada seluruh tim yang terlibat dalam proses akreditasi ini. Kerja keras dan kolaborasi semuanya telah memastikan bahwa program studi kebidanan terus menjaga standar yang tinggi dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” lanjutnya.

Namun, hasil akreditasi ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tantangan baru untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Evaluasi pasca akreditasi yang dilakukan akan memberikan pandangan jelas tentang area yang perlu diperbaiki serta potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
“Saya berharap kita dapat menjadikan acara ini sebagai wadah untuk membangun komitmen bersama dalam meningkatkan mutu dan kualitas program studi kebidanan, bukan sekadar sebagai alat administrasi semata,” tambah Dr. (Can) Muhammad.
Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes, yang juga dosen di Poltekkes Kemenkes Palembang, mengatakan kegiatan Monev ini untuk melihat apakah rekomendasi yang diberikan dua tahun lalu saat proses akreditasi telah dilaksanakan oleh Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan.
“Hal-hal yang sudah ditindaklanjuti ini adalah awal persiapan lebih lanjut untuk menghadapi proses akreditasi selanjutnya,” kata Nesi Novita.
Pada kesempatan itu, Kepala Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan, Vida Wira Utami, SSt, Bdn., M.Kes, memaparkan semua capaian yang telah diraih selama dua tahun pasca akreditasi. Peningkatan dosen yang menerima hibah penelitian dan lengkapnya sarana prasarana maternitas menjadi salah satu poin utama. Selain itu, inovasi pengolahan daun kelor yang dikembangkan menjadi berbagai jenis makanan penambah gizi untuk ibu hamil dan balita juga turut disampaikan.
Kegiatan Monev digelar secara luring dan daring, dihadiri oleh Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes., Wakil Rektor 1 Dr. (Cand) Muhammad, S. Kom., M.M., Wakil Rektor III Dr.Eng. Rina Febrina, ST., M.T., Kepala LPMI Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil LPMI Prima Dian Furqoni, S.Kep., Ns., M.Kes., Kepala LPPM Prof. Erna Listyaningsih, SE., M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes, dan Kepala BPMI FIK. (*)
Editor: Asyihin
Universitas Malahayati Gelar Monev Pasca Akreditasi Program Studi Kebidanan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar acara Monitoring dan Evaluasi (Monev) pasca Akreditasi Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan di gedung Rektorat, Kamis (4/7/2024).
Acara ini dibuka Wakil Rektor 1, Dr. (Can) Muhammad, S. Kom., M.M., menyampaikan bahwa acara tersebut bukan hanya rutinitas administratif, melainkan momen penting untuk evaluasi pencapaian dan penetapan langkah-langkah strategis ke depan.
“Akreditasi adalah cermin dari dedikasi dan kerja keras seluruh civitas akademik dalam memberikan pendidikan yang berkualitas,” ujar Dr. (Can) Muhammad.
Beliau menegaskan bahwa Monev ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan akademik, tidak hanya menandai keberhasilan dalam memperoleh akreditasi, tetapi juga sebagai momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan di bidang kebidanan.
“Sebagai Wakil Rektor I, saya ingin mengucapkan apresiasi kepada seluruh tim yang terlibat dalam proses akreditasi ini. Kerja keras dan kolaborasi semuanya telah memastikan bahwa program studi kebidanan terus menjaga standar yang tinggi dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” lanjutnya.
Namun, hasil akreditasi ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tantangan baru untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Evaluasi pasca akreditasi yang dilakukan akan memberikan pandangan jelas tentang area yang perlu diperbaiki serta potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
“Saya berharap kita dapat menjadikan acara ini sebagai wadah untuk membangun komitmen bersama dalam meningkatkan mutu dan kualitas program studi kebidanan, bukan sekadar sebagai alat administrasi semata,” tambah Dr. (Can) Muhammad.
Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes, yang juga dosen di Poltekkes Kemenkes Palembang, mengatakan kegiatan Monev ini untuk melihat apakah rekomendasi yang diberikan dua tahun lalu saat proses akreditasi telah dilaksanakan oleh Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan.
“Hal-hal yang sudah ditindaklanjuti ini adalah awal persiapan lebih lanjut untuk menghadapi proses akreditasi selanjutnya,” kata Nesi Novita.
