
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung melalui Panitia dan dosen pendamping lapangan program Kuliah Kerja Lapangan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKL PPM) mengunjungi empat kecamatan Kabupaten Tanggamus yang menjadi lokus kegiatan, Kamis, 1 Agustus 2024.
Kecamatan tersebut antara lain, Gisting, Sumberejo, Wonosobo, dan Semaka. Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan persiapan kegiatan KKL PPM yang akan berlangsung pada tanggal 5 Agustus s/d 5 September 2024.

Dosen Pendamping Universitas Malahayati bersama jajaran kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.MALAHAYATI.AC.ID/Emil Tanhar
Camat Semaka, Syafrizal, menyambut baik kunjungan tersebut. Ia menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Universitas Malahayati dalam mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
“Pimpinan dan jajaran Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus mengucapkan terima kasih atas silaturahmi ini. Ini menandakan sebuah komitmen yang konkret. Kami siap mendukung kegiatan mahasiswa Universitas Malahayati,” ujar Syafrizal.

 
Dosen Pendamping Universitas Malahayati bersama jajaran kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.MALAHAYATI.AC.ID/Emil Tanhar
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pelajar dan masyarakat dalam menyelesaikan berbagai masalah, termasuk stunting, serta isu-isu topografi wilayah yang sering terjadi seperti longsor dan banjir, juga konflik manusia dan hewan seperti buaya dan gajah.
Syafrizal juga berbagi informasi mengenai kondisi sosial dan budaya Kecamatan Semaka, termasuk kegiatan tahunan seperti “Bersih-Bersih Pekon dan ruwat bumi” yang diadakan untuk melestarikan budaya setempat.
“Masyarakat Semaka sangat ramah lingkungan dan kompak. Kami berharap kedatangan mahasiswa Universitas Malahayati dapat memberikan kontribusi positif bagi daerah kami,” tambahnya.
Satria Wijaya, M.Pd selaku panitia bidang perijinan menyampaikan tujuan kunjungan tersebut untuk berkoordinasi terkait persiapan dan pelaksanaan KKL PPM Universitas Malahayati yang akan berlangsung dari 5 Agustus hingga 5 September 2024.
“Kami ingin memastikan semua persiapan berjalan lancar, termasuk kerjasama dengan pihak kecamatan dan penerimaan mahasiswa kami,” ujar Satria.
Selain itu, Satria juga menjelaskan mengenai rencana kegiatan mahasiswa selama KKL PPM, termasuk koordinasi dengan pihak kecamatan terkait tempat tinggal dan pengelompokan mahasiswa.

 
Dosen Pendamping Universitas Malahayati bersama jajaran kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.MALAHAYATI.AC.ID/Emil Tanhar
“Kami juga berharap ada kerjasama yang baik dengan pihak kecamatan, terutama dalam hal penyediaan tempat tinggal dan fasilitas lainnya untuk mahasiswa kami,” tambahnya.
Kegiatan KKL PPM ini akan melibatkan mahasiswa dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat di empat pekon di Kecamatan Semaka yakni Pekon Kanoman, Sudimoro, Tugu Rejo, dan Garut.
“Kami yakin banyak hal yang bisa diperoleh mahasiswa dan banyak yang bisa dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat di sini,” kata Satria.
Tim DPL berharap kunjungan ini dapat memperkuat koordinasi dan kerjasama antara Universitas Malahayati dan Kecamatan Semaka, sehingga kegiatan KKL PPM dapat berjalan sukses dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
Hadir dalam kunjungan, Tim DPL Hardini Ariningrum, SE.,M.Ak.CFRS., Apip Alansori, SE,M.Ak.,CAPM., Panitia KKL PPM Satria Wijaya, M.Pd dan Muhammad Asyihin, S.Pd., MM., Camat Semaka Syafrizal, Ketua APDESI Kecamatan Semaka Abdul Karim, dan Kepala Pekon Kanoman, Sudimoro, Tugurejo, dan Garut. (*)
Redaktur : Asyihin
 
Tim Mahasiswa Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan (Anafarma) Raih Medali Emas dalam Ajang Environment and Engineering Competition 2024
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Tim Mahasiswa Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan (Anafarma) Universitas Malahayati; Herwinda Safitri (22500030), Leny Marlina (22500037), Nurul Azizah (22500045), Muhammad Akbar (22500040).
