Oleh: Prof. Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Saat menghadiri undangan kerabat yang menikahkan putrinya dengan pola pesta taman di suatu hotel berbintang ternama di Sumatera Selatan, menemukan keunikkan yang khas banget dari suatu peristiwa sosial. Mempelai putri ayahnya asli Lampung, ibunya ber-etnis China. Sedangkan mempelai putra ayahnya asli Sumatera Barat, ibunya asli Jawa Barat.
Pesta Taman itu sangat meriah dengan tamu undangan dari beragam etnis ada di sana; undangan dari pihak ayah mempelai putri tentu semua keluarga dari lampung hadir; bahkan acara pesta pernikahan itu dibuka dengan tarian khas Lampung. Saudara-saudara yang ber-etnis china-pun sangat banyak, baik yang berbusana muslim maupun yang tidak.
Pasukan dari Sumatera Barat-pun tidak ketinggalan mereka hadir dengan berpakaian khas Sumatera Barat, dan saudara-saudara dari pihak ibu mempelai laki-laki, mengusung khas Jawa barat mereka tampilkan. Tentu saja mereka juga membawa generasi muda dengan sudah beragam warna budaya dan etnis dan etnik khas orang muda.
Taman itu betul-betul menjadi “melting pot” tumpah ruah beragam manusia dengan beragam latar belakang, tetapi diikat dengan keindonesiaan. Mereka berkumpul, menari, berdendang bersorak, dan tidak satu kelompok atau orang pun yang bicara “calon presiden, partai apa, memilih siapa, mau jadi apa”; semua lebur menyatu dalam kegembiraan bersama.
Makin seru lagi karena setiap tamu yang hadir diberi nomor, dan nomor ini kemudian diundi untuk mendapatkan sedikit hadiah berupa buah tangan. Tentu saja saat nomor undian disebutkan oleh panitia dan yang bersangkutan maju ke muka pelaminan pengantin untuk mendapat bingkisan dari kedua mempelai, maka hiruk pikuk pun terjadi.
Suasana keindonesiaan yang begitu mencair sangat terasa, karena peristiwa sosial yang disebut “amalgamasi” ini seolah menjadi perekat sekaligus jembatan sosial untuk membangun kebersamaan dalam bingkai keindonesiaan.
Suasana damai tidak ada friksi apalagi berkelahi sangat tidak tampak di sana; semua berbaur dalam satu wadah sosial, mereka betul-betul beragam yang tidak seragam kecuali baju petugas hotel dan organizing comitte saja yang dibuat sebagai penciri kalau itu bukan tamu. Pada himpunan itu tidak ada ketua atau sekretaris, tetapi mereka tetap bisa rapi dan harmoni ter-aransemen secara sosial.
Toleransi saling menghormati saat antri dan mendengarkan dengan hikmat semua lantunan penyanyi yang berlagu asing mungkin bagi telinga mereka. Semua tidak tampak adanya penolakkan, justru yang ada adalah wajah-wajah berterima akan adanya perbedaan.
Berbeda jauh dengan alam di luar areal itu; dari ruang parlemen terdengar sayup-sayup seorang anggota mengatakan secara tersamar mereka tidak begitu patuh pada presiden yang dipilih rakyat seperti halnya juga mereka. Justru mereka patuh tegak lurus dengan ketua umumnya. Dengan kata lain negeri ini sebenarnya bukan dipimpin oleh presiden, riilnya dipimpin ketua umum partai. Merekalah pengendali bidak-bidak di papan catur; oleh karena itu untuk memudahkan identitas diperlukan perbedaan; pembeda itu biar tampak dinamis, maka harus ada “perseteruan”; nah, perseteruan ini harus direkayasa ada dan terpelihara.
Keberadaan perseteruan dengan label dinamis tampak sesuatu yang harus ada, sehingga posisi pimpinan selalu terus diperlukan. Keberagaman yang tidak seragam pada posisi ini adalah untuk melanggengkan kekuasaan, karena akan ada strata dan hegemoni. Posisi musyawarah tidak selamanya untuk mufakat, karena ketidakmufakatan sendiri adalah hasil mufakat.
