Universitas Malahayati Gelar Sosialisasi BPJS Kesehatan, Dorong Kesadaran Mahasiswa dan Dosen akan Program JKN

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sejumlah Dosen, karyawan, dan mahasiswa Universitas Malahayati Bandar Lampung mengikuti kegiatan sosialisasi “BPJS Kesehatan goes to customer” yang digelar oleh BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung di Gedung Rektorat Universitas Malahayati, Selasa (12/12/2023).

Narasumber acara, Mella Prihati, SE, AAK, Kepala Bagian Mutu Layanan Kepesertaan, memberikan wawasan kepada peserta, yang meliputi prosedur dan hak kewajiban kepesertaan BPJS Kesehatan. Hadir juga Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung, Nuim Mubarok, SE., QIA, AAAK, M. KM.

Wakil Rektor 4 Universitas Malahayati, Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes, dalam sambutannya menyatakan bahwa pelayanan kesehatan saat ini telah berkembang baik, tetapi masih banyak masyarakat, terutama mahasiswa dan dosen, yang belum memahami mekanisme layanan BPJS Kesehatan. Sosialisasi ini dianggap penting untuk meningkatkan pemahaman terhadap program tersebut.

Nuim Mubarok, selaku Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta terhadap pengetahuan prosedur dan hak kewajiban kepesertaan BPJS Kesehatan.

Ia juga mengungkapkan bahwa terdapat perubahan signifikan dalam sistem layanan BPJS Kesehatan, yang kini menggunakan sistem informasi untuk memudahkan akses terhadap layanan JKN, baik administratif maupun pelayanan di rumah sakit.

“Selama 9 tahun, 90 persen penduduk Indonesia telah terdaftar di BPJS Kesehatan, suatu kebanggaan karena di Korea butuh 20 tahun untuk mencapai pencapaian yang sama,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan peserta dapat memahami lebih dalam program JKN serta menyadari pentingnya program ini bagi generasi penerus bangsa.(451/**)

Jalan Pagi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

Karena jenuh di rumah selama proses pemulihan dari sakit, maka pagi itu mencoba berjalan kaki menelusuri jalan raya dekat kampus Universitas Keagamaan Negeri yang sangat terkenal di Provinsi ini, kebetulan posisi tempat tinggal tidak jauh dari perguruan tinggi tersebut.

Niatnya jika ada tukang gunting rambut sekalian mampir untuk pangkas karena rambut yang memutih ini sudah mulai gatal. Ternyata tidak ditemukan tukang gunting rambut, yang paling banyak adalah toko fotokopi, toko makanan, toko kelontong dan toko serba ada, itupun melayani kelas mahasiswa.

Jalan di tepi dengan lalu lintas yang padat, untuk usia seperti penulis ternyata cukup membahayakan, bahkan memerlukan perjuangan tersendiri; karena belum terlalu sehat jalan agak kurang stabil, berakibat sering harus berhenti untuk atur posisi. Nah, disaat berhenti sejenak itulah ternyata melihat pemandangan yang mengejutkan.

Semula pohon-pohon pelindung tepi jalan yang rindang dan menakjubkan; Sekarang berubah, pohon-pohon itu harus tersakiti, dipaku kemudian disuruh memanggul foto diri dari banyak calon, apapun namanya. Bisa dibayangkan satu pohon sebesar paha kurus orang dewasa, harus memanggul gambar diri yang tidak tau diri untuk banyak orang.
Estetika menjadi begitu terganggu gara-gara kontestasi politik yang tidak beretika ini berjalan.

Pertanyaannya apakah nanti pada masa pengenalan diri habis, foto diri itu akan dicabut oleh yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin, karena begitu banyak dan bertebaran di mana-mana, dan jika dicabutpun, paku yang tertancap pada pohon itu akan tetap menjadi luka bagi sang pohon.

Namun ada yang tahu diri, mereka membuat foto diri dengan bermodalkan tiang penyanggah sendiri, tanpa dibebankan kepada pohon. Sayangnya foto diri ini mengganggu pejalan kaki, karena posisi letak tidak diperhitungkan, asal tancap dan dilihat orang. Akhirnya pejalan kaki banyak yang harus putar setengah lingkaran guna menghindari tabrakan muka dengan foto diri.

