Pekerjaan Besar Sang Guru Besar

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Akhir-akhir ini banyak media masa, baik online maupun konvensional, memperbincangkan Guru Besar. Keberagaman berita itu antara lain: adanya pejabat publik yang melobi kementerian tertentu agar supaya dirinya dapat menyandang guru besar; ada lagi berita disuatu universitas negeri yang ruang guru besarnya sepi, ada juga berita “nakal” yang memberitakan “kenakalan” oknum dalam mendapatkan status guru besar. Tampaknya jabatan guru besar akhir-akhir ini menjadi sangat seksi dimata beberapa orang. Lalu apa dan bagaimana guru besar itu sesungguhnya.

Dikutip dari berbagai sumber diperoleh informasi sebagai berikut: guru besar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang profesor, terutama dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia. Guru besar adalah jenjang akademik tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang dosen di perguruan tinggi. Untuk mencapai gelar ini, seseorang harus memiliki kualifikasi akademik yang tinggi, pengalaman mengajar yang luas, dan kontribusi yang signifikan dalam bidang penelitiannya. Semua itu dibuktikan dengan karya-karya yang nyata dan terukur; bahkan sekarang harus melalui suatu sistem penilaian yang sangat ketat, tidak jarang menjadi sangat membosankan.

Tugas dan peran guru besar meliputi: Pertama, Mengajar dan Membimbing, yaitu guru besar memiliki tanggung jawab utama dalam memberikan pengajaran dan bimbingan kepada mahasiswa, baik di tingkat sarjana maupun pascasarjana. Mereka diharapkan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa serta membimbing mereka dalam penelitian dan pengembangan akademik.

Kedua, Penelitian, guru besar diharapkan aktif dalam melakukan penelitian di bidang keahliannya. Mereka harus menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas dan dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah terkemuka, baik nasional maupun internasaional. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama pada bidang keahliannya.

Ketiga, Pengabdian kepada Masyarakat. Selain mengajar dan meneliti, guru besar juga berperan dalam pengabdian kepada masyarakat. Ini bisa berupa kegiatan yang menerapkan pengetahuan dan hasil penelitian untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis di tengah masyarakat.

Keempat, Pengembangan Kurikulum. Guru besar sering terlibat dalam pengembangan kurikulum dan program studi di institusi tempat mereka bekerja. Mereka memastikan bahwa materi yang diajarkan sesuai dengan perkembangan terbaru di bidang ilmunya.

Kelima, Kepemimpinan Akademik. Sebagai pemimpin akademik, guru besar sering terlibat dalam pengambilan keputusan penting di tingkat fakultas atau universitas. Mereka berkontribusi dalam perumusan kebijakan akademik dan administrasi.

Keenam, Publikasi dan Kolaborasi Internasional. Guru besar biasanya terlibat dalam kolaborasi dengan akademisi dan peneliti di tingkat internasional. Mereka sering menghadiri konferensi ilmiah dan seminar untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dan membangun jaringan profesional. Secara keseluruhan, guru besar selain mengemban tugas akademik, juga memiliki sejumlah tugas non-akademik yang penting dalam menunjang fungsi dan perkembangan institusi tempat mereka bekerja.

Adapun tugas non-akademik itu: Pertama, Administrasi dan Manajemen. Mengambil bagian dalam administrasi universitas atau fakultas, termasuk menjabat sebagai dekan, kepala departemen, atau posisi manajerial lainnya. Berpartisipasi dalam komite-komite universitas yang bertanggung jawab atas kebijakan, akreditasi, dan evaluasi program studi.

Kedua, Kepemimpinan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, yaitu membiimbing dan mengembangkan karier dosen-dosen muda dan staf akademik lainnya. Terlibat dalam perekrutan dan seleksi dosen baru serta memberikan penilaian terhadap kinerja staf akademik.

Ketiga, Kerjasama dengan Industri dan Lembaga Lain, yautu membangun dan memelihara hubungan kerja sama dengan industri, pemerintah, dan lembaga lainnya untuk mendukung penelitian, pengembangan kurikulum, dan peluang kerja bagi lulusan. Mengelola proyek-proyek penelitian dan pengembangan yang didanai oleh pihak eksternal.

Keempat, Pengembangan Institusi. Guru besar berperan dalam perencanaan strategis dan pengembangan jangka panjang institusi. Memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan reputasi dan daya saing universitas di tingkat nasional dan internasional.

Kelima, Pengabdian kepada Masyarakat. Guru besar melibatkan diri dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang memanfaatkan keahlian akademik untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, atau lingkungan. Mengorganisir atau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti seminar, workshop, atau program pelatihan.

Keenam, Promosi Ilmu Pengetahuan, yautu guru besar berkontribusi dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi melalui media massa, ceramah umum, atau publikasi non-akademik. Aktif dalam organisasi profesi dan komunitas ilmiah untuk mendorong kemajuan bidang keahlian mereka.
Dengan menjalankan tugas-tugas non-akademik ini, guru besar tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian, tetapi juga membantu dalam pembangunan institusi yang lebih baik dan berdampak positif bagi masyarakat luas.