Perjalanan negeri ini makin jauh, perubahan demi perubahan mengikutinya. Tinggal bagaimana kita beradaptasi kepada setiap perubahan, dan terus menjaga keutuhan dan kesatuan negeri ini sepanjang masa. Beragam yang tidak seragam adalah sunatullah, oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu mengelola keberagaman agar menjadi motor penggerak menuju negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto tentrem Kartoraharjo kata Pak Dalang dalam pertunjukan wayang purwa. (SJ)
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Terima Kunjungan Yayasan Pondok Pesantren Modern Al-Kinanah Jambi
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menerima kunjungan dari pengurus Yayasan Pondok Pesantren Modern Al-Kinanah Jambi di ruang rapat rektorat Kamis (16/11/2023). Ketua Yayasan Pondok Pesantren Modern Al-Kinanah, KH. Dr. Hermanto Harun, Lc., M.H.I, menyampaikan bahwa kunjungannya bertujuan untuk menjalin silaturahmi dengan pihak universitas.
Dalam pertemuan tersebut, KH. Dr. Hermanto menjelaskan bahwa pondok pesantren Al-Kinanah telah berdiri selama enam tahun dan kini memiliki 620 santri dan santriwati. Beliau menekankan harapannya agar para santri dapat melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Malahayati, terutama di program studi pendidikan dokter.
“Selain dibekali untuk menjadi Ulama, kami juga mendorong santri untuk menjadi ilmuan. Kami berharap nantinya banyak dokter yang memiliki dasar lulusan pondok pesantren,” kata Hermanto.
Rektor Achmad Farich menyambut baik kunjungan rombongan pengurus yayasan ponpes. Beliau menjelaskan bahwa kampus Universitas Malahayati memiliki lima Fakultas dan 20 Program studi dengan luas lahan 84 hektar, terdiri dari gedung perkantoran, fasilitas olahraga, ruang perkuliahan, asrama, dan rumah sakit.
Rektor juga mengungkapkan Universitas Malahayati memiliki program beasiswa pendidikan untuk para santri yang hafiz quran mencakup semua program studi.
“Saat ini kami tengah mengajukan prodi baru, seperti prodi kedokteran gigi dan magister manajemen. Ke depan, kami juga akan mengajukan program studi S3 ilmu kesehatan,” ungkap Rektor Achmad Farich.
Para tamu dari Yayasan Pondok Pesantren Modern Al-Kinanah yang hadir dalam kunjungan ini antara lain KH. Dr. Hermanto Harun, Lc., M.H.I (Ketua Yayasan), Dr. Pauzi Hasim, M.Pd.I (Sekretaris Yayasan), H. M. Harmin, Lc (Kepala MTs), Ahdiyat Mahendra, M. Hum (Kepala Kurikulum dan Riset PPM Al-Kinanah), Ahmad Muchlis, SE (Koordinator Pengasuhan Santri Putra), dan Ratnawati, S.Si (Koordinator Pengasuhan Santri Putri).
Para tamu disambut langsung oleh Rektor Universitas Malahayati, didampingi Wakil Rektor 1 dan 4, Kepala Bagian Kerjasama, Kepala Asrama, dan Kepala Humas Emil Tanhar, SE. (451/**)
Prodi Akuntansi Universitas Malahayati Hadirkan UPTD Samsat Rajabasa Bandar Lampung Sosialisasi PKB dan BBNKB
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): UPTD Wilayah 1 Samsat Rajabasa Bandar Lampung menggelar acara sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di ruang Teleconference Universitas Malahayati Bandar Lampung dan dihadiri 100 mahasiswa dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Manajemen, Kamis (16/11/2023).
Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen, Dr. Rahyono, S. Sos., M.M., membuka acara yang juga dihadiri oleh Kepala Prodi Akuntasi Muhammad Lutfi, SE., M. Si dan sejumlah dosen. Narasumber utama adalah Ervin Ferdian, kepala UPTD Wilayah 1 Samsat Rajabasa Bandar Lampung, Ahmad Arkan Nugraha, Kabag Operasional Jasaraharja Cabang Lampung, serta Brigadir Suci dan Aiptu Nani, perwakilan Ditlantas Polda Lampung.
Kepala UPTD Wilayah 1 Samsat Rajabasa Bandar Lampung, Ervin Ferdian memberikan penjelasan bahwa proses pembayaran pajak kendaraan tidaklah sulit, melainkan sangat mudah dan praktis. Pembayaran pajak dapat dilakukan secara konvensional dengan datang langsung ke Samsat induk atau Samsat unggulan. Samsat induk berlokasi di Pramuka Rajabasa, dekat dengan lokasi acara, dan melayani pembayaran pajak tahunan, pajak 5 tahunan, perpanjangan STNK, balik nama, dan ganti warna.
