Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Setiap habis pemilihan apapun jabatan yang ada di negeri ini, mungkin juga di negeri lain, ada sesuatu yang tersisa, yaitu efek lanjut akibat dari pemilihan. Dan, dalam tulisan ini hal tersebut diberi nama efek ekor naga. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang wajar, sebab setiap keputusan yang diambil akan memiliki konsekuensi, dan salah satu di antaranya adalah “ikut barisan atau keluar barisan”. Dalam pengertian ikut menjadi pemenang atau pihak yang kalah, walaupun tidak menutup kemungkinan bisa jadi menjadi pecundang.
Efek ekor naga terutama akan terlihat seru manakala pemimpin yang dilahirkan dari proses pemilihan yang dipenuhi intrik-intrik tajam, dan pemimpin terpilih memiliki sifat kepribadian pendendam, baik tampak dinarasikan maupun tidak tampak. Akan tetapi, jika diperoleh pemimpin hasil pemilih yang memang memiliki jiwa kepemimpinan sejati, maka dia akan berusaha merangkul semua yang berbeda selama ini untuk dijadikan satu kekuatan pendukung program yang dimiliki. Walaupun keputusan ini sering dianggap tidak waras oleh para pendukung fanatik, tetap saja harus diakui bahwa langkah ini memiliki sisi kebaikan.
Ada satu penggalan pengalaman seorang kepala dinas dari satu instansi tertentu yang hampir terkena sabetan ekor naga karena dianggap selama ini tidak loyal dan berseberangan dengan pemenang pemilihan. Maka, yang bersangkutan secara terang-terangan dimuka umum diberitahu bahwa dia akan dipecat manakala sang pemenang telah dilantik. Seiring perjalanan waktu, saat evaluasi program seratus hari kepemimpinan, ternyata satu-satunya kepala dinas yang memiliki program dan kemajuan yang hebat dan tepat dari pemimpin terpilih, hanya dimiliki beliau. Ini pun disajikan dalam forum besar yang dihadiri oleh para pendukung pemenang yang tidak berbuat apa-apa. Walhasil, kepala dinas ini tidak pernah dipecat sampai masa periode kepemimpinan terpilih berakhir. Bahkan beberapa kali mendapat promosi jabatan karena kinerjanya baik, terakhir yang bersangkutan dipromosikan menjadi pejabat kepala daerah tingkat dua, dan tetap merangkap jabatan sebagai kepala dinas instansi tertentu.
Beda lagi di salah satu institusi ilmiah tertentu yang juga menganut sistem pilih-memilih kepemimpinan utamanya. Setelah pelantikan pemimpin terpilih melakukan penyusunan kabinet, semua pendukung diberi “kue” hasil perjuangan sesuai peran dan fungsi waktu berjuang. Ternyata ada di antara anggota kabinet yang menusuk teman seiring, menggunting dalam lipatan, dengan mengambil kebijakkan tanpa seizin pimpinan utama. Terpaksa di tengah perjalanan yang bersangkutan harus diistirahatkan; dengan alasan yang manis diucapkan, tetapi sakit dirasakan.
Semua itu pada level daerah, tentu pada level nasional akan lebih seru lagi soal geser-menggeser, gesek-menggesek, sikut-menyikut untuk mendapatkan posisi dan periuk nasi. Karena berspektrum luas, tidak jarang akan menimbulkan goncangan dalam pemilihan dan penetapan barisan. Bisa dibayangkan dari kursi menteri, dirjen, direktur, kepala unit, dan seterusnya; akan mengalami gonjang-ganjing dalam penetapannya.
Beda lagi yang menjadi “penggembira”, individu pada kelompok ini menjadi pencari selamat dan mencari sisa “nasi kenduri” dari hajatan yang sudah selesai. Ada yang menjauh menyilahkan pemimpin terpilih untuk berekplorasi, walaupun jumlah mereka ini sedikit sekali, da nada juga diantara mereka memiliki harapan dalam hati untuk mendapat hak-hak istimewa. Tetapi ada kelompok yang berharap mendapat tetesan hujan dari hasil sedikit keringat perjuangan, walaupun pada saat pertarungan pemilihan berlangsung hanya bertepuk ikut ramai, berbaris ikut panjang. Kelompok ini mulai memainkan jurus Cina Mabok agar dapat pembagian rejeki, apapun namanya.