Pada kesempatan itu, Kepala Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan, Vida Wira Utami, SSt, Bdn., M.Kes, memaparkan semua capaian yang telah diraih selama dua tahun pasca akreditasi. Peningkatan dosen yang menerima hibah penelitian dan lengkapnya sarana prasarana maternitas menjadi salah satu poin utama. Selain itu, inovasi pengolahan daun kelor yang dikembangkan menjadi berbagai jenis makanan penambah gizi untuk ibu hamil dan balita juga turut disampaikan.
Kegiatan Monev digelar secara luring dan daring, dihadiri oleh Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes., Wakil Rektor 1 Dr. (Cand) Muhammad, S. Kom., M.M., Wakil Rektor III Dr.Eng. Rina Febrina, ST., M.T., Kepala LPMI Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil LPMI Prima Dian Furqoni, S.Kep., Ns., M.Kes., Kepala LPPM Prof. Erna Listyaningsih, SE., M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes, dan Kepala BPMI FIK. (*)
Editor: Asyihin
Rektor Universitas Malahayati Jalin Silaturahmi dengan Danrem 043/Gatam
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., bersama jajaran akademik bertemu dengan Komandan Korem 043/Gatam, Brigjen TNI Rikas Hidayatullah, S.E., M.M., di ruang lobby utama Makorem 043/Gatam, Penengahan Bandar Lampung, Selasa (02/07/2024).
Kehadiran Rektor didampingi oleh Wakil Rektor I, Dr. (Cand) Muhammad S. Kom, M.M., Wakil Rektor III Dr. Eng Rina Febrina, ST.,M.T, Wakil Rektor IV Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes, Dekan Fakultas Teknik Ir. Yan Juansyah, DEA., Dekan Fakultas Kedokteran Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM., Dekan Fakultas Hukum Aditia Arief Firmanto, SH., MH., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Dr. Rahyono, S. Sos., M.M., Kepala Bagian Kerjasama, dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Emil Tanhar, S. Kom.
Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antara Universitas Malahayati dan Korem 043/Gatam, serta memperkenalkan para pejabat baru di jajaran Universitas Malahayati kepada Danrem.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Malahayati menyampaikan harapannya agar Korem 043/Gatam berkenan melatih mahasiswa baru yang akan menjalani orientasi di Universitas Malahayati dalam hal sikap, disiplin, dan cinta tanah air.
“Kami berharap Korem 043/Gatam dapat melatih bela negara, sikap loyal, dan disiplin adik-adik mahasiswa baru yang akan orientasi di Universitas Malahayati,“ tutur Dr. Achmad Farich.
Danrem 043/Gatam mengucapkan terima kasih atas kunjungan silaturahmi Rektor Universitas Malahayati dan jajaran akademik. “Mudah-mudahan silaturahmi dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik ini sekaligus menjadi pondasi dalam menjalin kerjasama lainnya ke depan, antara Korem 043/Gatam dan Universitas Malahayati,” ucap Brigjen TNI Rikas Hidayatullah.
Turut mendampingi Danrem 043/Gatam dalam pertemuan tersebut antara lain Kasrem 043/Gatam Kolonel Inf Enjang, S.I.P., M.Han., Kasiren Korem 043/Gatam Kolonel Arh Burhan Fajari Arfian, S.Sos., Para Kasi Kasrem 043/Gatam, Dandenpom II/3 Lampung, Dandenpal II/3 Lampung, Danden Bekang II/3 Bandar Lampung, dan Pgs. Dandenma Korem 043/Gatam. (*)
Editor: Asyihin
Membeli Mimpi
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu, sambil menunggu matahari naik kebiasaan kami berdua diskusi atau berbicara soal remeh-temeh sampai yang berat di ruang tamu. Rumah kopel itu menjadi hangat karena sambil minum kopi bicara ngalor ngidul, sesekali diselahi dengan kencangnya urat leher karena ketulian kami berdua; tak beberapa lama pasangan hidup saya di rumah ini komentar “Pak judul tulisannya jangan itu, karena terlalu awam sementara tulisan ini ada pada wilayah langit (untuk menyebut wilayah filsafat)”. Sontak komentar itu menjadi bahan renungan karena beliau adalah wakil pembaca tulisan yang tulen selama ini, walaupun mungkin subyektif; tetapi kali ini komentarnya mengena. Maka judul yang sudah dipikirkan berjam-jam itu dimusnahkan, dan direnungkan kembali yang lain dari sudut dan masalah lain.
