Oleh : Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati
Artikel ini ditulis bertepatan dengan dicanangkannya hari pertama kampanye untuk Pemilihan Umum 2024. Tentu saja dengan slogan klasik “Pemilu Damai” yang menyeruak didorong kepermukaan. Semua elemen masyarakat diajak untuk berpartisipasi oleh pemerintah maupun orang-orang partai, agar menggunakan hak pilihnya pada waktu yang telah ditentukan. Bebagai cara dilakukan untuk menyebarluaskan informasi, baik yang tradisional maupun yang modern, dilakukan oleh yang berkepentingan untuk mensukseskan pemilihan umum.
Situasi seperti saat ini, mengingatkan masa pemilihan umum di era Orde Baru. Saat itu banyak orang berkepala plontos. Situasi seperti ini adalah lahan mencari cuan pada jamannya. Mereka tidak terorganisir seperti sekarang, hanya kejelian saja dalam melihat peluang yang ada. Setiap partai, yang pada waktu itu ada dua partai dan satu golongan (golongan ini waktu itu belum berlabel partai), akan melakukan konvoi memerlukan banyak orang.
Para orang suruhan mereka mengajak pada teman-teman berkepala plontos untuk ikut konvoi dengan mengecat kepala mereka sesuai lambang partai atau golongan tadi. Dan, jadilah konvoi kepala plontos dengan yel-yel yang sudah disepakati; tentu makin lama durasi maka logistic nasi bungkus dan cuan akan semakin banyak diperlukan, dengan alasan ongkos transport dan ongkos beli sabun.
Sahabat plontos ini hafal betul jadwal dari masing-masing pengguna, jadi hari ini kepalanya bercat Banteng, besok berubah bercat Ka’bah, terakhir bergambar Beringin. Selanjutnya mereka memiliki catatan organisasi mana yang royal kasih uang dan nasi bungkus. Bagi mereka nyoblos tidak penting, yang penting konvoi dan uang.
Ada yang unik, satu peristiwa ada yang salah gambar; gambar yang dia gunakan di kepala itu jadwalnya besok, tetapi karena lupa hari, dia gunakan hari ini. Tentu saja barisan itu menjadi heboh, yang bersangkutan jadi bulan-bulanan oleh teman-temannya. Namun semua berlangsung gembira, hal itu dianggap biasa; mereka tetap saja membagi pendapatan kepada yang salah kostum.
Menarik lagi saat hari pemilihan berlangsung, mereka juga ikut menjadi panitia local tidak resmi, maksudnya bantu-bantu pejabat kelurahan angkat kursi, susun meja, buka tenda; semua mereka lakukan, walaupun ujungnya ya Cuan dan Nasi Bungkus. Begitu selesai pencoblosan, dan ditanya mereka coblos yang mana, mereka sebut salah satu lambang terbesar dananya saat itu, dengan alasan duwitnya paling banyak. Ternyata, penyakit ini tampaknya ikut lestari antargenerasi.
Seiring perjalanan waktu, semua menjadi berubah; hanya seperti apa perubahan “Kepala Plontos”, sampai hari ini baru terditeksi bentuk wujud fisik yang sudah tidak ada. Namun, bentuk perilaku, diduga justru mengalami metamorphose ke yang lebih canggih. Kalau dulu Kepala Plontos tidak terorganisir secara baik dan rapi. Kini, kepala tidak harus plontos, namun pengorganisasian melalui tim sukses, dan “Radio Canting”, menjadi semacam “bentuk baru” dari metamorphose tadi.
Untuk sekarang, biaya menjadi besar dan mahal karena sistem pengorganisasian yang rapi ternyata memerlukan biaya tinggi. Belum lagi tingkat kecerdasan dalam tanda kutib masyarakat yang juga berubah, sehingga jelas politik “wani piro” tidak bisa dihindari. Slogan di televise justru ditanggapi dengan senyum manis berjuta makna.