Ada lagi yang berperilaku kepala menjadi besar, kaki menjadi kecil; sehingga merasa paling berjasa, dan bersikap yang tidak segaris adalah lawan. Selalu ingin sowan kepada pemimpin terpilih agar mendapat perhatian lebih. Namun jika ada keterplesetan pemimpin dalam bertindak atau berucap, mereka inilah yang akan lari paling depan untuk meninggalkan sang pemimpin terpilih sendirian.
Sebaliknya, yang berada pada posisi atau diposisikan sebagai rival, yang bersangkutan tidak diberi ruang, dan jika perlu tidak dikasih “hidup”. Semua tindakan, pemikiran, saran dari kelompok ini sekalipun mungkin baik, tetap dianggap sebagai penghalang, oleh sebab itu diupayakan untuk disingkirkan, atau biasa dengan bahasa halusnya dieliminasi dengan cara apa pun.
Kelompok terakhir ada pada posisi penikmat; kelompok ini hanya memandang dari jauh saja, dan terkadang sedikit berkomentar, atau tersenyum setengah hati, namun tidak jarang tertawa terbahak-bahak tatkala sendirian. Kelompok ini tidak peduli apa yang terjadi, yang penting baginya keluarga dan dirinya serta bisnisnya selamat sampai tujuan. Hiruk pikuk bukan urusannya, yang penting baginya ada pada zone nyaman; terserah saja orang lain. Saat ada pembagian rejeki, kelompok ini berteriak “atas nama hak”; mereka harus dapat, jika perlu paling besar, karena selama ini meras sebagai penyandang modal.
Efek ekor naga inilah yang mengakibatkan tsunami sosial melanda pada lembaga manapun, dan hal ini sudah menjadi semacam hukum sosial. Bahkan di lembaga atau negara yang mengatakan diri paling demokratis sekalipun, hal serupa ini tidak dapat terhindari. Manakala setelah terjadi pemilihan pucuk pimpinan tertentu, akan disertai peristiwa ini; adapun bungkusnya bisa bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah “penyegaran”, pada hal sejatinya penyingkiran.
Sebentar lagi ekor naga di negeri ini akan bergerak, mari kita tunggu effeknya. Semoga dia membawa kemaslahatan bagi semua. Soal puas atau tidak, itulah dunia; mari kita syukuri yang ada dan terima dengan legowo apapun suratan Tuhan untuk kita. Walaupun ada catatan kecil diujung sana yang terbaca …“jangan selalu memaknai kemenangan sebagai suatu keberhasilan, bisa jadi itu ujian”… Hanya Naga Bonar dalam film-lah yang bisa mengocok perut karena tertawa. Sementara selebihnya membuat sakit perut karena larut. (SJ)
Efek Ekor Naga
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Setiap habis pemilihan apapun jabatan yang ada di negeri ini, mungkin juga di negeri lain, ada sesuatu yang tersisa, yaitu efek lanjut akibat dari pemilihan. Dan, dalam tulisan ini hal tersebut diberi nama efek ekor naga. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang wajar, sebab setiap keputusan yang diambil akan memiliki konsekuensi, dan salah satu di antaranya adalah “ikut barisan atau keluar barisan”. Dalam pengertian ikut menjadi pemenang atau pihak yang kalah, walaupun tidak menutup kemungkinan bisa jadi menjadi pecundang.
Efek ekor naga terutama akan terlihat seru manakala pemimpin yang dilahirkan dari proses pemilihan yang dipenuhi intrik-intrik tajam, dan pemimpin terpilih memiliki sifat kepribadian pendendam, baik tampak dinarasikan maupun tidak tampak. Akan tetapi, jika diperoleh pemimpin hasil pemilih yang memang memiliki jiwa kepemimpinan sejati, maka dia akan berusaha merangkul semua yang berbeda selama ini untuk dijadikan satu kekuatan pendukung program yang dimiliki. Walaupun keputusan ini sering dianggap tidak waras oleh para pendukung fanatik, tetap saja harus diakui bahwa langkah ini memiliki sisi kebaikan.