Untuk merekonstruksi pemikiran saat membuka media sosial, melintas postingan seorang mantan pejabat administratif yang mencalonkan diri untuk menjadi pejabat publik, tentu dengan narasi indah mengenai visi dan misinya jika beliau terpilih menjadi pejabat. Penelusuran dilanjutkan ke kolom komentar, tentu beranekaragam komentar yang ada, dari yang mendukung sampai yang menentang.
Ternyata kesimpulan yang dapat diambil adalah beliau sedang menjual mimpi, agar kelak ada yang mau membeli mimpinya sehingga beliau bisa duduk sebagai petinggi daerah ini. Dan, jadilah judul tulisan ini tanpa terkena sensor teman hidup yang selalu koreksi dengan caranya.
“Menjual mimpi” dari penelusuran digital ditemukan batasan: adalah ungkapan yang mengacu pada tindakan seseorang yang menawarkan harapan atau janji-janji besar yang mungkin tidak realistis atau sulit dicapai. Biasanya, ungkapan ini memiliki konotasi negatif, dimana seseorang atau sekelompok orang memberikan janji-janji manis atau harapan yang tinggi kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik itu dalam bentuk uang, dukungan, atau popularitas.
Sementara itu “membeli mimpi” adalah sebuah ungkapan yang memiliki makna kiasan, yaitu menggambarkan tindakan atau upaya seseorang untuk mencapai impian atau tujuan yang sangat diinginkan, seringkali dengan mengeluarkan banyak usaha, waktu, atau sumber daya. Ungkapan ini menunjukkan bahwa impian tersebut seakan-akan dibeli dengan harga tertentu, meskipun bukan dalam arti harfiah. Ini bisa mencakup berbagai hal seperti pendidikan, pelatihan, kerja keras, atau bahkan investasi finansial untuk mencapai suatu cita-cita besar.
Ternyata dalam kehidupan perpolitikan yang berkaitan dengan pilih-memilih, kita tidak dapat melepaaskan diri dari jual-beli mimpi. Hal itu dibaca dari indikasi yang ada melalui account masing-masing bakal calon jabatan kepala daerah, mereka semua sedang asyik menjual mimpi indah kepada semua orang. Terlepas apakah mimpi yang dijual itu laku atau tidak, bukan persoalan, akan tetapi bagaimanapun upaya menjual mimpi itu kita harus hargai dan hormati. Pilihan untuk “membeli atau tidak membeli” adalah wilayah pribadi kita masing-masing.
Kita harus hormati bagaimana mereka para bakal calon mengemas mimpi jualannya disertai dengan narasi-narasi yang luar biasa bagusnya. Tentu ini merupakan lahan para kreator untuk mengeksplorasi baik kemampuan maupun cuan. Hukum dagang disana berlaku, salah satu diantaranya “makin baik makin mahal”, atau juga “makin naratif harga makin naïf”. Tentu saja semua menjadi relatif, karena harga sangat ditentukan selera.
Tinggal kita menyikapinya, jika memang tertarik untuk membeli mimpi dengan juga caranya ikut bermimpi, tidak menjadi persoalan. Siapa sangka nantinya bahwa mimpi itu menjadi kenyataan, karena mengejar mimpi tidak ada undang-undang yang dilanggar, atau juga tidak ada aturan “dilarang mimpi” karena mimpi itulah membuat kita menjadi terlena dalam tidur yang panjang dan pulas. Namun jangan pula kita hanya mimpi sepanjang masa, karena itu adalah pekerjaan sia-sia.