Pendidikan politik belum sepenuhnya menyentuh akar rumput manakala sistem transaksional masih terbuka, dan ini justru menumbuhsuburkan praktik “barter” dalam bentuk lain. walaupun dalam tataran teoritik akademik memang sudah jauh lebih baik dibandingkan awal-awal dahulu. Akan tetapi seiring dengan peningkatan harapan, maka masyarakat belum bisa membedakan antara “butuh dan kebutuhan”. Akhirnya secara tidak sengaja peningkatan kualitas mutu teknik kepemilihan, ikut berimbas pada tingkat pelanggaran etika dalam menentukan pilihan. Sisi lain iming-iming kebendaan lebih memberikan harapan nyata bagi mereka, jika dibandingkan dengan harapan masa depan sebagai cita-cita.
Salam waras. (SJ)
Kamar 2515
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Semenjak beberapa hari lalu saya diberi anugerah oleh Allah untuk merasakan nikmatnya ruang perawatan VVIP atas rekomendasi ibu pimpinan setempat pada satu rumah sakit terkenal di Provinsi ini. Nomor kamarnya seperti judul di atas. Ada satu pengalaman psikologis yang takut hilang. Maka, sambil tangan dibalut selang infus, pengalaman batin itu harus ditulis, tentu dengan sembunyi-sembunyi.
Bulir-bulir infus itu menitik satu demi satu dan tidak boleh berhenti. Begitulah pesan perawat seolah mewakili instruksi ketuhanan bahwa jika kamu masih bergantung pada benda, maka pandanglah dengan cemas. Namun jika kamu bergantung pada Tuhanmu, maka bersyukurlah karena sudah berapa lama kamu diizinkan menghirup oksigen-Nya.
Di samping sana orang-orang terkasih menunggu dengan cemas. Entah apa yang sedang dipikirkan. Satu hal yang masih dari merka jangan baca dulu-lah berita berita itu dari gawai, dengan sedikit ancaman dari “polisi dapur saya”. Namun yang namanya manusia, tetap saja manusia; sekalipun sudah dikawal mata ini gatal kalau tidak lihat komentar-komentar orang sekelas Mas Oyos, Herman Batin Mangku, Hariwardoyo. Gino Vanoli, Pak Jau dan masih banyak lagi. Satu hal yang saya harus patuhi jangan kasih tahu banyak orang nanti tidak bisa istirahat, saya jawab “Siap Komandan-Ku”
Sambil merenungkan bagaimana hirukpikuk diluar sana dari informasi yang saya baca dan pahami, ternyata semakin seru saja; pertandingan “Banteng dengan Gemoy yang di Amin-kan”; tampaknya makin seru, mengalahkan issue Palestina dan Yesica. Pertandingan kali ini membuat banyak Orang-Orang Tua negeri ini turun gunung melalui keahliannya menjadi pengingat generasi. Bisa di simak bagaimana Gus Mus, Taufik Ismail dan lain lain lagi menjadi juru bicara generasinya. Hanya sayang ada diantara anak negeri ini yang dahulu waktu sekolah tidak belajar Pendidikan Budi Pekerti, memberi komentar yang sangat tidak pada tempatnya. Mereka belum sadar bahwa “orang tua itu yang pasti pernah muda, tetapi yang muda belum tentu sampai usia tua”, adalah adagium yang harusnya dipahami.
Sisi menarik dari adanya pesta pemilihan raya negeri ini adalah, kita dapat mengukur tingkat kematangan masyarakat dalam menerima perbedaan pandangan atau pilihan. Ternyata kelompok-kelompok pemaksa kehendak dan pendapat masih bermunculan di mana-mana. Barometer pendidikan melalui Pendidikan Moral yang telah dihilangkan pada sistem pendidikan pada pemerintahan ini, adalah kesalahan sejarah; yang tidak boleh terulang. Demikian juga banyak perguruan tinggi yang Program Pascasarjananya menghilangkan mata kuliah filsafat manusia dan logika. Sehingga, waktu menjadi pemimpin seolah manusia tidak bertongkat di jalan licin.
Kita tidak cukup mempercayai kemampuan berdebat dari calon saja, apalagi janji-janji yang mudah untuk diingkari, ditambah lagi dagangan kesederhanaan tampilan sebagai pembungkus. Semua bisa musnah ditelan masa manakala yang bersangkutan sudah berkuasa.
Mumpung masih ada waktu mari kita siapkan rekam digital sebagai bukti apa janji dan kesepakatan mereka setelah memimpin negeri ini, dan jika pada waktu terjadi penyimpangan, maka kita punya kuwajiban mengingatkan kepada mereka. Seterusnya kita harus mulai mengisiniasi norma atau apapun namanya akar menjadi pagar bagi mereka untuk tidak ingkar janji.
