Aliran Baru

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Jumat lalu saat berada di Ibu Kota Negara karena ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan, dan begitu tiba waktu untuk shalat Jumat, maka kami bergegas menuju masjid yang tidak jauh dari apartemen tempat kami menginap. Saat melaksanakan shalat sunaah rawatib sebagai rangkaian ritual ibadah, penulis duduk berdekatan dengan seseorang yang telah lebih dahulu tiba. Beliau tampak sekali khusuk melafazkan pujian pada Tuhan sambil memutarkan tasbih.

Sejurus kemudian khatib menaiki mimbar mengisi khutbah Jumat yang sangat bagus, beliau menguraikan keutamaan bulan Ramadan bagi orang muslim, yang sudah di depan mata akan tiba saatnya. Bagaimana sedekah itu yang selama ini diinterpretasikan banyak orang berupa benda, ternyata menurut beliau tidak demikian. Bahkan beliau mengatakan memberikan doa terbaik kepada orang lain yang tidak kita kenal pun akan mendapatkan pahala berlimpah dari Tuhan. Masih banyak lagi petuah-petuah keagamaan yang beliau sampaikan, dan tidak mungkin ditulis semua di sini. Beberapa menit kemudian khotbah selesai, dilanjutkan iqomah sebagai penanda shalat Jumat dimulai.

Karena orang yang tadi kelihatan khusuk tidak bangun, penulis ‘menowel’ pundak beliau untuk mengingatkan bahwa shalat akan dimulai. Beliau tampak gugup dan terkesiap lalu berdiri ambil posisi dan sama sama melaksanakan shalat berjamaah.

Ritual shalat selesai, tetapi beliau yang duduk persis di sebelah dari tadi tidak beranjak sama sekali, bahkan seolah-olah ada sesuatu yang ditunggu. Sejurus kemudian, setelah penulis selesai melaksanakan shalat jamak karena masih berstatus sebagai musafir, beliau yang duduk di samping penulis menghampiri dan seraya berkata “Pak, mohon maaf, apakah masjid ini masuk aliran baru ya?”

Penulis mendengar itu agak heran. “Maaf, maksud Bapak apa ya ?”

“Ini tadi kenapa kita langsung shalat. Tidak diawali khotbah Jumat terlebih dahulu?”

Sontak mendengar itu penulis menahan tawa dan menjawab.

”Khotbah sudah dilaksanakan… Bapak saat itu mungkin tertidur, sehingga tidak mendengar. Maka saat iqomah tadi Bapak saya bangunkan…”

Sontak beliau tersipu malu dan ijin pamit undur diri.

Sambil pulang jalan kaki menuju apartemen penulis merenung: beginilah banyak orang sekarang. Tidak paham awal cerita, begitu diminta komentar sangat berapi-api, seolah-olah paham betul dan ikut peristiwa yang dibahas. Padahal, sebenarnya yang bersangkutan tidak paham sama sekali. Persis seperti jamaah Jumat yang tertidur saat khatib naik mimbar. Dan begitu ditanya isi khotbah, menjawab menggunakan ilusi dan halusinasinya tanpa mengetahui apa sebenarnya yang ditanyakan.

Berlindung kepada jargon kebebasan berbicara dan atau menyatakan pendapat itu dilindungi undang-undang, maka dengan seenak jidat banyak orang terperangkap pada situasi “asal bunyi” atau “asal jawab”. Akibatnya, yang ditanyakan “apa”, jawabannya “ke mana”. Atau jawaban yang diberikan justru tidak menjawab pertanyaan, dan lebih parah lagi mengakibatkan yang bertanya jadi bertanya-tanya.

Semoga kita terhindar dari kebiasaan “asal bunyi” seperti di atas, sehingga paling tidak kita tidak menyumbangkan situasi untuk memperkeruh keadaan. Memang tidak selamanya diam itu emas, namun lebih bijak diam karena tidak paham, dari pada berkomentar yang bersumber dari ketidakpahaman.

