
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Pada tahun 1998, Rusli Bintang menerima gelar Doktor Honoris Causa (Hc) dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Pencapaian ini tentu mencengangkan banyak orang. Banyak yang bertanya, siapa itu Rusli Bintang?
Rusli Bintang adalah lelaki biasa yang tidak tamat SMA, berdarah Aceh, lahir Jumat 28 April 1950 di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.
Sejak ayahnya meninggal pada 1969, Rusli memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja memikul tanggung jawab bersama sang ibu menjaga dan mengurusi 6 adiknya, Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.
Dalam perjalanan hidupnya dari menjadi pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, mandor, hingga pada 1976 Rusli memutuskan menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh membawa dirinya menuju kesuksesan. Namun niat Rusli untuk dapat membantu dan mengurusi anak yatim tetap terpatri dalam hatinya.
“Ya Allah, bila Engkau berikan Rezeki, akan saya bantu anak-anak yatim agar mereka jangan mengalami pahit menjadi anak yatim sebagai mana yang saya alami,” doa Rusli dikutip dari buku Jejak Sang Yatim Penakluk Badai.
Atas Perjuangan dan kerja kerasnya, Tuhan mengabulkan doa Rusli Bintang, pada tahun 1980, ia mulai bisa menyantuni 750 anak yatim di Kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya. Mimpinya memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan terhadap anak yatim, mengantarkannya bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.
Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.
Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.
Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi (Dies Natalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.
Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.
Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.
Kisah hidup Rusli Bintang patut menjadi teladan, Dalam kesehariannya hingga saat ini, Rusli terus menyantuni anak yatim, karena ini memang dasar cita-citanya sejak awal dalam mengembangkan usahanya. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan, juga sosok ‘Abulyatama’ yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. (451/**)
Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Juara 1 Kyourugi Senior Pemula Under 59Kg
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat Kepada Zenni Vebi Yanti (22220357) Mahasiswa Universitas Malahayati Prodi S1 – Manajemen yang telah berhasil mendapatkan Juara 1 Kyourugi Pemula Under 59Kg Putri Pada Kejuaraan ATIA CHALLENGE CHAMPIONSHIP Se-Provinsi Lampung. Acara dilaksanakan di Planet Futsal Bandar Lampung, 06-08 Oktober 2023.
Zenni mengungkapkan, harapannya setelah mengikuti perlombaan ini “Saya dapat mempertahankan Juara ini dan dapat memenangkan keujaran-kejuaran lainnya ditingkat Nasional”. (gil/humasmalahayatinews)
Rektor Universitas Malahayati, Dr. Achmad Farich Ucapkan Selamat Hari Dokter Nasional 2024
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menyampaikan selamat Hari Dokter Nasional pada 24 Oktober 2024.
“Sebagai Perguruan Tinggi yang melahirkan lulusan dokter muda, Universitas Malahayati merasa bangga ikut serta berkontribusi menghasilkan dokter-dokter berbakat yang dapat ambil bagian penting di dalam dunia kedokteran,” ucapnya
Dr. Achmad Farich mengatakan, Hari Dokter Nasional adalah momen penting untuk merayakan peran dokter dalam pengabdian di bidang kesehatan, merawat pasien, dan menjaga kesehatan masyarakat.
“Kami menghargai upaya para dokter dalam menghadapi tantangan kesehatan yang terus berubah dan maju. Semangat dan keberanian mereka adalah inspirasi bagi kita semua,” ujarnya.
Menurut Rektor, Hari Dokter Nasional merupakan kesempatan bagi kita semua untuk mengucapkan terima kasih kepada para dokter atas dedikasi dan komitmen mereka dalam menjaga kesehatan masyarakat. (451/**)
Katalog Buku Mikrobiologi Farmasi
Penulis: Dwi Susanti, S.Pd., M.Sc.
apt. Annisa Primadiamanti, S.Farm., M.Sc
Penerbit : Universitas Malahayati
ISBN: Proses
Sinopsis:
Buku Mikrobiologi Farmasi ini memaparkan teori dan teknik analisis dalam mikrobiologi
secara rinci yang mencakup sejarah dan perkembangan ilmu mikrobiologi, peranan
mikrobiologi, mikroba prokariotik dan eukariotik, bakteri, fungi, protozoa, alga, virus,
metabolisme mikroba, pertumbuhan mikroba, pengendalian mikroba, teknik kultivasi
mikroba, teknik identifikasi mikroba, uji antibiotika, dan uji produk farmasi.