Mari kita bahu membahu menjadi juru selamat negeri ini, karena hanya satu yang harus jadi juru mudi. Karena kalau salah posisi, maka kapal akan berputar-putar di dermaga.
Salam waras dari rumah sakit! (SJ)
Gelar Yudisium, 7 Mahasiswa FIK Universitas Malahayati Jadi lulusan Terbaik
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar acara Yudisium dan Sumpah Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan di Graha Bintang pada Sabtu (2/12/2023).
Sebanyak 7 Mahasiswa berhasil mencapai prestasi akademik tertinggi dan lulus tercepat dari 729 lulusan.
Berikut adalah daftar nama-nama mahasiswa lulusan terbaik beserta program studi dan prestasinya:
Selain Yudisium, acara juga melibatkan sumpah profesi bagi lulusan Prodi Kesehatan Masyarakat, Prodi Farmasi, dan Prodi Pendidikan Profesi Bidan.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung memiliki 10 program studi, termasuk S2 Kesehatan Masyarakat, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Kebidanan, S1 Farmasi, S1 Psikologi, S1 Keperawatan, DIII Anafarma, DIII Bidan, Pendidikan Profesi Bidan, dan Profesi Ners. (451/**)
Mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Malahayati, Raih Dua Gelar Juara dalam Ajang Festival Mahasiswa Psikologi tahun 2023
Ka.Prodi Psikologi, Octa Reni Setiawati, M.Psi mengucapkan rasa bangga dengan hasil yang diraih oleh kedua mahasiswanya.
“Prestasi ini akan memicu semangat baru terkhususnya untuk mahasiswa Prodi Psikologi, agar dapat berperan aktif dalam mengikuti lomba-lomba baik sifatnya akademik maupun non akademik,” ucap Octa.
Dengan hasil yang diraih ini, Azzahra beraharap dapat membanggakan dan mengharumkan nama Prodi Psikologi dan Universitas Malahayati. Disisi lain Ikrima pun berpendapat demikian, ia menambahkan semoga dengan presasi ini menjadikan motivasi untuk dirinya agar dapat terus membawa nama Universitas Malahayati diajang Nasional dan Internasional. (gil/humasmalahayatinews)
Tiga Dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung Raih Beasiswa Pendidikan Indonesia Batch 2 2023
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Tiga dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung berhasil lolos seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Batch 2 yang berlangsung pada 23-29 Oktober 2023.
Salah satu dosen yang berhasil lolos adalah Muhammad Rudy, M.Pd., dosen Program Studi S1 Farmasi. Dirinya akan melanjutkan S3 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung. Sementara itu, Nurhalina Sari, M.K.M., Dosen sekaligus Kaprodi Kesehatan Masyarakat, akan melanjutkan studi di Universitas Indonesia. Diah Ayu Wulandari, ST., M. Si, dosen Program Studi Teknik Lingkungan, juga berhasil meraih beasiswa dan akan melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia.
Baca Juga : Mau Ikut Beasiswa S3 Dosen BPI Kemendikbudristek, ini Syaratnya
Dalam keterangannya, Nurhalina mengucapkan rasa syukur, “Alhamdulillah, saya dan teman-teman lainnya berhasil lolos beasiswa BPI Batch 2 ini. Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan penuh dari keluarga dan Universitas Malahayati tempat saya bekerja. Semoga langkah ini dapat memotivasi teman-teman lainnya untuk melanjutkan kuliah doktoral.”
Pendaftaran Beasiswa Pendidikan Indonesia Batch 2 membuka kesempatan bagi dosen Perguruan Tinggi Akademik (PTA) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) untuk mengikuti skema S3, baik beasiswa dalam negeri maupun luar negeri. Periode pendaftaran berlangsung pada 23-29 Oktober 2023.
Menurut informasi dari laman resmi beasiswa.kemdikbud.go.id, Program Beasiswa Pendidikan Indonesia merupakan inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BPI Kemendikbudristek). Program ini merupakan bentuk dukungan Pemerintah Indonesia melalui pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. (451/**)
Mau Ikut Beasiswa S3 Dosen BPI Kemendikbudristek, ini Syaratnya
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Kemendikbudristek RI memberikan wadah bagi para dosen untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek sejak tahun 2021.