Guru besar memiliki peran penting dalam mendiseminasikan nilai-nilai akademik, moral, dan etika kepada mahasiswa, rekan kerja, dan masyarakat luas. Berikut adalah beberapa cara guru besar melaksanakan tugas ini: Pertama, Melalui Pengajaran: Integrasi Nilai dalam Kurikulum: Guru besar mengintegrasikan nilai-nilai akademik, etika, dan moral dalam materi kuliah dan diskusi kelas. Mereka menekankan pentingnya integritas akademik, kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab.

Kedua, Teladan dalam Kelas: Sebagai panutan, guru besar menunjukkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai positif seperti rasa hormat, kesopanan, dan dedikasi, menegakkan aturan akademik secara benar.

Ketiga, Melalui Penelitian: yang meliputi (1). Etika Penelitian: Guru besar memastikan bahwa semua penelitian yang dilakukan mengikuti standar etika yang tinggi, termasuk dalam hal pengumpulan data, analisis, dan publikasi hasil. Mereka mengajarkan pentingnya transparansi, akurasi, dan penghindaran plagiarisme. (2). Tema Penelitian yang Bermanfaat: Mereka memilih topik penelitian yang memiliki dampak positif bagi masyarakat, seperti penelitian yang berfokus pada isu-isu sosial, kesehatan, lingkungan, dan teknologi yang berkelanjutan.

Keempat, Melalui Pengabdian kepada Masyarakat: meliputi, Program Sosial dan Edukasi: Guru besar terlibat dalam program-program yang mendiseminasikan nilai-nilai kemanusiaan dan kesadaran sosial. Mereka berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang mendidik dan memberdayakan komunitas. Dan, melalui Ceramah dan Workshop: Mereka memberikan ceramah dan mengadakan workshop yang menekankan pentingnya nilai-nilai etis dalam kehidupan profesional dan pribadi.

Kelima, Melalui Kepemimpinan Akademik: meliputi (1) Membangun Budaya Akademik: Guru besar berperan dalam menciptakan dan memelihara budaya akademik yang positif di institusi mereka, yang menekankan nilai-nilai kerjasama, inklusivitas, dan keunggulan. (2) Mentoring dan Pembimbingan: Mereka membimbing dosen muda dan mahasiswa pascasarjana, menanamkan nilai-nilai profesionalisme, etika kerja, dan komitmen terhadap ilmu pengetahuan.

Keenam, Melalui Publikasi dan Komunikasi: meliputi (1) Artikel dan Buku: Guru besar menulis artikel, buku, dan publikasi lainnya yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan ilmiah tetapi juga nilai-nilai etika dan moral. (2) Media Massa dan Sosial: Mereka menggunakan platform media massa dan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai positif kepada masyarakat luas.

Dengan cara-cara tersebut, guru besar tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai yang penting bagi perkembangan individu dan masyarakat. Termasuk didalamnya adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, taat aturan.

Pertanyaan berikutnya ialah, apakah setelah membaca, memahami dan merenungkan betapa beratnya tugas pokok dan fungsi jabatan guru besar dengan segala konsekuensinya itu, masih ada oknum yang kurang kerjaan ingin menjadi guru besar melalui jalan pintas; sehingga mengabaikan etika dan norma akademik. Jika jawabannya “ada” maka sebenarnya yang bersangkutan harus introspeksi dulu, apakah niatnya itu murni dari hati kecil atau dari hati tetangga.

Sementara, jika ada Guru Besar yang benar sudah meraih jabatan ini dengan benar, maka bersiaplah sejatinya anda tidak bisa berhenti berfikir untuk memberikan yang terbaik bagi negeri ini, diantaranya melalui tulisan, gagasan dan ide-ide cemerlang lainnya; sampai ajal menjemput…..Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mengejar Asa

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Saat diundang oleh organisasi guru terbesar di negeri ini, saya diminta memberikan semacam “tauziah” atau wejangan. Karena pertemuan itu dalam rangka “penjaringan” dan dilanjutkan “penyaringan” bakal calon pimpinan organisasi untuk periode ke depan, maka ular-ularpun diberikan yang berkaitan dengan kedewasaan berorganisasi. Hal itu mengingat banyak di antara kita sering memaknai demokrasi masih kurang tepat. Salah satu di antaranya adalah yang berbeda itu adalah lawan. Padahal, perbedaan itu justru menunjukkan tumbuhkembangnya demokrasi.

Menjadi menarik karena banyak fenomena yang muncul sebagai dinamika organisasi tertua itu. Di antaranya bagaimana di antara anggotanya berkeinginan untuk mengejar asa dengan caranya. Ada yang sudah berposisi di samping, ingin pindah ke tengah. Ada yang sudah di tengah ingin pindah ke atas. Ada yang sudah di atas ingin turun ke bawah. Semua itu sah-sah saja asal “benar” dan “betul”. Karena bisa jadi benar tetapi tidak betul, betul tetapi tidak benar, atau tidak betul dan tidak benar. Untuk mencapai derajat betul dan benar itulah diperlukan aturan. Jika ada perselisihan dalam memaknai aturan itu diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Tidak ketemu juga jalannya, maka persoalan diserahkan kepada jenjang diatasnya.