Buku ini hadir untuk membantu mahasiswa, dosen, dan praktisi di bidang Farmasi,
Kesehatan, Kedokteran, serta disiplin ilmu lainnya dalam memahami teori dan teknik
analisis mikrobiologi. Tentunya buku ini sangat berguna sebagai bekal ilmu pengetahuan
dalam perkuliahan, praktikum, penelitian, tugas akhir, publikasi ilmiah, dan bentuk
kegiatan lainnya dalam pengembangan ilmu mikrobiologi.
Parikesit Sang Raja Muda
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Syahdan diceritakan oleh dalang, setelah gugurnya Raja Hastinapura Prabu Duryudana dan Mahapatih Sengkuni, Kerajaan Hastinapur diambil alih oleh Pandawa. Pertemuan besar dilakukan untuk menetapkan siapa yang akan menjadi raja. Rapat yang dipimpin oleh Penasehat Agung Pandawa Prabu Kresna itu meminta pendapat semua yang hadir.
Lima orang anggota utama Pendawa dari Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, tidak ada yang mau menjadi raja. Maka, diputuskanlah cucu Arjuna yang masih bayi bernama Parikesit dinobatkan menjadi raja. Saat itu punakawan Semar mohon waktu untuk mengungkapkan isi hati sebelum pelantikan dilaksanakan.
Dengan khas Pak Semar berkata, menggunakan diksi halus namun menohok. Intinya Semar keberatan Parikesit diangkat jadi raja. Sebab, Parikesit masih terlalu muda. Harus ada orang tua yang mendampingi anak kecil itu sebelum tumbuh dewasa guna memimpin negara. Menurut Semar, siapa yang akan menjadi pemimpin itu kodrat dari Sang Maha Kuasa. Sementara kepemimpinan itu diperoleh dari proses pengalaman kehidupan yang panjang. Tidak bersifat serta-merta atau “ujug-ujug” datang dari langit. Oleh karena itu, paling tidak harus ada tutor sebagai pendamping atau mentor dalam proses berkehidupan.
Suasana pertemuan menjadi hening, sunyi. Dalam hati, para petinggi kerajaan membenarkan apa yang dikatakan Semar. Namun untuk mengungkapkan mereka tidak memiliki keberanian.
Bahkan pemikiran Petruk anak Pak Semar lebih liar lagi bergumam, kenapa tidak cucunya Prabu Punthadewa saja, karena dia trah langsung raja Pandawa. Berbeda lagi otaknya Gareng, kenapa tidak kepemimpinan kolegial dengan cara semua cucu-cucu pendawa dari lima orang tadi diwakili cucu tertua masing-masing untuk menjadi Kepemimpinan Presedium.
Pemikiran-pemikiran “liar” tapi benar itu terbaca oleh Prabu Kresna yang juga sudah gaek; beliau mengajukan alternatif Raja Muda Parikesit didampingi Kakeknya yaitu Prabu Baladewa, yang beliau ini adalah Abangnya Prabu Kresna; karena ditipu Kresna agar tidak ikut perang Baratayuda maka dia masih hidup. Pendampingan ini dilakukan sampai Parikesit dewasa, dan atau sampai Baladewa pralaya, entah mana yang duluan.
Sejak pertemuan besar itu, para punakawan tidak lagi muncul di kerajaan; mereka lebih memilih menjauh dan tinggal di Kampung Karangkadempel. Semar sudah “samar” (khawatir) akan kelangsungan kerajaan. Karena beliau orang bijak, tidak mau memaksakan kehendak, maka pilihan terakhirnya “diam dan tinggalkan”.
Cerita yang mirip kisah pewayangan itu, bisa jadi, terjadi di dunia nyata. Raja atau mantan raja yang khawatir akan kelangsungan kedinastiannya, memaksakan keturunannya — walaupun masih bau kencur — untuk meraih kursi kekuasaan yang akan ditinggalkannya.
