Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa waktu lalu penulis bersama keluarga menyeberangi Selat Sunda. Kebersihan dan kenyamanan kapal yang beberapa dasawarsa lalu menjadi kendala, tampaknya sudah berubah menjadi lebih baik. Fasilitas dermaga yang sangat memadai membuat waktu tunggu untuk naik ke Kapal tidak terasa lama. Dulu, banyak pedagang asongan dan kesan kumuh di mana-mana. Kini tampaknya sudah tidak terlihat lagi. Semua tertata walau belum rapi. Hal itu sudah mengesankan bahwa pemelihataan fasilitas negara diperhatikan. Ada satu hal lagi yang cukup menggembirakan yaitu sistem pembayaran dilakukan dengan nontunai. Ini berarti tingkat “kebocoran” uang sudah bisa ditekan.
Pada saat sejenak menikmati keasrian pemandangan laut, mata terpana dengan berita yang muncul di gawai. Yaitu, adanya mahasiswi dari Jakarta yang kuliah di perguruan tingi negeri ternama Sumateera Selatan, yang selama ini dibiayai oleh Pemerintah Ibu Kota karena terkategori sangat tidak mampu, harus menerima kenyataan diputus biaya bantuannya dengan alasan yang tidak jelas. Meskipun berita terakhir yang bersangkutan sudah kembali mendapatkan bea siswanya, bahkan mendapatkan penawaran bea siswa lain, salah satunya adalah adanya kebaikan hati seorang dosen. Dosen itu siap membiayai mahasiswa tersebut sampai selesai.
Membaca berita itu, hati menjadi sangat teriris. Bagaimana bisa negara tega membunuh cita-cita warganya yang piatu, yang ayahnya hidup dari berjualan kopi keliling. Itu belum selesai membaca, ternyata saat mencari berita lain, perasaan dibuat miris lagi karena membaca bagaimana seorang warga negara yang tidak melakukan kejahatan harus mendekam di dalam penjara. Sekalipun saat ini dibela oleh pembela hukuk probono (gratisan) terkenal, namun tetap saja negara yang katanya berdasarkan hukum, tetap menghukum orang yang tidak perlu dihukum. Hanya karena ulah oknum penegak hukum untuk mengakali hukum guna dapat menghukum, apalagi kepada mereka yang buta hukum.
Kalau deretan peristiwa ini digabungkan dengan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif pada peristiwa hajat nasional yang baru lalu, maka akan semakin panjang saja barisan mereka yang terluka. Banyak orang yang terluka, tetapi ada yang bahagia dan tertawa, di atas nestapa pihak lain. Ada pula yang semula dekat, begitu menang, terus menjauh karena sudah merasa “membeli” dari apa yang diperlukan. Sampai jumpa lima tahun yang akan datang itupun kalau masih berumur panjang.
Membekasnya luka sosial ini sering membuat trauma penderitanya. Hal ini sering tidak disadari oleh banyak orang. Menjadi lebih parah lagi yang membuat luka sosial itu justru penyelenggara negara, yang seharusnya menjadi pelayan sekaligus pengayom. Dirusaknya sistem sosial dan norma sosial, berakibat pada rusaknya nilai-nilai luhur yang selama ini diyakini dan dijaga marwahnya.
Manakala pelaku perusakannya adalah mereka yang seharusnya menjaga dan meneruslestarikan, maka sudah bisa diduga tentu kehancuran yang akan di dapat. Ini adalah perilaku sosial yang sudah menjadi aksioma, manakala syarat keberlakuannya terpenuhi. Menjadi lebih liar lagi, jika kondisi ini memang dikondisikan, sehingga pencapaian tujuan tidak memerlukan biaya besar dalam mencapainya.
Kerusakan sosial memang tidak bisa dilihat seketika. Juga tidak dengan mudah atau cepat bisa dipahami. Oleh sebab itu, tingkat keparahan kerusakan sosial akan diketahui jauh setelah memakan “korban”, dan dalam tempo yang tidak sebentar.