Sebelum lebih jauh kita mendiskusikan hal di atas, terlebih dahulu kita menemukenali apa yang dimaksud dengan mengejar asa. Mengejar asa berarti mengejar harapan, cita-cita, atau impian. Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan usaha seseorang dalam meraih tujuan atau harapan yang telah mereka tetapkan. Oleh karena itu, agar upaya tadi dapat berhasil dicapai dengan baik, maka diperlukan aturan yang benar dan betul.

Secara filosofis, perbedaan antara “benar” dan “betul” dapat dilihat dari aspek epistemologi (teori pengetahuan) dan ontologi (teori keberadaan) serta konteks budaya dan bahasa.

Mari kita telaah lebih dalam: Dalam epistemologi, “benar” sering kali dikaitkan dengan konsep kebenaran objektif. Ini berarti sesuatu dianggap benar jika sesuai dengan fakta atau realitas yang ada. Kebenaran objektif biasanya diverifikasi melalui metode ilmiah atau logika yang ketat, atau tataaturan yang telah disepakati dan diformulasikan sebagai azaz yang harus dipatuhi oleh lingkup yang menggunakannya. Sedangkan “betul” dapat lebih berhubungan dengan kebenaran subjektif atau intersubjektif, yang artinya sesuai dengan persepsi atau kesepakatan bersama. Ini bisa melibatkan aspek penilaian, persetujuan sosial, atau consensus; dasarnya adalah musyawarah untuk mufakat.

Secara ontologis, “benar” bisa berkaitan dengan keberadaan dan esensi sesuatu yang nyata dan ada. Mengacu pada sesuatu yang memiliki eksistensi nyata dan dapat dibuktikan keberadaannya. Sedangkan “Betul” dapat lebih mengarah pada kesesuaian atau kelayakan dalam konteks tertentu. Ini tidak selalu harus bersifat universal tetapi dapat diterima dalam situasi tertentu.

Mengacu pada konteks budaya dan bahasa,”benar” dan “betul” bisa menunjukkan cara pandang yang berbeda terhadap kebenaran. “Benar” lebih formal dan mungkin menunjukkan penilaian yang lebih ketat dan objektif karena dasarnya parameter yang disepakati. Sedangkan “betul” Lebih kasual dan fleksibel, dan sering digunakan untuk menyatakan persetujuan atau konfirmasi.

Oleh karena itu, benar dan betul sering terkait dengan marwah organisasi; konsekwensinya anggota dan seluruh unsur yang terkait didalam organisasi itu harus selalu menjaga diri agar selalu ada pada posisi benar dan betul. Manakala ada perbedaan diantara keduanya, harus ada rasionalitas sebagai alasan yang mendukungnya. Tanpa itu semua organisasi apapun nama dan tujuannya, akan kehilangan kepercayaan dari para pendukungnya.

Banyak contoh yang dapat kita lihat di negeri ini. Misalnya pada masa lalu ada organisasi politik yang begitu besar dan berwibawa, bahkan setiap pemilihan umum selalu keluar sebagai pemenang, malah sebelum digelar pemilihan umum, organisasi ini sudah menang duluan. Seiring perjalanan wakt, begitu anggotanya ada yang berposisi membedakan antara benar dan betul, maka mulailah satu persatu anggotanya rontok, bahkan membuat organisasi baru sebagai organisasi tandingan.

Mengejar asa itu boleh, tetapi berputus asa itu jangan; sebab manakala kita mengejar asa tidak kesampaian itu bukan berarti gagal, tetapi Tuhan ingin menunjukkan kekuasaan atas mahluknya; Demikian halnya jika saat kita sukses mengejar asa, bukan berarti kita harus bangga dan bertepuk dada; sebab jangan-jangan itu cara Tuhan menguji kita dalam menerima karunia-Nya. Agama mengajarkan “jika kita berhasil bersyukurlah, jika kita gagal bersabarlah” karena hanya Tuhan penentu segalanya. Salam waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Rektor Universitas Malahayati Terima Kunjungan Pemimpin Lampung Post, Bahas Penghargaan Nasional

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, menerima kunjungan Pemimpin Perusahaan Lampung Post, Iskandar Zulkarnain, dan Pemimpin Redaksi, Abdul Gofur, di Gedung Rektorat Universitas Malahayati lantai 5, Jumat (5/7/2024).

Kunjungan itu untuk membahas rencana kerjasama “Ayo sehat segera berobat” dalam rangkaian hari jadi Surat Kabar Harian Lampung pasca dan Dies Natalis Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Selain itu, salah satu topik yang menjadi diskusi ialah terkait penghargaan Dharma Karya Kencana Nasional yang diterima Rektor Universitas Malahayati dari BKKBN pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Semarang, Jumat, 28 Juni 2024.

Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan universitas dalam terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting di Lampung.

Dr. Achmad Farich menyatakan bahwa pengentasan stunting merupakan bagian dari peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan generasi emas 2045.

Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai langkah strategis, salah satunya melibatkan peran siswa dan dosen yang turun ke daerah-daerah untuk memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat.