Belum lagi ulah tangan usil, entah apa maksudnya, banyak foto diri yang dibuat cacat dengan cara merusak wajah, nama, bahkan warna; terakhir disobek dengan tetap membiarkan sobekan tadi melambai-lambai. Kelakuan keji ini ternyata ada pada tepi jalan raya yang sebagian besar dimanfaatkan mereka yang menyandang status sosial yang tidak kaleng-kaleng.

Karena rasa penasaran yang tinggi maka mulailah melakukan wawancara tidam terstruktur pada mereka-mereka yang dekat dengan foto diri tadi. Ternyata sebagai penjaga atau pemilik tempat yang ada di hadapan halaman foto diri tadi, tidak mengetahui siapa yang memasang, bahkan tanpa ijin, pagi-pagi mereka buka pintu semua sudah ada.

Bahkan ada anak muda yang berseloroh menjawab “barangkali Gondoruwo yang pasang”. Saat didesak pertanyaan kenal atau mengetahuikah orang yang memiliki foto tadi. Ternyata semua responden mengenal nama saja ya melalui foto diri tadi; sedangkan secara personal mereka tidak mengenal sama sekali.

Ternyata ada pihak ketiga sebagai “orang suruhan” dan tentu mendapatkan imbalan dari pemilik foto diri untuk memasang semua sarana pengenal tadi. Pada posisi ini kasihan kepada pemilik foto diri, mereka dijadikan obyek untuk mendapatkan cuan oleh orang suruhan, sementara pekerjaan yang mereka tampilkan tidak jarang justru menjadikan citra negative kepada pemilik foto diri.

Pada posisi ini penulis wanti-wanti kepada bakal calon apapun dan siapapun anda, harap berhati-hati dalam menggunakan orang-orang suruhan yang tidak bertanggungjawab, karena ini akan menjadi bomerang bagi anda. Cuan anda habis, keyakinan anda terkuras, namun yang anda petik kekecewaan.

Saat akan menutup tulisan ini betul saja terjadi insiden, saat sore hari mobil penulis lewat di dekat banner dengan gambar diri seorang calon, angin bertiup kencang dan benda itu menimpa mobil penulis dan beberapa lainnya di depan. Kami semua berhenti mendadak dengan tertawa saat keluar mobil dengan sama sama berkomentar “belum jadi saja sudah menyusahkan orang, bagaimana kelak kalau yang di gambar ini jadi, mudah-mudahan tidak menyusahkan seperti gambarnya”.

Ternyata alam ikut memberikan sasmito dengan menunjukkan penanda sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Selamat berjuang kawan, selamat menjalani takdir; salam waras. (SJ)

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Gelar Seminar Nasional

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat menggelar Seminar Nasional. Kegiatan ini diusung oleh Mahasiswa Semester 3 Prodi S1 Kesehatan Masyarakat dengan mengangkat tema “Tantangan dan Solusi Pembiayaan Kesehatan Dalam Rangka Peningatan Mutu Pelayanan Kesehatan Dalam Era Transformasi Digital” di ruang MCC, Universitas Malahayati Bandarlampung. Sabtu (9/12/2023).

Dalam acara tersebut hadir Setiono, SKM, M.Eng, selaku Koordinator Fungsional Dinas kesehatan Kota Bandar Lampung, yang juga selaku pemateri dalam acara tersebut. Beliau mengatakan “Digitalisasi adalah suatu model dimana yang membantu dalam terkait bisnis dan modal dalam suatu pembiayaan dan penganggaran, yang dipakai untuk sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatannya”.

Dosen Pasca Sarjana Univesitas Malahayati hadir Dr. Wayan Aryawati, SKM, M.Kes yang juga memberi materi pada acara seminar tersebut dengan materi yang berjudul “Penganggaran dan Pembiayaan Kesehatan dalam pelayanan Publik”.

Acara juga disambut sekaligus dibuka oleh Nurul Aryastuti SST., M.KM, Selaku Wakil Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Nurul mengatakan “Ini adalah salah satu bentuk softskill dari Kesehatan Masyarakat, Salah satunya adalah menjadi manajer, yaitu memanajemen suatu seminar dan suatu kegiatan”.