Tampaknya membeli mimpi dan menjual mimpi tidak hanya melanda perseorangan, tetapi juga melanda perusahaan-perusahaan, termasuk juga perusahaan plat merah; betapa terkejutnya kita baru baru ini ada satu koorporit atau perusahaan besar yang berurusan dengan pengadaan obat-obatan berplat merah mengalami kerugian Rp1,8 triliun. Kita semua mengetahui bahwa perusahaan ini menyediakan obat-obatan dan menyalurkannya dari kota sampai desa, dari rumah sakit besar sampai puskesmas pembantu. Ternyata bisa merugi begitu besar, selidik punya selidik ternyata para pengelolanya bermimpi menggarap proyek besar yang uangnya diperoleh dari pinjaman online alias pinjol. Pada hal kita mengetahui bahwa pemerintah punya banyak bank yang mampu memberikan kredit untuk mereka.
Mungkin mereka saat ini sedang mengalami “gangguan mimpi” sehingga menggarap proyek milik pemerintah dengan cara mendapatkan dana dari sumber yang tidak jelas. Pertanyaannya, kemana kepengawasan selama ini berada? Apakah mereka juga ikut “menikmati mimpi” bersama direksi? Apakah negeri ini sudah menjadi negeri pemimpi? karena penjudi dan korupsi sudah seperti makanan sehari-hari. Wallahualam. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Malahayati Kunjungi Industri di Jakarta, Yogyakarta, Malang
Adapun Kunjungan lain seperti Sea World, Ancol pada Senin (24/6/2024). Candi prambanan, kerajinan perak HS Silver kota gede. Selasa (25/6/2024). Goa Pindul, bakpia dan susu etawa Pak Kirun. Rabu (26/6/2024).
Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui serta menambah ilmu pengetahuan dunia industri dan UMKM seberapa jauh pemasaran digital normal dan keterampilan indonesia dimata dunia.
1. Kurikulum
2. Pertukaran mahasiswa
3. DLL
Bertujuan untuk perkembangan prodi Akuntansi dan akan dirumuskan kembali antar prodi,dosen-dosen MBKM,dan juga Kompetensi untuk kelulusan Mahasiswa program Akuntansi. (*)
Editor: Gilang Agusman
UKMBS Universitas Malahayati Sukses Gelar Pementasan Teater Bertajuk “Avunto” di Taman Budaya Provinsi Lampung
Pementasan ini dibuka dengan tarian karya UKMBS Universitas Malahayati yaitu, Tari Kumbang Sigokh. Tarian ini dibawakan langsung oleh Divisi Tari Badra dan dilanjutkan dengan persembahan Teater Kita dengan karya yang berjudul Avunto Tema Sampai Disini.
Ia juga menggambarkan bagaimana secerca harapan-harapan itu yang terus menghampiri hingga mengganggu waktu tidurnya. “Pertunjukan ini juga memperlihatkan bagaimana waktu berjalan dengan sangat cepat tanpa memperdulikan apapun,” lanjutnya.
Agung juga menuturkan, bagaimana ia mencari jawaban atas teka-teki yang tak mampu ia selesai dan mampu ia menjawab tentang bagaimana dan untuk apa. “Pertunjukan ini mengambil sebuah referensi dari beberapa pertunjukan teater yang dipentaskan oleh |Teater Satu Lampung,” tandasnya.
Disisi lain, Willy Amanda (21220033) Mahasiswa Prodi Manajemen selaku Pimpinan Produksi/Ketuplak pertunjukan Avunto mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Universitas Malahayati dan Humas Malahayati News yang telah mensupport penuh dalam kegiatan ini.
Ia berharap dengan adanya pementasan ini, membuka jalan untuk teman-teman mahasiswa dapat menjalankan ide-ide kreativ lainnya, guna maju bersama dan menjunjung tinggi prestasi untuk Universitas Malahayati.
Setiap adegan, dialog, dan penampilan begitu memukau dan menginspirasi. “Terima kasih UKMBS Universitas Malahayati yang telah memberikan pengalaman teater yang tak terlupakan,” sambungnya.
“Semoga kesuksesan UKMBS Universitas Malahayati ini menjadi awal dari banyak pencapaian gemilang lainnya dan di masa depan,” tuntasnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Bandar Lampung Tambah Guru Besar, Prof. Erna Listyaningsih
Palembang (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung kembali menambah guru besar atas nama Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D.
Surat keputusan tersebut diserahkan langsung kepada Prof. Erna Listyaningsih di kantor LLDIKTI Wilayah 2 Palembang, Senin (1/7/2024).