“Upaya itu melalui program kuliah kerja lapangan (KKL) serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” jelas Dr. Achmad Farich.

Dia juga menyebutkan bahwa sekitar 600 mahasiswa dari 20 program studi setiap tahunnya terlibat dalam program tersebut, dengan sasaran tidak hanya ibu-ibu, tetapi juga bapak-bapak yang turut serta dalam menyukseskan program kesehatan bagi perkembangan anak-anak dan keluarga di sekitarnya.

Dr. Achmad Farich menekankan bahwa persiapan menuju generasi emas yang unggul harus dimulai sejak sebelum menikah, mencakup pemilihan pasangan yang sehat, proses kehamilan, menyusui, hingga perkembangan anak.

Berdasarkan hasil kajian, tingginya kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat, terutama dalam 1.000 hari kehidupan awal.

“Keberhasilan untuk mencapai Indonesia emas 2045 harus dimulai hari ini. Kita perlu berperilaku sehat dan selalu mengonsumsi makanan yang bergizi,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa pengidap stunting tidak terlepas dari pemenuhan gizi dan makanan yang sehat.

Universitas Malahayati saat ini terus mengembangkan produk dari daun kelor yang mengandung banyak khasiat.

Tanaman ini diolah menjadi berbagai makanan sehat, seperti biskuit, kue, dan aneka cemilan.

“Ternyata banyak makanan di sekitar kita yang justru lebih murah dan memiliki kandungan gizi yang tinggi, salah satunya daun kelor. Ini perlu dikembangkan di masyarakat sehingga mereka bisa mengolah dan memanfaatkannya sendiri,” tutupnya. (*)

 

Editor : Asyihin

Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Melantik Pejabat Baru di Fakultas Ilmu Kesehatan

Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr, M.M., melantik Nurul Aryastuti, SST., M.KM sebagai Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati. Acara pelantikan berlangsung di Gedung Rektorat pada Jumat (5/7/2024).

Nurul Aryastuti menggantikan Nurhalina Sari SKM., M.KM yang sebelumnya menjabat sebagai kepala Prodi S1 Kesehatan Masyarakat. Selain itu, Rektor juga melantik Dr. M. Arifki Zainaro, Ns., M.Kep sebagai Wakil Ketua LPPM Universitas Malahayati dan Nova Muhani, SST, M.KM sebagai Sekretaris Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Surat keputusan dibacakan langsung oleh Sekretaris Umum Yayasan Alih Teknologi, Tarmizi, SE., M. Akt.

Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas Malahayati menyatakan bahwa kegiatan pelantikan ini adalah bukti bahwa roda organisasi universitas berjalan dengan baik.

“Sebelumnya sudah baik, ganti pejabat harus lebih baik kinerjanya,” pesan Dr. Achmad Farich.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Nurhalina atas kinerja dan dedikasinya selama menjabat sebagai kepala prodi, serta memuji Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Lolita Sary, SKM.,M.Kes, yang telah mampu mendampingi 10 program studi di bawah naungan fakultas tersebut dengan prestasi yang membanggakan.

Rektor juga berpesan kepada para dosen yang hadir untuk terus meningkatkan jenjang akademiknya agar mutu pendidikan semakin baik.

“Semoga dalam lima tahun ke depan bisa menambah 50 lektor kepala bahkan menambah profesor, itu targetnya,” ungkapnya.

Pengawas Yayasan Alih Teknologi, Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes., juga menyampaikan terima kasih kepada Nurhalina atas dedikasinya dan berharap agar studi S3 yang sedang ditempuhnya dapat segera diselesaikan.

Drs. Suharman juga mengucapkan selamat kepada para pejabat yang baru dilantik dan berharap mereka dapat menjalankan tugas dengan baik. (*)

 

Editor: Asyihin

Nglangut

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Dalam bahasa Jawa, “nglangut” memiliki beberapa makna tergantung pada konteksnya. Secara umum, “nglangut” berarti: Pertama, Merenung atau Melamun: Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sedang tenggelam dalam pikiran, memikirkan sesuatu dengan mendalam, atau melamun. Kedua, Larut dalam Perasaan: Nglangut juga bisa berarti seseorang yang sedang larut dalam perasaan atau emosi tertentu, seperti kesedihan, kegembiraan, atau kerinduan.

Kedua makna ini menunjukkan keadaan di mana seseorang sedang dalam kondisi mental atau emosional yang intens, seringkali menyendiri dan tidak banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Penting untuk dipahami bahwa nglangut bisa menjadi tanda seseorang sedang menghadapi sesuatu yang berat atau kompleks. Jika nglangut terjadi terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu tanda seseorang membutuhkan dukungan atau bantuan, baik dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental.