Muhammad Rafi, Selaku ketua pelaksana dalam acara tersebut mengatakan “Saya selaku ketua pelaksa acara mengucapkan Terimakasih kepada panitia penyelenggara kegiataan seminar ini sehingga seminar ini dapat terselenggara dengan baik dan tepat waktu”. (gil/humasmalahayatinews)

 

Bakal Kolaborasi Penelitian, Universitas Malahayati Bandar Lampung Kunjungi Universitas Putra Malaysia

MALAYSIA (malahayati.ac.id): Prof. Dr. Cheah Yoke Kqueen, FaSc., wakil dekan Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Putra Malaysia menerima kunjungan sejumlah pejabat Universitas Malahayati Bandar Lampung, Jumat (9/12/2023)

Kunjungan ini dalam agenda memperkuat dan meningkatkan kerjasama yang telah terjalin selama ini.

Slamet Widodo, Kepala Kerja Sama Internasional Universitas Malahayati yang turut serta ikut dalam kunjungan mengatakan, kunjungan ke UPM dalam rangka Mutual Group Discussion antara Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati dan  Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM Malaysia.

“Dalam waktu dekat, akan ada program Visiting Professor dari UPM ke Universitas Malahayati,” ucapnya.

Slamet juga menuturkan ke depan, akan dilaksanakan Penelitian bersama (Research Collaboration) terkait isu kedokteran dan Ilmu kesehatan pada umumnya. Kemudian juga akan dibuka adanya program PhD oleh UPM untuk para dosen Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Kunjungan dihadiri, Wakil Rektor II Universitas Malahayati Dr. Harmani Harun, S.E., M.M., Akt, Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama Suharman, M. Pd., Kepala Biro Administrasi Akademik (BAA) , TarmiziSE., M.Ak., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, DrLolita Sary,SKM.,M.Kes., Kaprodi Magister Kesehatan Masyarakat, DrSamino, SH., M.Kes., dan Kepala Kerja Sama Internasional Slamet Widodo, S.S., M. Kes. (451/**)

Ketentuan Pengisian KRS dan Jadwal Input KRS Semester Genap 2023/2024 Universitas Malahayati

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Salam Sahabat Unmal..Berikut ini kami lampirkan Ketentuan Pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) Semester Ganjil 2023/2024.

Pengisian KRS Online WAJIB dilakukan oleh seluruh Mahasiswa Universitas Malahayati. Untuk Jadwal Input KRS dapat langsung disimak yah…(gil/humasmalahayatinews)

Rektor Universitas Malahayati Kunjungi UoC dan UPM Malaysia Tingkatkan Kerjasama Internasional

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati (Unmal), Dr. Achmad Farich, dr., M.M., memimpin kunjungan penting ke University of Cyberjaya Malaysia (UoC) dan University of Putra Malaysia (UPM) dalam rangka International Students-Lecturers Mobility and Research Collaboration Program, Kamis (7/12/2023). Pada kegiatan ini, mahasiswa pasca sarjana Kesmas Unmal memiliki kesempatan unik belajar di kelas internasional UoC, mendekatkan diri dengan proses pembelajaran bersama mahasiswa internasional UoC, dan berinteraksi dengan profesor kelas dunia UoC.

“Tujuan utama adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan global kepada mahasiswa Universitas Malahayati,” ucap Slamet Widodo, Kepala Kerja Sama Internasional Universitas Malahayati.

Tidak hanya itu, Dr. Achmad Farich juga turut berkontribusi dengan memberikan paparan kuliah tentang pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Hal ini menjadi langkah strategis dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan pemahaman global terhadap tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia.

Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan antar lembaga pendidikan tinggi. Tetapi juga mendorong pertukaran pengetahuan lintas batas, memperluas wawasan mahasiswa, dan mendukung upaya bersama dalam penelitian kolaboratif. (451/**)

Pemimpin Mental “Samo Iyo”

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

DIKSI di atas biasa diucapkan oleh “wong plembang” dalam melihat, mengevaluasi, menilai kemudian menyimpulkan dalam rangkaian berpikir keseharian; manakala berhadapan dengan dua peristiwa atau lebih, atau juga dua orang atau lebih; pada waktu menunjukkan kesamaan tindakan atau pikiran. Namun konotasinya lebih kepada yang bersifat negatif.