Tim Mahasiswa Program Studi Analisis Farmasi ini telah berhasil memenangkan Environment Category Has Been Awarded the GOLD MEDAL for the project TESTING THE ANTIOXIDANT DURIAN (Durio Zibethinus) SEED EXTRACT OINTMENT PREPARATION USING THE DPPH METHOD at World Science, Environment and Engineering Competition 2024. Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Pancasila Jakarta, pada 13-16 Mei 2024.
Ajang “Environment Category” mengacu pada kompetisi atau penghargaan yang diberikan dalam konteks lingkungan, yang diselenggarakan oleh Universitas Pancasila. Ajang ini bertujuan untuk mempromosikan kesadaran dan inovasi dalam menjaga lingkungan, mendorong praktik berkelanjutan, serta mengakui prestasi dan kontribusi dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
Leny Marlina (22500037) selaku ketua tim mengucapkan rasa syukur atas raihan yang diperoleh ini. “Alhamdulilah sangat bersyukur dapat memberikan prestasi untuk Prodi D3 Anafarma Universitas Malahayati,” ucapnya.
Ia menuturkan dengan hasil yang diperoleh timnya ini, dapat membawa nama baik D3 Anafarma dan Universitas Malahayati ditingkat internasional pada jenjang perguruan tinggi.
Lenny Marlina bersama tim ini mengungkapkan harapan kedepannya bisa berprestasi lagi diajang bergengsi berikutnya. “Kami berkomitmen untuk terus mengikuti lomba-lomba yang ada dijenjang perguruan tinggi baik tingkat nasional maupun internasional,”ungkapnya.
“Kami juga akan terus belajar untung mengambangkan minat dan bakat kami baik diakademik maupun non akademik,” lanjutnya.
Ia juga mengimbau agar teman-teman sejawatnya untuk lebih aktif dalam kegiatan lomba-lomba dijenjang perguruan tinggi. “Semoga dari teman-teman sejawat kita bisa bersama-sama membawa mengharumkan dan menjaga nama baik almamater tercinta Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Politik Belum Sudah
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Sore itu saat penulis berbaring karena tidak sehat badan, mendapat kiriman berita dari teman karib jurnalis senior di daerah ini. Isinya ada pengukuhan penetapan bakal calon pimpinan daerah yang acaranya mulur sampai dua jam lebih. Ternyata penyebabnya saling–silang mengenai siapa yang akan memberikan rekomendasi dan siapa pemberi rekomendasi.
Beda lagi berita dari timur daerah ini: seorang pejabat kepala daerah yang sudah sukses membesarkan partainya sebagai pengusung, bahkan mencatat sejarah menjadi pemenang dengan kursi terbanyak di dewan; ternyata tidak kunjung dapat rekomendasi dari partai malah kabar terakhir beliau sebagai kepala partai justru dipecat.
Menyimak berita yang di sini lain lagi: ternyata incumbent yang berhasrat maju lagi untuk periode dua sudah ada pada posisi “maju lancar”, sebab semua partai mendukungnya. Walaupun ada suara-suara sedikit sumbang, namun tidak mempengaruhi semua itu. Pasangan yang selama ini sudah ada akan diteruskan karena “serasi”.
Ada lagi ketua sudah dari jauh hari menyatakan diri siap maju menjadi orang nomor satu di daerah ini, bahkan baliho sudah dipasang, genderang sudah di tabuh sejak lama. Beliau yakin betul akan mendapat rekomendasi dari pusat untuk maju dan siap menjadi pemenang. Berbekal pernah menjadi orang nomor satu dua periode di kota ini; dan persiapan jauh-jauh hari sudah dilakukan. Ternyata rekomendasi keluar justru jatuh kepada rival yang akan turun digelanggang. Kabar terakhir beliau bersama sekretaris menuju Ibu Kota untuk melakukan klarifikasi, pendekatan dan entah apa lagi.
Beda lagi petahana orang nomor satu daerah ini yang juga ketua organisasi politik tertua di negeri ini: semula juga tidak mengantongi rekomendasi untuk maju. Karena rekomendasi jatuh pada orang lain, tentu si penerima dengan semangat empat lima berkeliling kabupaten kota untuk menyatakan kesiapan diri. Dalam perjalanan waktu ternyata surat tugas jatuh ke petahana yang semula sudah harap-harap cemas. Jadilah ada matahari kembar di sana. Tentu saja penerima pertama bisa-bisa sakit perut dibuat kondisi seperti ini.