Kisah ayah menyiapkan anak untuk meneruskan kekuasaannya ada juga di dunia nyata lainnya, di negeri tetangga. Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew, misalnya, menyiapkan putranya (Lee Hsein Long) menjadi penerusnya. Namun, Tuan Lee berhitung matang. Ia berhitung bukan demi kehendak berkuasa atau demi kemakmuran keluarga dan kroninya. Lee Kwan Yew mendidik anaknya dengan bekerja keras untuk meraih pendidikan tinggi di Barat (Cambridge dan Harvard), menempuh pengalaman nyata, baru kemudian meraih kekuasaan di usianya yang matang dan pengalaman yang lebih dari cukup.
Ternyata apa yang dikatakan Pak Semar dalam cerita di atas benar adanya, kita bukan tidak percaya pada orang muda, namun ada adagium yang mengatakan “kalau orang muda belum merasakan tua, sementara orang tua pernah merasakan muda”, tampaknya patut untuk dicermati.
Sisi lain ada semacam hukum alam, tidak ada orang tua yang menghendaki anak turunnya sengsara seperti dia. Hanya saja mungkin beda caranya. Oleh karena itu, orang Jawa punya pepatah anak polah, bapa kepradah. Artinya, jika anak memiliki persoalan justru yang sibuk orang tuanya, walaupun tafsir ini tidak tepat benar.
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Ucapkan Selamat Hari Santri Nasional
Bandar Lampung (Malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M, mengucapkan selamat Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober setiap tahunnya.
“Momen ini menjadi waktu yang penting untuk merayakan peran dan kontribusi besar santri dalam kemajuan pendidikan dan agama di Indonesia,” kata rertor.
Rektor Achmad Farich menggarisbawahi peran penting santri sebagai garda terdepan dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan di tanah air Indonesia.
Beliau juga mengingatkan betapa pentingnya pendidikan tinggi dalam mendukung perkembangan santri dan pemberian ilmu pengetahuan yang mendalam.
“Selamat Hari Santri Nasional, Semoga setiap langkah dan peran santri di dunia pendidikan dan dakwah membawa berkah dan kesuksesan,” ucap rektor. (451/**)
Kaprodi Profesi Ners Universitas Malahayati Hadiri Serah Terima Mahasiswa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar lampung melaksanakan kegiatan serah terima mahasiswa dan persamaan persepsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Senin (16/10/2023).
Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa perwakilan pejabat struktural seperti Kabid Diklat, Kasi Keperawatan, Kepala Ruangan dan Pembimbing Klinik mahasiswa di Profesi Ners Universitas Universitas Malahayati.
Kegiatan serah terima ini dibuka dan diterima langsung oleh perwakilan pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung yakni dr. Tendry Septa,Sp.KJ(K) yang merupakan Kepala Diklat RSJ Daerah Provinsi Lampung.
Dalam sambutannya Kaprodi menyampaikan pesan kepada mahasiswa yang akan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien agar menyiapkan segala sesuatunya, baik fisik, pengetahuan, dan skill. Mahasiswa juga harus mengikuti segala aturan yang berlaku di RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
“Nantinya sebelum memulai stase keperawatan jiwa, mahasiswa akan melaksanakan pembekalan dan orientasi untuk membekali pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung,” ujar Aryanti.
Jadwal Pengambilan Buku PA Angkatan 2023
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo salam sahabat Unmal..Yuk simak Pengumuman Jadwal Pengambilan Buku PA Angkatan 2023.
Bagikan informasi ini keteman-teman kalian yang membutuhkan…Terimakasih (gil/humasmalahayatinews)
Lompatan Besar Rusli Bintang untuk Dunia Pendidikan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Pada tahun 1998, Rusli Bintang menerima gelar Doktor Honoris Causa (Hc) dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Pencapaian ini tentu mencengangkan banyak orang. Banyak yang bertanya, siapa itu Rusli Bintang?
Rusli Bintang adalah lelaki biasa yang tidak tamat SMA, berdarah Aceh, lahir Jumat 28 April 1950 di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.
Sejak ayahnya meninggal pada 1969, Rusli memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja memikul tanggung jawab bersama sang ibu menjaga dan mengurusi 6 adiknya, Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.
Dalam perjalanan hidupnya dari menjadi pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, mandor, hingga pada 1976 Rusli memutuskan menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh membawa dirinya menuju kesuksesan. Namun niat Rusli untuk dapat membantu dan mengurusi anak yatim tetap terpatri dalam hatinya.