Acara serah terima SK disaksikan langsung Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Dr. Achmad Farich, dr., MM, didampingi Kepala Bagian Humas dan Protokoler Emil Tanhar, SE.
Dr. Achmad Farich menyampaikan ucapan selamat kepada Prof. Erna Listyaningsih yang pada hari ini resmi menambah gelar profesor dan menjadi guru besar Universitas Malahayati Bandar Lampung.
“Kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Semoga Prof. Erna dapat terus berkontribusi di bidang akademik dan membawa nama baik universitas,” ujar Dr. Achmad Farich. (*)
Redaksi : Asyihin
Republik Kethoprak
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu saya sedang “gupek” mendekati panik karena ada dokumen yang diperlukan “ketlingsut” entah di mana. Padahal, dokumen tersebut siangnya akan diperlukan. Saat sedang gupek, mendadak gawai piranti sosial berdenting pertanda ada berita masuk. Setelah dibaca ternyata sohib lama seorang doktor alumni universitas ternama dari negeri jiran mengirim berita yang membuat mata terbelalak.
Dalam berita itu disebutkan ada seorang tokoh politik terkenal yang juga tajir melintir kekayaannya sedang sibuk mengurus untuk mendapatkan gelar guru besar, walaupun tidak ditemukan jejaknya beliau menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi mana, dan atau calon doktor mana yang beliau bimbing. Sementara itu diakui oleh yang bersangkutan bahwa pendidikannya seperti sungsang, karena gelar akademik diperoleh S2 terlebih dahulu baru S1, kemudian S3.
Sampai batas ini saja penulis membacanya geleng-geleng kepala. Entah bagaimana di negeri ini ada orang masuk S2 atau Pascasarjana, tanpa harus S1 atau Sarjana. Padahal itu merupakan syarat utama pada perguruan tinggi yang membuka program pascasarjana.
Terbayang bagaimana susahnya teman-teman dosen baik negeri apalagi swasta untuk mendapatkan gelar doktor harus bertungkuslumus. Bahkan ada diantara mereka yang harus bolak-balik dari kampus tempat bekerja ke kampus penyelenggara program doktor yang jaraknya cukup jauh dan itu ataas biaya sendiri. Sementara untuk mencapai derajar Guru Besar harus berjuang berdarah-darah karena persyaratan yang ribet dan aturan yang berubah-ubah. Mereka bagai masuk taman labirin yang entah kapan keluarnya. Tidak jarang mereka harus menunggu mukjizat atau meminjam istilah WS.Rendra almarhum, seolah “menunggu datangnya godot”. Bahkan ada yunior penulis yang sudah lebih dari satu tahun ini berjuang untuk mencapai derajat Guru Besar berucap bagaimana beliau harus menyingkirkan untuk sementara perhatian akan keluarga dan lainnya, termasuk dana, guna mengejar waktu karena dikejar usia dan segalanya.
Bisa dibayangkan untuk menerbitkan artikel yang bereputasi memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit, dan itu merupakan persyaratan utama. Mereka harus kencangkan ikat pinggang untuk puasa kenginan, lebih memenuhi kebutuhan; demi mengejar Doktor apalagi Guru Besar. Itu baru mempersiapkan materinya, belum berhadapan dengan sistemnya yang terkadang membuat kepala berdenyut ditambah kantong bergoyang. Jadi, jika ada yang mendapatkan level akademik tertinggi itu dengan mudah hanya dengan pangkat dan jabatan serta pengaruh politik. Rasanya kita berada dalam pertunjukan kethoprak yang enak ditonton sesaat guna menghibur diri mengocok perut.
Sebelum lebih jauh kita bicara tentang kethoprak, kita telusuri terlebih dahulu apa makna hakikinya; karena ada dua versi pemaknaan, satu versi produk kesenian, dan versi yang lain adalah makanan khas dari daerah Cirebon yang lezat dan nikmat.
Kethoprak adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional khas dari Jawa Tengah yang menggabungkan unsur drama, musik, tari, dan dialog. Kesenian ini memiliki sejarah panjang dan telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Jawa.