Ada satu penggalan pengalaman seorang kepala dinas dari satu instansi tertentu yang hampir terkena sabetan ekor naga karena dianggap selama ini tidak loyal dan berseberangan dengan pemenang pemilihan. Maka, yang bersangkutan secara terang-terangan dimuka umum diberitahu bahwa dia akan dipecat manakala sang pemenang telah dilantik. Seiring perjalanan waktu, saat evaluasi program seratus hari kepemimpinan, ternyata satu-satunya kepala dinas yang memiliki program dan kemajuan yang hebat dan tepat dari pemimpin terpilih, hanya dimiliki beliau. Ini pun disajikan dalam forum besar yang dihadiri oleh para pendukung pemenang yang tidak berbuat apa-apa. Walhasil, kepala dinas ini tidak pernah dipecat sampai masa periode kepemimpinan terpilih berakhir. Bahkan beberapa kali mendapat promosi jabatan karena kinerjanya baik, terakhir yang bersangkutan dipromosikan menjadi pejabat kepala daerah tingkat dua, dan tetap merangkap jabatan sebagai kepala dinas instansi tertentu.
Beda lagi di salah satu institusi ilmiah tertentu yang juga menganut sistem pilih-memilih kepemimpinan utamanya. Setelah pelantikan pemimpin terpilih melakukan penyusunan kabinet, semua pendukung diberi “kue” hasil perjuangan sesuai peran dan fungsi waktu berjuang. Ternyata ada di antara anggota kabinet yang menusuk teman seiring, menggunting dalam lipatan, dengan mengambil kebijakkan tanpa seizin pimpinan utama. Terpaksa di tengah perjalanan yang bersangkutan harus diistirahatkan; dengan alasan yang manis diucapkan, tetapi sakit dirasakan.
Semua itu pada level daerah, tentu pada level nasional akan lebih seru lagi soal geser-menggeser, gesek-menggesek, sikut-menyikut untuk mendapatkan posisi dan periuk nasi. Karena berspektrum luas, tidak jarang akan menimbulkan goncangan dalam pemilihan dan penetapan barisan. Bisa dibayangkan dari kursi menteri, dirjen, direktur, kepala unit, dan seterusnya; akan mengalami gonjang-ganjing dalam penetapannya.
Beda lagi yang menjadi “penggembira”, individu pada kelompok ini menjadi pencari selamat dan mencari sisa “nasi kenduri” dari hajatan yang sudah selesai. Ada yang menjauh menyilahkan pemimpin terpilih untuk berekplorasi, walaupun jumlah mereka ini sedikit sekali, da nada juga diantara mereka memiliki harapan dalam hati untuk mendapat hak-hak istimewa. Tetapi ada kelompok yang berharap mendapat tetesan hujan dari hasil sedikit keringat perjuangan, walaupun pada saat pertarungan pemilihan berlangsung hanya bertepuk ikut ramai, berbaris ikut panjang. Kelompok ini mulai memainkan jurus Cina Mabok agar dapat pembagian rejeki, apapun namanya.
Ada lagi yang berperilaku kepala menjadi besar, kaki menjadi kecil; sehingga merasa paling berjasa, dan bersikap yang tidak segaris adalah lawan. Selalu ingin sowan kepada pemimpin terpilih agar mendapat perhatian lebih. Namun jika ada keterplesetan pemimpin dalam bertindak atau berucap, mereka inilah yang akan lari paling depan untuk meninggalkan sang pemimpin terpilih sendirian.
Sebaliknya, yang berada pada posisi atau diposisikan sebagai rival, yang bersangkutan tidak diberi ruang, dan jika perlu tidak dikasih “hidup”. Semua tindakan, pemikiran, saran dari kelompok ini sekalipun mungkin baik, tetap dianggap sebagai penghalang, oleh sebab itu diupayakan untuk disingkirkan, atau biasa dengan bahasa halusnya dieliminasi dengan cara apa pun.
Kelompok terakhir ada pada posisi penikmat; kelompok ini hanya memandang dari jauh saja, dan terkadang sedikit berkomentar, atau tersenyum setengah hati, namun tidak jarang tertawa terbahak-bahak tatkala sendirian. Kelompok ini tidak peduli apa yang terjadi, yang penting baginya keluarga dan dirinya serta bisnisnya selamat sampai tujuan. Hiruk pikuk bukan urusannya, yang penting baginya ada pada zone nyaman; terserah saja orang lain. Saat ada pembagian rejeki, kelompok ini berteriak “atas nama hak”; mereka harus dapat, jika perlu paling besar, karena selama ini meras sebagai penyandang modal.
Efek ekor naga inilah yang mengakibatkan tsunami sosial melanda pada lembaga manapun, dan hal ini sudah menjadi semacam hukum sosial. Bahkan di lembaga atau negara yang mengatakan diri paling demokratis sekalipun, hal serupa ini tidak dapat terhindari. Manakala setelah terjadi pemilihan pucuk pimpinan tertentu, akan disertai peristiwa ini; adapun bungkusnya bisa bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah “penyegaran”, pada hal sejatinya penyingkiran.