Dunia maya akhirnya mendiskusikan apa perbedaan rekomendasi dan surat tugas; sementara nitizen seperti menonton pertandingan Tenis Wembeldon. Mata harus jeli melihat bola akan jatuh kemana dan dipukul siapa. Sampai tulisan ini dibuat diskusi itu masih berlangsung dan semakin seru: berarti permainan “Belum-belum sudah sedang berlangsung”.
Akan lebih seru lagi: bisa jadi yang menang tidak dilantik, yang dilantik bukan yang menang; atau sudah dilantik di persoalkan, dan atau yang kalah juga ikut dipersoalkan. Tampaknya semua ini membenarkan adagium tidak ada teman yang abadi dalam dunia politik, yang ada adalah kepentingan abadi; sehingga kalau tidak cair itu bukan politik, menurut pandangan salah satu aliran filsafat manusia. Perubahan itu bisa kapan saja terjadi bahkan dalam hitungaan detik semua bisa berubah.
Kodisi seperti ini sekarang sudah menjadi semacam kecenderungan (trend). Sebab, tidak hanya melanda organisasi politik, bisa juga terjadi di organisasi masa, atau bahkan organisasi profesi tidak terbebas dari kondisi itu. Lebih seru lagi jika diselah-selah itu ada bau tidak sedap karena ada politik uang ikut bermain di sana. Walaupun hal itu sangat sulit dibuktikan karena dia tidak lebih sama dengan angin yang keluar dari belakang, tidak ada wujud tapi ada bau, dan bau itu terkadang lebih menyengat jika dibandingkan dengan besaran yang diterima. Semua ini semakin menyempurnakan “politik belum-belum sudah”: belum-belum sudah kasih perintah, belum-belum sudah rugi, belum-belum sudah marah, belum-belum sudah sakit hati, belum-belum sudah mundur, belum-belum sudah curang, belum-belum sudah terima uang, belum pemilihan sudah menang. Dan masih banyak lagi perilaku yang muncul, akibat dari “belum-belum sudah”.
Menyimak hal-hal di atas, ternyata banyak di antara kita yang terjebak pada situasi “belum-belum sudah”. Maksudnya, belum apa-apa sudah diapakan. Dengan kata lain soal goreng menggoreng ternyata bisa juga dilakukan oleh teman seiring, apa lagi kawan sekapal yang mungkin masih aman hanya teman sebantal.
Walaupun tesis ini terbantahkan dengan kasus kepala daerah terpaksa harus berseberangan dengan teman tidur, bahkan berpisah karena beda selera dan pilihan hidup. Bisa dibayangkan sudah bertahun beriring satu biduk dalam rumah tangga; ternyata racun kekuasaan begitu kejamnya; sehingga semua harus bubar karena mengejar bayang-bayang belum-belum sudah. Diksi “racun kekuasaan” dapat menggambarkan kekuatan destruktif yang bisa dimiliki kekuasaan, mirip dengan bagaimana racun bisa merusak tubuh seseorang. Ini adalah peringatan bahwa kekuasaan harus digunakan dengan bijaksana dan dengan kesadaran akan tanggung jawab yang melekat padanya. Orang bijak mengatakan “racun itu jika dosisnya tepat jadi obat, namun jika over dosis menjadikan nyawa melayang”.
Seiring dengan itu tampaknya sekarang ada peristilahan baru yang muncul dalam politik keseharian yaitu istilah “politik prank” merujuk pada tindakan atau lelucon yang biasanya dilakukan untuk mengelabui, mempermalukan, atau menipu seseorang, sering kali dengan cara yang lucu atau mengagetkan. Namun, dalam lingkungan politik, “prank” sering kali memiliki konotasi yang lebih serius atau kontroversial, karena dapat melibatkan manipulasi atau pemalsuan informasi untuk mempengaruhi opini publik atau merusak reputasi seseorang.
Ternyata tingkat kehati-hatian para bakal calon apapun jabatan di negeri ini harus memiliki indra ke Sembilan, karena harus mampu membaca situasi kondisi dan keadaan setiap detik dari situasi perpolitikan yang bisa dengan cepat berubah, kecuali kalau memang sudah diniatkan dari awal untuk ikut bermain, sehingga Kendang sudah disetel dari awal agar bisa menari sesuka hati karena semua sudah dibeli. Namun perlu diingat jangan sampai semua peristiwa itu kelak dikemudian hari menjadi “Indah untuk dikenang, pahit untuk diulang”. Salam waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Lepas 583 Mahasiswa KKLPPM 2024 ke Tanggamus
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM., resmi melepas keberangkatan 583 mahasiswa mengikuti Kuliah Kerja Lapangan Pembelajaran Pengabdian Masyarakat (KKLPPM) Tahun 2024, Senin, 5 Agustus 2024.