“Ya Allah, bila Engkau berikan Rezeki, akan saya bantu anak-anak yatim agar mereka jangan mengalami pahit menjadi anak yatim sebagai mana yang saya alami,” doa Rusli dikutip dari buku Jejak Sang Yatim Penakluk Badai.
Atas Perjuangan dan kerja kerasnya, Tuhan mengabulkan doa Rusli Bintang, pada tahun 1980, ia mulai bisa menyantuni 750 anak yatim di Kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya. Mimpinya memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan terhadap anak yatim, mengantarkannya bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.
Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.
Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.
Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi (Dies Natalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.
Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.
Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.
Kisah hidup Rusli Bintang patut menjadi teladan, Dalam kesehariannya hingga saat ini, Rusli terus menyantuni anak yatim, karena ini memang dasar cita-citanya sejak awal dalam mengembangkan usahanya. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan, juga sosok ‘Abulyatama’ yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. (451/**)
Diskursus Pendidikan di Lampung
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa hari lalu mendapat undangan dari Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Lampung untuk ikut sumbang pikir tentang pendidikan di Lampung dan menerawang ke depan, membayangkan Indonesia/Lampung emas tahun 2045. Diskusi dibuka dengan moderator wartawan kawakan Heri Wardoyo. Semua insan pers pasti mengenal siapa beliau yang pernah “lompat pagar” sejenak untuk menjadi Wakil Bupati Tulangbawang.
Skenario pesimis beliau bentang dengan berdasar pada penelitian yang dilakukan Elizaberth Pisani orang Amerika menetap dan berkewarganegaraan Inggris itu, yang garis lintasnya mengatakan pendidikan yang dilakukan Indonesia untuk warganegaranya itu gagal. Ukuran yang dipakai dari penguasaan matematika yang rendah, tingkat literasi yang memprihatinkan, sampai dengan peraih penghargaan Nobel, semua berapor merah. Tataran konsep ini dipakai Mas HRW (begitu inisial beliau) untuk menghakimi pendidikan di Indonesia. Kesimpulan beliau Indonesia gagal dalam membangun pendidikan, perlu banyak hal yang harus diperbaiki, dan satu point bagus pemikiran beliau “membangun pendidikan itu memerlukan yang tidak sebentar”.
Pembicara lain, Prof.Bujang Rahman (BR), mencoba melihat dari perspektif lain. BR melihat pendidikan oleh negara ini baru sebatas perspektif tugas sosial, jadi “yang penting semua orang sekolah/kuliah, soal mutu itu bicara nanti”. BR menawarkan ada semacam revisi berpikir harusnya dilakukan oleh negara ini ke depan. Sementara untuk Lampung sendiri BR menawarkan integrasi pengelolaan pendidikan dalam satu wadah nondepartemen yang mensinkronkan langkah kebijakan guna membangun pendidikan dari tingkat dasar sampai menengah atas. BR juga menyadarkan bahwa membenahi pendidikan itu memerlukan waktu lama.
Polarisasi peserta diskusi tidak terjadi, karena lebih banyak mengekplanasi lembaga tempatnya berada dan lebih pada tataran teknis. Hanya yang sedikit berbeda walau sama dalam “membantalkan” pendapatnya pada HRW adalah Herman Batin Mangku (HBM). Beliau melihat bahwa pendidikan sudah begitu rusaknya di setiap lini. Kehadiran pemerintah di tengah persoalan pendidikan sering terlambat, bahkan sering mencari kesalahan pihak lain terlebih dahulu, baru berbuat. HBM juga menengarai bahwa dunia pendidikan di Lampung sedang tidak baik-baik saja.
Ada seorang peserta dari Forum Guru Independen yang cukup berani mengatakan bahwa pendidikan di lampung ini sudah sakit, dengan puncak jebolnya moral pendidikan dengan ditangkapnya oleh KPK seorang pimpinan tertinggi perguruan tinggi negeri di Lampung ini, karena melakukan pelanggaran moral yang sangat berat.
