Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Saat menerima hasil laboratorium pemeriksanaan darah dan mendapatkan penjelasan dokter bahwa biang keladi penyakit dalam tubuh saya saat ini adalah tingginya produksi sel darah putih atau leukosit. Komponen sel darah yang mengandung sedikit hemoglobin sehingga warnanya lebih pucat.
Kata sang dokter, leukosit diproduksi sumsum tulang belakang (bone marrow) yang terdiri dari sel darah merah dan keping darah putih yang berfungsi mendeteksi dan melawan mikroorganisme atau patogen asing penyebab penyakit, seperti virus, jamur, bakteri, dan parasit.
Selain itu, leukosit juga berperan dalam melindungi tubuh dari patogen asing lainnya yang dapat mengancam kesehatan. Kesimpulannya, barang ini semacam “tentara” yang bertugas untuk berperang melawan musuh. Hanya persoalan, tentara dalam tubuh ini kebanyakan dari yang diperlukan.
Akibatnya malah membahayakan rakyat lainnya, karena akan mengubah peran dan fungsi dari masing-masing mereka. Berikutnya tentara yang tidak ada kerjaan ini juga merepotkan karena dikhawatirkan akan membuat ulah, salah satu diantaranya “joged” di dalam tubuh.
Akibat tentara gemoy itu suhu badan jadi naik, kepala pusing, apalagi jogednya di akhir bulan, badan tanbah letoy. Tampak sekali keadilan Tuhan, bagaimana komposisi antara si merah dan si putih jika tidak mengikuti hukum keseimbangan yang Tuhan beri, maka malapetaka akan terjadi.
Bahkan jika diantara mereka bergemoy ria di dalam tubuh, itu pertanda malaikat maut akan menjemput. Hanya terkadang, kita abai akan tanda-tanda itu sehingga hidup jadi asyik-asyik aja.
Diskusipun berakhir karena sang dokter harus mengurus pasien lain lagi, tidak hanya mengurusi pasien satu professor yang rewel selalu bertanya fungsi dan peran dari apa yang disodorkan, dari obat sampai nama penyakit. Mungkin sambil berguman beliau berlalu “rewel amat professor ini”. Maafkan beta pak dokter
Kondisi di atas membawa pemikiran dan dialog diri, bagaimana kalau kejadian ini ada di dalam kehidupan sosial kemayarakatan nyata; betapa bahayanya jika sesuatu yang diperlukan ternyata jumlahnya melebihi dari yang dibutuhkan.
Sebagai contoh kita memerlukan kapasitas sesuatu jabatan dengan ukuran norma tertentu baik kuantitatif maupun kualitatif. Karena alasan tertentu, maka parameter itu kita turunkan; tentu saja semua menjadi berantakan dan terjadilah kegemoy-an di sana-sini.
Bisa juga manakala orang sibuk mencari pengamanan untuk posisi diri dengan berperisai kelompok besar lain, secara diam-diam menyusup intik merusak kekebalan masyarakat dari dalam. Teknik penyakit merusak tubuh karena ketidakseimbangan sistem kekebalan berpola seperti ini, dan ini diinisiasi oleh perusak persatuan negeri, dengan dalih apapun.
Bisa jadi banyak pencari popularitas dan suara di negeri ini lupa, bahwa di sana ada bibit perpecahan yang sedang bergemoy karena mendapat panggung.
Atas nama membela perjuangan negara lain, kita harus berhadap-hadapan dengan bangsa sendiri, dengan garis demarkasi “agama”. Tentu pemikiran ini sangat mundur dari cita-cita semula negara ini di dirikan.
Belum lagi di Timur sana setiap tanggal satu Desember pasti ada gelombang-gelombang yang ditengarai terus membesar, dan tentu saja membahayakan label negara kesatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri negeri ini.
Hampir setiap bulan kita mendengar “darah putih” negeri ini gugur sebagai pahlawan kesuma bangsa, menjaga kesatuan negara di sana. Namun banyak yang abai, bahkan masih bisa tertawa sambil bergemoy, dengan tidak lupa berteriak “saya ada di sini”.