Para mahasiswa ini akan bertugas di 40 pekon di Kabupaten Tanggamus selama 30 hari, mulai dari 5 Agustus hingga 5 September 2024.
Dalam arahannya, Rektor berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk selalu menaati aturan yang berlaku di pekon tempat mereka melaksanakan kuliah kerja lapangan.
“Wajib mengikuti aturan yang ada, selain itu juga sebagai ajang membuktikan diri bahwa kita mampu menjadi generasi yang siap menyambut Indonesia emas 2045,” ucapnya.
Dr. Achmad Farich juga menekankan bahwa para mahasiswa merupakan sumber daya manusia yang lahir di era sekarang dan harus siap menghadapi tantangan menuju Indonesia emas 2045 melalui kemandirian baik dalam ilmu, sikap, maupun pengalaman.
“Buktikan bahwa kalian siap untuk menerapkan ilmu ini di tengah-tengah masyarakat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rektor meminta para mahasiswa untuk menjaga nama baik almamater dan tidak berperilaku di luar kebiasaan yang ada di pekon.
“Kalian harus mampu beradaptasi dengan budaya di pekon tempat kalian kuliah kerja lapangan, jangan sampai cara bergaul kalian menimbulkan konflik di tempat kalian bertugas,” pesan Rektor.(*)
Editor: Asyihin
Pendaftaran Wisuda Periode 37 Sudah Dibuka !
Pendaftaran : Scan QR Code diatas atau Cek Disini
Pendaftaran dibuka mulai 01 s.d 12 Agustus 2024
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Raih Penghargaan Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung mendapatkan penghargaan Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan dalam acara puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tingkat Provinsi di halaman kantor BKKBN Perwakilan Lampung, Kamis, 1 Agustus 2024.
Penghargaan ini diterima Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Prof. Erna Listyaningsih, SE., Ph. D., mewakili Rektor Dr. Achmad Farich, dr., MM.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusi Universitas Malahayati dalam mengimplementasikan program Mahasiswa Penting dan Dharma Karya Kencana. Kedua program ini dinilai berhasil meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam isu-isu kependudukan khususnya isu stunting.
“Penghargaan ini merupakan hasil kerja keras seluruh sivitas akademika Universitas Malahayati. Kami berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam memajukan kependudukan di Lampung terutama dalam penanganan stunting,” ujar Prof. Erna Listyaningsih.
Selain Universitas Malahayati, beberapa perguruan tinggi lainnya juga mendapat apresiasi serupa, namun Universitas Malahayati berhasil menonjol berkat inovasi dan keberlanjutan program-programnya yang berdampak langsung kepada masyarakat.
Acara puncak Harganas ke-31 tingkat Provinsi ini dihadiri pejabat pemerintah, pimpinan NGO, serta penggiat kesehatan yang ada di provinsi Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Ketentuan Pengisian KRS dan Jadwal Input KRS Semester Ganjil 2024/2025 Universitas Malahayati
Pengisian KRS Online WAJIB dilakukan oleh seluruh Mahasiswa Universitas Malahayati.
Untuk Ketentuan dan Jadwal Input KRS dapat Scan QR Code diatas atau Cek Disini
Editor: Gilang Agusman
Gajah Beroda
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Saat pulang dari salah satu kota kecamatan terujung perbatasan Kabupaten Lampung Utara menuju Bandarlampung sekitar pukul duapuluh dua malam karena baru selesai menghadiri acara keluarga; kami berdua harus menembus pekatnya malam. Asumsi yang dibangun jika perjalanan malam, maka diharapkan cepat sampai, cepat istirahat karena bisa melaju kecepatan kendaraaan dengan maksimal. Adrinalin kami walau sudah tidak muda lagi masih cukup kuat untuk berpetualang, dan kali ini driver diambil alih oleh Kepala Polisi Dapur, karena penulis kurang enak badan maka bertugas menjadi navigator; walaupun sering diomelin oleh driver karena tidak sesuai dengan seleranya; tetapi tetap asyik-asyik saja.