Kethoprak diperkirakan berasal dari tradisi rakyat di pedesaan Jawa Tengah pada akhir abad ke-19. Nama “kethoprak” diyakini berasal dari suara alat musik tradisional kentongan yang digunakan dalam pertunjukan awalnya. Awalnya, kethoprak mungkin dipengaruhi oleh bentuk-bentuk seni pertunjukan lain seperti wayang kulit, wayang orang, dan ludruk. Cerita yang dibawakan dalam kethoprak sering diambil dari sejarah dan legenda Jawa, seperti cerita kerajaan-kerajaan Mataram dan Majapahit.
Sedangkan kethoprak dalam konteks makanan informasi yang diperoleh sebagai berikut. Kethoprak adalah makanan tradisional Indonesia yang dikenal dengan cita rasa khasnya, dan merupakan salah satu makanan yang populer di daerah Cirebon. Makanan ini terdiri dari berbagai bahan yang disajikan dengan bumbu kacang yang kaya akan rempah. Dalam perkembangannya kemudian, kethoprak juga populer di daerah lain dengan unsur bahan yang sedikit berbeda.
Ternyata untuk mendapatkan jenjang akademik tertinggi di negeri ini bisa menggunakan jalur yang benar secara akademik, tetapi juga tidak menutup kemungkinan dengan cara kethoprak. Terserah pilihannya apakah kethoprak dalam bentuk kesenian yang bergenre “dagelan” atau memilih kethoprak dalam bentuk makanan, dengan mencampur segalanya agar mendapatkan kelezatan untuk dinikmati sendiri.
Bisa dibayangkan sekolah pascasarjana tanpa sarjana, kemudian lompat menjadi doktor. Karena nanti sang doktor bisa menyandang guru besar yang tugasnya membimbing calon doktor, maka mari kita lihat bersama apakah doktornya menjadi doktor kethoprak. (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Raih Penghargaan Dharma Karya Kencana dari BKKBN RI
Semarang (malahayati.ac.id) : Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM., menerima penghargaan Nasional Dharma Karya Kencana di acara Malam Penghargaan Tahun 2024 BKKBN RI di Semarang, Jumat (28/06/2024).
Penghargaan tersebut diserahkan langsung Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, BKKBN RI Budiono Subambang.
Acara yang berlangsung di Merapi Grand Ballroom Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Kota Semarang ini merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2024.
Dr. Achmad Farich didampingi oleh Kepala Bagian Humas dan Protokol, Emil Tanhar, SE., dalam penerimaan penghargaan tersebut.
Dharma Karya Kencana adalah penghargaan dari Kepala BKKBN kepada pimpinan institusi yang menunjukkan komitmen, dukungan serta darma baktinya melalui penyediaan tenaga, dana, sarana dan prasarana, dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana sehingga dapat dijadikan contoh dan teladan bagi orang lain.
Dr. Achmad Farich dinilai berhasil menggerakkan seluruh elemen di Universitas Malahayati, termasuk tenaga pendidik, dosen, dan mahasiswa, untuk terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting di Provinsi Lampung.
“Saya merasa sangat bangga dan terhormat atas penerimaan Penghargaan Nasional Bidang Pembangunan Dharma Karya Kencana ini. Ini adalah pengakuan terhadap komitmen dan kerja keras Universitas Malahayati serta semua pihak yang terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting di Lampung,” ujar Dr. Achmad Farich.
Motivasi utama Universitas Malahayati dalam program ini adalah kesadaran akan pentingnya kesehatan anak sebagai fondasi masa depan bangsa. Berbagai program konkret telah dilaksanakan, seperti pendidikan gizi untuk ibu hamil dan balita, pengembangan produk dari daun kelor, serta kampanye penyuluhan tentang gizi seimbang. Selain itu, ratusan mahasiswa diterjunkan untuk kuliah kerja lapangan di Kabupaten Tanggamus, fokus pada percepatan penurunan stunting.
Dr. Achmad Farich mengungkapkan bahwa kolaborasi dengan pemerintah daerah, NGO, dan sektor swasta sangat penting dalam menyusun kebijakan publik, mendukung program pemerintah, serta meningkatkan akses gizi dan layanan kesehatan di daerah.
“Tantangan terbesar yang kami hadapi termasuk rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan. Kami mengatasinya dengan pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, perubahan perilaku, dan penguatan program pengabdian masyarakat,” jelasnya.