Bisa dibayangkan, betapa lukanya hati mahasiswa di atas yang bea siswanya dicabut dengan tidak diketahui sebabnya. Begitu ditanyakan kepada pemangku kewenangan mereka hanya bisa “lempar bola”. Sementara syarat-syarat yang seharusnya untuk menerima bea siswa itu masih ada pada yang bersangkutan. Luka ini bisa berbahaya jika menjadikan diri yang bersangkutan menjadi dendam sosial. Yang bersangkutan akan mengecap semua orang pemerintahan buruk, berhati serigala. Pertanyaan lanjut, berapa banyak di dalam masyarakat orang yang ada pada posisi ini? Apakah ini bukan berarti sistem yang dibangun ternyata melahirkan “harimau lapar” yang siap menerkam kita, karena kesalahan kita?
Dan, bagaimana kita harus menerima kenyataan ternyata hukum yang diciptakan itu menghukum mereka yang tidak harus dihukum, dan membebaskan mereka yang seharusnya dihukum? Tentu dewi keadilan sebagai lambang supremasi akan menangis berlinang darah karena menemukan sesuatu yang tidak seharusnya, justru menjadi harus.
Tidak salah jika ada adagium yang mengatakan “saat ini kita tidak perlu pemimpin yang tidak bisa memimpin, tetapi yang kita perlukan pemimpin yang juga menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin yang mampu memimpin, termasuk memimpin dirinya sendiri”. (SJ)
Doni Tata Pramudita, Mahasiswa Teknik Sipil Malahayati Raih Juara 1 Pomsae Individual Senior Putra Tingkat Nasional
Doni Tata Pramudita bersyukur dan bangga dengan prestasi ini, ia berujar dengan mengikuti kejuaraan ini, tujuannya adalah untuk mendapatkan prestasi dengan dukungan penuh dari Program Studi dan Kampus. Sehingga, kedepannya ia berharap bisa membuat bangga Program Studi dan Universitas Malahayati.
Devi Oktarina, S.T., M.T selaku Ka. Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati, mengungkapkan kebanggannya dengan prestasi yang diraih atas mahasiswanya ini.
“Selamat kepada Doni Tata, semoga prestasi ini dapat mengharumkan nama Program Studi Teknik Sipil dan Universitas Malahayati,”ucapnya.
“Jadikan ini sebagai pemacu semangat untuk para mahasiswa lebih berperan aktif dalam mengikuti lomba-lomba atau kejuaraan tingkat nasional,”tutup Devi. (gil/humasmalahayatinews)
Wahyu Diansyah Lulusan Prodi Teknik Industri Universitas Malahayati Raih Karir Sesuai Passion
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung melalui Program Studi Teknik Industri yang didirikan sejak tahun 1994 bersama dengan beberapa program studi teknik lainnya telah berhasil melahirkan banyak sarjana teknik yang kompeten, yang kini tersebar di berbagai perusahaan di seluruh Indonesia.
Bagi banyak lulusan SMA, memilih Program Studi Teknik Industri di Universitas Malahayati menjadi langkah tepat untuk melanjutkan pendidikan tinggi dengan fokus pada bidang teknik.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Salah satu contoh keberhasilan alumni adalah Wahyu Diansyah, S.T, yang lulus pada tahun 2022. Saat ini, ia telah sukses meniti karier di PT. Sayap Mas Utama (Wings Group) dengan jabatan sebagai Staf Warehouse Fast Goods. Wahyu memiliki latar belakang dalam bidang Supply Chain Management, khususnya di bidang logistik dan gudang, yang merupakan passion-nya sejak kuliah.
Wahyu sendiri merasa beruntung dapat berkuliah di Universitas Malahayati, di mana ia aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, termasuk di Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung dan organisasi nasional, di mana ia pernah menjabat sebagai Koordinator Wilayah Lampung di Ikatan Mahasiswa Teknik Industri Indonesia Zona Sumatera Bagian Selatan dan Dewan Pengontrol Pusat Ikatan Mahasiswa Teknik Industri Indonesia.
“Terima kasih Universitas Malahayati atas pengalaman berharga selama kuliah. Saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar kampus ini,” ujar Wahyu.