Ibu Pertiwi sudah lelah memperhatikan tingkah kita, oleh sebab itu mari jeda sejenak guna bertanya pada diri untuk sekadar berkontemplasi “apa yang sudah kita perbuat untuk negeri”. Perlu juga kita pahami bahwa kita di dunia hanya sekedar melakonkan cerita kehidupan yang memiliki awal dan akhir, karena skenarionya sudah tertulis sebelum kita hadir.

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang sedang menjalankan. Semoga Tuhan selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia untuk kita semua. (SJ)

 

 

Bandar Jaya Dulu, Kini, dan yang akan datang

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Berdasarkan penelusuran digital dan informasi beberapa sumber hasil penelitian, daerah ini memiliki sejarah singkat sebagai berikut: Kota Bandar Jaya adalah sebuah kota kecil di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kota Bandar Jaya posisinya strategis dan menjadi daerah transit paling ramai yang dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatra dan Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar.

Secara administratif, Bandar Jaya terbagi atas 2 kelurahan, yakni Bandar Jaya Barat dan Bandar Jaya Timur. Bandar Jaya Barat terletak di sebelah barat Jalan Negara (Jalan Raya Lintas Sumatra) dan Bandar Jaya Timur terletak di sebelah timur Jalan Negara.

Di Bandar Jaya terdapat dua pusat perbelanjaan, yaitu Plaza Bandar Jaya dan Chandra Superstore Bandar Jaya. Di sini juga terdapat masjid termegah di Kota Bandar Jaya, yaitu Masjid Agung Istiqlal Bandar Jaya. Masjid ini menjadi pusat peribadatan di Bandarjaya sekaligus sebagai tempat singgah para musafir.

Sumber lain dari hasil penelitian salah seorang mahasiswa Unila mengatakan: Bandar Jaya pada awalnya merupakan daerah transmigrasi yang pertama kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama “BANDAR JAYA”. Pada saat itu daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan wilayah tanah marga dari masyarakat Terbanggi Besar, sehingga pada tahun awal pembukaannya, daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan bagian kampung atau desa Terbanggi Besar.

Pada awal dibukanya daerah transmigrasi Bandar Jaya diisi rombongan transmigrasi dari pulau Jawa sebanyak 80 kk yang terdiri dari dua rombongan, yaitu: Rombongan dari Malang dipimpin oleh bapak Ranu Diharjo. . Rombongan dari daerah Banyumas dipimpin oleh bapak Darsoso.

Seiring berjalannya waktu, maka jumlah penduduk yang mendiami desa Bandar Jaya semakin bertambah, sehingga pada tahun 1989 diadakan kembali pemekaran dusun, yang semula berjumlah enam dusun menjadi delapan dusun.

Berdasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 5 Tahun 2002 Tanggal 5 November 2002 tentang “Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan Kelurahan”, kampung BandarJaya ditingkatkan statusnya menjadi Kelurahan juga sekaligus dipecah menjadi dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan Bandar Jaya Timur. Dengan pemisah antara kedua Kelurahan tersebut adalah jalan raya Proklamator atau jalan lintas Sumatera yang membentang di tengah-tengah kampung desa Bandar Jaya.

Berdasarkan keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peresmian Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan Kelurahan, maka pada tanggal 28 Agustus 2003 dilaksanakan peresmian kelurahan Bandar Jaya Barat.

Pada saat ini Bandar Jaya merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis untuk Kabupaten Lampung Tengah. Secara kasat mata tampak setelah dibukanya Jalan Tol Sumatera, daerah ini mulai terdampak, dalam pengertian mengalami penurunan jumlah kendaraan yang melalui daerah ini. Tentu saja berakibat pada menurunnya pengunjung lintas yang pada masa lampau selalu makan siang atau malam di beberapa rumah makan ternama pada jamannya, saat ini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan, bahkan ada rumah makan yang mengurangi jam bukanya karena sepinya pengunjung.

Belum lagi warung tenda yang sebelum ada jalan Tol begitu banyak dan menjamur. Sekarang secara perlahan tapi pasti mengalami kebangkrutan. Sama halnya dengan pedagang Umbi Biru yang semula menjadi penciri khas Banda Jaya; sekarang pedagang inipun mulai gulung tikar karena kehilangan pembeli.