Ada berbagai penyebab mengapa seseorang bisa berada dalam keadaan nglangut: Pertama, Masalah Pribadi: Stres, kesedihan, atau masalah pribadi seperti konflik keluarga, masalah percintaan, atau kesulitan finansial bisa membuat seseorang merenung dalam-dalam. Kedua, Kesehatan Mental: Kondisi seperti depresi atau kecemasan bisa membuat seseorang sering termenung dan tampak kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari. Ketiga, Kelelahan: Kelelahan fisik atau mental akibat pekerjaan atau aktivitas yang berlebihan juga dapat membuat seseorang cenderung melamun karena tubuh dan pikiran yang lelah. Keempat, Pikiran Mendalam: Seseorang yang sedang memikirkan sesuatu yang kompleks atau sedang mencari solusi untuk suatu masalah bisa tampak nglangut karena fokus pada pemikiran tersebut. Kelima, Kehilangan atau Kesedihan: Kehilangan orang yang dicintai atau menghadapi situasi yang menyedihkan bisa membuat seseorang termenung lama karena berusaha menerima kenyataan. Keenam, Kurang Aktivitas: Kurangnya kegiatan yang menarik atau stimulasi mental bisa membuat seseorang mudah melamun karena tidak ada yang mengalihkan perhatian mereka. Ketujuh, Imajinasi atau Kreativitas: Beberapa orang mungkin tenggelam dalam lamunan sebagai cara untuk mengembangkan ide-ide kreatif atau imajinasi.

Ternyata untuk memahami mengapa seseorang sedang nglangut itu tidak sederhana, dan bisa saja disebabkan oleh salah satu dari ketujuh di atas, bisa juga karena gabungan dari beberapa, dan atau di luar ketujuh tadi. Tingal bagaimana konteks dan latarbelakangnya; sebab fenomena yang muncul pada perilaku manusia menurut teori dramatologi memiliki sejumlah unsur pendukung.

Kita tinggalkan nglangut dalam teori, lalu apa kaitannya dengan peristiwa saat ini dalam masyarakat. Ternyata di tengah masyarakat saat ini ada yang sedang menikmati kenglangutan diri; Perilaku orang yang sedang nglangut bisa dilihat dari beberapa tanda berikut: (1) Terdiam Lama: Seseorang yang sedang nglangut cenderung terdiam dalam waktu yang lama, seolah-olah pikirannya melayang ke tempat lain. (2) Tatapan Kosong: Matanya mungkin terlihat kosong atau tidak fokus pada apapun di sekitarnya, seringkali menatap ke kejauhan atau ke arah yang tidak spesifik. (3) Kurang Responsif: Orang yang nglangut biasanya kurang responsif terhadap rangsangan eksternal seperti suara atau percakapan. Mereka mungkin tidak menyadari jika ada orang yang berbicara kepada mereka. (4) Gerakan Lambat atau Tidak Ada Gerakan: Gerakannya cenderung lambat atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Kadang-kadang mereka mungkin bermain-main dengan objek di tangan tanpa sadar. (5) Ekspresi Wajah Netral: Wajahnya seringkali menunjukkan ekspresi yang netral atau tidak mengekspresikan emosi tertentu. Tidak ada senyum, tawa, atau ekspresi marah. (6) Posisi Tubuh yang Tetap: Posisi tubuh biasanya tetap dan tidak banyak berubah selama periode nglangut. (7) Nafas Dalam dan Teratur: Pernafasannya mungkin terlihat lebih dalam dan teratur, menunjukkan keadaan relaksasi yang mendalam.

Orang yang sedang nglangut sering kali berada dalam keadaan reflektif, memikirkan masa lalu, merencanakan masa depan, atau hanya membiarkan pikiran mereka mengembara tanpa tujuan tertentu. Tampaknya yang terakhir ini justru paling banyak mengidap pada banyak orang. Mungkin kita pernah melihat, atau pernah melakukan, duduk sendiri di pojok teras rumah, atau tempat sepi lainnya dengan menghabiskan rokok atau minum kopi, bisa jadi hanya duduk bengong berlama-lama mengikuti jalannya pikir menembus angan yang tak bertepi.

Semoga ke-nglangut-an kita itu dalam rangka merekonstruksi berfikir untuk masa depan yang lebih baik. Sebab jika tidak konstruktif maka akan destruktif; dan jika ini yang jadi pilihan  berarti kita dalam posisi membahayakan diri sendiri; sebaiknya lekas sadar diri sebab level tertinggi dari nglangut itu adalah Gila.

Nglangut dalam rangka kontemplasi untuk menyatukan fikir menuju Sang-Kholik; itu sah-sah saja sebab merupakan perbuatan merenung diri dalam rangka mengenal diri, memohon ampun atas dosa-dosa selama ini kepada Sang Maha Pencipta; sehingga kelak saat kita dipanggil pulang tidak tersesat dalam perjalanan menuju alam keabadian. Di sini peran agama sangat penting sebagai modal ilmu untuk memperoleh cara mendapatkan bekal dalam perjalanan abadi. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Gelar Monev Pasca Akreditasi Program Studi Kebidanan

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar acara Monitoring dan Evaluasi (Monev) pasca Akreditasi Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan di gedung Rektorat, Kamis (4/7/2024).

Acara ini dibuka Wakil Rektor 1, Dr. (Can) Muhammad, S. Kom., M.M., menyampaikan bahwa acara tersebut bukan hanya rutinitas administratif, melainkan momen penting untuk evaluasi pencapaian dan penetapan langkah-langkah strategis ke depan.