Ternyata impian dan perhitungan untuk berjalan malam itu tidak tepat, karena ada variable lain yang tidak pernah dibayangkan dan tidak masuk dalam input prediksi; yaitu arak-arakan panjang truk besar pengangkut Baru Bara. Kendaraan besar ini menyerupai Gajah berjalan beriringan. Anehnya mereka tidak beriringan dua atau tiga; paling tidak mereka empat kendaraan, dan berjalan sangat lambat posisi di jalur yang dengan jarak satu kendaraan dengan kendaraan lainnya berdempetan, sehingga tidak ada celah untuk masuk jika kita memotong dan mendadak harus ambil jalur mereka. Tentu saja keadaan ini sangat menyulitkan bagi kendaraan lain yang harus mendahului karena sesuatu dan lain hal. Akibatnya kendaraan lain harus mengalah dibelakang mereka yang panjangnya bisa mencapai berpuluh kendaraan.
Belum lagi berbicara tekanan gandar kendaraan yang begitu berat menekan jalan; bisa dibayangkan jika mereka rata-rata memuat lima belas sampai dua puluh ton, dengan waktu putar lambat, berarti tekanan kepada jalan sangat besar, jadi tidak heran jika jalan raya Lintas Sumatera itu menjadi sangat boros memakan anggaran biaya perawatan, belum lagi ditambah kebocoran anggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu; menjadi sempurnalah ekonomi biaya tinggi pada jalur ini.
Pemilik batu bara ternyata adalah warga provinsi sebelah, truk yang membawa menggunakan bahan bakar subsidi untuk rakyat dan dibeli disepanjang jalur Jalan Trans Sumatera wilayah ini. Berarti ongkos mereka murah dari bahan bakar yang mestinya bukan untuk mereka, sayangnya justru ketidakadilan ini dinikmati oknum tertentu dengan mengatasnamakan keamanan dan pengawalan untuk melestarikan dan mensukseskan penyelewengan; diujung sana rakyat yang harus menderita. Manakala mereka teriak dan berunjuk rasa, maka biasanya ada utusan guna meredakan dengan memberi sedikit uang dan juga dengan menakutnakuti. Ujungnya semua diam karena diberi percikan cuan, sementara kerusakan terserah negara. Betapa masif dan tersetrukturnya penyelewengan akan pengelolaan hasil tambang ini. Warna yang hitam membara ternyata adalah emas hitam yang menggiurkan dari rakyat sampai pejabat.
Tentu jalan pikiran di atas akan dipatahkan dengan argumentasi, jika ingin nyaman pakailah jalan TOL, pertanyaan lanjut apakah tempat-tempat yang tidak dilalui TOL harus tetap menderita dan sengsara karena keserakahan. Tampaknya semua ini membenarkan tataregulasi pertambangan di negeri ini perlu pembenahan besar-besaran dari hulu sampai hilir. Pertanyaannya kapan..?. jawabannya sangat simple yaitu …Kapan-Kapan… .
Tak terbayangkan menderitanya rakyat sepanjang jalan yang dilalui “gajah beroda” ini, di samping menghambat lalu lintas, juga menebarkan polusi akibat pembakaran bahan bakar yang sering tidak sempurna, apalagi jika ada sedikit tanjakkan. Belum lagi suara bising yang bersumber dari deruan mesin-mesin diesel kendaraan pengangkut ini pada saat malam hari. Namun yang namanya rakyat ya harus terima semua ini karena jika bersuara atau protes, tidak lama akan didatangi oleh oknum yang mengaku “keamanan” dari para juragan batu bara, tentu dengan ancaman, dan sedikit uang tutup mulut.
Sepertinya tampak luar pengelolaan Batu Bara itu negara dalam negara, dan mereka hanya melihat uang dan uang, tanpa memahami resiko untuk orang lain. Keadaan serupa ini menjadi semakin parah karena ulah oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dari rakyat sampai pejabat. Lalu apa saja sebenarnya yang dibebankan kepada Pengusaha Batu Bara di negeri ini; berdasarkan penelusuran digital ada sejumlah kuwajiban yang dibebankan kepada mereka yaitu: Pajak Penghasilan (PPh) Badan: Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan tambang. Tarif PPh Badan adalah 22% (per 2021).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Pajak yang dikenakan atas penyerahan barang dan jasa kena pajak. Tarif PPN adalah 11%. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB): Pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan yang digunakan untuk kegiatan pertambangan. Iuran Tetap: Merupakan iuran yang wajib dibayar setiap tahun berdasarkan luas wilayah izin usaha pertambangan (IUP). Iuran Produksi (Royalti): Iuran yang wajib dibayar berdasarkan jumlah produksi batu bara. Besarannya ditentukan oleh pemerintah dan biasanya dihitung berdasarkan persentase dari harga jual batu bara. Pajak Dividen: Jika perusahaan tambang membagikan dividen kepada pemegang saham, pajak atas dividen juga harus dibayarkan.