Ternyata adanya jalan Tol yang melintasi Kabupaten Lampung Tengah itu di samping membawa berkah, juga berdampak iring membawa bencana bagi sebagian daerah, termasuk Bandar Jaya. Desa yang berbudaya kota ini lambat laun akan mengalami nasib seperti saudaranya di Kabupaten Pesawaran yaitu Bagelen. Sama-sama daerah bekas Transmigran yang sama-sama semula menjadi nafas perekonomian daerah, berangsur-angsur suram karena tidak adanya perencanaan yang baik, matang dan berkelanjutan.

Hal ini juga sering terjadi pergantian kepemimpinan dari sebelumnya tidak diteruskan oleh penerusnya, dan terkadang hanya karena persoalan personal, bukan persoalan berkelanjutannya suatu program pembangunan jangka panjang. Hal lain juga yang perlu menjadi perhatian bagaimana melibatkan pelaku ekonomi kelas bawah dan menengah, agar ikut dilibatkan dalam mengisi fasilitas reast area pada daerah yang dilalui oleh jalan Tol. Tentu ini harus G to G dalam menyelesaikan persoalan; bukan mereka dilepas begitu saja untuk mencari jalan keluar sendiri dari persoalan ekonomi yang mereka hadapi.

Sebelum terlanjur, sudah selayaknya pemerintah daerah mengundang para ahli pengembangan perkotaan untuk duduk bersama mencari solusi menyeluruh guna penyelamatan masa depan daerah. Saat ini tidak perlu mencari siapa yang salah, akan tetapi siapa dapat berbuat apa agar Bandar Jaya tetap Bandar yang berjaya sampai akhir masa. (SJ)

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, dr. Reta Okta Sari, Meniti Karier Sukses di Dunia Kecantikan

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Profesi dokter menjadi pilihan bergengsi bagi banyak calon lulusan SMA, dengan impian membantu banyak orang dalam hal kesehatan serta meningkatkan kesejahteraan diri sendiri. Seiring perkembangan zaman, tidak hanya menjadi tenaga medis, beberapa dokter juga mengejar karier di bidang lain, seperti dunia militer atau kecantikan.

Salah satu contoh yang menginspirasi adalah dr. Reta Okta Sari, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2018. Saat ini, dr. Reta telah mendirikan Re Beauty Clinic di Jln KH Mas Mansyur No. 14 Rawalaut Enggal, Bandar Lampung.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Re Beauty Clinic milik dr. Reta menawarkan berbagai layanan, termasuk produk skincare, layanan laser, botox, facial, infus, cauter, suntik, slimming spa, dan lainnya. Meski memilih berkarier di dunia kecantikan, dr. Reta tetap mengakui bahwa bekal ilmu dan manfaat yang diperolehnya selama pendidikan dokter di Universitas Malahayati sangat berharga.

“Fakultas Kedokteran Malahayati adalah salah satu yang terbaik di Lampung. Banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan, mulai dari teori hingga pembelajaran lapangan dan interaksi langsung dengan masyarakat. FK Unmal memberikan bekal ilmu, pengalaman, dan pemahaman terkini tentang perkembangan ilmu kedokteran,” ungkap dr. Reta.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Menurutnya, Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tidak hanya fokus pada aspek teoritis, tetapi juga memberikan pengalaman langsung melalui pembelajaran lapangan. “FK Unmal sangat kondusif, didukung sarana prasarana yang baik, dosen yang unggul, dan staf yang ramah. Terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, semoga semakin sukses selalu,” tambahnya.

Reta Okta Sari bisa jadi inspirasi bagi para calon mahasiswa kedokteran bahwa lulusan Fakultas Kedokteran tidak hanya terbatas pada praktik medis, melainkan juga memiliki peluang untuk sukses di bidang lain yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Saat ini, Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang medis dan kesehatan khususnya dokter dan bisa seperti  dr. Reta Okta Sari, yuk bergabung dengan prodi ini.

Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus tertinggi di Lampung ini. (*)

Editor: Asyihin

Sertifikasi Kompetensi Alumni Teknik Sipil Universitas Malahayati dalam Pemeliharaan Jalan untuk Mendorong Pembangunan Infrastruktur Lampung

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar kegiatan sertifikasi pada program vokasi alumni, dengan fokus pada jabatan kerja pelaksana pemeliharaan jalan di Provinsi Lampung, Jumat (8/3/2024).

Acara ini dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi alumni guna meningkatkan kompetensi dan mendapatkan sertifikat kompetensi di bidang konstruksi.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas kompetensi alumni agar lebih handal, berdaya saing, dan tersertifikasi di wilayah kerja Balai Jasa Konstruksi Wilayah II Palembang.

Peserta kegiatan terdiri dari alumni Universitas Malahayati Bandar Lampung yang menempati jabatan pelaksana pemeliharaan jalan.

Asesor yang bertanggung jawab dalam uji sertifikasi berasal dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PT. Ataki Konstruksi Indonesia Provinsi Lampung.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati, Ir. Yan Juansyah, DEA., menyampaikan harapannya agar materi dari pantia dan asesor dapat diserap dengan baik dan bermanfaat bagi peserta kegiatan.

Dalam sambutannya, Linda Sari yang mewakili Kepala Bidang Bina Konstruksi Dinas BMBK Provinsi Lampung, Ir. Yudi Aryanto, ST., MT., IPM ASTAN Eng, berharap agar kegiatan ini memberikan manfaat bagi alumni sarjana teknik sipil dalam kontribusinya pada pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung.

“Terimakasih atas kerjasama semua pihak sehingga hal ini dapat terlaksana dengan baik,” ucapnya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati, Kepala Bidang Jasa Konstruksi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung, Kepala Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati, para asesor, tim LSP PT. Ataki Konstruksi Indonesia Provinsi Lampung, dan tentu saja, peserta kegiatan. (*)

Editor: Asyihin

Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Hadiri Wisuda Universitas Terbuka Lampung 2024

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, menghadiri Wisuda Universitas Terbuka Lampung Periode 1 tahun 2024 di Balai Krakatau Bandar Lampung, Kamis (7/3/2024).

Dalam kesempatan itu, Rektor Achmad Farich menyampaikan ucapan selamat kepada 2.172 wisudawan Universitas Terbuka Lampung.

Jumlah peserta yang membanggakan ini terbagi ke dalam berbagai fakultas, termasuk 1.454 dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), 472 dari Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP), 194 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), 42 dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), serta 10 dari Program Pascasarjana.

Intan Purnamasari, wisudawan S1 Manajemen dari Way Kanan meraih gelar wisudawan terbaik dengan IPK 3,95 dan predikat pujian.

Universitas Terbuka (UT) Lampung menggelar wisuda program pascasarjana, sarjana, dan diploma pada periode 1 tahun 2024. Acara tersebut berlangsung meriah di Balai Krakatau Bandar Lampung selama 6 dan 7 Maret 2024. (*)

Editor: Asyihin

Informasi Libur dan Cuti Bersama

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Sahabat Unmal..Yuk simak informasi Libur & Cuti Bersama Hari Raya Nyepi dan manyambut Bulan Suci Ramadhan 1445 H Tahun 2024.

Share ke teman-teman kalian yang membutuhkan informasi ini ya. (gil/humasmalahayatinews)

Perampok Budiman

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Konon dahulu kala disuatu desa yang terletak dikaki gunung, hiduplah seorang dermawan yang pekerjaannya setiap hari-hari tertentu membagikan uang dan sembako kepada penduduk desa bahkan sampai ke desa-desa tetangga.

Pembagian itu dikhususkan kepada warga yang dipandangnya hidup tidak mampu, sementara yang berkecukupan tidak mendapatkan bagian. Pekerjaan seperti ini dilakukan bertahun-tahun; hingga pada suatu saat ada seorang pemuda desa yang penasaran, dan bertanya dalam hati apa pekerjaan dermawan itu, sementara hidupnya sendiri pas-pasan namun gemar sekali berbagi dengan sesama terutama bagi yang tidak mampu.