Mari kita berpesta boleh saja, namun jangan sampai lupa sikut kita tidak harus menohok teman sebelah, karena sikut itu organ pemberian Tuhan yang berfungsi untuk memberikan manfaat bagi sesama.
“salam waras dari orang yang belum sehat”. (SJ)
Pemimpin Mental “Samo Iyo”
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
DIKSI di atas biasa diucapkan oleh “wong plembang” dalam melihat, mengevaluasi, menilai kemudian menyimpulkan dalam rangkaian berpikir keseharian; manakala berhadapan dengan dua peristiwa atau lebih, atau juga dua orang atau lebih; pada waktu menunjukkan kesamaan tindakan atau pikiran. Namun konotasinya lebih kepada yang bersifat negatif.
Bahasa sehari-hari yang khas ini memaksa para pendatang harus cepat beradaptasi, karena jika tidak maka mereka akan “dikerjoi”, terjemahan bebasnya akan dipermainkan, atau bisa sampai dipermalukan. Namun pada dasarnya, mereka ramah dan mau membantu, dan satu hal lagi sebagai sesuatu yang khas yaitu rasa humor yang tinggi, bahasa setempat “pernesan”.
Kita tinggalkan wong plembang pernesan, ternyata sekarang banyak orang yang berperilaku “samo iyo” yang diidentifiksi oleh orang Palembang tadi. Pada waktu menjabat mereka tampak patuh dan taat akan pimpinan; bahkan tidak jarang membungkuk-bungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan.
Setelah tidak lagi menjabat; ternyata menjadi penghianat dengan berkedok demokrasi. Tidak jarang mereka berbalik badan kepada mantan pimpinannya; Dan, tidak jarang disertai dengan gumanan “aku balas kau sekarang”, atau, “gantian sekarang saya kerjain kamu”.
Padahal, dalam hati mantan pimpinannya juga berguman “sarolah kau” terjemahan bebasnya sudahlah kamu. Mereka berdua sama sama bermental samo iyo.
Ada seorang sekretaris daerah satu wilayah, semula sangat santun dengan pimpinannya, bahkan mengamini pada saat ditanya soal informasi bahwa pimpinannya tidak pernah ambil gaji. Ternyata setelah lepas jabatan dan menjadi orang biasa, berkoar-koar bahwa semua yang dahulu dikatakan itu bohong; karena sejatinya sang pemimpin mengambil gaji tiap bulannya.
Begitu ditanya mengapa berketerangan palsu, mereka dengan ringan mengatakan “dulu masih menjabat”. Padahal, pejabatnya juga berkata “ku budi ke kau” bahasa bebasnya saya tipu kamu.
Peristiwa di atas yang “samo iyo” itu; sekarang banyak yang beginian muncul kepermukaan mencari panggung. Mereka seolah “maboknya sekarang, minumnya besok”; sehingga tampak sekali bagaimana bermanis muka di depan kamera, apalagi di layar gadget.
Seolah menjelaskan dengan meyakinkan bahwa pimpinannya penuh dosa, dan dirinya orang bersih. Begitu ada klarifikasi bahwa sebenarnya dia adalah termasuk samo iyo dengan pimpinannya, langsung menghilang.
Mereka lupa bahwa jejak digital itu sulit untuk dihapus, dan itu bisa dibaca nanti di masa depan. Kalau jejak riel bisa di baca kemudian, sementara jejak digital bisa terbaca sampai kapanpun.
Ada lagi yang lebih aneh adegan samo iyo ini kompak ditampilkan dilayar kaca bersama “sesame iyoan”; sehingga tampak manis bagai sripanggung dalam berakting.
Mereka tidak sadar masyarakat sudah muak melihat mukanya, akibatnya drama India dan Korea lebih menarik untuk dilihat dari pada mereka.
Rakyat sudah semakin cerdas, tampaknya seleksi alam sedang berlangsung, saringan demi saringan berjalan sebagaimana adanya.
Mereka akan tersisih masuk barisan Samo Iyo; dan cacat sejarah yang mereka ukir sendiri menjadi semacam arsip dibenak banyak orang. Kita bisa mengingat opurtunis-opurtunis ini akan selalu muncul manakala bertemu panggung dalam acara apapun. Herannya lagi mereka seolah tidak punya muka justru mencalonkan diri menjadi anggota lembaga terhormat di negeri ini.