“Akreditasi adalah cermin dari dedikasi dan kerja keras seluruh civitas akademik dalam memberikan pendidikan yang berkualitas,” ujar Dr. (Can) Muhammad.

Beliau menegaskan bahwa Monev ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan akademik, tidak hanya menandai keberhasilan dalam memperoleh akreditasi, tetapi juga sebagai momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan di bidang kebidanan.

“Sebagai Wakil Rektor I, saya ingin mengucapkan apresiasi kepada seluruh tim yang terlibat dalam proses akreditasi ini. Kerja keras dan kolaborasi semuanya telah memastikan bahwa program studi kebidanan terus menjaga standar yang tinggi dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” lanjutnya.

Namun, hasil akreditasi ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tantangan baru untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Evaluasi pasca akreditasi yang dilakukan akan memberikan pandangan jelas tentang area yang perlu diperbaiki serta potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut.

“Saya berharap kita dapat menjadikan acara ini sebagai wadah untuk membangun komitmen bersama dalam meningkatkan mutu dan kualitas program studi kebidanan, bukan sekadar sebagai alat administrasi semata,” tambah Dr. (Can) Muhammad.

Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes, yang juga dosen di Poltekkes Kemenkes Palembang, mengatakan kegiatan Monev ini untuk melihat apakah rekomendasi yang diberikan dua tahun lalu saat proses akreditasi telah dilaksanakan oleh Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan.

“Hal-hal yang sudah ditindaklanjuti ini adalah awal persiapan lebih lanjut untuk menghadapi proses akreditasi selanjutnya,” kata Nesi Novita.

Pada kesempatan itu, Kepala Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan, Vida Wira Utami, SSt, Bdn., M.Kes, memaparkan semua capaian yang telah diraih selama dua tahun pasca akreditasi. Peningkatan dosen yang menerima hibah penelitian dan lengkapnya sarana prasarana maternitas menjadi salah satu poin utama. Selain itu, inovasi pengolahan daun kelor yang dikembangkan menjadi berbagai jenis makanan penambah gizi untuk ibu hamil dan balita juga turut disampaikan.

Kegiatan Monev digelar secara luring dan daring, dihadiri oleh Asesor Nesi Novita, S.SiT., M.Kes., Wakil Rektor 1 Dr. (Cand) Muhammad, S. Kom., M.M., Wakil Rektor III Dr.Eng. Rina Febrina, ST., M.T., Kepala LPMI Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil LPMI Prima Dian Furqoni, S.Kep., Ns., M.Kes., Kepala LPPM Prof. Erna Listyaningsih, SE., M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes, dan Kepala BPMI FIK. (*)

Editor: Asyihin

Rektor Universitas Malahayati Jalin Silaturahmi dengan Danrem 043/Gatam

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., bersama jajaran akademik bertemu dengan Komandan Korem 043/Gatam, Brigjen TNI Rikas Hidayatullah, S.E., M.M., di ruang lobby utama Makorem 043/Gatam, Penengahan Bandar Lampung, Selasa (02/07/2024).

Kehadiran Rektor didampingi oleh Wakil Rektor I, Dr. (Cand) Muhammad S. Kom, M.M., Wakil Rektor III Dr. Eng Rina Febrina, ST.,M.T, Wakil Rektor IV Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes, Dekan Fakultas Teknik Ir. Yan Juansyah, DEA., Dekan Fakultas Kedokteran Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM., Dekan Fakultas Hukum Aditia Arief Firmanto, SH., MH., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Dr. Rahyono, S. Sos., M.M., Kepala Bagian Kerjasama, dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Emil Tanhar, S. Kom.

Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antara Universitas Malahayati dan Korem 043/Gatam, serta memperkenalkan para pejabat baru di jajaran Universitas Malahayati kepada Danrem.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Malahayati menyampaikan harapannya agar Korem 043/Gatam berkenan melatih mahasiswa baru yang akan menjalani orientasi di Universitas Malahayati dalam hal sikap, disiplin, dan cinta tanah air.

“Kami berharap Korem 043/Gatam dapat melatih bela negara, sikap loyal, dan disiplin adik-adik mahasiswa baru yang akan orientasi di Universitas Malahayati,“ tutur Dr. Achmad Farich.

Danrem 043/Gatam mengucapkan terima kasih atas kunjungan silaturahmi Rektor Universitas Malahayati dan jajaran akademik. “Mudah-mudahan silaturahmi dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik ini sekaligus menjadi pondasi dalam menjalin kerjasama lainnya ke depan, antara Korem 043/Gatam dan Universitas Malahayati,” ucap Brigjen TNI Rikas Hidayatullah.