Bermodalkan keingintahuan ini pemuda tadi melakukan penyelidikan secara diam-diam; memakan waktu yang cukup lama pemuda tadi menemukan pekerjaan sang dermawan ternyata adalah perampok. Namun dermawan tadi merampok tidak di sekitar desanya, akan tetapi jauh ditempat lain dimana ditemukan banyak orang-orang kaya yang kurang mau berbagi.

Pemuda tadi terpana sekaligus gundah akan kehalalan dan kebersedekahannya sang dermawan. Karena ingin mendapatkan kejelasan, maka pemuda tadi mendatangi ahli agama yang tinggal jauh dari daerahnya.

Setelah berjumpa, pemuda tadi menceritakan apa yang menjadikan dirinya ingin berjumpa pada “sang mursid”. Ahli agama tadi dengan senyuman yang khas, tanpa tampak sinis atau mengejek; dengan kelembutan hati beliau berkata “wahai anak muda itu belum seberapa, nanti akan datang suatu masa ada banyak orang yang tampak mukanya soleh serta dermawan, setiap hari membagikan uang dan makanan; bahkan membangun rumah ibadah dan tempat ngangsu kawruh, membantu orang miskin. Tidak cukup itu, dia juga melakukan memfasilitasi semua kepentingan umum, tetapi uangnya diperoleh dari merampok negerinya sendiri dengan berbagai cara, termasuk menipu siapa saja yang bisa di tipu”.

Anak muda tadi terperangah, dan berguman dalam hati “dimanakah negeri semacam itu berada”. Namun karena santunnya anak muda ini kepada Sang Guru tadi, dia tidak berani bertanya. Tetapi Sang Guru membaca batin anak muda itu melalui mata batinnya; sejurus kemudian beliau berkata “wahai anak muda negeri yang kau tanyakan itu adalah ditempat sekarang kamu berdiri”.

Sontak anak muda itu terperangah karena bagaimana mungkin itu bisa terjadi, karena menurut penglihatan dia negeri ini makmur, bahkan boleh dibilang “gemah ripah, loh jinawi, karto tentrem lan raharjo”. Guru mursid tadi membaca keraguan anak muda tadi, beliau tampak tersenyum penuh wibawa, sejurus kemudian berkata” wai anak muda…..nanti pada zamannya ada Nalendra memaksa anak-anaknya berbuat cidra, dan para Nayaka bermanis muka karena takut kursinya diminta, yang benar disalahkan yang salah dibenarkan, hitungan ditambahkan kalau untuk dirinya dan dikurangkan kalau untuk orang lain; itulah zamannya nanti”.

Setelah dirasa puas, dan juga cemas takut terbaca isi batinnya oleh Guru Mursid, anak muda tadi undur diri. Sang Guru memberi restu agar anak muda tadi selalu berpegang pada kebenaran, dan bersandar kepada ketuhanan. Dengan berjalan gontai anak muda tadi berdoa semoga dia tidak menjumpai zaman yang diceritakan Sang Guru Mursid. Namun hatinya ragu andaikata zaman itu nanti dijumpai oleh anak turunnya, betapa serakahnya orang-orang yang lahir waktu itu; dia berdoa semoga anak turunnya terhindar dari keserakahan dunia yang bagai fatamorgana ini.

Mendadak kaki terasa digoyang-goyang, ternyata begitu dilihat istri mengingatkan waktunya sholat tahajud tiba karena alarm sudah berbunyi. Subhannallah itu tadi mimpi disepertiga malam. Semoga itu semua sekedar bunga tidur yang kebablasan bukan kenyataan yang ada atau akan ada. Apakah itu perwujudan dari kegelisahan akan nasib negeri ini…..entahlah.
Salam waras. (SJ)

UKMBS Malahayati Pentaskasn Karya Sendiri Dalam Pertunjukan Teater Surealis

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Malahayati Bandarlampung gelar pertunjukan teater surealis di gedung MCC Universitas Malahayati. Minggu (3/4/2024).