Semoga negeri ini segera terhindar dari orang-orang yang “samo iyo” ini, agar selamat sampai pada waktunya mewujudkan negeri yang sejahtera untuk semua, sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing.
Salam Waras dari penulis yang berangsur sehat. (SJ)
Capres Anies Baswedan Isi Wawasan Kebangsaan di Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Calon Presiden RI, Anies Baswedan, turut menyoroti sejumlah permasalahan di Lampung seperti pendidikan, lapangan kerja, hingga guru honorer saat memberikan wawasan kebangsaan di depan mahasiswa Universitas Malahayati, Kamis (7/12/2023).
Anies Baswedan mengatakan, dalam sembilan tahun terakhir ini, investasi di Indonesia alami kenaikan luar biasa dari Rp400 triliun pertahun menjadi 1.200 triliun di tahun 2022.
Namun kenaikan investasi tersebut menurut Anies tak berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang semakin tahun malah menurun. Hal itu diarenakan investasi yang didorong bukanlah investasi padat karya, melainkan padat modal, sehingga penyerapan tenaga kerjanya kecil.
“Jadi situasi ini perlu dirubah, ke depannya investasi justru harus ada pada sektor padat karya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja mulai pertanian, perkebunan, hingga manufaktur,” kata Anies Baswedan.
Kemudian hal yang tak kalah penting pada sektor pendidikan, Anies Baswedan ingin merubah pemerintah agar bisa membantu semaksimal perguruan tinggi swasta, agar punya kesetaraan yang sama.
Bagi Anies, pendidikan harus jadi investasi dan jangan hanya dipandang sebagai biaya, karena anggaran yang dikeluarkan dalam bidang pendidikan akan mendapatkan hasil.
“Untuk di Lampung, kami melihat perlunya peningkatan fasilitas, seperti dibutuhkan fasilitas transportasi antar kota yang lebih baik. Bila kota tidak membangun transportasi umum, maka akan alami kepadatan lalu lintas yang luar biasa,” ujar Anies Baswedan.

Dalam wawasan kebangsaan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga ditanya oleh mahasiswa, terkait solusi meningkatkan gaji guru honorer.
Bagi Anies, untuk menjawab solusi tersebut dengan melakukan reformasi pengangkatan guru, karena banyak guru mengabdi tapi tidak pernah mendapat imbalan setara, sehingga ia berencana merekrut secara bertahap agar memiliki kepastian. (451/**)
Capres Anies Baswedan Kagumi Fasilitas Hingga Koleksi Buku Perpustakaan Universitas Malahayati
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Calon Presiden RI, Anies Baswedan, mengunjungi perpustakaan di Universitas Malahayati sebelum memberikan materi wawasan kebangsaan dengan mahasiswa di Gedung Graha Bintang pada Kamis (7/12/2023).
Anies Baswedan menyempatkan diri untuk berkeliling Perpustakaan Universitas Malahayati yang terkenal dengan keunikannya karena memiliki 34 rumah adat setiap provinsi di Indonesia.
Saat memasuki perpustakaan, Anies Baswedan disambut langsung Kepala UPT Perpustakaan Universitas Malahayati, Meni Sutarsih., S.Pd., M.Si., beserta pengelola perpustakaan lainnya. Meni Sutarsih menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan Capres Anies Baswedan ke Perpustakaan Universitas Malahayati. Perpustakaan di Universitas Malahayati sendiri, pernah diakui sebagai salah satu dari lima perpustakaan terunik di dunia oleh berbagai media massa.