Dr. Achmad Farich berharap angka stunting di Lampung terus menurun, sehingga anak-anak dapat tumbuh optimal dan memiliki masa depan cerah. Universitas Malahayati berkomitmen untuk terus berinovasi dan meningkatkan upaya mencapai tujuan ini.
“Kami juga akan terus memonitor dan mengevaluasi dampak dari setiap program yang kami jalankan untuk memastikan efektivitas dan keberlanjutannya,” tutupnya. (*)
Editor: Asyihin
Cocokologi
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu mendapat kiriman caption dari sahabat lama, mantan Kepala Musium terkemuka di daerah ini; isinya bagaimana penyebutan bilangan dalam bahasa jawa memiliki makna filosofis yang dalam. Karena menarik dan tertarik, atas ijin beliau caption tadi penulis kirimkan kepada seorang doktor matematika alumni dari satu universitas besar di negeri Paman Sam. Beliau memberi komentar memang itu masuk kategori rumpun ilmu cocokologi, dan orang jawa khususnya dan Indonesia umumnya paling ahli mencocok-cocokkan seperti itu, bahasa khasnya …..“Nggathuk ke sing ora gathuk”….. (terjemahan bebasnya mencocokan yang tidak cocok). Akhirnya kalimat terakhir sohib alumni Amerika itu menginspirasi tulisan ini dengan memberi judul di atas, mengingat sekarang sedang musimnya orang mencocok-cocokkan; sekalipun sesuatu tidak cocok, bila perlu dipaksa untuk cocok.
Sebelum lebih jauh membahas tentang cocokologi maka dilakukan penelusuran digital tentang ini, dan ditemukan pemahaman ringkas bahwa: cocokologi dikenal sebagai “pseudoscience” dalam bahasa Inggris, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan atau teori yang tampaknya ilmiah tetapi sebenarnya tidak didasarkan pada metode ilmiah yang sah. Dalam konteks budaya populer di Indonesia, istilah ini sering digunakan secara humoris atau kritis untuk menggambarkan praktek atau teori yang menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang tidak terkait secara ilmiah. Ciri-ciri Cocokologi: Pertama, Korelasi tanpa Kausalitas: Menghubungkan dua atau lebih kejadian yang kebetulan terjadi bersamaan, tetapi tidak memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas. Kedua, Kurangnya Bukti Empiris: Tidak didukung oleh data atau bukti empiris yang dapat diverifikasi. Ketiga, Spekulasi Berlebihan: Berdasarkan spekulasi atau asumsi yang berlebihan tanpa dasar ilmiah yang kuat. Keempat, Tidak Dapat Diuji atau Diverifikasi: Teori atau hipotesis yang diajukan tidak dapat diuji atau diverifikasi melalui eksperimen atau pengamatan yang terkontrol. Kelima. Penggunaan Bahasa Ilmiah yang Salah: Sering menggunakan terminologi ilmiah atau teknis yang salah atau tidak pada tempatnya untuk memberikan kesan ilmiah. Oleh sebab itu seorang Jurnalis senior memberi label cocokologi dengan “Othak-athik gathuk”, terjemahan bebasnya membuat yang tidak cocok dipaksa cocok.
Ketidakcocokan yang dipaksa cocok itu sekarang sedang berkembang di mana-mana, terutama saat membicarakan kekuasaan atau kewenangan. Terutama saat berpasangan maju menjadi calon pimpinan, apakah itu daerah, partai atau apapun yang berkaitan dengan kekuasaan dan diharuskan memiliki pasangan atau wakil; maka ilmu cocokologi dimainkan. Korban ilmu cocokologi ini sudah banyak, mesra di awal bubar di jalan adalah ciri khasnya. Bisa dibayangkan sebelum maju mencalonkan diri tampak mesra bersama bagai lem prangko; namun begitu menang dan dilantik, maka mulai tampak tanda-tanda bubar jalan.