Turut mendampingi Danrem 043/Gatam dalam pertemuan tersebut antara lain Kasrem 043/Gatam Kolonel Inf Enjang, S.I.P., M.Han., Kasiren Korem 043/Gatam Kolonel Arh Burhan Fajari Arfian, S.Sos., Para Kasi Kasrem 043/Gatam, Dandenpom II/3 Lampung, Dandenpal II/3 Lampung, Danden Bekang II/3 Bandar Lampung, dan Pgs. Dandenma Korem 043/Gatam. (*)

 

Editor: Asyihin

Membeli Mimpi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu, sambil menunggu matahari naik kebiasaan kami berdua diskusi atau berbicara soal remeh-temeh sampai yang berat di ruang tamu. Rumah kopel itu menjadi hangat karena sambil minum kopi bicara ngalor ngidul, sesekali diselahi dengan kencangnya urat leher karena ketulian kami berdua; tak beberapa lama pasangan hidup saya di rumah ini komentar “Pak judul tulisannya jangan itu, karena terlalu awam sementara tulisan ini ada pada wilayah langit (untuk menyebut wilayah filsafat)”. Sontak komentar itu menjadi bahan renungan karena beliau adalah wakil pembaca tulisan yang tulen selama ini, walaupun mungkin subyektif; tetapi kali ini komentarnya mengena. Maka judul yang sudah dipikirkan berjam-jam itu dimusnahkan, dan direnungkan kembali yang lain dari sudut dan masalah lain.

Untuk merekonstruksi pemikiran saat membuka media sosial, melintas postingan seorang mantan pejabat administratif yang mencalonkan diri untuk menjadi pejabat publik, tentu dengan narasi indah mengenai visi dan misinya jika beliau terpilih menjadi pejabat. Penelusuran dilanjutkan ke kolom komentar, tentu beranekaragam komentar yang ada, dari yang mendukung sampai yang menentang.

Ternyata kesimpulan yang dapat diambil adalah beliau sedang menjual mimpi, agar kelak ada yang mau membeli mimpinya sehingga beliau bisa duduk sebagai petinggi daerah ini. Dan, jadilah judul tulisan ini tanpa terkena sensor teman hidup yang selalu koreksi dengan caranya.

“Menjual mimpi” dari penelusuran digital ditemukan batasan: adalah ungkapan yang mengacu pada tindakan seseorang yang menawarkan harapan atau janji-janji besar yang mungkin tidak realistis atau sulit dicapai. Biasanya, ungkapan ini memiliki konotasi negatif, dimana seseorang atau sekelompok orang memberikan janji-janji manis atau harapan yang tinggi kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik itu dalam bentuk uang, dukungan, atau popularitas.

Sementara itu “membeli mimpi” adalah sebuah ungkapan yang memiliki makna kiasan, yaitu menggambarkan tindakan atau upaya seseorang untuk mencapai impian atau tujuan yang sangat diinginkan, seringkali dengan mengeluarkan banyak usaha, waktu, atau sumber daya. Ungkapan ini menunjukkan bahwa impian tersebut seakan-akan dibeli dengan harga tertentu, meskipun bukan dalam arti harfiah. Ini bisa mencakup berbagai hal seperti pendidikan, pelatihan, kerja keras, atau bahkan investasi finansial untuk mencapai suatu cita-cita besar.

Ternyata dalam kehidupan perpolitikan yang berkaitan dengan pilih-memilih, kita tidak dapat melepaaskan diri dari jual-beli mimpi. Hal itu dibaca dari indikasi yang ada melalui account masing-masing bakal calon jabatan kepala daerah, mereka semua sedang asyik menjual mimpi indah kepada semua orang. Terlepas apakah mimpi yang dijual itu laku atau tidak, bukan persoalan, akan tetapi bagaimanapun upaya menjual mimpi itu kita harus hargai dan hormati. Pilihan untuk “membeli atau tidak membeli” adalah wilayah pribadi kita masing-masing.

Kita harus hormati bagaimana mereka para bakal calon mengemas mimpi jualannya disertai dengan narasi-narasi yang luar biasa bagusnya. Tentu ini merupakan lahan para kreator untuk mengeksplorasi baik kemampuan maupun cuan. Hukum dagang disana berlaku, salah satu diantaranya “makin baik makin mahal”, atau juga “makin naratif harga makin naïf”. Tentu saja semua menjadi relatif, karena harga sangat ditentukan selera.

Tinggal kita menyikapinya, jika memang tertarik untuk membeli mimpi dengan juga caranya ikut bermimpi, tidak menjadi persoalan. Siapa sangka nantinya bahwa mimpi itu menjadi kenyataan, karena mengejar mimpi tidak ada undang-undang yang dilanggar, atau juga tidak ada aturan “dilarang mimpi” karena mimpi itulah membuat kita menjadi terlena dalam tidur yang panjang dan pulas. Namun jangan pula kita hanya mimpi sepanjang masa, karena itu adalah pekerjaan sia-sia.

Tampaknya membeli mimpi dan menjual mimpi tidak hanya melanda perseorangan, tetapi juga melanda perusahaan-perusahaan, termasuk juga perusahaan plat merah; betapa terkejutnya kita baru baru ini ada satu koorporit atau perusahaan besar yang berurusan dengan pengadaan obat-obatan berplat merah mengalami kerugian Rp1,8 triliun. Kita semua mengetahui bahwa perusahaan ini menyediakan obat-obatan dan menyalurkannya dari kota sampai desa, dari rumah sakit besar sampai puskesmas pembantu. Ternyata bisa merugi begitu besar, selidik punya selidik ternyata para pengelolanya bermimpi menggarap proyek besar yang uangnya diperoleh dari pinjaman online alias pinjol. Pada hal kita mengetahui bahwa pemerintah punya banyak bank yang mampu memberikan kredit untuk mereka.