Kehadiran Anies Baswedan ke Universitas Malahayati disambut pengurus Yayasan Alih Teknologi (Altek), Dr. H. Muhammad Kadafi, s.H., M.H., Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III Dr. Eng. Rina Febrina, S.T., M.T., Dekan Fakultas Teknik, Ir. Yan Juansyah, DEA., Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, H. Djunizar Djamaludin, S. Kep.,Ns.,MS., Dekan Fakultas Kedokteran, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Malahayati, Meni Sutarsih., S.Pd., M.Si., serta segenap dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Dalam kunjungannya, Anies Baswedan juga turut berdialog dengan sejumlah mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan. Selain itu, Anies Baswedan juga mengaku terkesima dengan fasilitas hingga koleksi buku di perpustakaan Universitas Malahayati. (***)
Kresna Duta
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Pada masyarakat pedalangan diwaktu itu, konon hidup semacam mitos bahwa jika Dalang ingin memainkan cerita-cerita tertentu dalam pentas Wayang Kulit harus paham bahwa lakon-lakon itu ada yang “wingit”; dalam bahasa Jawa, jika diterjemahkan walaupun tidak tepat benar disebut sakral. Untuk itu sebelum mementaskan harus puasa terlebih dahulu, termasuk Lakon Wayang Kresno Duto. Tetapi karena ini tidak dipentaskan, akan tetapi dijadikan “irah-irah” atau pengantar dari suatu pesan yang akan disampaikan, maka saya tidak perlu melakukan ritual seperti itu, apalagi dalam perintah agama yang saya anut itu tidak ada. Namun ritual yang melekat dan tidak bisa lepas saat menulis adalah “ngopi panas” agar otak tetap mak jos.
Sahdan, dalam cerita Baratayudha versi Wayang Purwa; dikisahkan Pandawa telah selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 13 tahun ditengah hutan Dandaka, serta menjalani penyamaran selama satu tahun di Kerajaan Wiratha. Oleh karena itu sudah menjadi hak Pandawa untuk kembali mendapatkan Astina dan Amarta yang diambil oleh Kurawa. Untuk itu, para Pandawa meminta bantuan Sri Kresna guna menjadi duta Pandawa dalam menempuh jalan damai antara Pandawa dan Korawa. Kresna diangkat sebagai duta terakhir atau disebut dengan Duta Pamungkas untuk urusan pengembalian negara.
Sementara, tetua dan pembesar-pembesar Astina telah berkumpul di aula kerajaan menunggu kedatangan Duta Pandawa tersebut. Kresna memasuki aula kerajaan dan kemudian menyampaikan maksud kedatangannya yaitu sebagai duta Pandawa. Pandawa yang telah selesai menjalani hukuman, ingin meminta haknya kembali atas Indraprastha (Amarta).
Sejak awal, Kurawa memang tidak ingin mengembalikan Amarta dan Hastina kepada Pandawa. Prabu Duryudana pun menolak permintaan Sri Kresna. Duryudana memberikan berbagai alasan yang memang sudah direnacakan untuk memperkuat alasan mereka mengapa tidak ingin mengembalikan Indraprastha dan Hastina kepada Pandawa.
Singkat cerita semua alasan penolakan Prabu Duryudana itu membuat Sri Kresna memuncak kemarahannya, dan bertriwikrama-lah beliau berubah menjadi Raksasa yang sangat besar serta akan mengobrak-abrik kerajaan Hastinapura. Dari kerajaan para dewa turunlah Dewa Darma yang diutus untuk mendinginkan kemarahan Sri Kresna dengan nasehat yang sangat dalam maknanya secara filosofis tentang kebenaran.
Pada cerita ini intinya penulis ingin menyampaikan sepotong pesan bahwa Kebenaran dan Kesalahan itu sebenarnya ada pada garis yang sama, hanya di ujung garis yang satu posisinya bernama BENAR-BENAR….BENAR; sementara ujung garis lawannya ada pada posisi BENAR-BENAR…..SALAH. titik tengah keduanya dipisahkan pada bagian BENAR dan bagian SALAH, yang membentuk sudut sembilan puluh derajat. Dengan kata lain posisi benar-benar…benar berspektrum 45 derajat; dan posisi benar-benar…salah berspektrum 45 derajat.
Kehidupan yang dijalani manusia selalu ada pada kedua garis mistar tadi, namun tidak akan kita jumpai manusia yang benar-benar….. benar yang mutlak; atau benar-benar …. salah yang juga mutlak; yang ada hanya pada derajat mana tingkat kebenarannya dan atau kesalahannya, pada mistar tadi.