Sebentar lagi ekor naga di negeri ini akan bergerak, mari kita tunggu effeknya. Semoga dia membawa kemaslahatan bagi semua. Soal puas atau tidak, itulah dunia; mari kita syukuri yang ada dan terima dengan legowo apapun suratan Tuhan untuk kita. Walaupun ada catatan kecil diujung sana yang terbaca …“jangan selalu memaknai kemenangan sebagai suatu keberhasilan, bisa jadi itu ujian”… Hanya Naga Bonar dalam film-lah yang bisa mengocok perut karena tertawa. Sementara selebihnya membuat sakit perut karena larut. (SJ)
Raih Beasiswa KIP Universitas Malahayati Bandarlampung Tahun 2024
Hallo Adik-adik semuaa…Ini dia informasi yang udah kalian tunggu-tunggu. Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandarlampung JALUR BEASISWA KIP KULIAH tahun 2024 SUDAH DIBUKA..!
Informasinya selengkapnya bisa dilihat disini KIP Kuliah Universitas Malahayati
Raih masa depan dan cita-cita kamu dengan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ayo bergabung di Universitas Malahayati, Kampus terkeren di Lampung Melalui Jalur Beasiswa KIP Kuliah 2024.
Informasi Lengkap BEASISWA KIP KULIAH 2024
Bapak Ricko Gunawan, M. Kes (0852-7990-0901)
——————————————————
SEMUA BISA KULIAH… !! (gil/humasmalahayatinews)
Alumni Prodi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Cut Mutiawati Jadi Tenaga Ahli Proyek Komenko Marves
SUMATERA UTARA (malahayati.ac.id): Cut Mutiawati S.T., M. Ling., merupakan salah satu alumni Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Bandar Lampung yang lulus pada 2019 serta aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan saat masih di kampus.
Kini, ia menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam bidangnya sebagai Tenaga Ahli Manajemen Konstruksi, khususnya dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), di Proyek Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Komenko Marves) Pembangunan Taman Sains Teknologi Herbal dan Holtikultura (TSTH2) Tahap 2, yang berlokasi di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Keberhasilan Cut dalam karirnya tidak terlepas dari keterlibatannya dalam organisasi selama masa perkuliahan di Universitas Malahayati. Ia aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan organisasi, menjadikannya terlatih dalam kepemimpinan, kerjasama tim, serta keterampilan sosialisasi dan komunikasi yang sangat penting dalam dunia kerja.
Pendidikan akademisinya yang berkualitas juga memberikan landasan yang kokoh bagi Cut dalam menjalani karir profesionalnya. “Dukung dosen dan akademisi Universitas Malahayati, membuat saya mampu menggabungkan pengetahuan yang didapat di kampus dengan pengalaman lapangan yang diperoleh melalui kegiatan ekstrakurikuler, termasuk yang berskala internasional,” ucapnya.
Cut Mutiawati S.T., M.Ling., adalah sebagian bukti nyata bagaimana Universitas Malahayati melahirkun lulusan unggul yang siap berkarir di duania kerja, serta kesuksesan alumni adalah bukti Universitas Malahayati mempersiapkan mahasiswanya dalam menggapai karir di bidang yang sesuai dengan keahliannya.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Lingkungan. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Alfan Juli Andri, Ketua HMTI Universitas Malahayati 2015, Kini Berkarir di PT TASPEN Jakarta
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Alfan Juli Andri, lulusan Teknik Industri Universitas Malahayati tahun 2017, kini telah menemukan jejaknya di dunia kerja sebagai Career Development Staf di PT TASPEN (Persero) Jakarta.
Dalam perjalanannya, Alfan telah meraih sukses dan mengukir prestasi setelah melalui masa-masa kuliah yang penuh dengan pengalaman berharga.
Selama menimba ilmu di Universitas Malahayati, Alfan mengungkapkan bahwa ia diberikan insight-insight keilmuan yang sangat bermanfaat di dunia kerja.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
“Semoga Teknik Industri Universitas Malahayati akan semakin tumbuh dan mampu bersaing di tengah era VUCA saat ini. Khususnya, ilmu dalam bidang teknik dan manajemen industri, termasuk persoalan manajemen secara umum dan sumber daya manusia, telah membekali sayau ntuk menghadapi tantangan di lapangan kerja,” kata Alfan.