Wahyu adalah salah satu contoh keberhasilan alumni Teknik Industri dari Universitas Malahayati. Keberhasilannya menunjukkan bahwa bukan hanya lulusan dari kampus negeri yang mampu bersaing di dunia kerja, tetapi juga dari kampus swasta asalkan memiliki skill dan pengetahuan yang memadai.
Prestasi Wahyu dan kesuksesan lainnya adalah bukti nyata dari kualitas pendidikan yang diberikan oleh Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung, serta komitmen universitas untuk terus menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap bersaing di dunia kerja.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang teknik industri diundang untuk bergabung dengan prodi ini.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)
Editor: Asyihin
Dosen Universitas Malahayati Dwi Marlina Syukri Jadi Pembicara Utama Konferensi Farmasi Internasional
INDIA (malahayati.ac.id): Dwi Marlina Syukri, S.Si., M.BSc., PhD, seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, diundang sebagai pembicara utama dalam acara The 1st International Conference on Innovative Pharmacy (ICIP) 2024 Pada 13-14 Maret 2024.
Acara tersebut berlangsung di Amrutvahini Institute of Pharmacy, Amrutnagar, Sangamer, India, dan mengusung tema “Pharmaceutical Research Accelerating Discoveries with Artificial Intelligence”.
“Acara ini merupakan acara yang sangat luar biasa, karena banyak ilmu yang diperoleh terkait in silico study yaitu dengan pemanfaatan AI peneliti dapat menghemat biaya penelitian juga dapat mempercepat waktu penelitian,” ucap Dwi, Selasa (19/3/2024).
Dalam konferensi yang bergengsi ini, Dwi Marlina Syukri membahas peran kecerdasan buatan dalam percepatan penemuan di bidang farmasi. Presentasinya yang mendalam dan ilmiah menggambarkan potensi besar AI dalam meramalkan pola-pola baru dalam penelitian obat-obatan.
Selain itu, acara tersebut juga menjadi ajang untuk mengapresiasi prestasi para mahasiswa kedokteran. Tiga mahasiswa dari angkatan 2023, yaitu Karenina Mutiara Antoni, I Gede Putu Rizky Purnama, dan Tiara Ridha Esfandiari, berpartisipasi dalam lomba poster.
Juara 3 berhasil diraih Karenina Mutiara Antoni. Hal ini menunjukkan dedikasi serta kualitas penelitian yang unggul dari mahasiswa Indonesia di tingkat internasional. (*)
Editor: Asyihin
Dirgahayu Provinsi Lampung ke-60 Tahun
Cahya Rahmadaniati, Mahasiswa S1 Farmasi Malahayati Raih Juara 2 Pada Kejuaraan Daerah Karate Shokaido Lampung
Cahya mengungkapkan perasaan yang sangat senang karena bisa menambahkan catatan prestasi di Kampus Universitas Malahayati, “Ini menjasi motivasi saya kedepannya,” ujarnya.
“Harapan saya kedepan agar bisa membawa nama Universitas Malahayati dan membanggakan ditingkat nasional sampai internasional,” tambahnya.
Ricko Gunawan, M.Kes selaku Ka.Biro Kemahasiswaan Universitas Malahayati Bandarlampung, mengatakan “Teruslah kembangkan bakat yang dimiliki agar terus berprestasi, dan semoga dengan keberhasilan ini dapatn memotivasi mahasiswa Univeraitas Malahayati agar menjadi anak muda bangsa yang berkualitas.” (gil/humasmalahayatinews)
Mereka yang Terluka
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa waktu lalu penulis bersama keluarga menyeberangi Selat Sunda. Kebersihan dan kenyamanan kapal yang beberapa dasawarsa lalu menjadi kendala, tampaknya sudah berubah menjadi lebih baik. Fasilitas dermaga yang sangat memadai membuat waktu tunggu untuk naik ke Kapal tidak terasa lama. Dulu, banyak pedagang asongan dan kesan kumuh di mana-mana. Kini tampaknya sudah tidak terlihat lagi. Semua tertata walau belum rapi. Hal itu sudah mengesankan bahwa pemelihataan fasilitas negara diperhatikan. Ada satu hal lagi yang cukup menggembirakan yaitu sistem pembayaran dilakukan dengan nontunai. Ini berarti tingkat “kebocoran” uang sudah bisa ditekan.