Bahasa sehari-hari yang khas ini memaksa para pendatang harus cepat beradaptasi, karena jika tidak maka mereka akan “dikerjoi”, terjemahan bebasnya akan dipermainkan, atau bisa sampai dipermalukan. Namun pada dasarnya, mereka ramah dan mau membantu, dan satu hal lagi sebagai sesuatu yang khas yaitu rasa humor yang tinggi, bahasa setempat “pernesan”.

Kita tinggalkan wong plembang pernesan, ternyata sekarang banyak orang yang berperilaku “samo iyo” yang diidentifiksi oleh orang Palembang tadi. Pada waktu menjabat mereka tampak patuh dan taat akan pimpinan; bahkan tidak jarang membungkuk-bungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan.

Setelah tidak lagi menjabat; ternyata menjadi penghianat dengan berkedok demokrasi. Tidak jarang mereka berbalik badan kepada mantan pimpinannya; Dan, tidak jarang disertai dengan gumanan “aku balas kau sekarang”, atau, “gantian sekarang saya kerjain kamu”.

Padahal, dalam hati mantan pimpinannya juga berguman “sarolah kau” terjemahan bebasnya sudahlah kamu. Mereka berdua sama sama bermental samo iyo.

Ada seorang sekretaris daerah satu wilayah, semula sangat santun dengan pimpinannya, bahkan mengamini pada saat ditanya soal informasi bahwa pimpinannya tidak pernah ambil gaji. Ternyata setelah lepas jabatan dan menjadi orang biasa, berkoar-koar bahwa semua yang dahulu dikatakan itu bohong; karena sejatinya sang pemimpin mengambil gaji tiap bulannya.

Begitu ditanya mengapa berketerangan palsu, mereka dengan ringan mengatakan “dulu masih menjabat”. Padahal, pejabatnya juga berkata “ku budi ke kau” bahasa bebasnya saya tipu kamu.

Peristiwa di atas yang “samo iyo” itu; sekarang banyak yang beginian muncul kepermukaan mencari panggung. Mereka seolah “maboknya sekarang, minumnya besok”; sehingga tampak sekali bagaimana bermanis muka di depan kamera, apalagi di layar gadget.

Seolah menjelaskan dengan meyakinkan bahwa pimpinannya penuh dosa, dan dirinya orang bersih. Begitu ada klarifikasi bahwa sebenarnya dia adalah termasuk samo iyo dengan pimpinannya, langsung menghilang.

Mereka lupa bahwa jejak digital itu sulit untuk dihapus, dan itu bisa dibaca nanti di masa depan. Kalau jejak riel bisa di baca kemudian, sementara jejak digital bisa terbaca sampai kapanpun.
Ada lagi yang lebih aneh adegan samo iyo ini kompak ditampilkan dilayar kaca bersama “sesame iyoan”; sehingga tampak manis bagai sripanggung dalam berakting.

Mereka tidak sadar masyarakat sudah muak melihat mukanya, akibatnya drama India dan Korea lebih menarik untuk dilihat dari pada mereka.
Rakyat sudah semakin cerdas, tampaknya seleksi alam sedang berlangsung, saringan demi saringan berjalan sebagaimana adanya.

Mereka akan tersisih masuk barisan Samo Iyo; dan cacat sejarah yang mereka ukir sendiri menjadi semacam arsip dibenak banyak orang. Kita bisa mengingat opurtunis-opurtunis ini akan selalu muncul manakala bertemu panggung dalam acara apapun. Herannya lagi mereka seolah tidak punya muka justru mencalonkan diri menjadi anggota lembaga terhormat di negeri ini.

Semoga negeri ini segera terhindar dari orang-orang yang “samo iyo” ini, agar selamat sampai pada waktunya mewujudkan negeri yang sejahtera untuk semua, sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing.
Salam Waras dari penulis yang berangsur sehat. (SJ)

Capres Anies Baswedan Isi Wawasan Kebangsaan di Universitas Malahayati Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Calon Presiden RI, Anies Baswedan, turut menyoroti sejumlah permasalahan di Lampung seperti pendidikan, lapangan kerja, hingga guru honorer saat memberikan wawasan kebangsaan di depan mahasiswa Universitas Malahayati, Kamis (7/12/2023).

Anies Baswedan mengatakan, dalam sembilan tahun terakhir ini, investasi di Indonesia alami kenaikan luar biasa dari Rp400 triliun pertahun menjadi 1.200 triliun di tahun 2022.