Alfan juga mengungkapkan rasa syukurnya dapat berkuliah di Universitas Malahayati, di mana ia aktif terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) periode 2015-2016.
Pengalaman tersebut, menurut Alfan, sangat berharga dan membentuk jiwa kepemimpinannya yang membawanya ke titik saat ini.
“Terima kasih kepada Universitas Malahayati atas dukungan dan kesempatan yang diberikan selama masa studi saya,” ucapnya.
Alfan Juli Andri membuktikan bahwa lulusan Universitas Malahayati mampu berkembang menjadi profesional unggul dan memberikan kontribusi positif di berbagai bidang industri.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang teknik industri diundang untuk bergabung dengan prodi ini.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)
Editor: Asyihin
Dwi Marlina Syukri, Dosen FK Univeristas Malahayati, Ungkap Inovasi Benang Bedah di UIN SMH Banten dan PT Triton Manufactures
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dwi Marlina Syukri, S.si, MBSc, Phd., menjadi narasumber pada acara Studium Generale Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Kamis (25/4/2024).
Tema acara tersebut, ‘Peluang, Tantangan, dan Pemanfaatan Bahan Alam untuk Kandidat Obat’.
Marlina memperkenalkan produk penelitiannya tentang benang bedah yang dilapisi dengan silver nanoparticles yang disintesis dengan ekstrak daun Eucalyptus.
“Produk benang bedah yang dilapisi dengan silver nanoparticles merupakan inovasi terbaru dalam bidang ini,” ungkap Dwi Marlina.
Sebelumnya, pada bulan Februari 2024, Marlina juga diundang PT. Triton Manufactures, perusahaan benang bedah pertama di Indonesia, karena ketertarikan mereka pada produk penelitiannya.
“Beberapa waktu lalu di Februari, saya juga diundang oleh PT. Triton karena mereka tertarik dengan produk saya ini,” tambahnya.
Institutional Relation Director, Mario Apriliansyah mewakili drg. Wawan Owner PT.Triton Manufactures menyampaikan terimakasih atas kesempatan untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat.
“Triton sangat percaya bahwa ‘innovation’ adalah cara kita menjadi aset bangsa yang berkarya,” ucapnya.
Mario Apriliansyah menambahkan bahwa menurutnya, jarang sekali mereka menemukan penelitian alat kesehatan di Indonesia dengan ragam uji yang sangat komprehensif seperti yang telah dilakukan oleh Marlina. (*)
Editor: Asyihin
Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Malahayati
Pembentukan Satgas PPKS kembali dilaksanakan, hal ini mengingat terdapat beberapa tahapan yang harus dijalani yaitu pembelajaran modul, ujian dan seleksi bagi Panitia Seleksi (Pansel) dan Satgas PPKS di Lingkungan Universitas Malahayati.
Tahapan seleksi direkomendasi oleh Rektor Universitas Malahayati 10 (Sepuluh) nama terdiri dari dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa pada 26 Februari 2024. Tahap rekomendasi tersebut menghasilkan 5 (Lima) hingga 7 (tujuh) orang yang kemudian akan menjadi Panitia Seleksi Satgas (PPKS).
Calon Pantia Seleksi mengikuti pembelajaran modul dan ujian tes seleksi secara online yang terdaftar dengan akun masing-masing. Calon panitia seleksi juga mengikuti tes uji publik dengan menampilkan profil penampilan dan kemampuannya dalam bentuk video yang dinilai langsung oleh tim independen advokasi di luar kampus dan tim penilai dari beberapa pihak kampus. Melalui proses tersebut menghasilkaanTim Panitia Seleksi Satgas PPKS yang terdiri dari 7 (tujuh) orang, yaitu : Rissa Afni Martinouva, S.H.,M.H.dosen di Program Studi Ilmu Hukum; Octa Reni Setiawati, M.Psi, Piskolog dan Supriyati, S.Psi., M. Si dosen di Program Studi Psikologi; Euis Mufhaman, S.E., M.Ak. dosen di Program Studi Manajemen; Dewi Avianti, S.E., S.Psi dan Reni Tania, S.E. Selaku Tenaga Kependidikan; dan Jilan Sepriani mahasiswa pada Program Studi Psikologi.