Kita tidak bisa memaksakan kebenaran kepada kesalahan, atau sebaliknya memaksakan kesalahan kepada kebenaran. Namun kebenaran itu diperlukan guna menunjukkan adanya kesalahan; sebaliknya kesalahan juga diperlukan guna menunjukkan adanya kebenaran. Dengan kata lain Kebenaran dan Kesalahan itu bagai dua sisi mata uang, yang satu dengan lainnya berfungsi saling meneguhkan keberadaan masing-masing lawannya. Dengan bahasa sederhanya: kebenaran itu tampak kebenarannya jika ada kesalahan sebagai pembanding, dan juga kesalahan akan tampak jika ada kebenaran sebagai pengukurnya. Perkataan filsafat seperti ini memang memerlukan kontemplasi dalam memahaminya.
Dari sana maka ada adagium Jawa yang mengatakan “Bener durung mesti Pener” terjemahan bebasnya walau kurang pas adalah benar belum tentu tepat, itu seolah menjadi perenungan untuk mendalami secara hakiki dari semua peristiwa sosial yang sedang berlangsung saat ini. Jangan sampai kita terjebak pada Fatamorgana Sosial yang sekarang sedang mendapatkan panggung untuk dimainkan.
Salam Waras dari Penulis yang berangsur sehat. (SJ)
Tiga Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Medali Kejuaraan Pencak Silat Lampung Berjaya
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Tiga mahasiswa Universitas Malahayati menorehkan prestasi dalam Kejuaraan Pencak Silat Lampung Berjaya 2023 di provinsi Lampung. Tiga mahasiswa berbakat berhasil meraih juara 3 dalam kategori yang berbeda, membawa pulang kebanggaan untuk almamater.
Dona Oktaviani, mahasiswa Program Studi S1 Manajemen, berhasil meraih juara 3 dalam kelas B Putri. Arief Gustriando, mahasiswa S1 Ilmu Hukum, meraih juara 3 dalam kelas E Putra. Sementara itu, Rima Elmisa, mahasiswa S1 Ilmu Hukum, juga menyumbangkan prestasi dengan meraih juara 3 dalam kelas A Putri.
Dona Oktaviani, mengungkapkan harapannya untuk meraih prestasi akademik dan non-akademik yang lebih baik di masa depan. Ia mengungkapkan rasa bangganya menjadi bagian dari Universitas Malahayati, yang memberikan dukungan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.
“Saya bangga kuliah di Universitas Malahayati, karena banyak minat dan bakat mahasiswanya yang mendapat dukungan dari pihak universitas sehingga banyak mahasiswa yang bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa yang lain,” ucap Dona.
Rima Elmisa, yang juga meraih, menyatakan harapannya untuk terus meningkatkan prestasi di bidang pencak silat. Ia berkomitmen untuk membanggakan kedua orangtuanya dan perguruan tinggi tempat dia kuliah.
Sedangkan, Arief Gustriando memiliki target ambisius ke depan, yaitu mengikuti kejuaraan-kejuaraan hingga tingkat nasional. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Arief berharap dapat terus berprestasi dan memberikan kontribusi positif bagi nama baik Universitas Malahayati. (451/**)
Percepat Jabatan Fungsional Dosen, Universitas Malahayati Tambah 2 Lektor Kepala
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung kembali menerima salinan SK pengangkatan 2 lektor kepala dari Kepala LLDIKTI Wilayah II Palembang, Pof Dr Iskhaq Iskandar, Senin(4/12/2023).
Dua dosen itu adalah Dr. Devita Febriani Putri, S. Si., M. Biomed Dosen Fakultas Pendidikan Dokter dengan Bidang Keilmuan Biomedis dan Nurhalina Sari, M.K.M., Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat dengan bidang keilmuan ilmu kesehatan masyarakat.
Penyerahan salinan surat keputusan berlangsung di aula LLDIKTI Jl. Srijaya No.883, Kec. Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Hadir dalam kegiatan itu Plt. Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Eng Rina Febrina, ST.,M.T.
Dr. Eng Rina Febrina mengucapkan selamat kepada Dr. Devita Febriani Putri, S. Si., M. Biomed dan Nurhalina Sari, M.K.M atas pencapaian yang diraih berupa jabatan fungsional dosen yaitu lektor kepala 400.