Selain pajak-pajak tersebut, perusahaan tambang juga harus mematuhi regulasi dan membayar retribusi lain yang mungkin berlaku sesuai dengan peraturan pemerintah daerah setempat. Pajak dan retribusi ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mendapatkan penerimaan negara dari sektor pertambangan dan untuk memastikan bahwa kegiatan pertambangan dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Bisa jadi tataaturan yang beginilah membuat para pengusaha batu bara menggunakan jurus “dewa mabok” dalam mencari keuntungan, sehingga apapun dilakukan jika itu menguntungkan. Termasuk mengabaikan keselamatan orang lain, dan hancurnya jalan raya; karena mereka merasa sudah dibebani oleh sekian banyak kuwajiban untuk negeri. Pantas saja jika ada pejabat daerah yang ingin menataulang regulasi transportasi batu bara di daerah ini selalu macet ditengah jalan, karena tataaturan yang ada tidak berlaku seimbang antara negara dengan pengelola. Akibatnya kebijakan apapun yang ditempuh akan berjalan setengah hati. Salam waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Dosen Pendamping Universitas Malahayati Temui Empat Camat di Tanggamus Pantau Persiapan KKL PPM
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung melalui Panitia dan dosen pendamping lapangan program Kuliah Kerja Lapangan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKL PPM) mengunjungi empat kecamatan Kabupaten Tanggamus yang menjadi lokus kegiatan, Kamis, 1 Agustus 2024.
Kecamatan tersebut antara lain, Gisting, Sumberejo, Wonosobo, dan Semaka. Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan persiapan kegiatan KKL PPM yang akan berlangsung pada tanggal 5 Agustus s/d 5 September 2024.
Camat Semaka, Syafrizal, menyambut baik kunjungan tersebut. Ia menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Universitas Malahayati dalam mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.
“Pimpinan dan jajaran Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus mengucapkan terima kasih atas silaturahmi ini. Ini menandakan sebuah komitmen yang konkret. Kami siap mendukung kegiatan mahasiswa Universitas Malahayati,” ujar Syafrizal.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pelajar dan masyarakat dalam menyelesaikan berbagai masalah, termasuk stunting, serta isu-isu topografi wilayah yang sering terjadi seperti longsor dan banjir, juga konflik manusia dan hewan seperti buaya dan gajah.
Syafrizal juga berbagi informasi mengenai kondisi sosial dan budaya Kecamatan Semaka, termasuk kegiatan tahunan seperti “Bersih-Bersih Pekon dan ruwat bumi” yang diadakan untuk melestarikan budaya setempat.
“Masyarakat Semaka sangat ramah lingkungan dan kompak. Kami berharap kedatangan mahasiswa Universitas Malahayati dapat memberikan kontribusi positif bagi daerah kami,” tambahnya.
Satria Wijaya, M.Pd selaku panitia bidang perijinan menyampaikan tujuan kunjungan tersebut untuk berkoordinasi terkait persiapan dan pelaksanaan KKL PPM Universitas Malahayati yang akan berlangsung dari 5 Agustus hingga 5 September 2024.
“Kami ingin memastikan semua persiapan berjalan lancar, termasuk kerjasama dengan pihak kecamatan dan penerimaan mahasiswa kami,” ujar Satria.
Selain itu, Satria juga menjelaskan mengenai rencana kegiatan mahasiswa selama KKL PPM, termasuk koordinasi dengan pihak kecamatan terkait tempat tinggal dan pengelompokan mahasiswa.
Dosen Pendamping Universitas Malahayati bersama jajaran kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.MALAHAYATI.AC.ID/Emil Tanhar“Kami juga berharap ada kerjasama yang baik dengan pihak kecamatan, terutama dalam hal penyediaan tempat tinggal dan fasilitas lainnya untuk mahasiswa kami,” tambahnya.