Samsat unggulan tersebar di beberapa mal di Bandar Lampung, seperti mal Bumi Kedaton, mal Chandra, dan mal Kartini. Selain itu, terdapat unit pelayanan cepat atau drive-thru di sekitar Samsat induk Rajabasa di Pramuka, serta Samsat kontainer yang melayani pembayaran pajak.
Ervin juga menjelaskan bahwa mobil Samsat keliling memberikan pelayanan di seputaran Sukarame dan Teluk Betung, sehingga total ada 7 layanan pembayaran pajak kendaraan. Proses pembayaran pajak tahunan di Samsat unggulan sama seperti di Samsat induk, dengan syarat mudah seperti membawa STNK asli, KTP asli, dan surat kuasa bagi yang berwakil.
Bagi warga luar Bandar Lampung, pembayaran pajak bisa dilakukan di Samsat mana pun sesuai domisili. Prosesnya tetap mudah dengan syarat membawa KTP asli, STNK asli, dan surat kuasa bagi yang berwakil.
Untuk memudahkan masyarakat, pelayanan pembayaran pajak juga dapat dilakukan secara digital. Aplikasi Samsat dapat diunduh melalui Play Store dengan nama Es Salam P2 dan Signal Polantas Polri. Pembayaran digital dapat dilakukan 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Pembayaran TPKB secara digital memiliki durasi waktu 2 hari karena melibatkan proses otorisasi dari Bank Lampung. (451/**)
Berbeda Bukan Berlawanan
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pada saat selesai pesta pernikahan keluarga kami sekeluarga pagi itu makan pagi bersama satu meja besar. Sambil menghadapi hidangan dan mulut berisi makanan, satu sama lain mengemukakan pandangan politik yang berbeda. Karena keluarga ini adalah asli Sumatera; maka hiruk pikuk yang terdengar bagai orang berkelahi untuk mereka yang tidak mengerti budaya mereka. Bisa dibayangkan ada yang ngotot bahwa calonnya adalah religius dan bersih, tidak mau korupsi. Saudara yang satu tidak mau kalah mengatakan orang pandai pasti memilih calonnya karena memiliki kapasitas yang teruji. Saudara lainnya berargumentasi kedepan harus dipersiapkan pemimpin muda, bukan pemimpin bau tanah.
Hiruk pikuk itu diwarnai argumentasi-argumentasi emosional, sehingga saling ejek antar saudara se-kandung terjadi di meja makan. Mereka sangat berbeda satu dengan yang lain; namun saat membagi gulai ayam dan rendang, ternyata gulai itu terbagi secara adil dan harmoni; mereka semua melahap tidak ada yang “singut” apalagi marah. Suara lantang keras ternyata untuk mereka adalah penekanan argumen bukan emosi.
Tampak sekali perbedaan antar mereka dalam pilihan politik, namun perbedaan itu tidak membawa mereka untuk berseberangan apalagi berlawanan. Mereka bukan akademisi, bukan pengurus partai, bukan pula simpatisan; tidak lebih hanya sekedar pilihan. Argumen mereka tidak melayang ke langit ketujuh, mereka betul-betul berada di bumi; bahkan saat itu ada di meja makan, dan sama-sama sedang makan pagi dengan lahap nya.
Mereka tidak pernah berteori seperti banyak orang di media sosial, bahkan menjadi lucu saat ada teman belasungkawa, ada anggota yang ngotot banget untuk berargumen atas nama demokrasi hanya sekedar ingin menunjukkan dia ahli. Meja makan itu menjadi meja demokrasi bagi keluarga ini, ngototnya berpijak pada hal-hal praktis dan tidak mengajak untuk berpihak kepada salah satu diantara mereka. Peneguhan akan pilihan dan pendirian tidak disertai ajakan untuk berpihak pada mereka; hal ini seolah menggambarkan ruang eksistensi mereka dalam berpijak.