Selanjutnya beberapa tahap dilaksanakan untuk membentuk Satgas PPKS, dimulai denganmengumumkan perekrutan Calon Satgas PPKS hingga penunjukan perwakilan dari beberapa program studi yang ada di Lingkungan Universitas Malahayati. Rekomendasi calon Satgas PPKS juga mendapat persetujuan dari Rektor Universitas Malahayati Bapak dr. Dr. Achmad Farich, M.M.
Seleksi calon Satgas PPKS dilaksanakan melalui tahap seleksi online dan wawancara langsung terhadap Panitia Seleksi PPKS. Calon Satgas PPKS juga mengikuti pembelajaran modul dan ujian tes seleksi secara online yang terdaftar dengan akun masing-masing. Calon Satgas PPKS seleksi juga mengikuti tes uji publik dengan menampilkan profil penampilan dan kemampuannya dalam bentuk video yang dinilai langsung oleh tim independen advokasi luar kampus dan tim penilai dari beberapa pihak kampus. Seleksi uji dan tes wawancara yang dilaksanakan telah menghasilkan 15 (Lima Belas) orangSatgas PPKS terdiri dari dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa, yaitu: Rika Yulendasari, S.Kep.,Ns., M.Kep; Nurliyani, S.ST., M.Kes; Dwi Arrasy Aprillia RS, S.H., M.H.; Dr. Mala Kurniati, S.Si., M.Biomed; Agustia Wulandari, S.E.; Dewi Lutfianawati, M. Psi., Psikolog; Tubagus Muhammad Nasarudin, S.H., M.H; Ayu Nursari, S.E., M.E; Dewi Yuliasari,S.SiT.,Bdn., M.Kes; Nova Muhani, S.ST, M.KM; Adi Prastyo, S.T., M.T.; apt. Shinta Wulandari, M.Farm; Faqih Al Mubarok; Puja Nur Kholijah; Nathania Rajagukguk. Pada 22 Maret 2024 dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Malahayati Nomor : 0704.10.401.03.24 Tentang Penetapan Susunan Keanggotaan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Periode 2024-2026. Selanjutnya diterbitkan adanya Peraturan Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Universitas Malahayati.
Ungkapan pemahaman terhadap pentingnya Satgas PPKS di Lingkungan Kampus Universitas Malahayati diuraikan oleh Panitia Seleksi. PPKS sangat penting keberadaannya dilingkungan kampus karena masyarakatnya dominan oleh para remajayang perilakunyaperlu mendapatkan edukasi terhadap hal-hal yang mengarah pada kekerasan seksual di lingkungan universitas. Kekerasan seksual mencakup berbagai tindakan yang merugikan integritas fisik psikologis dan seksual seseorang, untuk itu, Satgas PPKS bertugasmerancang dan mengimplementasi program-program pencegahan dan memberikan dukungan kepada korban serta memastikan penanganan kasus yang adil dan berkeadilan. Kampus harus menjadi tempat yang aman bagi mahasiswa dan sivitas akademika.
Satgas PPKS di lingkugngan kampus sangat dibutuhkan perannya dikarenakan perubahan dan kemajuan zaman saat ini membuat banyaknya kekerasaninsiden kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Hal ini dapat mengancam peserta didik dan warga satuan pendidikan karena itu hati saya tergerak ingin ikut serta membantu dan mencegah menangani kasus kekerasan yang ada di lingkungan perguruan tinggi khususnya Universitas Malahayati.Tujuan baik ini membutuhkan dukungan dari masyarakat kampus agar tercipta keadaan nyaman kondusif yang bebas dari kekerasan seksual. Beberapa hal yang harusnya dibersihkan dari lingkungan kampus disebut dengan Tiga Dosa Besar pendidikan yaitu kekerasan seksual, perundungan dan intoleransi. Pada tingkat perguruan tinggi berdasarkan datadari PPPA Provinsi lampung yang menyatakan ada 307 data yang di mana terjadinya kekerasan seksual baik itu di tingkat remaja di kalangan pelajar maupun mahasiswa, anak dan perempuan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dan tekad yang kuat untuk mengatasi masalah tersebut demi tercipta hubungan yang sehat antara dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dan lingkungan kampus. Mari wujudkan satu pendidikan yang bebas dari kekerasan seksual untuk itu bersama hapus kekerasan seksual. Apa arti ijazah yang bertumpuk jika kepedulian dan kepekaan tidak dipupuk, dengan menjadi Satgas PPKS adalah bentuk konkrit dalam mendukung pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kampus.Satgas PPKS diharapkan dapat membantu penanganan korban kekerasan seksual berupa pendampingan berbentuk konseling layanan kesehatan, bantuan hukum, edukasi, advokasi, bimbingan sosial dan rohani. Pendampingan dilaksanakan dengan persetujuan dari korban karena itu dibutuhkan Satgas yang mampu bertugas dengan komitmen yang tinggi dan penuh tanggung jawab. (gil/humasmalahayatinews)
Berkarir di Pemerintah Kota Metro Lampung, Ini Kata Alumni Teknik Sipil Universitas Malahayati
METRO (malahayati.ac.id): Kesuksesan seseorang tidak selalu ditentukan oleh latar belakang ekonomi atau status sosial mereka. Sugianto, S.T., adalah contoh nyata bagaimana kesempatan yang diberikan melalui beasiswa dapat mengubah nasib seseorang.