Namun kenaikan investasi tersebut menurut Anies tak berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang semakin tahun malah menurun. Hal itu diarenakan investasi yang didorong bukanlah investasi padat karya, melainkan padat modal, sehingga penyerapan tenaga kerjanya kecil.

“Jadi situasi ini perlu dirubah, ke depannya investasi justru harus ada pada sektor padat karya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja mulai pertanian, perkebunan, hingga manufaktur,” kata Anies Baswedan.

Kemudian hal yang tak kalah penting pada sektor pendidikan, Anies Baswedan ingin merubah pemerintah agar bisa membantu semaksimal perguruan tinggi swasta, agar punya kesetaraan yang sama.

Bagi Anies, pendidikan harus jadi investasi dan jangan hanya dipandang sebagai biaya, karena anggaran yang dikeluarkan dalam bidang pendidikan akan mendapatkan hasil.

“Untuk di Lampung, kami melihat perlunya peningkatan fasilitas, seperti dibutuhkan fasilitas transportasi antar kota yang lebih baik. Bila kota tidak membangun transportasi umum, maka akan alami kepadatan lalu lintas yang luar biasa,” ujar Anies Baswedan.

Dalam wawasan kebangsaan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga ditanya oleh mahasiswa, terkait solusi meningkatkan gaji guru honorer.

Bagi Anies, untuk menjawab solusi tersebut dengan melakukan reformasi pengangkatan guru, karena banyak guru mengabdi tapi tidak pernah mendapat imbalan setara, sehingga ia berencana merekrut secara bertahap agar memiliki kepastian. (451/**)

Capres Anies Baswedan Kagumi Fasilitas Hingga Koleksi Buku Perpustakaan Universitas Malahayati

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Calon Presiden RI, Anies Baswedan, mengunjungi perpustakaan di Universitas Malahayati sebelum memberikan materi wawasan kebangsaan dengan mahasiswa di Gedung Graha Bintang pada Kamis (7/12/2023).

Anies Baswedan menyempatkan diri untuk berkeliling Perpustakaan Universitas Malahayati yang terkenal dengan keunikannya karena memiliki 34 rumah adat setiap provinsi di Indonesia.

Saat memasuki perpustakaan, Anies Baswedan disambut langsung Kepala UPT Perpustakaan Universitas Malahayati, Meni Sutarsih., S.Pd., M.Si., beserta pengelola perpustakaan lainnya. Meni Sutarsih menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan Capres Anies Baswedan ke Perpustakaan Universitas Malahayati. Perpustakaan di Universitas Malahayati sendiri, pernah diakui sebagai salah satu dari lima perpustakaan terunik di dunia oleh berbagai media massa.

Kehadiran Anies Baswedan ke Universitas Malahayati disambut pengurus Yayasan Alih Teknologi (Altek), Dr. H. Muhammad Kadafi, s.H., M.H., Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III Dr. Eng. Rina Febrina, S.T., M.T., Dekan Fakultas Teknik, Ir. Yan Juansyah, DEA., Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, H. Djunizar Djamaludin, S. Kep.,Ns.,MS., Dekan Fakultas Kedokteran, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Malahayati, Meni Sutarsih., S.Pd., M.Si., serta segenap dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Dalam kunjungannya, Anies Baswedan juga turut berdialog dengan sejumlah mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan. Selain itu, Anies Baswedan juga mengaku terkesima dengan fasilitas hingga koleksi buku di perpustakaan Universitas Malahayati. (***)

Kresna Duta

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

Pada masyarakat pedalangan diwaktu itu, konon hidup semacam mitos bahwa jika Dalang ingin memainkan cerita-cerita tertentu dalam pentas Wayang Kulit harus paham bahwa lakon-lakon itu ada yang “wingit”; dalam bahasa Jawa, jika diterjemahkan walaupun tidak tepat benar disebut sakral. Untuk itu sebelum mementaskan harus puasa terlebih dahulu, termasuk Lakon Wayang Kresno Duto. Tetapi karena ini tidak dipentaskan, akan tetapi dijadikan “irah-irah” atau pengantar dari suatu pesan yang akan disampaikan, maka saya tidak perlu melakukan ritual seperti itu, apalagi dalam perintah agama yang saya anut itu tidak ada. Namun ritual yang melekat dan tidak bisa lepas saat menulis adalah “ngopi panas” agar otak tetap mak jos.