Terkadang yang melihat dan memperhatikan agak miris, karena takut nanti piring dan gelas akan melayang. Ternyata itu tidak terjadi; mereka sering mengakhiri kengototan dengan gelak tawa. Penulis yang sudah kebal dan paham akan budaya mereka, terkadang menjadi geli dan bangga. Geli karena begitu gigihnya mereka mempertahankan pendapat sehingga seolah-olah mereka bukan saudara kandung bahkan lebih garang dari anggota legislatif sungguhan.
Bangga, karena membayangkan betapa hebatnya negeri ini jika bisa menyikapi beda pendapat seperti keluarga ini; mereka benar-benar menunjukkan “berbeda bukan berlawanan”, dan kedewasaan berpolitik walaupun bukan politikus, rasa-rasanya lebih dewasa mereka dibandingkan dengan anggota parlemen di Senayan, bahkan lebih hebat mereka dibandingkan akademisi yang hanya bisa berucap tetapi tidak pernah menuliskan ucapannya sebagai jejak akademisi dalam menorehkan legacy. Mereka tidak pernah membaca teori ilmu politik, komunikasi politik dan macam-macam buku induk ilmu politik; tetapi mereka berargumen bagai pembaca paham-paham politik kawakan yang mumpuni dalam praktik.
Ternyata “politisi-politisi meja makan” ini kokoh dalam pendirian, tidak mencla-mencle serta murni dari hati nurani. Mereka tidak pernah kenal dengan pilihannya, mereka belum pernah jumpa secara langsung orang pilihannya; tetapi kesamaan ideologi menjadikan keberpihakan. Mereka tidak perlu argumen di atas langit, tetapi mereka hanya perlu fakta di lapangan, terutama di meja makan.
Peristiwa di atas seolah-olah meneguhkan bahwa sikap politik tidak selamanya berhubungan dengan tingkat pendidikan, akan tetapi kesamaan ideologi dan cara pandang lebih mendominasi akan jatuhnya pilihan.
Rasanya tidak salah jika kita berterimakasih kepada pendiri bangsa ini yang telah menanamkan nilai-nilai demokrasi jauh sebelum Indonesia merdeka. Local wisdom yang mereka tanamkan berlanjut secara evolutif pada generasi penerusnya, seolah mengalirkan nilai-nilai kebangsaan sejati. Tidak menjadi penjilat, tidak merasa ingin menang sendiri, tidak merasa pintar sendiri, tidak merasa lebih hebat dari yang lain; adalah diantara sifat dan sikap tawadhuk yang terus dialih generasikan mengalir sampai akhir jaman. Adapun akhir-akhir ini banyak terjadi “kerusakan”; penyebabnya mari kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang. (SJ)
Beragam yang Tidak Seragam
Oleh: Prof. Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Saat menghadiri undangan kerabat yang menikahkan putrinya dengan pola pesta taman di suatu hotel berbintang ternama di Sumatera Selatan, menemukan keunikkan yang khas banget dari suatu peristiwa sosial. Mempelai putri ayahnya asli Lampung, ibunya ber-etnis China. Sedangkan mempelai putra ayahnya asli Sumatera Barat, ibunya asli Jawa Barat.
Pesta Taman itu sangat meriah dengan tamu undangan dari beragam etnis ada di sana; undangan dari pihak ayah mempelai putri tentu semua keluarga dari lampung hadir; bahkan acara pesta pernikahan itu dibuka dengan tarian khas Lampung. Saudara-saudara yang ber-etnis china-pun sangat banyak, baik yang berbusana muslim maupun yang tidak.
Pasukan dari Sumatera Barat-pun tidak ketinggalan mereka hadir dengan berpakaian khas Sumatera Barat, dan saudara-saudara dari pihak ibu mempelai laki-laki, mengusung khas Jawa barat mereka tampilkan. Tentu saja mereka juga membawa generasi muda dengan sudah beragam warna budaya dan etnis dan etnik khas orang muda.
Taman itu betul-betul menjadi “melting pot” tumpah ruah beragam manusia dengan beragam latar belakang, tetapi diikat dengan keindonesiaan. Mereka berkumpul, menari, berdendang bersorak, dan tidak satu kelompok atau orang pun yang bicara “calon presiden, partai apa, memilih siapa, mau jadi apa”; semua lebur menyatu dalam kegembiraan bersama.