Pada saat sejenak menikmati keasrian pemandangan laut, mata terpana dengan berita yang muncul di gawai. Yaitu, adanya mahasiswi dari Jakarta yang kuliah di perguruan tingi negeri ternama Sumateera Selatan, yang selama ini dibiayai oleh Pemerintah Ibu Kota karena terkategori sangat tidak mampu, harus menerima kenyataan diputus biaya bantuannya dengan alasan yang tidak jelas. Meskipun berita terakhir yang bersangkutan sudah kembali mendapatkan bea siswanya, bahkan mendapatkan penawaran bea siswa lain, salah satunya adalah adanya kebaikan hati seorang dosen. Dosen itu siap membiayai mahasiswa tersebut sampai selesai.
Membaca berita itu, hati menjadi sangat teriris. Bagaimana bisa negara tega membunuh cita-cita warganya yang piatu, yang ayahnya hidup dari berjualan kopi keliling. Itu belum selesai membaca, ternyata saat mencari berita lain, perasaan dibuat miris lagi karena membaca bagaimana seorang warga negara yang tidak melakukan kejahatan harus mendekam di dalam penjara. Sekalipun saat ini dibela oleh pembela hukuk probono (gratisan) terkenal, namun tetap saja negara yang katanya berdasarkan hukum, tetap menghukum orang yang tidak perlu dihukum. Hanya karena ulah oknum penegak hukum untuk mengakali hukum guna dapat menghukum, apalagi kepada mereka yang buta hukum.
Kalau deretan peristiwa ini digabungkan dengan kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif pada peristiwa hajat nasional yang baru lalu, maka akan semakin panjang saja barisan mereka yang terluka. Banyak orang yang terluka, tetapi ada yang bahagia dan tertawa, di atas nestapa pihak lain. Ada pula yang semula dekat, begitu menang, terus menjauh karena sudah merasa “membeli” dari apa yang diperlukan. Sampai jumpa lima tahun yang akan datang itupun kalau masih berumur panjang.
Membekasnya luka sosial ini sering membuat trauma penderitanya. Hal ini sering tidak disadari oleh banyak orang. Menjadi lebih parah lagi yang membuat luka sosial itu justru penyelenggara negara, yang seharusnya menjadi pelayan sekaligus pengayom. Dirusaknya sistem sosial dan norma sosial, berakibat pada rusaknya nilai-nilai luhur yang selama ini diyakini dan dijaga marwahnya.
Manakala pelaku perusakannya adalah mereka yang seharusnya menjaga dan meneruslestarikan, maka sudah bisa diduga tentu kehancuran yang akan di dapat. Ini adalah perilaku sosial yang sudah menjadi aksioma, manakala syarat keberlakuannya terpenuhi. Menjadi lebih liar lagi, jika kondisi ini memang dikondisikan, sehingga pencapaian tujuan tidak memerlukan biaya besar dalam mencapainya.
Kerusakan sosial memang tidak bisa dilihat seketika. Juga tidak dengan mudah atau cepat bisa dipahami. Oleh sebab itu, tingkat keparahan kerusakan sosial akan diketahui jauh setelah memakan “korban”, dan dalam tempo yang tidak sebentar.
Bisa dibayangkan, betapa lukanya hati mahasiswa di atas yang bea siswanya dicabut dengan tidak diketahui sebabnya. Begitu ditanyakan kepada pemangku kewenangan mereka hanya bisa “lempar bola”. Sementara syarat-syarat yang seharusnya untuk menerima bea siswa itu masih ada pada yang bersangkutan. Luka ini bisa berbahaya jika menjadikan diri yang bersangkutan menjadi dendam sosial. Yang bersangkutan akan mengecap semua orang pemerintahan buruk, berhati serigala. Pertanyaan lanjut, berapa banyak di dalam masyarakat orang yang ada pada posisi ini? Apakah ini bukan berarti sistem yang dibangun ternyata melahirkan “harimau lapar” yang siap menerkam kita, karena kesalahan kita?