Pertunjukan bertajuk Avunto tersebut merupakan karya para mahasiswa UKMBS Malahayati. Sekitar 200 tiket ludes terjual pada para pecinta seni teater Bandarlampung. “Harapan, teka-teki, jatuh bangun, baik buruk salam perjalanan hidup dari permulaan hingga sampai disini. Kami coba representasikan makna hidup ‘5 perkara sebelum 5 perkara’ dalam balutan surealis yang di bangun teman-teman UKMBS Malahayati,” jelas Agung Saputra, sang sutradara Avunto.

Setelah ditemui dan di wawancara Humas Malahayati News, Dr. Eng. Rina Febrina, S.T., M.T selaku Wakil Rektor III Universitas Malahayati Bandarlampung, mengapresiasi keberlangsungan kegiatan ini,

“Kegiatan ini merupakan keaktifan UKMBS dalam dunia kampus, harapan kedepannya akan lebih banyak kegiatan-kegiatan kreatif lainnya,” ujar Rina.

“Semoga UKMBS Malahayati makin sukses, dan dapat mengharumkan nama Universitas Malahayati di kancah nasional maupun internasional,” tutupnya.

Pani Ewok salah satu pecinta seni teater yang menyaksikan pertunjukan ini mengungkapkan kekagumannya pada  Avunto. “Suasananya, ambience-nya, temanya, tata lighting-nya dapet banget ini. Gak sia-sia sih, sempet kehujanan nyaris gak kebagian tiket. Malahan terbayar banget ini, surprise juga dengan harga tiket ala pelajar yang include nasicokot.ulala wah gokil sih,” ungkapnya.

“Sudah lama gak lihat yang beginian di Lampung. Apalagi ini yang buat mahasiswa dan karya anak seni Lampung sendiri, keren banget. Semoga makin banyak lagi anak muda Lampung yang semangat menampilkan karya sendiri,” ucap penonton lainnya, Murti dan Connie.

Willy Amanda (21220033) Mahasiswa Prodi Manajemen selaku Pimpinan Produksi/Ketuplak pertunjukan Avunto mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Universitas Malahayati dan Humas Malahayati News yang telah mensupport penuh dalam kegiatan ini.

“Selain itu juga kami ucapkan banyak berterimakasih kepada komunitas yang telah mensupport kami, Busa Pustaka, Brothersipx, UKMBS UBL, UKMBSM ITERA, UKMBSM Darmajaya, UKM IMPASI, UKMBS KOMBIR Darmajaya, UKMBS POLINELA, UKMBS IMPAS, UKM Teater Mentari, UKM Seni UTB, UKMF KSS UNILA, UKMBS UNILA, Seni Lima Rasa, UKMBS Satu Nusa, IMASENIK UNILA, dan UKM SENIOR UMITRA. Selain itu juga kami banyak berterimakasih kepada seluruh sponsor, Klinik Gigi Happy Denta, Ken Smoothies, Ayam Bledek, dan Nasi Cokot Ulala, mereka UMKM yang sangat support kami, tanpa adanya support mereka, kami tidak bisa menyajikan pertunjukan ini,” tandasnya. (gil/humasmalahayatinews)

Kehormatan

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Kehormatan banyak disinonimkan dengan penghargaan. Kehormatan lebih kepada sesuatu yang bersifat abstrak, sementara penghargaan lebih mengarah kepada sesuatu yang nyata. Walaupun pemisahan itu tidak tepat benar karena ada pada wilayah ontologi, sementara bila berada pada wilayah aksiologi maka pemaknaan menjadi subjektif sesuai kebutuhan.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka tidak salah banyak di antara kita metukarposisikan antara penghargaan dan penghormatan. Dan, itu sah-sah saja manakala berada pada wilayah praksis, sekalipun jika kita tarik ke wilayah filosofis tidak jumbuh. Namun berapa banyak orang yang berpikir sampai pada hakikat seperti itu. Oleh karena itu, tidak salah jika kata “penghormatan” menjadi semacam kata sulih untuk “mengedepankan selangkah, meninggikan seranting” dari peribahasa lama yang sudah jarang sekali dipakai saat ini.

Saat ini penghormatan sudah mendapatkan tafsir baru dalam khazanah kehidupan. Makna baru tersebut seiring dengan perkembangan akan keinginan manusia mendapatkan sesuatu yang lebih atau dilebihkan, terutama yang berkaitan dengan aspek nonmateri. Oleh sebab itu, tidak aneh jika tafsir yang dilekatkan berbeda dengan konsep tafsir selama ini sebagai sesuatu norma yang dianut.