Sahdan, dalam cerita Baratayudha versi Wayang Purwa; dikisahkan Pandawa telah selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 13 tahun ditengah hutan Dandaka, serta menjalani penyamaran selama satu tahun di Kerajaan Wiratha. Oleh karena itu sudah menjadi hak Pandawa untuk kembali mendapatkan Astina dan Amarta yang diambil oleh Kurawa. Untuk itu, para Pandawa meminta bantuan Sri Kresna guna menjadi duta Pandawa dalam menempuh jalan damai antara Pandawa dan Korawa. Kresna diangkat sebagai duta terakhir atau disebut dengan Duta Pamungkas untuk urusan pengembalian negara.

Sementara, tetua dan pembesar-pembesar Astina telah berkumpul di aula kerajaan menunggu kedatangan Duta Pandawa tersebut. Kresna memasuki aula kerajaan dan kemudian menyampaikan maksud kedatangannya yaitu sebagai duta Pandawa. Pandawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).

Sejak awal, Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta dan Hastina kepada Pandawa. Prabu Duryudana pun menolak permintaan Sri Kresna. Duryudana memberikan berbagai alasan yang memang sudah direnacakan untuk memperkuat alasan mereka mengapa tidak ingin mengembalikan Indraprastha dan Hastina kepada Pandawa.

Singkat cerita semua alasan penolakan Prabu Duryudana itu membuat Sri Kresna memuncak kemarahannya, dan bertriwikrama-lah beliau berubah menjadi Raksasa yang sangat besar serta akan mengobrak-abrik kerajaan Hastinapura. Dari kerajaan para dewa turunlah Dewa Darma yang diutus untuk mendinginkan kemarahan Sri Kresna dengan nasehat yang sangat dalam maknanya secara filosofis tentang kebenaran.

Pada cerita ini intinya penulis ingin menyampaikan sepotong pesan bahwa Kebenaran dan Kesalahan itu sebenarnya ada pada garis yang sama, hanya di ujung garis yang satu posisinya bernama BENAR-BENAR….BENAR; sementara ujung garis lawannya ada pada posisi BENAR-BENAR…..SALAH. titik tengah keduanya dipisahkan pada bagian BENAR dan bagian SALAH, yang membentuk sudut sembilan puluh derajat. Dengan kata lain posisi benar-benar…benar berspektrum 45 derajat; dan posisi benar-benar…salah berspektrum 45 derajat.

Kehidupan yang dijalani manusia selalu ada pada kedua garis mistar tadi, namun tidak akan kita jumpai manusia yang benar-benar….. benar yang mutlak; atau benar-benar …. salah yang juga mutlak; yang ada hanya pada derajat mana tingkat kebenarannya dan atau kesalahannya, pada mistar tadi.

Kita tidak bisa memaksakan kebenaran kepada kesalahan, atau sebaliknya memaksakan kesalahan kepada kebenaran. Namun kebenaran itu diperlukan guna menunjukkan adanya kesalahan; sebaliknya kesalahan juga diperlukan guna menunjukkan adanya kebenaran. Dengan kata lain Kebenaran dan Kesalahan itu bagai dua sisi mata uang, yang satu dengan lainnya berfungsi saling meneguhkan keberadaan masing-masing lawannya. Dengan bahasa sederhanya: kebenaran itu tampak kebenarannya jika ada kesalahan sebagai pembanding, dan juga kesalahan akan tampak jika ada kebenaran sebagai pengukurnya. Perkataan filsafat seperti ini memang memerlukan kontemplasi dalam memahaminya.

Dari sana maka ada adagium Jawa yang mengatakan “Bener durung mesti Pener” terjemahan bebasnya walau kurang pas adalah benar belum tentu tepat, itu seolah menjadi perenungan untuk mendalami secara hakiki dari semua peristiwa sosial yang sedang berlangsung saat ini. Jangan sampai kita terjebak pada Fatamorgana Sosial yang sekarang sedang mendapatkan panggung untuk dimainkan.
Salam Waras dari Penulis yang berangsur sehat. (SJ)