Dan, bagaimana kita harus menerima kenyataan ternyata hukum yang diciptakan itu menghukum mereka yang tidak harus dihukum, dan membebaskan mereka yang seharusnya dihukum? Tentu dewi keadilan sebagai lambang supremasi akan menangis berlinang darah karena menemukan sesuatu yang tidak seharusnya, justru menjadi harus.
Tidak salah jika ada adagium yang mengatakan “saat ini kita tidak perlu pemimpin yang tidak bisa memimpin, tetapi yang kita perlukan pemimpin yang juga menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin yang mampu memimpin, termasuk memimpin dirinya sendiri”. (SJ)
Tertolong oleh Bahasa
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa hari lalu penulis mendapat musibah karena perangkat komunikasi terkena retas oleh orang yang tidak bertanggung jawab; sehingga beberapa sahabat terkena imbas, karena tertipu oleh bujuk rayu peretas, akibatnya beberapa juta melayang tidak jelas juntrungnya. Ada rasa malu, dongkol dan sebagainya berkecamuk di dada; hanya karena ingat nasehat agama, dan juga motivasi dari mantan pejabat tinggi di daerah ini yang juga pernah kena memberi cara yaitu “sabar”. Ternyata lima huruf terangkai ini mudah mengucapkan, tetapi sangat sulit untuk dilakukan. Harus melakukan pengendalian diri tingkat dewa dan menahan emosi tingkat malaikat.
Namun dari harubirunya peristiwa di atas ada hikmah yang didapat, yaitu cerita beberapa orang sahabat yang terselamatkan dari penipuan karena bahasa. Lengkap alur ceritanya demikian: tatakala sahabat mengkontakhubungkan medianya dengan media penulis yang diretas, beliau mendapat permintaan untuk mengirimkan sejumlah uang. Sepintas beliau berfikir “apa iya sahabatku perlu uang, dan menghubungi lewat media lagi”. Kecurigaan itulah yang menjadi modal beliau melakukan tangkap layar pada si peretas dengan menggunakan bahasa ibu yang sering kami pakai dengan dialek khas; kira-kira seperti ini. ………”tuli bener mbah rika perlu duwit”………. Sampai disini siperetas masih menjawab tetap hanya satu kata dan itu menambah kecurigaan …”ya”… Sahabat tadi meneruskan dengan bahasa khas tadi ……”nek perlu pira…terus kanggo apa…..jam pira …..cara ne nyong ngirim kepriwe”….. Sampai disini tidak ada jawaban. Kemudian dipancing lagi, tidak ada jawaban lagi. Sejurus ditimpali oleh sahabat…….”rika kiye arep ngapusi nyong….kiye dudu dulur ku…rika mesti maling ya ”…. Sejurus sahabat tadi menghubungi teman yang ada di Bandarlampung, dibenarkan bahwa medsos penulis diretas.
Teman yang satu ini lain lagi; begitu mendapat permintaan dari peretas, beliau mengecek kepastian dengan menggunakan bahasa ibu yang juga penulis kuasai, dialognya demikian. ……“ame kakang ka perlu nian, cuka datang saje kele ke kantor,…….. senampur aku ka sampai…anye kandek ape duwit tu…”. Sampai di sini tidak ada respon dari peretas. Sahabat tadi penasaran dikirimkan lagi kalimat …”njadi dikde kamu tu….ama ka jadi kuambek ka sebakul duwit tu…make pacak berejung kite”…. Jelas saja bahasa ini dikira dari planet lain. peretas tidak menjawabnya lagi, dan sahabat tadi mengirim berita dengan bahasa “misuh-misuh”, yang tidak baik untuk ditampilkan di sini.
Beda saudara yang asli Ngayojokarto hadiningrat; beliau dengan kecurigaannya membalas dengan bahasa jawa kromo inggil, kira kira begini ……”nuwun sewu bopo…lajeng mbenjang menopo perlunipun, lajeng bade pun pundut piyambak menopo dipun kintun”…. Sampai disini peretas hanya mengirim nama dan nomor rekening. Saudara Yogja tadi tambah curiga karena namanya bukan nama penulis. Lantas beliau dengan caranya menegur yang halus tapi nylekit…..”mbok bilih nek bade apus-apus meniko panjenengan kedah sinau rumiyen…..kulo aturi tindak Yogja mangke kulo cepak-I kreto andong kagem nglarung panjenengan wonten segoro kidul “……. Sampai disini peretas tidak menjawab, dan sahabat Yogja mengkonfirmasi ke Lampung, ternyata mendapat berita bahwa penulis kena musibah peretasan.
