Dibalik Siswi Mogok Kena Bully, Ada Manajemen Macet di Kesatuan Pendidikan
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Menyimak berita siswi SMA yang tak kuat lagi sekolah karena perundungan lewat media yang sedang kita tatap saat ini, sungguh menyayat hati. Ia berasal dari keluarga yang hidup serba kekurangan, namun tetap berjuang menuntut ilmu di sekolah negeri yang seharusnya menjadi kebanggaan.
Bagaimana tidak, secara ekonomi sangat kekurangan, entah apakah keluarga ini mendapat bantuan dari pemerintah atau tidak tidak ada informasi, kemudian sekolah di negeri yang kita banggakan, malah mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari rekan sekolah.
Aneh dan ajaibnya, guru bimbingan penyuluhan (BK) siswa tidak kelihatan “bekas kerjanya”. Demikian pula sekolahnya, alih-alih mengakui kealpaannya, malah membuat klarifikasi yang seolah-olah cuci tangan. Setelah viral, baru sekolah mulai mencari celah pembelaan.
Kasus seperti ini tentunya tidak harus terjadi pada sekolah selevel sekolah dimaksud; sebab instrumen pendidikan sekolah tersebut sudah lengkap; baik sarana, prasarana, dan tenaga pengajar.
Tinggal komandan tertinggi sekolah itu mampukah mengorganisir sumber daya yang ada. Peristiwa ini mentengarai bahwa pimpinan tertinggi lembaga ini tidak melakukan fungsinya secara maksimal. Prinsip-prinsip manajemen sekolah dan atau pendidikan tidak dijalankan dengan baik.
Atas dasar itu, pihak dinas pendidikan yang membawahi lembaga ini harus berani melakukan tindakan tegas kepada pimpinan lembaganya. Jangan terkesan menunggu laporan, yang pada akhirnya peristiwa ini “masuk angin” di jalan.
Upaya pembinaan biasa tidak cukup untuk melakukan penanganan kasus ini; dan lembaga yang bertanggungjawab akan keberlangsungan pendidikan di provinsi ini sudah harus “malu” jika sampai menjadi konsumsi publik beritanya.
Permohonan maaf; dan atau ucapan tidak akan mengulangi lagi; itu bukan solusi yang diharapkan. Tindakan administratif luar biasa harus dilakukan kepada pimpinan tertinggi sekolah ini jika marwah pendidikan di daerah ini ingin dijaga.
Perlu disadari bahwa banyak guru-guru yang lebih cakap memimpin di daerah ini dan tinggal adakah kesempatan diberikan kepada mereka untuk mengimplementasikannya.
Serta yang tidak kalah pentingnya adakah sistem yang dibangun untuk memunculkan kepala sekolah yang cakap secara manajerial dan leadership yang baik, itu perlu diadakan.
Hal yang tidak kalah pentingnya kejadian seperti ini bisa jadi ada di sekolah-sekolah yang nunjauh di sana; hanya karena jarak dan rentang kendali, berita itu tidak sampai naik kepermukaan.
Oleh karena harus diciptakan sistem yang dapat menditeksi guna pencegahan, agar hal serupa tidak terjadi. Di tingkat provinsi harus ada satuan tugas yang memonitor hal ini; dan setiap sekolah Koordinator Guru BK adalah merupakan anggota satgas secara otomatis.
Sementara di sekolah koordinator ini menjadi ketua satgas yang setiap minggu harus melaporkan kepada pimpinan sekolah tentang kejadian yang ada di sekolah. Anggota satgas di sekolah harus ada unsur siswa yang dilibatkan agar ada keakuratan informasi.
Sementara dinas pendidikan provinsi harus memasang alat pantau untuk setiap sekolah dengan kamera tersembunyi untuk daerah rawan, terutama sekolah tipe A dan B yang jumlah peserta didiknya besar. Alat pantau ini ada di runag Koordinator Guru BK dan dapat dimonitor secara menyeluruh dari kantor dinas provinsi sebagai pengendali.
Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran bagai semua mereka yang terlibat pada dunia pendidikan. Dan, tidak kalah pentingnya bahwa memang menjadi guru itu bukan mudah, apalagi dengan begitu cepatnya kemajuan teknologi dewasa ini.
Serta, menjadi kepala sekolah itu bukan jabatan yang bebas dari tanggungjawab pendidikan, justru siapapun yang duduk pada posisi ini harus menunjukkan kelebihannya dalam bidang pendidikan termasuk manajerial sekolah.
Demikian juga kepada pimpinan tertinggi dunia pendidikan di daerah ini, jangan setengah hati untuk menindak kepala sekolah yang memang tidak mampu menunjukan kinerjanya dengan baik.
Namun juga jangan pelit memberikan penghargaan kepada mereka-mereka yang berhasil menunjukkan kinerjanya di bidang pendidikan, termasuk kepada kepala sekolah yang memang layak mendapatkan apresiasi untuk itu. Salam Waras (gil)
Editor: Gilang Agusman