Makin seru lagi karena setiap tamu yang hadir diberi nomor, dan nomor ini kemudian diundi untuk mendapatkan sedikit hadiah berupa buah tangan. Tentu saja saat nomor undian disebutkan oleh panitia dan yang bersangkutan maju ke muka pelaminan pengantin untuk mendapat bingkisan dari kedua mempelai, maka hiruk pikuk pun terjadi.
Suasana keindonesiaan yang begitu mencair sangat terasa, karena peristiwa sosial yang disebut “amalgamasi” ini seolah menjadi perekat sekaligus jembatan sosial untuk membangun kebersamaan dalam bingkai keindonesiaan.
Suasana damai tidak ada friksi apalagi berkelahi sangat tidak tampak di sana; semua berbaur dalam satu wadah sosial, mereka betul-betul beragam yang tidak seragam kecuali baju petugas hotel dan organizing comitte saja yang dibuat sebagai penciri kalau itu bukan tamu. Pada himpunan itu tidak ada ketua atau sekretaris, tetapi mereka tetap bisa rapi dan harmoni ter-aransemen secara sosial.
Toleransi saling menghormati saat antri dan mendengarkan dengan hikmat semua lantunan penyanyi yang berlagu asing mungkin bagi telinga mereka. Semua tidak tampak adanya penolakkan, justru yang ada adalah wajah-wajah berterima akan adanya perbedaan.
Berbeda jauh dengan alam di luar areal itu; dari ruang parlemen terdengar sayup-sayup seorang anggota mengatakan secara tersamar mereka tidak begitu patuh pada presiden yang dipilih rakyat seperti halnya juga mereka. Justru mereka patuh tegak lurus dengan ketua umumnya. Dengan kata lain negeri ini sebenarnya bukan dipimpin oleh presiden, riilnya dipimpin ketua umum partai. Merekalah pengendali bidak-bidak di papan catur; oleh karena itu untuk memudahkan identitas diperlukan perbedaan; pembeda itu biar tampak dinamis, maka harus ada “perseteruan”; nah, perseteruan ini harus direkayasa ada dan terpelihara.
Keberadaan perseteruan dengan label dinamis tampak sesuatu yang harus ada, sehingga posisi pimpinan selalu terus diperlukan. Keberagaman yang tidak seragam pada posisi ini adalah untuk melanggengkan kekuasaan, karena akan ada strata dan hegemoni. Posisi musyawarah tidak selamanya untuk mufakat, karena ketidakmufakatan sendiri adalah hasil mufakat.
Perjalanan negeri ini makin jauh, perubahan demi perubahan mengikutinya. Tinggal bagaimana kita beradaptasi kepada setiap perubahan, dan terus menjaga keutuhan dan kesatuan negeri ini sepanjang masa. Beragam yang tidak seragam adalah sunatullah, oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu mengelola keberagaman agar menjadi motor penggerak menuju negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto tentrem Kartoraharjo kata Pak Dalang dalam pertunjukan wayang purwa. (SJ)
Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Medali Emas pada Kejuaraan Tingkat Nasional PORWIL Sumatera XI 2023
Riza mengungkapkan harapannya setelah memenangkan ajang PORWIL 2023 ini, ia dapat mempersiapkan dirinya lebih jauh untuk PON 2024, dan berhasil membawa pulang mendali emas untuk Provinsi Lampung, serta mengharumkan nama kampus tercinta Universitas Malahayati. (gil/humasmalahayatinews)
Kuatkan Keterampilan dan Cetak Lulusan Ners Kompeten, Prodi Profesi Ners Universitas Malahayati bersama MST 119 adakan Pelatihan BTCLS dan Disaster Management
Pelatihan di buka oleh Aryanti Wardiyah,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Unmal. Dalam sambutannya Aryanti menyampaikan harapan kepada mahasiswa Profesi Ners bahwa setelah mengikuti pelatihan ini peserta pelatihan dapat memiliki skill yang lebih baik sebagai bekal dalam persaingan kompetensi bagi perawat, karena dengan mengikuti dan menerapkan materi dan praktik yang didapat selama pelatihan ini akan memberikan keterampilan lebih dalam penangnan pasien trauma dan gawat darurat.
Pada hari terakhir seluruh peserta pelatihan diumumkan lulus 100% dan akan mendapatkan sertifikat BTCLS dari Kemenkes. “Pelatihan ini menjadi kontribusi Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati dalam mewujudkan Perawat KUAT (Kreatif, Unggul, Aktif, Terampil) ,” ucap Sekretaris Prodi Profesi Ners Unmal Eka Yudha Chrisanto,S.Kep.,Ns.,M.Kep. (gil/humasmalahayatinews)
Dua Mahasiswa Universitas Malahayati Juara 2 di Indonesia Martial Arts Games Tahun 2023
Sevi mengatakan harapannya agar ia dapat terus berprestasi secara non akademik dan dapat selalu mengharumkan nama Program Studi dan Universitas Malahayati.
Hal sama juga diungkapkan Devi, ia berharap agar dapat terus menjadi mahasiswa berprestasi serta mengharumkan nama Universitas Malahayati. (gil/humasmalahayatinews)
Program Pertukaran Mahasiswa Telah Dibuka !
Ayo daftarkan diri kamu, jadi bagian dari program pertukaran mahasiswa merdeka 4 (PMM4). Kamu tinggal Scan QR Code nya, atau melalui laman : https://pmm.kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/
Bertukar sementara, bermakna selamanya. Informasi selengkapnya, silahkan hubungi: Yuli Yantina, S.ST., Bdn., M.Kes (+62 823-7395-6780) dan Ayu Nursari, S.E., M.E (+62 813-2032-1348). (gil/humasmalahayatinews)
Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2023 “Semangat Pahlawan untuk Masa Depan Bangsa dalam Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan”
Hari Pahlawan Nasional diperingati pada tanggal 10 November setiap tahun berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.
Hari Pahlawan ini diperingati untuk mengenang jasa para pahlawan serta tragedi pada 10 November 1945 di Surabaya. Pada saat itu terjadi pertempuran besar di Surabaya antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris.
Meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, namun bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya tetap terjadi. Bentrokan tersebut memuncak Brigadir Jenderal Mallaby (Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur) terbunuh pada 30 Oktober 1945.
Pertempuran tersebut telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban dan sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya. Tercatat juga sekitar 1.600 orang prajurit Inggris tewas, hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.
Banyak pejuang yang gugur dan rakyat menjadi korban saat itu. Semangat membara mereka membuat Inggris serasa terpanggang di neraka dan membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai kota pahlawan. (gil/humasmalahayatinews)
Tax Center Universitas Malahayati Terima Kunjungan Perwakilan Kantor Pusat Dirjen Pajak
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Perwakilan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Bengkulu dan Lampung, melakukan kunjungan ke Universitas Malahayati Bandar Lampung, Kamis (8/11/2023). Tujuan kunjungan adalah untuk memantau dan berkoordinasi dengan pengurus Tax Center Universitas Malahayati.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Dr. Rahyono, S. Sos., MM., Kepala Program Studi Akuntansi, Muhammad Lutfi, SE., M. Si., serta Ketua Tax Center, Hardini Ariningrum, S.E., M.Ak, menerima kunjungan tersebut bersama pengurus lainnya.
Ikhwanudin, perwakilan kantor pusat Dirjen Pajak, menyatakan bahwa tujuan kunjungan ini adalah untuk mendapatkan wawasan dari Tax Center, terutama di Universitas Malahayati. Mereka berharap dapat menyerap masukan dari berbagai tax center untuk menjadi panduan ke depan dalam pengembangan program.
Ketua Tax Center, Hardini Ariningrum, menjelaskan bahwa Tax Center Universitas Malahayati memiliki beberapa program di semester kedua, termasuk sosialisasi di komunitas UMKM, Kuliah Umum dengan Dirjen Pajak, dan perlombaan Tax Center tingkat SMA/SMK serta perguruan tinggi. Hardini berharap program-program ini dapat terealisasi dengan dukungan dari Kantor Wilayah DJP maupun kantor pusat.
Salah satu peran tax center adalah membantu DJP untuk memberikan konsultasi dan bimbingan kepada Wajib Pajak yang tengah melaporkan Pemberitahuan Surat (SPT) tahunan.
Wajib Pajak dapat berkonsultasi dan meminta dibimbing dalam melaporkan SPT tahunan. Biasanya, mahasiswa relawan pajak yang telah disiapkan oleh tax center akan bertugas di KPP. Beberapa tax center juga membuka pelayanan pajak di kampus masing-masing. (451/**)