Ternyata bahasa dapat dijadikan media untuk “cek ombak” akan rasa curiga terhadap suatu fenomena. Teman bertiga di atas terselamatkan oleh kemampuan bahasa yang penulis kuasai. Termasuk salah seorang Pejabat Tinggi di Perguruan Tinggi tempat penulis sekarang berada. Beliau terselamatkan karena peretas dipancing menggunakan bahasa asing, peretas belepotan dalam menulis kalimat. Tentu saja Sang Pejabat langsung menyimpulkan “ini bukan Pak Prof pemilik akun, dan ini pasti diretas”. Beliau terselamatkan oleh bahasa yang juga penulis kuasai.
Terimakasi Ya ROBB yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang jahat, dan terimakasih semua sahabat yang telah terselamatkan oleh kemampuan berbahasa. Dan, untuk teman-teman yang menjadi korban, penulis sangat prihatin, dan mohon maaf, semoga kerugian teman-teman dapat ganti dari ALLAH berlipat ganda, dan diselamatkan dunia akherat, dimudahkan segala urusan. (SJ)
Ini Cerita Suskes Berkarir Alumni Prodi Teknik Industri Universitas Malahayati Muhammad Surya Jaya
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung telah mengukir prestasi sebagai salah satu prodi pertama yang didirikan pada tahun 1994 bersama dengan prodi teknik lainnya. Hingga kini, prodi ini telah melahirkan banyak sarjana yang kompeten dan tersebar di berbagai perusahaan dengan beragam bidang pekerjaan di seluruh Indonesia.
Bagi banyak lulusan pelajar, Prodi Teknik Industri menjadi pilihan tepat untuk melanjutkan pendidikan tinggi dengan fokus pada bidang teknik. Muhammad Surya Jaya, seorang alumnus Prodi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung yang lulus pada 2018, berbagi cerita setelah menempuh pendidikan di universitas tersebut.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
“Kuliah di lingkungan Universitas Malahayati Bandar Lampung sangat nyaman dan tenang. Area kampus yang terletak di daerah perbukitan jauh dari jalan raya maupun pemukiman padat penduduk membuat proses pembelajaran berjalan dengan lancar,” ujar Surya.
Sebagai alumnus, Surya merasa sangat senang karena ilmu yang diperolehnya di Prodi Teknik Industri mendukung minat dan karirnya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Salah satu materi yang dia pelajari selama kuliah adalah ergonomi, sebuah disiplin ilmu yang memanfaatkan pengetahuan tentang sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja yang efektif, aman, dan nyaman.
“Suatu kebanggaan bagi saya bisa mendapatkan ilmu dan pembelajaran yang sangat mendukung untuk kemajuan di era industri 4.0,” tambahnya.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Saat ini, Surya telah bekerja di PT. SUN Energi dengan jabatan HSE Coordinator (Human Safety Engineering). Menurutnya, menjadi seorang HSE Coordinator adalah sebuah kebanggaan karena tidak hanya mengawasi penerapan K3 di lapangan atau proyek, tetapi juga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat pada bahaya saat bekerja.
“Dengan cara mengidentifikasi bahaya di area kerja, menilai risiko, dan menetapkan langkah-langkah pengendalian risiko, saya dapat berkontribusi pada keamanan dan kesehatan rekan kerja di tempat kerja,” tutur Surya.
Keberhasilan Surya menjadi contoh bagi banyak calon mahasiswa yang ingin menlanjutkan kuliah di Prodi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung, Hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan yang diberikan oleh prodi ini mampu mencetak profesional berkualitas yang siap berkontribusi dalam dunia industri di Indonesia.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang teknik industri diundang untuk bergabung dengan prodi ini.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)
Editor: Asyihin
Tasya Patriot Yogaswari, Mahasiswa Manajemen Universitas Malahayati Raih Juara I Tari Kreasi Tradisional 2024 Tingkat Nasional
Tasya menyampaikan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam pencapaiannya hingga saat ini. “Saya ingin berterima kasih kepada orang-orang di sekitar saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam setiap langkah perjalanan kompetisi ini. Prestasi ini adalah hasil kerja keras bersama,” ujarnya.
Mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang tari ini menjelaskan bahwa keikutsertaannya dalam lomba ini didasarkan pada kecintaannya terhadap karya seni dan keterampilan seni tari. Tasya telah mengembangkan bakatnya sejak SMP dan kini berhasil menjadi juara.
Dalam harapan dan motivasinya ke depan, Tasya berkomitmen untuk terus mengembangkan minat dan bakat yang ada dalam diri saya, serta berharap dapat meraih prestasi yang lain di masa depan.
Prestasi Tasya menjadi kebanggaan bagi Universitas Malahayati, dan harapannya dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk terus mengejar passion dan berprestasi dalam berbagai bidang. (gil/humasmalahayatinews)
Temukan Jalanmu, Cerita Nia Fernanda Alumni Prodi Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Pertanyaan tentang pilihan pendidikan tinggi dan karir seringkali menjadi momok bagi banyak calon mahasiswa. Dalam menggapai masa depan yang penuh ketidakpastian, banyak dari mereka terjebak dalam kebingungan tentang perguruan tinggi mana yang harus mereka pilih dan jurusan apa yang sesuai dengan minat serta keahlian mereka. Bahkan setelah lulus, banyak yang masih bingung tentang jalur karir yang harus diambil.
Namun, di balik kebingungan tersebut, sebenarnya tersimpan berbagai pilihan karir yang menarik bagi para mahasiswa. Sebuah perguruan tinggi bukanlah hanya tempat untuk mendapatkan gelar, tetapi juga merupakan awal dari perjalanan menuju karir yang sukses dan memuaskan.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Nia Fernanda bisa menjadi salah satu contoh yang bisa kita ikuti saat kalian bingung mau kuliah dimana. Saat lulus SMA, Nia Fernanda akhirnya memantapkan dirinya memilih Universitas Malahayati Bandar Lampung sebagai tempat ia menempuh pendidikan tinggi. Saat itu dirinya memutuskan untuk bergabung dengan program studi S1 Farmasi.
Nia Fernanda lulus dari Universitas Malahayati pada tahun 2021 dengan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm). Saat banyak lulusan Farmasi melanjutkan pendidikan ke bidang apoteker atau memutuskan bekerja di perusahaan obat maupun makanan, Nia memilih jalur yang berbeda. Dia memutuskan untuk berbagi ilmu sebagai tenaga pengajar di sebuah perguruan tinggi kesehatan di Jakarta, yakni Institut Kesehatan Indonesia Jakarta.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Pengalaman berharga yang diperoleh Nia selama kuliah di Universitas Malahayati Bandar Lampung menjadi bekal penting bagi kariernya sebagai seorang dosen. Dia memberikan apresiasi terhadap kualitas tenaga pengajar di universitas tersebut yang profesional dan menyenangkan, serta mengakui keberuntungannya bisa belajar dari dosen-dosen yang hebat.
Nia juga menilai bahwa Prodi Farmasi di Universitas Malahayati Bandar Lampung tidak hanya memberikan ilmu kefarmasian yang solid, tetapi juga menanamkan nilai-nilai akademis dan suasana kampus yang islami, menjadi contoh yang baik baginya secara pribadi.
“Selama berkuliah di sana, Saya merasakan kenangan yang indah dan pembelajaran yang selalu mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam hal teknologi informatika yang selalu up-to-date dan relevan,” ucap Nia.
Kisah Nia Fernanda adalah bukti bahwa pilihan karir setelah lulus tidak selalu harus konvensional, namun dapat sesuai dengan minat, bakat, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Saat ini, Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang kesehatan khususnya S1 Farmasi dan bisa seperti Wira Irawan, yuk bergabung dengan prodi ini.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus tertinggi di Lampung ini. (*)
Editor: Asyihin