Sebagai contoh, syarat untuk menjadi guru besar itu tidak mudah. Bahkan ada yang sampai bertungkuslumus guna mencapai derajat itu, karena harus memenuhi persyaratan yang tidak ringan. Namun, ternyata di dunia yang berbeda, guru besar dapat dianugerahkan sebagai pemberian. Yang menerima tidak harus menyiapkan sejumlah syarat berat sebagai penyerta sebagaimana lazimnya. Anehnya lagi, dalam aturan perundangan yang kita sepakati melalui lembaga terhormat, guru besar itu harus memberikan pengajaran di perguruan tinggi. Ternyata ada penerima yang dari semenjak menerima guru besarnya sampai kini belum pernah mengajar atau membimbing mahasiswa pascasarjana. Begitu dikonfirmasi kepada teman yang paham akan perundangan, jawab beliau sambil tersenyum penuh arti “namanya juga kehormatan”.

Ternyata kehormatan yang semula memang pantas untuk mendapatkan penghormatan, telah bergeser makna. Kehormatan hampir mirip serupa sekarang ini, yaitu pada zaman kerajaan di Nusantara, ternyata sudah banyak ditemukan. Ada penghormatan berupa gelar kebangsawanan, ada juga pemberian karena jasa-jasanya maka diberi “Tanah Perdikan” atau tanah bebas pajak. Sampai-sampai keturunannya dijadikan selir oleh raja. Dan itu justru merupakan kehormatan bagi yang bersangkutan untuk ukuran saat itu.

Hanya pada masa modern sekarang bentuk penghormatan itu menjadi seolah lebih terhormat karena dilaksanakan dengan cara lebih terhormat, walaupun beda tipis dengan gila hormat. Hal ini terjadi karena begitu mudahnya persyaratan untuk mendapatkan penghormatan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara transaksaksional simbolik. Maka, jadilah sempurna dari suatu ketidaksempurnaan tadi.

Ternyata kata kuncinya ada pada nilai dan moral. Tentu saja ini bersifat subjektif. Sebab, masing-masing individu akan memiliki batasan sendiri-sendiri. Contohnya “kepatutan”. Bisa jadi untuk orang tertentu satu perbuatan dianggap patut untuknya, namun bagi orang lain hal itu tidak patut. Kecuali nilai-nilai moral yang universal, tentu ini melekat kepada sesuatu yang lebih sakral, seperti halnya hak-hak asasi manusia dan atau kemaslahatan bersama.

Tampaknya celah ini dimanfaatkan oleh mereka yang licik untuk dapat menggapai apa yang diinginkan, termasuk memberikan penghormatan, agar terjadi transaksional simbolik. Akhirnya, hal itu akan menyandera yang diberi oleh si pemberi. Namun, bisa juga merupakan balas budi dari sesuatu yang telah diberikan pada masa lalu.

Selanjutnya pada wilayah ontologi terserah kita akan memberi makna apa pada “kehormatan”. Sebab, selagi di wilayah itu, kita bebas menabalkan nilai. Hanya manakala itu berada pada wilayah aksiologi kita harus mampu memberikan argumentasi pertanggungjawaban secara moral mengapa kita ada pada wilayah itu. (SJ)

Pecah Kongsi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Berdasarkan penelusuran digital ditemukan makna Pecah kongsi yaitu: merupakan frasa yang berasal dari bahasa Hokkien atau Tionghoa, yang secara harfiah berarti “berpisah dengan mitra bisnis” atau “putus kerjasama dalam bisnis.” Istilah ini umumnya digunakan untuk menggambarkan situasi di mana dua pihak yang sebelumnya bekerja sama dalam suatu usaha, memutuskan hubungan kerjasama mereka. Ada beberapa alasan umum yang dapat menyebabkan pecah kongsi terjadi. Salah satunya adalah perbedaan visi dan misi antara kedua belah pihak. Jika ada perbedaan yang signifikan dalam tujuan jangka panjang dan strategi bisnis, maka pecah kongsi bisa menjadi pilihan yang masuk akal.