“Semoga ini menjadi motivasi bagi rekan-rekan dosen lainnya. Adapun pencapaian seorang dosen yang tertinggi itu adalah guru besar,” ujar Dr. Eng Rina Febrina.
Nurhalina Sari bersyukur dengan naiknya jabatan fungsional yang semula lektor menjadi lektor kepala. Dirinya saat ini sedang fokus menempuh studi pendidikan S3 di Universitas Indonesia.
“Saat ini saya sedang tugas belajar pendidikan S3, taget tertinggi setelah ini tentu menjadi guru besar, mohon doanya,” ucap Nurhalina.
Sementara itu, Devita Febriani Putri menjelaskan bahwa untuk mencapai jabatan lektor kepala, ia harus memenuhi beberapa syarat, termasuk publikasi jurnal sinta 1 atau sinta 2, serta mencapai angka kredit sebanyak 400. Ia menekankan pentingnya pemenuhan kriteria tersebut untuk peningkatan kualifikasi dosen.
“Karena saya sudah doktor, syarat utama adalah jurnal sinta 1 dan 2 yang sesuai dengan keilmuan dimana saya sebagai corresponding author. Lebih baik jika dilebihkan sekitar 40 poin di bidang penelitian untuk penilaian yang lebih maksimal,” ungkap Devita Febriani Putri. (451/**)
Dosen Universitas Malahayati Raih ISBN untuk Buku Ajar Manajemen Keuangan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menambah satu lagi koleksi buku ajar berjudul “Manajemen Keuangan”. Buku ini ditulis oleh Erna Listyaningsih, S.E., M.Si., Ph.D., AFA, dan berhasil mendapatkan nomor ISBN (International Standard Book Number dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
ISBN yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional RI memberikan identifikasi unik untuk buku tersebut, yang nantinya akan memudahkan proses pencarian dan penggunaan buku di berbagai perpustakaan di seluruh dunia. Buku ajar ini dijadwalkan akan diterbitkan oleh penerbit Universitas Malahayati pada bulan Desember 2023.
Penanggungjawab Penerbit Universitas MalahayatiTyan Tasa, S.Kom menjelaskan, buku “Manajemen Keuangan” mencakup beragam aspek dalam bidang manajemen keuangan. Beberapa topik yang dibahas meliputi gambaran singkat manajemen keuangan, laporan keuangan, analisis laporan keuangan, pasar dan institusi keuangan, time value of money, return dan risiko, valuasi obligasi dan saham, biaya modal, struktur modal perusahaan, serta capital budgeting.
“ISBN merupakan nomor unik yang yang diberikan untuk buku yang sudah terdaftar di Perpusnas RI. ISBN juga bermanfaat untuk menunjang penilaian Beban kerja Dosen dan kepangkatan dosen karena memiliki nilai yang cukup tinggi”. Jelasnya. (451/**)
Tentara Gemoy
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Saat menerima hasil laboratorium pemeriksanaan darah dan mendapatkan penjelasan dokter bahwa biang keladi penyakit dalam tubuh saya saat ini adalah tingginya produksi sel darah putih atau leukosit. Komponen sel darah yang mengandung sedikit hemoglobin sehingga warnanya lebih pucat.
Kata sang dokter, leukosit diproduksi sumsum tulang belakang (bone marrow) yang terdiri dari sel darah merah dan keping darah putih yang berfungsi mendeteksi dan melawan mikroorganisme atau patogen asing penyebab penyakit, seperti virus, jamur, bakteri, dan parasit.
Selain itu, leukosit juga berperan dalam melindungi tubuh dari patogen asing lainnya yang dapat mengancam kesehatan. Kesimpulannya, barang ini semacam “tentara” yang bertugas untuk berperang melawan musuh. Hanya persoalan, tentara dalam tubuh ini kebanyakan dari yang diperlukan.
Akibatnya malah membahayakan rakyat lainnya, karena akan mengubah peran dan fungsi dari masing-masing mereka. Berikutnya tentara yang tidak ada kerjaan ini juga merepotkan karena dikhawatirkan akan membuat ulah, salah satu diantaranya “joged” di dalam tubuh.