Sugianto, lulusan Teknik Sipil Universitas Malahayati tahun 2009, adalah salah satu dari mereka yang beruntung mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi melalui jalur beasiswa.
Universitas Malahayati memberinya kesempatan untuk mengejar gelar S-1 dalam bidang yang diminatinya yakni teknik sipil tanpa harus memikirkan beban finansial yang berat.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Saat ini Sugianto telah menorehkan jejak suksesnya dalam dunia kerja, terutama dalam pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Metro.
Jabatan fungsionalnya sebagai Ahli Pertama di BPBJ (Badan Pengadaan Barang/Jasa) Pemerintah Daerah Kota Metro merupakan bukti nyata bahwa lulusan Universitas Malahayati mampu bersaing dengan baik.
Dalam perjalanan karirnya, Sugianto pernah berkiprah di berbagai sektor, termasuk program pemberdayaan Kementerian PUPR, perusahaan swasta, konsultan teknik, dan NGO. Pengalaman yang luas ini telah membentuknya menjadi profesional yang tangguh dan kompeten dalam bidangnya.
Sugianto merasa bersyukur atas kesempatan mendapatkan beasiswa selama menempuh pendidikan S-1 di Universitas Malahayati.
“Dukungan dari almamaternya tidak hanya berhenti pada masa kuliah, tetapi juga memberikan landasan yang kokoh untuk berkarir di dunia nyata,” katanya
Sugianto berharap bahwa Universitas Malahayati terus sukses dan berkembang, meluluskan generasi-generasi baru yang memiliki kualitas dan daya saing tinggi.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Sipil. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Katalog buku Kriminologi Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana
Judul Buku : Kriminologi Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana
Penerbit : Universitas Malahayati.
ISBN: Proses
Sinopsis: . Untuk mempelajari kriminologi, tidak terbatas pada pemahaman tentang pengantar kriminologi saja, tetapi yang lebih mendasar lagi dari aspek gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya, perkembangan kejahatan dan pembaharuan hukum pidana, karena kriminologi tidak dapat dilepaskan dari hukum pidana. Riset-riset juga diperlukan untuk memvalidasi fakta-fakta perkembangan kejahatan, gejala-gejala kejahatan, faktor-faktor manusia berbuat jahat dan menganalisis manusia mengapa berbuat jahat serta bagaimana pembaharuan hukum pidana menjawab tantangan perkembangan kriminologi
Athillaisya Salsabila Mahasiswa Manajemen Malahayati, Raih Best Beauty Face Ajang Muse Muslimah Indonesia 2024
Athillaisya Salsabila yang biasa disapa Bila mengunkapkan bahwa hasil ini merupakan suatu kebanggan untuk pencapaiannya dan menjadikan motivasi dirinya untuk dapat lebih berkembang lagi.
“Semoga dengan pencapaian ini dapat memberikan peluang yang lebih besar dalam menggapai prestasi dan mengharumkan nama Universitas Malahayati,” ujarnya.
Ricko Gunawan, M.Kes selaku Ka.Biro Kemahasiswaan Universitas Malahayati Bandarlampung, mengatakan “Teruslah kembangkan bakat yang dimiliki agar terus berprestasi, dan semoga dengan keberhasilan ini dapat memotivasi mahasiswa Univeraitas Malahayati agar menjadi anak muda bangsa yang berkualitas.” (gil/humasmalahayatinews)
Hadir Tidak Menambahi, Absen Tidak Mengurangi
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Banyak diantara kita tidak menyadari bahwa filosofi “hadir tidak melengkapi, absen tidak mengurangi” mencerminkan gagasan bahwa keberadaan seseorang tidak secara otomatis membuat suatu situasi menjadi lebih baik atau lebih buruk, begitu juga dengan ketidakhadirannya. Ini menekankan konsep bahwa nilai seseorang tidak hanya terletak pada kehadirannya fisik, tetapi juga pada kontribusi dan pengaruh positif yang mereka berikan ketika mereka ada.