Selain itu, perbedaan pandangan terkait pengelolaan bisnis dan pengambilan keputusan juga sering menjadi penyebab pecah kongsi. Jika salah satu pihak merasa bahwa keputusan yang diambil oleh mitra bisnisnya tidak sesuai dengan harapan atau tidak menguntungkan bagi mereka, maka pecah kongsi bisa menjadi solusi yang diambil. Faktor-faktor personal juga dapat memainkan peran penting dalam pecah kongsi. Misalnya, perbedaan nilai, kepercayaan yang rusak, atau konflik pribadi bisa menjadi pemicu pecah kongsi. Ketika hubungan antarmitra bisnis tidak lagi harmonis, pecah kongsi bisa menjadi hasilnya.

Pertanyaannya apakah Pecah Kongsi hanya berlaku di dunia Busnis. Ternyata untuk masa kini sudah meluas kemana-mana; bahkan sekarang yang sedang ramai ada pada dunia perpolitikan. Dengan alasan tidak ada teman abadi dalam berpolitik, maka pecah kongsi adalah sesuatu yang lumrah; dan tidak perlu terlalu serius menanggapinya. Bisa dibayangkan semula teman koalisi, kemudian karena ada yang diuntungkan dalam pembagian kekuasaan; maka langkah pecah kongsi adalah hal yang wajar. Apalagi disiapkan kursi bergengsi untuk negeri, walau hanya seumur jagung, namun lumayan buat obat haus selama ini akan kekuasaan.

Demikian juga dalam satuan birokrasi; semula sahabat karib saat menggapai cita-cita bersama. Setelah berhasil apa yang dicita-citakan selama ini telah diperoleh; mulailah ada kalkulasi politik di sana. Manakala dianggap sesuatu dan atau seseorang memiliki potensi akan membahayakan “dinastinya” di masa depan, maka tidak ada jalan lain kecuali “Pecah Kongsi”. Atau, bisa juga suatu sistem organisasi yang terlalu besar gerbongnya, membuat akselerasi organisasi melambat, maka person yang ada didalamnya merasa tidak nyaman lagi. Langkah yang diambil tentu “pecah Kongsi”, dan ini banyak dijumpai pada organisasi politik atau kemasyarakatan yang terlalu gemuk.

Anehnya lagi dengan mengatasnamakan demokrasi maka pecah kongsi dianggap sebagai keniscayaan; oleh karena itu konflik dan integrasi sudah semacam pasangan ideal, dan bisa muncul kapan saja pada organisasi apa saja; tentu dengan medianya adalah tetap bertumpu pada Pecah Kongsi.

Pecah kongsi jika hanya melibatkan person dampaknya tidak begitu besar; namun jika itu melibatkan atau berakibat pada sistem; maka yang akan terjadi adalah konflik yang berkepanjangan, dan tentu akan merusak. Namun, kerusakan ini sebenarnya keadaan yang didisain secara terencana, agar tampak bahwa pecah kongsinya mereka adalah sesuatu yang wajar dan harus dilakukan, karena tidak ditemukan jalan untuk bersatu.

Pecah kongsi sebagai jalan keluar dari persoalan yang dihadapi karena ketidakadaan kesepahaman; maka bisa jadi ini melanda semua sendi kehidupan. Tidak terhindarkan juga dilembaga-lembaga bergengsi, termasuk perguruan tinggi; sekalipun lembaga yang terakhir ini sering disebut banteng moral atau penjaga moral, namun tetap saja tidak bisa menghindar dari pecah kongsi; hanya biasanya dibungkus dengan suatu kearifan dalam ucapan, sehingga di nilai dari luar, apalagi dari jauh, tampak baik-baik saja.

Semoga semua itu dapat kita jadikan pembelajaran bahwa ditengah-tengah kebaikan itu masih ada setitik keburukan sebagai kekurangan, dan ditengah-tengah keburukan itu masih ada secercah kebaikan. Kesempurnaan itu hanya milik Yang Maha Sempurna. (SJ)