Akibat tentara gemoy itu suhu badan jadi naik, kepala pusing, apalagi jogednya di akhir bulan, badan tanbah letoy. Tampak sekali keadilan Tuhan, bagaimana komposisi antara si merah dan si putih jika tidak mengikuti hukum keseimbangan yang Tuhan beri, maka malapetaka akan terjadi.
Bahkan jika diantara mereka bergemoy ria di dalam tubuh, itu pertanda malaikat maut akan menjemput. Hanya terkadang, kita abai akan tanda-tanda itu sehingga hidup jadi asyik-asyik aja.
Diskusipun berakhir karena sang dokter harus mengurus pasien lain lagi, tidak hanya mengurusi pasien satu professor yang rewel selalu bertanya fungsi dan peran dari apa yang disodorkan, dari obat sampai nama penyakit. Mungkin sambil berguman beliau berlalu “rewel amat professor ini”. Maafkan beta pak dokter
Kondisi di atas membawa pemikiran dan dialog diri, bagaimana kalau kejadian ini ada di dalam kehidupan sosial kemayarakatan nyata; betapa bahayanya jika sesuatu yang diperlukan ternyata jumlahnya melebihi dari yang dibutuhkan.
Sebagai contoh kita memerlukan kapasitas sesuatu jabatan dengan ukuran norma tertentu baik kuantitatif maupun kualitatif. Karena alasan tertentu, maka parameter itu kita turunkan; tentu saja semua menjadi berantakan dan terjadilah kegemoy-an di sana-sini.
Bisa juga manakala orang sibuk mencari pengamanan untuk posisi diri dengan berperisai kelompok besar lain, secara diam-diam menyusup intik merusak kekebalan masyarakat dari dalam. Teknik penyakit merusak tubuh karena ketidakseimbangan sistem kekebalan berpola seperti ini, dan ini diinisiasi oleh perusak persatuan negeri, dengan dalih apapun.
Bisa jadi banyak pencari popularitas dan suara di negeri ini lupa, bahwa di sana ada bibit perpecahan yang sedang bergemoy karena mendapat panggung.
Atas nama membela perjuangan negara lain, kita harus berhadap-hadapan dengan bangsa sendiri, dengan garis demarkasi “agama”. Tentu pemikiran ini sangat mundur dari cita-cita semula negara ini di dirikan.
Belum lagi di Timur sana setiap tanggal satu Desember pasti ada gelombang-gelombang yang ditengarai terus membesar, dan tentu saja membahayakan label negara kesatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri negeri ini.
Hampir setiap bulan kita mendengar “darah putih” negeri ini gugur sebagai pahlawan kesuma bangsa, menjaga kesatuan negara di sana. Namun banyak yang abai, bahkan masih bisa tertawa sambil bergemoy, dengan tidak lupa berteriak “saya ada di sini”.
Mari kita berpesta boleh saja, namun jangan sampai lupa sikut kita tidak harus menohok teman sebelah, karena sikut itu organ pemberian Tuhan yang berfungsi untuk memberikan manfaat bagi sesama.
“salam waras dari orang yang belum sehat”. (SJ)
Kamar 2515
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Semenjak beberapa hari lalu saya diberi anugerah oleh Allah untuk merasakan nikmatnya ruang perawatan VVIP atas rekomendasi ibu pimpinan setempat pada satu rumah sakit terkenal di Provinsi ini. Nomor kamarnya seperti judul di atas. Ada satu pengalaman psikologis yang takut hilang. Maka, sambil tangan dibalut selang infus, pengalaman batin itu harus ditulis, tentu dengan sembunyi-sembunyi.
Bulir-bulir infus itu menitik satu demi satu dan tidak boleh berhenti. Begitulah pesan perawat seolah mewakili instruksi ketuhanan bahwa jika kamu masih bergantung pada benda, maka pandanglah dengan cemas. Namun jika kamu bergantung pada Tuhanmu, maka bersyukurlah karena sudah berapa lama kamu diizinkan menghirup oksigen-Nya.