Kegiatan KKL PPM ini akan melibatkan mahasiswa dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat di empat pekon di Kecamatan Semaka yakni Pekon Kanoman, Sudimoro, Tugu Rejo, dan Garut.
“Kami yakin banyak hal yang bisa diperoleh mahasiswa dan banyak yang bisa dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat di sini,” kata Satria.
Tim DPL berharap kunjungan ini dapat memperkuat koordinasi dan kerjasama antara Universitas Malahayati dan Kecamatan Semaka, sehingga kegiatan KKL PPM dapat berjalan sukses dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
Hadir dalam kunjungan, Tim DPL Hardini Ariningrum, SE.,M.Ak.CFRS., Apip Alansori, SE,M.Ak.,CAPM., Panitia KKL PPM Satria Wijaya, M.Pd dan Muhammad Asyihin, S.Pd., MM., Camat Semaka Syafrizal, Ketua APDESI Kecamatan Semaka Abdul Karim, dan Kepala Pekon Kanoman, Sudimoro, Tugurejo, dan Garut. (*)
Redaktur : Asyihin
Mengulas Pilgub Doraemonnya HBM, Ada 4 Kelompok di Sekitar Cagub
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Kali ini tergelitik juga begitu membaca opini yang ditulis oleh “Begawan Pers Lampung” Herman Batin Mangku (HBM) yang berjudul “Tanpa Kantong Doraemon...” Ciri khas tulisan HBM yang renyah, ringan, tetapi menggigit; sehingga para pembaca dibawa larut dengan suasana batin penulisnya.
Tulisan ini juga akan fokus pada mengulas tulisan HBM dengan “tanpa suasana hati” agar tidak terbawa hanyut bersamanya, walaupun kemungkinan itu sangat kecil; akan tetapi tetap akan diusahakan agar tidak “sebiduk” dengan HBM tetapi tetap sesungai bersamanya.
Sudah sejak lama, HBM mengulas tentang pemilihan daerah khususnya untuk Lampung Satu, bahkan penulis sendiri pernah menimpali satu tulisan HBM berkaitan dengan “Peran Sinder Kebon” dalam pemilihan kepala daerah.
Kemudian HBM bersolo perahu mengkritisi, mengulik pemilihan kepala daerah, dan ada bumbu yang sedikit masuk saat beliau keberatan dengan maskot yang dipilih oleh Lembaga Pemilihan Umum Kota Bandarlampung. Tulisan beliau memancing para pemerhati adat untuk turun gunung.
Namun kali ini untuk pemilihan kepala daerah tingkat provinsi, belum muncul tulisan-tulisan yang memberi bumbu kepada tulisan HBM agar menjadi lebih renyah. Hal ini terjadi karena penguasaan masalah tampaknya HBM ada di atas rata-rata pemerhati yang ada.
Sehingga pihak yang ingin masuk seolah kekurangan bahan sebagai amunisi, bahkan mungkin karena pertimbangan tertentu sehingga memilih menahan diri.
Penulis mencoba masuk dari pintu lain, yaitu sedikit memberi “bahan penyedap” agar HBM lebih getol lagi mengawal pemilihan kepala daerah. Sengaja kata “pesta demokrasi” tidak dipakai pada poin ini karena yang pesta siapa yang sengsara siapa.
Bahkan pada masa lalu ada teman yang sengaja mengingatkan penulis untuk tidak menggunakan diksi pesta demokrasi, karena yang pesta justru terlibat korupsi.
Belajar dari peristiwa pemilihan umum yang baru lalu, ternyata memberikan sisa pengalaman kolektif dalam masyarakat pemilih.
PERTAMA
Kelompok yang merasa kecewa akan sistem dan cara yang dilakukan panitia pemilihan tingkat pusat yang sampai hari ini menyisakan masalah. Kelompok ini ditengarai akan kurang partisipatif dalam kepemilihan mendatang.
KEDUA
Kelompok yang mengambil keuntungan dari suatu momen. Golongan ini berdoa kalau bisa setiap bulan ada pemilihan, karena mereka akan bersiap menjadi pecundang (istilah HBM “radio canting”). Mereka sekarang sedang mengamati untuk mendekati kemudian menyiapkan penggorengan buat calon yang akan maju.