Berpasangan karena kepentingan sesaat, tampaknya menumbuhsuburkan ilmu cocokologi; akibatnya banyak pasangan kepala pemerintahan hanya berusia seumur jagung. Saling telikung di tengah jalan merupakan hal biasa, sehingga membingungkan para pendukungnya. Kejadian seperti ini selalu berulang setiap pemilihan, termasuk pemilihan kepala daerah baik tingkat satu maupun tingkat dua; bisa dibayangkan usulan menjadi kepala dinas yang semula disepakati wakil kepala daerah memiliki hak beberapa persen; ternyata saat penentuan akhir semua usulan wakil diabaikan. Akhirnya mereka menjadi “pecah kongsi” hanya karena tamak akan dunia; bahkan tidak jarang dalam perjalanannya kepala daerah menjadi pemimpin daerah pemain tunggal.
“kawin paksa” model sekarang dalam pemilihan kepala daerah memiliki dampak luas setelah pemenangan terjadi. Tidak segan-segan kepala daerah pemenang justru program pertamanya adalah bagaimana mendepak wakil untuk tidak banyak berperan dalam kepemerintahannya. Cara yang ditempuh bisa dengan halus, maksudnya mengeliminaasi secara perlahan tapi pasti. Atau dengan cara prontal terang-terangan dengan menunjukkan ketidaksukaan, kemudian disertai tindakan mengamputasi wakil secara terbuka dan terang-terangan. Wakil yang cerdas akan menggunakan langkah jurus “anak manis”; maksudnya diam seribu bahasa, yang penting tiap ada pembagian cuan harus dapat entah berapapun besarnya. Namun ada yang menggalang kekuatan secara diam-diam untuk pada waktunya mencalonkan diri melawan petahana, istilah ini sering disebut dengan “mbalelo”. Tetapi ada juga yang secara terang-terangan memukul genderang perang untuk melawan dengan caranya.
Dibanyak tempat dan jabatan dinegeri ini nyaris selalu ditemukan mencocokkan yang tidak cocok dengan berakhir pecah kongsi, tidak terkecuali di lembaga pendidikan tinggi sekalipun yang konon gudangnya para cerdikcendikiwan. Ini menunjukkan bahwa jabatan yang pada sisi lain merupakan gula, ternyata sisi lainnya adalah racun. Barang siapa yang tidak cermat maka akan berakhir kiamat.
Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Tuan Rumah Peksimida 2024 dalam Lomba Menyanyi
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menjadi tuan rumah Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Provinsi Lampung memulai lomba menyanyi di Gedung Graha Bintang, Jumat (28/6/2024).
Pekan Seni Mahasiswa ini menghadirkan berbagai tangkai lomba di antaranya menyanyi pop, dangdut, keroncong, dan seriosa untuk kategori putra dan putri.
Rudi Winarno, S.Kep., NS., M.Kes, Kepala Bagian Kemahasiswaan Universitas Malahayati Bandar Lampung dan juga ketua pelaksana acara, menyampaikan bahwa kompetisi menyanyi ini diikuti 37 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Lampung.
“Para pemenang akan diumumkan secara langsung hari ini juga,” ujarnya.
Rudi mengatakan, tangkai Lomba menyanyi di Universitas Malahayati merupakan rangkaian Pekan Mahasiswa Daerah (Peksimida) yang dimulai sejak 25 Juni lalu.
Universitas-universitas di Lampung telah menjadi tuan rumah untuk berbagai cabang lomba lainnya, dan penutupan akan langsungkan di Universitas Malahayati besok, Sabtu (29/6/2024), di Gedung Graha Bintang.
“Para pemenang di tingkat daerah akan mewakili Lampung untuk kontes tingkat nasional pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) yang akan diselenggarakan di Universitas Negeri Jakarta pada September mendatang,” tambahnya.
Tangkai lomba pada Pekan Olahraga Nasional tahun ini mencakup lomba menyanyi Pop, Dangdut, Keroncong, dan Seriosa untuk kategori putra dan putri, serta Vokal Grup. Selain itu, ada juga lomba Baca Puisi, Monolog, Tari, Penulisan Cerpen, Penulisan Lakon, Penulisan Puisi, Desain Media Kampanye Sosial, Lukis, Komik Strip, dan Fotografi.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang untuk menyalurkan bakat seni mahasiswa, tetapi juga sebagai wadah untuk mempererat tali persaudaraan antarperguruan tinggi di Lampung. (*)
Redaktur : Asyihin