Di samping sana orang-orang terkasih menunggu dengan cemas. Entah apa yang sedang dipikirkan. Satu hal yang masih dari merka jangan baca dulu-lah berita berita itu dari gawai, dengan sedikit ancaman dari “polisi dapur saya”. Namun yang namanya manusia, tetap saja manusia; sekalipun sudah dikawal mata ini gatal kalau tidak lihat komentar-komentar orang sekelas Mas Oyos, Herman Batin Mangku, Hariwardoyo. Gino Vanoli, Pak Jau dan masih banyak lagi. Satu hal yang saya harus patuhi jangan kasih tahu banyak orang nanti tidak bisa istirahat, saya jawab “Siap Komandan-Ku”
Sambil merenungkan bagaimana hirukpikuk diluar sana dari informasi yang saya baca dan pahami, ternyata semakin seru saja; pertandingan “Banteng dengan Gemoy yang di Amin-kan”; tampaknya makin seru, mengalahkan issue Palestina dan Yesica. Pertandingan kali ini membuat banyak Orang-Orang Tua negeri ini turun gunung melalui keahliannya menjadi pengingat generasi. Bisa di simak bagaimana Gus Mus, Taufik Ismail dan lain lain lagi menjadi juru bicara generasinya. Hanya sayang ada diantara anak negeri ini yang dahulu waktu sekolah tidak belajar Pendidikan Budi Pekerti, memberi komentar yang sangat tidak pada tempatnya. Mereka belum sadar bahwa “orang tua itu yang pasti pernah muda, tetapi yang muda belum tentu sampai usia tua”, adalah adagium yang harusnya dipahami.
Sisi menarik dari adanya pesta pemilihan raya negeri ini adalah, kita dapat mengukur tingkat kematangan masyarakat dalam menerima perbedaan pandangan atau pilihan. Ternyata kelompok-kelompok pemaksa kehendak dan pendapat masih bermunculan di mana-mana. Barometer pendidikan melalui Pendidikan Moral yang telah dihilangkan pada sistem pendidikan pada pemerintahan ini, adalah kesalahan sejarah; yang tidak boleh terulang. Demikian juga banyak perguruan tinggi yang Program Pascasarjananya menghilangkan mata kuliah filsafat manusia dan logika. Sehingga, waktu menjadi pemimpin seolah manusia tidak bertongkat di jalan licin.
Kita tidak cukup mempercayai kemampuan berdebat dari calon saja, apalagi janji-janji yang mudah untuk diingkari, ditambah lagi dagangan kesederhanaan tampilan sebagai pembungkus. Semua bisa musnah ditelan masa manakala yang bersangkutan sudah berkuasa.
Mumpung masih ada waktu mari kita siapkan rekam digital sebagai bukti apa janji dan kesepakatan mereka setelah memimpin negeri ini, dan jika pada waktu terjadi penyimpangan, maka kita punya kuwajiban mengingatkan kepada mereka. Seterusnya kita harus mulai mengisiniasi norma atau apapun namanya akar menjadi pagar bagi mereka untuk tidak ingkar janji.
Mari kita bahu membahu menjadi juru selamat negeri ini, karena hanya satu yang harus jadi juru mudi. Karena kalau salah posisi, maka kapal akan berputar-putar di dermaga.
Salam waras dari rumah sakit! (SJ)
Gelar Yudisium, 7 Mahasiswa FIK Universitas Malahayati Jadi lulusan Terbaik
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar acara Yudisium dan Sumpah Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan di Graha Bintang pada Sabtu (2/12/2023).
Sebanyak 7 Mahasiswa berhasil mencapai prestasi akademik tertinggi dan lulus tercepat dari 729 lulusan.
Berikut adalah daftar nama-nama mahasiswa lulusan terbaik beserta program studi dan prestasinya:
Selain Yudisium, acara juga melibatkan sumpah profesi bagi lulusan Prodi Kesehatan Masyarakat, Prodi Farmasi, dan Prodi Pendidikan Profesi Bidan.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung memiliki 10 program studi, termasuk S2 Kesehatan Masyarakat, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Kebidanan, S1 Farmasi, S1 Psikologi, S1 Keperawatan, DIII Anafarma, DIII Bidan, Pendidikan Profesi Bidan, dan Profesi Ners. (451/**)