Kejadian kemudian beruntun dari anak yang tidak bisa ambil rapor karena belum bayar uang Komite, ada anak yang tidak sekolah karena miskin, ada usia 9 tahun belum sekolah, terakhir perilaku tidak senonoh dipertontonkan oleh Tenaga Pengajar pada Perguruan Tinggi negeri berbasis agama. Betapa centang perenangnya moral pendidikan di daerah ini. Namun, ada angin segar yang berhembus pada diskusi ini ialah di kota ini ada perpustakaan daerah yang sudah cukup representatif untuk dijadikan rujukan sarana pendidikan. Kepala Perpustakaannya sendiri hadir dengan membentangkan fasilitas yang tersedia, dari buku yang cukup banyak sampai sarana digitalisasi-pun telah disiapkan. Hampir semua peserta yang hadir baru mengetahui kalau di kota ini ada perpustakaan yang bagus, walaupun menyisakan pertanyaan lanjut: Untuk apa Pemerintah Provinsi juga ikut membangun perpustakaan?
Sampai diskusi ditutup, tidak ada jawaban yang pasti.
Sementara anak-anak muda yang hadir dalam diskusi terkesan belum memiliki perspektif nasional, mereka lebih berkutat pada kata “harusnya”, belum pada “upaya apa”. Namun sebagai manusia muda yang sedang berkembang, hal ini adalah modal dasar untuk menjangkau ke depan seperti apa.
Sebelum sampai pada catatan akhir yang disampaikan oleh Gino Vanoli (GF) ada paparan penelitian yang sebelumnya sudah penulis bagikan bahwa untuk Lampung pada tahun 2035 guru guru SLTA, SLTP, SD; terutama sekolah negeri, sudah tidak memiliki guru yang berstatus pegawai negeri. Beban pendidikan beralih dari negara ke masyarakat. Skenario ini banyak tidak disadari oleh masyarakat, karena terbungkus rapi oleh bantuan yang sering menyesatkan. Pemerintah daerah terkesan hanya menunggu instruksi pusat, tidak ada upaya terobosan konkret guna menyongsong lampung emas pada lini pendidikan.
Bisa jadi, sebenarnya sekolah-sekolah di Lampung sudah menunjukkan performa yang bagus, capaian prestasi bagus, namun tingkat ekspektasi masyarakat ternyata jauh lebih cepat berkembang dibandingkan dengan capaian yang ada. Akibatnya apa yang diperoleh selalu tertinggal dari harapan.
Sebagai catatan akhir, diskusi seperti ini seyogianya sering dilakukan oleh Dewan Perwakilan Daerah dan harusnya dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah. Bukan alasan sibuk atau ketidaktahuan sehingga tidak pernah hadir di hadapan publik. Jangan hanya saat butuh suara mau mendekat, setelah duduk lupa kursi. Demikian juga anggota dewan perwakilan rakyat provinsi untuk dapat hadir, paling tidak mau mendengarkan aspirasi yang berkembang di bawah. Jangan pula berprinsip “aku datang kalau menang”. Perlu diingat bahwa anda duduk karena suara kami.
Terimakasih Mas GF sebagai inisiator dan teman-teman Lingkar Diskusi Akademik Lampung yang telah menggagas pemikiran cerdas seperti ini. Walau mungkin kita hanya menyiram air di Padang Pasir, namun kita sudah berbuat yang terbaik yang kita miliki untuk negeri ini. Memang pendidikan adalah investasi bangsa jangka panjang yang mahal. Namun, kita semua yakin lewat pendidikanlah kita mencerdaskan bangsa ini, dan kita sadar bahwa saat ini dunia pendidikan sedang tidak baik-baik saja. (SJ)
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Hadiri Dialog Interaktif Kepemudaan bersama Kepala BNN RI
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, menghadiri acara Dialog Interaktif Kepemudaan di Swiss-Bel Hotel Bandar Lampung, Rabu (18/10/2023).
Acara ini diadakan oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) dengan menghadirkan Kepala BNN RI, Komjen. Pol. Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose.
Dalam acara ini, Dr. Achmad Farich bergabung dengan sejumlah pejabat provinsi Lampung, termasuk Gubernur Lampung, serta Rektor Universitas Lampung. Hadir pula sejumlah pejabat pemerintah, Organisasi Kemasyarakatan Pemuda, dan berbagai organisasi masyarakat.
Kegiatan ini melibatkan serangkaian acara, mulai dari pembacaan ikrar untuk meneguhkan komitmen melawan narkoba, penyerahan penghargaan kepada individu atau kelompok yang telah berperan aktif dalam upaya pencegahan narkoba, hingga dialog interaktif antara para peserta. Acara tersebut juga diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai tanda kesatuan dalam perjuangan melawan penyalahgunaan narkotika. (451/**)