Demikian pula, ketidakhadiran seseorang tidak mengurangi nilai atau kontribusi yang mereka miliki. Berbeda dengan kensep menghadirkan, ini lebih kepada kehadiran hati dan atau rasa terhadap apa yang dikerjakan, walau sering tertukar dengan konsep menjiwai.
Herdian, salah seorang doktor pendidikan dalam disertasinya menemukan hasil penelitian bahwa konsep “hadir” secara batinian berkaitan dengan keberhasilan seseorang dalam pekerjaannya, terutama pada proses penyelenggaraan pembelajaran.
Filosofi ini mendorong orang untuk memahami bahwa pentingnya bukan hanya tentang hadir atau absen secara fisik, tetapi tentang kualitas interaksi, kontribusi, dan dampak yang seseorang miliki dalam suatu situasi. Ini bisa digunakan sebagai pengingat bahwa nilai seseorang tidak hanya terkait dengan kehadiran fisik, tetapi juga dengan kontribusi positif yang mereka berikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konteks kesehatan mental, penting untuk mengingat bahwa nilai seseorang tidak hanya terletak pada produktivitas atau aktifitas eksternal. Prinsip “hadir tidak melengkapi, absen tidak mengurangi” bisa mengingatkan individu bahwa mereka memiliki nilai intrinsik yang tidak bergantung pada apa yang mereka lakukan atau seberapa sering mereka terlibat dalam aktivitas sosial.
Dengan menerapkan filosofi ini dalam berbagai aspek kehidupan, kita dapat membangun lingkungan yang lebih inklusif, menghargai keberagaman, dan mempromosikan rasa harga diri yang sehat di antara individu. Sayangnya filosofi ini sekarang banyak tergerus, begitu orang memandang dan atau mengukur sesuatu itu dari nilai kebendaan, bahkan lebih tragis lagi nilai rupiah; akibatnya hal ini menjadi nilai kolektif yang hidup dalam kelompok; sehingga “lupa sosial” menjadi semacam hal yang biasa.
Sisi lain juga harus menjadi keberterimaan kita pada saat berada pada posisi ini, sebab itu akan terjadi kepada siapapun kita, pangkat apapun kita, derajad apapun yang melekat pada kita. Kehadiran kita hanya sekedar meneguhkan jejak sejarah, sementara ketidakhadiran kita hanya menjadi kenangan sejarah. Itulah waktu yang selalu beredar mengikuti gerak porosnya yang selalu membagi pada tiga dimensi, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Semua kita harus ihlas untuk menjadi masa lalu, karena kita pernah juga berada pada masa depan dan masa kini pada waktu lalu.
Kehausan akan dunia dan isinya, termasuk kekuasaan didalamnya, adalah kesesatan di jalan terang, karena semua yang dilihat menyilaukan mata batinnya, sehingga ingin direngutnya. Ketamakan seperti ini tentu membawa semakin jauh kepada taman labiirin yang takberujung; akibatnya bagai minum air laut, semakin diminum semakin haus.
Pada tataran inilah manusia menjadi lebih rendah dari animal derajatnya, karena akal sehatnya mengalami kebuntuan berfikir. Oleh sebab itu tidak salah jika orang bijak berkata “mari kita membuat sejarah, sebelum kita sendiri menjadi sejarah”. Tinggal warna sejarah seperti apa yang akan kita jadikan sejarah, tergantung posisi mana yang kita ambil. Karena perbedaan sudut pandang, akan juga membedakan penilaian; bisa jadi dari sudut ini seseorang dipandang sebagai pahlawan, namun dari sudut yang berlawanan justru dipandang sebagai pecundang. Hanya mereka yang mampu menangkap esensi keberagaman yang bisa memaknai perbedaan. Berbeda bukan berarti harus bertentangan, apalagi bermusuhan; yang berakhir dengan bubar jalan; sebab bagaimanapun kita, dan siapapun kita, sejatinya setiap hari kita harus berurusan dengan perbedaan, karena dinamika kehidupan ada di sana. Salam Waras! (SJ)