Mungkin mereka saat ini sedang mengalami “gangguan mimpi” sehingga menggarap proyek milik pemerintah dengan cara mendapatkan dana dari sumber yang tidak jelas. Pertanyaannya, kemana kepengawasan selama ini berada? Apakah mereka juga ikut “menikmati mimpi” bersama direksi? Apakah negeri ini sudah menjadi negeri pemimpi? karena penjudi dan korupsi sudah seperti makanan sehari-hari. Wallahualam. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Malahayati Kunjungi Industri di Jakarta, Yogyakarta, Malang

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati Bandarlampung berjumlah 91 Mahasiswa dengan didampingi 5 Dosen lakukan kegiatan kunjungan industri.

Kunjungan di Bursa efek indonesia ( BI ). Senin (24/6/2024)

Kunjungan di Perpustakan Nasional. Senin (24/6/2024).

Adapun Kunjungan lain seperti Sea World, Ancol pada Senin (24/6/2024).  Candi prambanan, kerajinan perak HS Silver kota gede. Selasa (25/6/2024). Goa Pindul, bakpia dan susu etawa Pak Kirun. Rabu (26/6/2024).

Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui serta menambah ilmu pengetahuan dunia industri dan UMKM seberapa jauh pemasaran digital normal dan keterampilan indonesia dimata dunia.

Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati juga mengunjungi Universitas Brawijaya. Kamis (27/6/2024). Kunjungan ini sekaligus berdiskusi tentang perjanjian kerja sama antar program studi Akuntansi Universitas Malahayati dengan Universitas Brawijaya Malang yang isi nya mencangkup :
1. Kurikulum
2. Pertukaran mahasiswa
3. DLL
Bertujuan untuk perkembangan prodi Akuntansi dan akan dirumuskan kembali antar prodi,dosen-dosen MBKM,dan juga Kompetensi untuk kelulusan Mahasiswa program Akuntansi. (*)

Editor: Gilang Agusman

UKMBS Universitas Malahayati Sukses Gelar Pementasan Teater Bertajuk “Avunto” di Taman Budaya Provinsi Lampung

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Unit Kegiatan Bidang Seni (UKMBS) Universitas Malahayati Bandarlampung berhasil menggelar pementasan Teater bertajuk Avunto dengan tema “Sampai Disini. Acara ini diproduseri oleh Busapustaka dan Brothersipx dan diselenggarakan di Taman Budaya Provinsi Lampung. Jumat (28/6/2024).

Pementasan ini dibuka dengan tarian karya UKMBS Universitas Malahayati yaitu, Tari Kumbang Sigokh. Tarian ini dibawakan langsung oleh Divisi Tari Badra dan dilanjutkan dengan persembahan Teater Kita dengan karya yang berjudul Avunto Tema Sampai Disini.

Agung Saputra selaku Sutradara, menceritakan bahwa Avunto menggambarkan sebuah bentuk perjalan hidup seseorang yang merasa sepanjang hidupnya hanya di temani rasa sepi. Perjalanan hidup ini dipenuhi tanya tentang teka-teki di setiap waktunya.

Ia juga menggambarkan bagaimana secerca harapan-harapan itu yang terus menghampiri hingga mengganggu waktu tidurnya. “Pertunjukan ini juga memperlihatkan bagaimana waktu berjalan dengan sangat cepat tanpa memperdulikan apapun,” lanjutnya.

Agung juga menuturkan,  bagaimana ia mencari jawaban atas teka-teki yang tak mampu ia selesai dan mampu ia menjawab tentang bagaimana dan untuk apa. “Pertunjukan ini mengambil sebuah referensi dari beberapa pertunjukan teater yang dipentaskan oleh |Teater Satu Lampung,” tandasnya.

Disisi lain, Willy Amanda (21220033) Mahasiswa Prodi Manajemen selaku Pimpinan Produksi/Ketuplak pertunjukan Avunto mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Universitas Malahayati dan Humas Malahayati News yang telah mensupport penuh dalam kegiatan ini.

Ia berharap dengan adanya pementasan ini, membuka jalan untuk teman-teman mahasiswa dapat menjalankan ide-ide kreativ lainnya, guna maju bersama dan menjunjung tinggi prestasi untuk Universitas Malahayati.

Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Humas Malahayati News, Gilang Agusman, ST mengucapkan selamat atas pementasan teater yang luar biasa ini. “Karya kalian telah menghidupkan panggung dengan energi, emosi, dan kreativitas yang luar biasa,” ucapnya.

Setiap adegan, dialog, dan penampilan begitu memukau dan menginspirasi. “Terima kasih UKMBS Universitas Malahayati yang telah memberikan pengalaman teater yang tak terlupakan,” sambungnya.

“Semoga kesuksesan UKMBS Universitas Malahayati ini menjadi awal dari banyak pencapaian gemilang lainnya dan di masa depan,” tuntasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman