Bintang Arriza Mahasiswa Prodi Hukum Universitas Malahayati, Raih Medali Perak Bidang Matematika OSSN 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Bintang Arriza (23610036) Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Hukum Universitas Malahayati yang berhasil Meraih Medali Perak Bidang Matematika dalam kegiatan Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN 2024). Acara ini diselenggarakan oleh @puskanas, Yogyakarta, 02 Juli 2024.

Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN) 2024 bidang matematika yang diselenggarakan oleh @puskanas di Yogyakarta adalah kompetisi yang dirancang untuk menilai dan merayakan keterampilan matematika siswa-siswa di seluruh Indonesia. OSSN mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika.

Selama kompetisi, peserta akan dihadapkan pada berbagai masalah matematika yang memerlukan penerapan teori dan teknik matematika, serta kemampuan problem solving. Peserta yang berhasil menunjukkan keterampilan luar biasa akan berkesempatan untuk meraih medali dan mendapatkan pengakuan atas prestasi mereka dalam bidang matematika.

Bintang Arriza mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan medali perak ini. “Alhamdulilah sangat bersyukur dapat memberikan prestasi dan membawa nama baik Universitas Malahayati dan Fakultas Ilmu Hukum ditingkat nasional pada jenjang perguruan tinggi,” ucapnya.

Lebih lanjut Bintang mengungkapkan alasannya mengikuti lomba ini adalah untuk berkompetisi dengan siswa-siswa terbaik dari seluruh Indonesia. “Ini merupakan kesempatan berharga untuk mengukur kemampuan saya di tingkat nasional, belajar dari peserta lain, dan mendapatkan pengalaman berharga dalam situasi kompetitif yang mendukung,” ungkapnya.

Bintang berharap kedepannya agar ia terus bisa lebih berprestasi lagi dengan banyak mengikuti perlombaan lainnya. “Saya ingin berkembang dibidang akademik maupun non akademik, itu motivasi saya,” tegasnya.

Bintang juga mengajak agar teman-teman mahasiswa juga lebih berperan aktif dengan mengikuti perlombaan-perlombaan yang ada. “Ayo teman-teman kita gapai prestasi dan harumkan nama Universitas Malahayati,” serunya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

 

Profil Prof. Dr. H. Madrie, M.Si, Rektor Pertama Universitas Malahayati Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Profesor Dr. H. Madrie, M.Si adalah seorang akademisi, mengabdikan hidupnya di dunia pendidikan. Ia lahir di Mutaralam pada 13 Agustus 1938. Ia merupakan guru besar di Bidang Ilmu Pendidikan, dan selama hidupnya, ia memberikan banyak kontribusi dalam mengembangkan pendidikan di Provinsi Lampung.

H. Madrie beristrikan Hj. S. Dwi Yatmi, dan dikaruniai tujuh anak, Dra. Aviandini Wirasti Ananda, MM.Pd, Ardiantika Bernasari Ananda, S.Sos., MM., Hj. Lely Andewi Ananda, S.Psi, Dr. Hj. Armalia Reny Wijayanti Ananda, SP., MM., Isfanda Deny Taurusia Ananda, SE., MM., Shinta Merinda Wulansari Ananda, SE., MM, dan Dr. Yudhinanto Cahyo Nugroho, SE., MM.

H. Madrie menempuh pendidikan awalnya di Dusun Sukaraja, Provinsi Lampung. Ia melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di Kotabumi, Provinsi Lampung, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di Sekolah Guru Atas (SGA) Palembang, Sumatera Selatan. Ia kemudian melanjutkan studi tingginya, meraih gelar Sarjana (S1) di FKIP Sanata Dharma Yogyakarta, kemudian meraih gelar Magister Sains (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1981, dan gelar Doktor (S3) dari IPB pada 1986.

Karir H. Madrie di dunia pendidikan sangat cemerlang. Ia menjadi Guru Besar di Bidang Ilmu Pendidikan pada 1988. Ia juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Universitas Lampung pada 1968. Selain itu, ia pernah menjadi Direktur STIP Muhammadiyah Metro pada 1974 dan Pembantu Rektor IV Universitas Lampung pada 1978. Ia juga terlibat dalam pelatihan P4 BP7 Provinsi Lampung dan memimpin Lembaga Penelitian & Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) di Universitas Lampung.

Nama H. Madrie muncul sebagai calon rektor Universitas Malahayati setelah pertemuan antara Dr. (HC) Rusli Bintang (Pendiri Universitas Malahayati) dengan Prof. Dr. Ir. HR Sambas Wirakusumah, M. Sc, dan Prof. Dr. Yuhara Sukra, Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Dalam pertemuan tersebut, H. Madrie diusulkan sebagai calon rektor Universitas Malahayati.

Penunjukan H. Madrie sebagai Rektor Universitas Malahayati dianggap sangat tepat mengingat saat itu jumlah profesor di Lampung masih sangat sedikit, dan Profesor Madrie adalah guru besar di Universitas Lampung. Namun, takdir berkata lain, sebelum dapat melaksanakan proses akademik di Universitas Malahayati, H. Madrie meninggal pada 26 Juni 1994, dan jabatan rektor kemudian dilanjutkan Dr. Zulkarnain. (*)

Editor: Asyihin

 

Tulisan ini tertuang dalam buku Universitas Malahayati, Tiga Dekade Berkarya untuk Pendidikan

 

Lompatan Besar Rusli Bintang untuk Dunia Pendidikan

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Pendiri Yayasan Alih Teknologi, Rusli Bintang, menerima Penganugerahan sebagai Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2024 Kategori Sains dan Teknologi di Balai Sarbini, DKI Jakarta, Selasa (9/7/2024). Penghargaan ini diberikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Direktorat Jaringan dan Pembudayaan Republik Indonesia, di mana Ketua Dewan Pengarah Lembaga Negara tersebut adalah Prof. Dr. (H.C) Hj. Megawati Soekarnoputri.

Penghargaan ini diberikan kepada Rusli Bintang sebagai individu yang memiliki rekam jejak baik, prestasi dan karya inovasi yang inspiratif. Ini membuktikan jejak perjalanannya selama ini diakui oleh masyarakat dan negara sehingga dinilai layak mendapatkan penghargaan. Banyak yang bertanya, siapa itu Rusli Bintang?

Rusli Bintang adalah lelaki biasa yang tidak tamat SMA, berdarah Aceh, lahir Jumat 28 April 1950 di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.

Sejak ayahnya meninggal pada 1969, Rusli memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja memikul tanggung jawab bersama sang ibu menjaga dan mengurusi 6 adiknya, Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.

Dalam perjalanan hidupnya, Rusli Bintang mengawali karirnya sebagai pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, dan mandor. Pada tahun 1976, ia memutuskan untuk menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh. Langkah ini membawa dirinya menuju kesuksesan. Sebagai anak yang ditinggal ayahnya semasa kecil dan harus menempuh kesulitan menjadi tulang punggung keluarga bersama sang ibu, Rusli tidak menginginkan apa yang ia alami terjadi kepada anak yatim lainnya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membantu dan mengurusi anak yatim, dan niat mulia ini terus terpatri dalam hatinya.

“Ya Allah, bila Engkau berikan Rezeki, akan saya bantu anak-anak yatim agar mereka jangan mengalami pahit menjadi anak yatim sebagai mana yang saya alami,” doa Rusli dikutip dari buku Jejak Sang Yatim Penakluk Badai.

Atas Perjuangan dan kerja kerasnya, Tuhan mengabulkan doa Rusli Bintang, pada tahun 1980, ia mulai bisa menyantuni 750 anak yatim di Kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya. Mimpinya memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan terhadap anak yatim, mengantarkanya bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.

Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.

Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.

Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi berdirinya (Diesnatalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.

Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.

Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.

Kisah hidup Rusli Bintang patut menjadi teladan, Dalam kesehariannya hingga saat ini, Rusli terus menyatuni anak yatim, karena ini memang dasar cita-citanya sejak awal dalam mengembangkan usahanya. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan, juga sosok ‘Abulyatama’ yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. (*)

 

Editor : Asyihin

 

Tulisan ini tertuang dalam buku Universitas Malahayati, Tiga Dekade Berkarya untuk Pendidikan

 

Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Buka Acara Teacher Professional Development

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., secara resmi membuka acara Teacher Professional Development (TPD), Senin, 12 Agustus 2024.

Acara diselenggarakan UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, bertema “Designing Effective Lesson Plans by Creating Engaging and Interactive Learning Modules” dan berfokus pada pengembangan modul pembelajaran Bahasa Inggris yang efektif dan interaktif.

Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menekankan pentingnya penerapan kurikulum berbasis outcome dalam pendidikan saat ini. Menurutnya, para dosen dituntut untuk dapat menyusun modul-modul yang interaktif dan menarik agar pembelajaran lebih efektif.

“Ke depan, tidak hanya Bahasa Inggris, diharapkan setiap program studi mampu merancang modul pembelajaran yang menarik dan interaktif sesuai kebutuhan kurikulum saat ini,” ujar Rektor Achmad Farich.

Sementara itu, Kepala UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, Syafik Arisandi, S.S., M.Kes., menjelaskan bahwa tujuan utama dari acara ini untuk meningkatkan kompetensi para pengajar Bahasa Inggris dalam merancang rencana pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga mampu menarik perhatian mahasiswa melalui penggunaan modul-modul interaktif.

“Dari acara ini, kita akan menghasilkan Modul Ajar Bahasa Inggris yang dirancang khusus untuk menjembatani pembelajaran English for Specific Purposes (ESP),” kata Syafik.

Syafik berharap bahwa modul yang dihasilkan nantinya dapat mendukung pembelajaran yang lebih terarah dan relevan dengan kebutuhan spesifik di berbagai bidang studi yang ada di Universitas Malahayati.

Dalam acara ini, para peserta juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan memperluas jaringan profesional dengan bertukar ide dan strategi yang terbukti efektif dalam konteks pembelajaran mereka masing-masing.

Narasumber utama acara ini, Guru Besar FKIP Universitas Lampung, Prof. Ag. Bambang Setiyadi, M.A., Ph.D., memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya desain pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik serta penerapan nya secara efektif dalam proses belajar mengajar.

Dengan pendekatan yang interaktif, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di institusi masing-masing.

Acara ini juga dihadiri wakil rektor, dekan, dan kepala program studi di lingkungan Universitas Malahayati, yang memberikan dukungan penuh terhadap upaya pengembangan profesional para pengajar di UPT Balai Bahasa. (*)

Editor: Asyihin

Tukang Sapu

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu saya datang ke kampus sedikit lebih pagi dengan perkiraan agar mendapatkan tempat parkir yang teduh. Selesai meparkir kendaraan di tempat yang rindang. Seaat beranjak mau meninggalkan kendaraan ternyata tidak jauh di sana ada seorang ibu petugas kebersihan sedang melaksanakan tugas. Ibu yang sudah tidak muda lagi itu dengan telaten menyapu areal parkir yang cukup luas dengan beberapa temannya.

Terbayang pukul berapa mereka harus bangun pagi, karena hari baru pukul 7.30 WIB areal parkir nyaris sudah bersih semua. Luar biasa etos kerja mereka: bekerja dengan tulus tanpa beban. Saat disapa dan diajak sedikit dialog ternyata beliau-beliau ini adalah pejuang subuh yang tangguh. Setiap hari kerja harus bangun pagi sekali, untuk menyiapkan makan keluarga dan dibawa sedikit bekal. Itu pun jika ada. Kemudian menuju tepi jalan raya guna menunggu kendaraan yayasan yang menjemput mereka. Betapa hebatnya mereka bekerja dalam diam, dan berserah diri pada Tuhan dalam menjemput rejekinya hari ini. Menggunakan metoda depth interview, ternyata banyak data kita peroleh dari mereka, tentunya tidak untuk diumbar pada laman ini.

Sebelum lebih jauh membahas profesi tukang sapu, kita dalami dulu hal hal yang berkaitan dengan profesi ini. Berdasarkan informasi yang berasal dari jejak digital, sejarah profesi tukang sapu berhubungan erat dengan perkembangan peradaban manusia dan kebersihan lingkungan. Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah tukang sapu:

Pertama, Zaman Kuno: Di Mesir Kuno, ada bukti bahwa tukang sapu sudah ada. Patung dan lukisan menunjukkan pekerja yang membersihkan jalan dan rumah. Di Roma Kuno: Kota Roma memiliki sistem kebersihan yang cukup maju. Mereka memiliki sekelompok pekerja yang bertugas membersihkan jalan dan membuang sampah. Mereka disebut “famuli.”

Kedua, Abad Pertengahan. Pada periode ini, kebersihan kota menurun, dan banyak kota-kota Eropa yang sangat kotor. Namun, di beberapa tempat, seperti di dalam istana atau tempat ibadah, tukang sapu tetap berperan penting. Hal ini menunjukkan bahwa tugas mereka tetap merupakan skala prioritas pada jaman itu.

Ketiga, Revolusi Industri. Pada abad ke-18 dan ke-19, dengan munculnya kota-kota besar dan peningkatan populasi, kebersihan kota menjadi perhatian utama. Kota-kota mulai merekrut lebih banyak tukang sapu untuk menjaga kebersihan jalan-jalan dan tempat umum. Mereka seolah menjadi semacam pembuka jalan sebelum pihak lain melewati jalan itu.

Keempat, Abad ke-20 dan ke-21. Perkotaan Modern: Pada abad ke-20, profesi tukang sapu menjadi lebih terorganisir. Banyak kota besar memiliki departemen kebersihan kota yang bertanggung jawab untuk mempekerjakan dan mengatur tukang sapu. Seiring dengan kemajuan teknologi, peralatan yang digunakan oleh tukang sapu juga mengalami perubahan. Dari sapu tradisional, mereka sekarang menggunakan alat-alat modern seperti penyapu jalan mekanis, mesin pembersih vakum, dan alat-alat lainnya.

Profesi tukang sapu sering kali dianggap rendah, namun peran mereka sangat vital untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Banyak kampanye modern yang bertujuan meningkatkan penghargaan terhadap pekerjaan mereka. Seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, peran tukang sapu semakin dihargai dan dilihat sebagai bagian penting dari sistem kota yang sehat dan bersih.

Dalam filsafat sosial, istilah “tukang sapu” bisa dianalisis dan dipahami melalui berbagai perspektif yang menyangkut peran sosial, struktur kelas, serta makna simbolis dalam masyarakat. Berikut hasil dari penelusuran digital ternyata ada beberapa cara untuk memahami “tukang sapu” dalam konteks filsafat sosial.

Pertama, Simbol Kelas Sosial. Dalam banyak masyarakat, pekerjaan sebagai tukang sapu sering kali dikaitkan dengan kelas sosial bawah. Filsafat sosial dapat menggunakan istilah ini untuk menggambarkan bagaimana pekerjaan tertentu mencerminkan dan memperkuat struktur kelas dalam masyarakat. Tukang sapu bisa dilihat sebagai representasi dari kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan yang dianggap “rendah” namun sangat penting bagi kelangsungan dan kebersihan sosial.

Kedua, Teori Marxian. Menurut teori Karl Marx, pekerja seperti tukang sapu mungkin dianggap sebagai bagian dari proletariat – kelas pekerja yang menjual tenaga kerja mereka dalam sistem kapitalis. Mereka adalah bagian penting dari infrastruktur ekonomi, meskipun sering kali tidak mendapat penghargaan atau kompensasi yang adil untuk kerja keras mereka.

Ketiga, Teori Peran Fungsionalisme. Dalam perspektif fungsionalis, setiap peran dalam masyarakat, termasuk tukang sapu, memiliki fungsi yang penting untuk menjaga keseimbangan dan keteraturan sosial. Tukang sapu membantu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, yang pada gilirannya memungkinkan masyarakat berfungsi dengan lebih efektif dan efisien.

Keempat, Penghargaan dan Pengakuan. Dalam filsafat sosial, ada juga diskusi tentang penghargaan dan pengakuan terhadap pekerjaan yang sering dianggap “rendah.” Para filsuf seperti Axel Honneth menekankan pentingnya pengakuan sosial terhadap semua bentuk pekerjaan. Pengabaian terhadap pekerjaan tukang sapu dapat dilihat sebagai bentuk ketidakadilan sosial.

Kelima, Moralitas dan Etika Kerja. Dari sudut pandang moral dan etika kerja, tukang sapu bisa menjadi simbol dari dedikasi dan kerja keras yang sering kali tidak mendapat pengakuan yang layak. Mereka mewakili nilai-nilai seperti ketekunan, kejujuran, dan pengabdian terhadap tugas, yang seharusnya dihargai lebih dalam masyarakat.

Keenam, Pembersihan sebagai Metafora. Dalam konteks filosofis, aktivitas menyapu bisa dilihat sebagai metafora untuk pembersihan moral atau sosial. Tukang sapu membersihkan kotoran fisik, tetapi konsep ini bisa diperluas untuk mencakup pembersihan “kotoran” sosial atau moral, seperti korupsi, ketidakadilan, atau kesenjangan sosial.

Ketujuh, Dehumanisasi dan Alienasi. Dalam beberapa teori sosial, pekerjaan yang monoton dan tidak dihargai seperti menyapu dapat menyebabkan alienasi dan dehumanisasi pekerja. Mereka mungkin merasa terasing dari hasil kerja mereka dan dari masyarakat yang tidak menghargai kontribusi mereka.

Dengan demikian, tukang sapu dalam pengertian filsafat sosial dapat dilihat sebagai lebih dari sekadar profesi, tetapi sebagai simbol yang mencerminkan berbagai aspek dari struktur sosial, keadilan, dan moralitas dalam masyarakat.

Tak terbayangkan bagaimana kumuhnya suatu wilayah jika tidak ada yang mau menyandang profesi ini. Dan ternyata profesi ini juga tidak kalah pentingnya dengan profesi lain. Bahkan profesi lain itu justru kelancaran dan kerapiannya dalam tampilan, sangat tergantung kepada profesi tukang sapu.

Apa pun nama kantor dan siapapun yang ada di sana, serajin apa pun dia, tetap saja tukang sapu adalah orang pertama yang datang di sana. Menjadi sesuatu yang membanggakan sekaligus haru, Universitas swasta sebesar ini justru mempekerjakan para tukang sapunya adalah rata-rata mereka para orang tua tunggal  yang harus menghidupi keluarganya. Sungguh mulia hati pemilik yayasan ini yang mau peduli dengan mereka yang kurang beruntung dalam kehidupan ini.

Sayangnya, “tukang sapu” untuk beberapa hal sering dikonotasikan pada hal yang kurang baik, misalnya tukang sapu rejeki orang, tukang sapu proyek, tukang sapu jabatan. Akhirnya pekerjaan mulia itu dinodai oleh mereka yang selalu merasa kurang akan rezeki dari Tuhan. Salam waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Tim Mahasiswa Farmasi Universitas Malahayati Raih Juara 2 Lomba Kotchi Got Talent

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id):  Selamat kepada Tim Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati; Ema Dahlia Darista (23380052), Dino Alfarizy (23380047), Putri Hanna Fatmaliya (23380117) yang telah berhasil mendapatkan Juara 2, pada kegiatan Lomba Kotchi Got Talent Kategori Umum yang bertemakan “Fragrance Sensory Evaluation: Understanding The Art and Science Perseptions ITERA, 27 Mei 2024.

Acara ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis Program Studi Rekayasa Kosmetik di ITERA (Institut Teknologi Sumatera). Lomba ini bertujuan untuk mengedukasi peserta tentang pentingnya evaluasi sensorik dalam industri kosmetik dan parfum, serta memberikan platform untuk menunjukkan kreativitas dan pemahaman ilmiah peserta dalam konteks aroma.

Tema ini menggabungkan seni dan ilmu dalam evaluasi aroma, mengeksplorasi bagaimana berbagai wangi dapat mempengaruhi persepsi dan pengalaman manusia. Dalam lomba ini, peserta mungkin akan diminta untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam menilai dan menganalisis berbagai jenis wewangian, serta menjelaskan dampak sensorik dan psikologis dari aroma tersebut.

Putri Hanna Fatmaliya mewakili timnya mengucapkan rasa syurkur atas raihan juara ini. “Alhamdulilah kami telah berhasil mendapatkan Juara 2 ajang lomba ini, hal yang sangat menyengankan memberitahu kabar ini ke Prodi Farmasi,” ucapnya.

Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi kami dalam mengeksplorasi dan memahami aspek seni serta sains dari evaluasi aroma. “Kami sangat berterima kasih kepada seluruh panitia dan juri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menunjukkan keterampilan dan pengetahuan kami dalam bidang ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, Putri bersama mengucapkan terima kasih kepada Program Studi Farmasi Universitas Malahayati atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan selama persiapan dan pelaksanaan lomba ini. “Semoga prestasi ini dapat menginspirasi dan mendorong lebih banyak mahasiswa agar terlibat aktif dalam mengikuti lomba,” tambahnya.

Putri juga berkomitmen untuk dirinya sendiri agar terus berperan aktif dalam mengikuti ajang-ajang bergengsi lainnya. “Saya berharap kedepannya, agar saya terus berprestasi sehingga dapat mengharumkan nama baik Prodi Farmasi dan Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Suka Memberi Tak Harap Kembali

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Siang yang terik ini sebagai penanda alam bahwa kita ada pada awal musim kemarau, yang menurut informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika untuk tahun ini masa kemarau dilihat dari kurun waktu cukup pendek, namun tingkat panasnya di atas rata-rata kemarau sebelumnya, walaupun termasuk kategori kemarau basah; hal ini terjadi karena perubahan iklim yang sulit diprediksi. Akan tetapi semua itu tidak menghalangi penulis untuk melakukan mini riset kepada responden, yang sebelumnya disasar adalah pegawai tingkat paling bawah, kini mahasiswa yang mendapat bea siswa kategori sangat tidak mampu secara ekonomi.

Karena pada tulisan lampau ada yang bertanya tentang metode yang dipakai, maka tulisan kali ini menampilkan secara ringkas metode yang digunakan, karena keterbatasan tempat serta unsur pertimbangan karya jurnalistik, kemudian tampilan metodologi dipadatkan. Wawancara dilakukan melalui telpon dengan pola “bola salju”; artinya responden yang diwawancarai setelah selesai harus menunjuk responden lain yang dia kenal untuk juga diwawancarai, dan terus bergulir begitu sampai pada m enunjuk kembali responden yang sudah diwawancarai.

Wawancara mendalam menjadi metode andalan dari langkah ini, dengan resiko memakan waktu yang cukup lama bahkan biaya pulsa yang tidak sedikit. Namun disitulah letak keasyikan sebagai peneliti untuk menemukenali responden secara utuh dan menyeluruh. Sebagai bahan awal ternyata perguruan tinggi ini memiliki jumlah mahasiswa penerima bea siswa sangat besar, berdasarkan informasi awal ada sekitar 3.500 orang; dari total itu lebih 95 persennya adalah bea siswa untuk mahasiswa yang secara ekonomi sangat tidak beruntung. Tentu saja ini sangat menantang untuk di lidik. Bisa dibayangkan perguruan tinggi swasta sebesar ini, yang pada umumnya hidup dari uang sumbangan mahasiswa, justru ini terbalik yaitu “menyumbang” mahasiswa, terutama mereka yang secara ekonomi tidak beruntung.

Benar saja, siang itu ditemukan responden yang Ibunya bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga, sementara Ayahnya buruh nelayan dipantai salah satu wilayah di daerah ini yang jenis pekerjaannya serabutan di dunia nelayan. Responden sendiri ikut menjadi “penumpang gratis” di salah satu keluarga Dosen universitas ini, dengan cara membantu semua urusan rumah tangga dosen. Pak dosen selain menanggung makan dan tempat tinggal, tidak jarang memberi sedikit uang jajan. Sementara bea siswa yang responden peroleh digunakan untuk biaya kuliah. Model yang begini, di mana dosen sekaligus mentor, merangkap pelindung mereka yang kurang beruntung di lembaga ini cukup banyak ditemukan. Dosen seperti ini pada umumnya diam dalam amal manakala dikonfirmasi tentang keberpihakannya kepada mahasiswa, dan begitu terdesak akan menjawab “biarkan Alloh yang maha mengetahui”.

Ada lagi responden di ujung sana yang sedang ada di desa tepi laut pesisir barat provinsi ini; mahasiswa ini menjelaskan bahwa dirinya sudah tahun ke tiga mendapatkan bea siswa dari Universitas, Ayah ibunya bekerja di kebun orang dengan cara mencari upahan, dan jika libur seperti ini, kesempatan bagi mahasiswa tadi untuk membantu orang tua sekaligus mencari bekal saat kuliah dimulai. Karena di kota ini ada family yang tidak jauh dari kampus, maka yang bersangkutan tidak harus mengeluarkan biaya transport. Dana bea siswa yang diterima dihemat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk keperluan membeli buku dan keperluan lain, sementara untuk makan yang bersangkutan mengandalkan perbekalan yang dia kumpulkan di kampung, dan juga ada kemurahan dari keluarga yang diikuti untuk sedikit berbagi makan.

Keadaan itu semakin membuat penasaran penulis untuk mencari jejak digital dan informasi actual; ternyata ditemukan jejak jauh sebelum pemerintah memiliki program Bidikmisi dan Kartu Indonesia Pintar, lembaga ini sudah memiliki skema bea siswa untuk mahasiswanya, bahkan pernah beberapa tahun lalu terjadi dua fakultas mahasiswanya diberi Bea Siswa berupa penggratisan atau pembebasan uang kuliah.

Yayasan Alih Teknologi yang membawahi Universitas ini tampak sangat jumawa untuk menjadi yang terdepan dalam mengentaskan masyarakat yang kurang beruntung. Bahkan karyawan yang berprestasi di rumah sakit milik yayasan ini, disekolahkan sampai jenjang Strata Dua oleh Yayasan di Universitasnya; jadi tidak aneh jika pada lini depan Rumah Sakit yang dimiliki yayasan ini memiliki wadyabala yang tangguh dan mumpuni.

Lembaga ini sebenarnya donator besar tetapi terselubung untuk saudara-saudara kita yang secara ekonomi kurang beruntung melalui dunia pendidikan, dan rumah besar bagi anak yatim. Kepedulian seperti ini terlepas dari sejarahnya konon dirasakan langsung oleh pemilik yayasan, namun yang jelas kerja nyata yayasan ini tidak pernah mau diekspose, karena hal itu mendekati riak yang tidak diajarkan dalam agama. Tentu sikap seperti ini sangat luar biasa untuk masa kini, dimana banyak orang atau lembaga yang justru mencari keuntungan dalam situasi apapun.

Catatan kecil dipojok sana ialah, setiap tiba waktu sholat, maka kumandang adzhan akan terdengar diseantero gedung. Tentu saja suasana kepesantrenan sangat lekat, sehingga sangat kecil peluangnya para wadyabala yayasan akan meninggalkan sholat. Tentu ini kerja-kerja keilahian yang perlu diapresiasi. Dari hasil wawancara justru ini juga menjadi daya tarik bagi orang tua mahasiswa guna mekuliahkan anaknya di lembaga ini.

“Rumah besar” ini sekalipun corak keislamannya kental, bahkan acara akademik yang sakral-pun di buka dengan lantunan kitab suci Alquran; namun juga menaungi semua kepercayaan keagamaan yang ada di negeri ini. Ada dosen bergelar doktor beragama Hindu, pengampu mata kuliah Bahasa Inggris beragama Nasrani; namun dari hasil wawancara mereka merasa tidak ada sekat karena perbedaan keyakinan, justru yang ada adalah kewajiban untuk menolong sesama, terutama untuk mereka yang kurang beruntung.

Lembaga ini terus tumbuh dan berbenah dengan tetap menjaga maruwah dan kualitas, adapun kekurangan yang ada hal itu menunjukkan kesempurnaannya, karena dia bukan syurga. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Rektor Universitas Malahayati Terima Kunjungan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing dan Yuanli Education China

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati, Dr. Achmad Farich, dr., MM., menerima kunjungan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing serta perwakilan Yuanli Education di kampus Universitas Malahayati, Bandar Lampung, Kamis, 8 Agustus 2024.

Kunjungan ini dihadiri Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Yudil Chatim; CEO Yuanli Education, Lisa Wang (Wang Ruilan); dan Asisten Yuanli Education, Beby Chandra Wijaya.

Kepala Kerjasama Internasional Universitas Malahayati, Slamet Widodo, menjelaskan bahwa Yudil Chatim berperan dalam mengawasi pendidikan vokasi dan akademik, termasuk merekrut mahasiswa asal China untuk melanjutkan studi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

“Sedangkan, Yuanli Education merupakan salah satu agensi pendidikan terkemuka di China yang berperan penting dalam mengakomodasi pelajar Tiongkok untuk melanjutkan studi ke luar negeri,” jelas Slamet Widodo.

Pertemuan hari ini bertujuan untuk menjajaki kemungkinan adanya penandatanganan MoU antara Universitas Malahayati dengan KBRI atau institusi terkait di China.

“Harapannya, pertemuan ini akan membuka kesempatan bagi calon mahasiswa Tiongkok untuk melanjutkan studi di Universitas Malahayati melalui kelas internasional yang akan dibuka di kampus kami,” ungkap Slamet Widodo.

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung sangat menyambut baik kunjungan ini. Dr. Achmad Farich menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan pijakan menuju World Class University.

“Ke depannya, Universitas Malahayati akan bersiap untuk membuka program International Class bagi mahasiswa asing, khususnya dari China, untuk beberapa program studi yang ada, terutama program studi kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, farmasi, dan kesehatan masyarakat,” ucapnya.

Selain kegiatan akademik, Universitas Malahayati juga mulai memanfaatkan lahan yang ada seluas 78 hektar dengan tanaman herbal seperti pohon kelor yang daunnya dimanfaatkan dalam beberapa produk herbal dalam pemenuhan gizi terutama dalam penanganan stunting.

Pertemuan ini dihadiri langsung ketua dewan pembina yayasan Alih Teknologi Dr (HC). Rusli Bintang, Wakil Rektor 3 Dr Eng Rina Febrina, ST.,M.T., Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM beserta wakil dekan, Kepala Humas Universitas Malahayati Emil Tanhar, S. Kom. dan dosen Universitas Malahayati(*)

 

Editor: Asyihin

Alumni Bidan Universitas Malahayati Tri Imawati Bawa TPMB JnC Family Care ke Tingkat Nasional

Bandarlampung (malahayati.ac.id): Tri Imawati, S.ST., Bdn, pemilik TPMB Tri Imawati JnC Family Care, membagikan kebanggaannya sebagai alumni Universitas Malahayati Bandar Lampung. Menurutnya, pendidikan di Universitas Malahayati tidak hanya memberikan ilmu sebagai pengasah diri tetapi juga dukungan yang besar dalam meraih prestasi.

Salah satu momen berharga yang diingatnya adalah ketika ia berhasil menjadi Role Model dari tingkat daerah hingga nasional, berkat dukungan penuh dari universitas.

“Kehadiran rektor dalam penilaian lomba sebagai bentuk advokasi tempat praktek kami sangat berarti. Dukungan tersebut tidak sia-sia, kami berhasil meraih juara 1 tingkat nasional, sebuah pencapaian yang sangat membanggakan,” ungkap Tri Imawati.

Prestasi lain yang membanggakan adalah ketika TPMB-nya berhasil meraih penghargaan sebagai tenaga kesehatan teladan tingkat nasional terbaik dalam kategori Bidan. Tri Imawati menegaskan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari peran dan dukungan seluruh tenaga pendidik di Universitas Malahayati.

Saat ini, TPMB Tri Imawati JnC Family Care memiliki lebih dari 15 karyawan dengan berbagai layanan kebidanan dan komplementer seperti prenatal yoga, baby spa, childbirth educator, dan layanan pendukung lainnya. TPMB ini telah menjadi pionir dalam layanan komplementer kebidanan di daerahnya.

Tri Imawati menekankan bahwa pendidikan lanjutan di Universitas Malahayati memberikan keuntungan besar bagi TPMB-nya, terutama dalam mendapatkan support system yang kuat. Meskipun telah menjadi alumni, kerjasama dalam penelitian dan menjadi tempat praktek mahasiswa tetap berjalan dengan baik, menjaga proses belajar mengajar terus berlangsung.

Ia berharap di masa depan dapat kembali menempuh pendidikan formal di Universitas Malahayati dan mencapai kemajuan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan layanan. Dengan begitu, klien dan masyarakat akan terus berminat dan menggunakan layanan TPMB Tri Imawati JnC Family Care. (*)

 

Editor: Asyihin

Universitas Malahayati Bandar Lampung Lakukan Rotasi dan Penyegaran Pejabat Struktural

Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Universitas Malahayati Bandar Lampung melaksanakan rotasi dan penyegaran di kalangan pejabat struktural, Rabu, 7 Agustus 2024.

Berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Alih Teknologi, Emy Khikmawati, ST., MT., diangkat sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri menggantikan Heri Wibowo, ST., MT. Selain itu, Dr. Weka Indra Dharmawan, ST., MT., menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik menggantikan Yan Djuansyah, Ir., DEA, serta Ahmad Sidik, ST., MT., sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknik.

Beberapa pejabat lainnya mendapatkan perpanjangan masa jabatan, di antaranya Wakil Rektor 2, Dr. Harmani Harun, SE., Ak., M.M., Sekretaris Program Studi SI Keperawatan Rilyani, M.Kes., Ketua Program Studi Teknik Mesin Tumpal OR, ST., MT., Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Natalina, ST., M.Si., Ketua Program Studi Teknik Sipil Devi Oktarina, ST., MT., Kepala Biro Administrasi Akademik Tarmizi, SE., M.Ak., Kepala P3T Ahmad Iqbal, S.S., Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan M. Ricko Gunawan, M.Kes., dan Kepala Kebersihan Yunizar, SE. Selain itu, Anik Setyarini, SE., M.Ak., ditetapkan secara definitif sebagai Kepala Kepegawaian.

Rektor Universitas Malahayati, Dr. Achmad Farich, dr., MM, dalam sambutannya setelah melantik para pejabat menyatakan bahwa rotasi dan penyegaran ini diharapkan dapat membawa semangat baru dalam meningkatkan kualitas akademik di Universitas Malahayati.

“Kami percaya bahwa perubahan ini akan membawa energi positif dan inovasi baru dalam pengelolaan fakultas dan program studi,” ujarnya.

Rotasi dan perpanjangan jabatan merupakan hal biasa dalam sebuah organisasi, dan itu merupakan bagian dari rutinitas. Namun esensinya dari pelantikan adalah peningkatan kualitas, diharapkan dengan pejabat-pejabat baru akan ada peningkatan lebih baik dari sebelumnya, sedangkan bagi yang diperpanjang jabatannya menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas akademik bagi prodi yang dipimpin.

Dalam kesempatan itu, rektor juga mendorong para dosen agar mahasiswa dapat menyelesaikan mata kuliah selama 7 semester sehingga di semester terakhir mahasiswa fokus pada tugas akhir.

Pengawas Yayasan Alih Teknologi, Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes, mengucapkan selamat atas pelantikan hari ini. Menurutnya, jabatan adalah amanah yang berarti pertama diberi kepercayaan dan kedua dituntut ketulusan. Jika seseorang tidak amanah berarti tidak tulus.

“Ketika bekerja, kita tidak menghitung langkah di depan, tetapi di belakang, artinya apa yang sudah kita lakukan harus dievaluasi sejauh mana yang sudah dilakukan,”ujarnya

Acara pelantikan dihadiri oleh sejumlah pejabat, dosen, dan tenaga pendidik Universitas Malahayati, serta perwakilan dari Yayasan Alih Teknologi. (*)

 

Editor: Asyihin