KETIGA
Kelompok ini mereka yang ada pada posisi “tunggu dan lihat”. Posisi ini banyak ditengarai mereka-mereka yang ada di dalam lingkungan pemerintahan, karena harus superwaspada manakala terjadi “bola muntah” yang membahayakan posisi mereka dipemerintahan kelak.
KEEMPAT
Kelompok terakhir ini adalah kelompok tanpa bentuk. Mereka ini terdiri dari orang-orang yang kecewa atau dikecewakan saat pemilihan yang lalu. Kelompok ini bersifat individual dan sulit diterka siapa dan dimana keberadaan mereka tetapi bisa “tercium” aromanya.
Karakteristiknya acuh tak acuh, terkesan masa bodoh; namun demi menutup harga diri, tetap saja datang ke tempat pemilihan suara, hanya akan memilih siapa; mereka sendiri tidak tahu.
Dengan kata lain, andai kata hipotesis HBM terbukti bahwa kantong Doraemon tidak ambil peran, maka polarisasi dalam masyarakat minimal akan terjadi empat varian tadi dengan kemungkinan lain terjadi penggabungan varian atau peminimalisiran.
Sementara kelompok dua adalah kelompok dominan. Manakala kantong Doraemon pada menit-menit terakhir akan turun, maka yang akan diuntungkan juga adalah kelompok kedua, karena mereka akan semakin lincah menjadi radio canting, serta menjadi “pembual” yang tangguh.
Keseimpulan sementara siapapun yang akan maju menjadi “Jago” maka kelompok kedualah “pemenang” nya.
Kelompok ini sebelum pertandingan dimulai sudah menang duluan; manakala pertandingan dimulai mereka akan untung berlipat.
Sebagai referensi pada saat pemilihan umum yang lalu ada calon anggota legislatif yang kalah, dan mengaku dananya justru habis untuk membiayai kelompok ini tidak kurang sampai enam digit.
Oleh sebab itu melalui tulisan ini penulis berpesan kepada semua calon tolong tetap dijaga “kewarasan” nalar dan logika. Kepada HBM disampaikan pesan teruskan perjuangan untuk mengawal demokrasi di negeri ini.
Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
583 Mahasiswa Universitas Malahayati Ikuti Pembekalan KKLPPM 2024
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Sebanyak 583 mahasiswa Universitas Malahayati Bandar Lampung mengikuti sosialisasi pembekalan Kuliah Kerja Lapangan Pembelajaran Pengabdian Pada Masyarakat (KKLPPM) 2024 yang bertema “Mahasiswa Penting Implementasi Model Best Practice Kampung Keluarga Berkualitas (KB)” di Graha Bintang, Rabu, 31 Juli 2024.
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., dalam sambutannya menyampaikan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan, di mana penting untuk membangun keluarga yang berkualitas.
“Kehidupan terkecil kita adalah keluarga, di mana kita akan bangun bagaimana menjadi keluarga berkualitas, tidak hanya sekedar penanganan stunting namun permasalahan lain dalam mewujudkan keluarga berkualitas,” ujar Rektor.
Dr. Achmad Farich menekankan pentingnya mahasiswa untuk memanfaatkan KKLPPM ini guna menerapkan ilmu yang telah diperoleh di tengah-tengah masyarakat. Universitas Malahayati, lanjutnya, dalam membuat program tidak sekadar melaksanakan KKL biasa namun diprioritaskan pada penurunan prevalensi stunting sebagai wadah mengembangkan kurikulum dalam pengabdian masyarakat.
“Manfaatkan program KKLPPM ini sebagai wadah dosen dalam mengkaji kurikulum kita yang saat ini bersifat dinamis, di mana orientasinya bersifat output dan outcome. Oleh karena itu, kita harus siap untuk meningkatkannya termasuk dalam hal pelaksanaannya,” tegasnya.
Rektor berharap program ini dapat menjadi media untuk menguji materi dan ilmu yang sudah dipelajari di kampus agar dapat langsung diterapkan di masyarakat. Program ini, menurutnya, bisa dimanfaatkan untuk peningkatan akademik di masing-masing program studi.
Di akhir sambutannya, Rektor mengingatkan bahwa program ini bukan bertujuan untuk berkontribusi di tengah-tengah masyarakat. Ia meminta mahasiswa untuk menjaga diri, menjaga lingkungan, dan menjaga nama baik almamater Universitas Malahayati. (*)
Editor: Asyihin