Ini Syarat Beasiswa S3 Dosen BPI Kemendikbudristek, yang bisa kamu siapkan sebelum mendaftar:
– Di bawah 48 tahun untuk non-ASN
– Di bawah 41 tahun untuk ASN Jabatan Pelaksana, JF Keterampilan, JF Keahlian Jenjang Pertama dan Muda
– Di bawah 43 tahun untuk JF Keahlian Jenjang madya
– Di bawah 48 tahun untuk JF Keahlian Jenjang Utama, JD Dosen Jenjang Asisten Ahli, Jenjang Lektor, dan Jenjang Lektor Kepala.
– Perguruan tinggi di dalam negeri yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), dan/atau lembaga akreditasi mandiri
– Perguruan tinggi kedinasan dalam negeri
– Perguruan tinggi di luar negeri yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) kementerian atau Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara asal perguruan tinggi.
– TOEFL IBT: 80
– PTE Academic: 58
– IELTS: 6,5
– Surat keterangan sehat jasmani dari dokter RS, puskesmas, atau klinik
– Surat keterangan bebas narkoba dari dokter RS, puskesmas, klinik, atau lembaga yang berwenang menguji zat narkoba.
Esai komitmen kontribusi ke instansi asal atau negara setelah studi, meliputi deskripsi diri, peran yang akan dilakukan, caranya, dan penilaian diri seperti kekuatan, kelemahan, pengalaman membanggakan, yang kurang membanggakan, dan yang pernah dilakukan dan disesali dalam 1.500-2.000 kata.
Informasi tentang Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) S3 dalam negeri dan luar negeri dapat kamu telusuri di sini beasiswa.kemdikbud.go.id.
Tim Mahasiswa D3 Kebidanan Raih Juara 3 Video Edukasi Ajang Midwifery Students Competition and Seminar
Fera Ulfah selaku ketua tim, mengungkapkan harapaannya semoga kami dapat menghasilkan banyak prestasi lagi untuk prodi dan Universitas Malahayati.
“Kami sangat bangga dengan prestasi ini, kami akan terus siap untuk mengikuti ajang lomba berikutnya,” ujarnya.
“Semoga kedepannya kami dapat meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, dan Universitas Malahayati dapat selalu mendungkung serta memfasilitasi terutama untuk mahasiswa agar berprestasi,” tandasnya. (gil/humasmalahayatinews)
Universitas Malahayati Borong Juara dan Penghargaan Peserta Terbanyak dari Kementerian Keuangan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Manajemen, Universitas Malahayati Bandar Lampung, meraih juara dalam Lomba Menulis bertema “Aset Kita, Punya Kita” pada 29 November 2023, di Aula Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Dari 42 peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi se-Lampung, empat mahasiswa Universitas Malahayati berhasil menorehkan prestasi. Herwindu Danu Pangestu (Juara 2), Wulan Septio Vani (Juara 3), Dwi Puja Arrahman (Juara Harapan 1), dan Rizkika Dafitri (Juara Harapan 2).
Tidak hanya meraih juara, Universitas Malahayati juga mendapat penghargaan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) atas peran serta aktif dan kontribusi kampus yang mengirimkan peserta terbanyak.
Penghargaan ini diterima oleh Nadia Tiara Putri, S.Si., M.B.A., Dosen Pembimbing Prodi Manajemen Universitas Malahayati.
Nadia Tiara Putri menyampaikan rasa syukur atas prestasi mahasiswa dan memberikan selamat kepada keempat mahasiswa yang telah meraih juara.
Dia juga berterima kasih kepada seluruh mahasiswa Manajemen yang berpartisipasi, serta mengapresiasi kontribusi Tim Dosen yang terlibat, yaitu Dr. Febrianty, S.E., M.Si., Ayu Nursari, S.E., M.E., dan Euis Mufahamah, SE., M. Ak.
“Penghargaan ini akan menjadi acuan untuk terus meningkatkan kualitas di masa depan. Semoga Prodi Manajemen dapat terus menyumbang prestasi di tingkat Nasional dan Internasional,” ujar Nadia Tiara Putri. (451/**).
Pengelola Jurnal Universitas Malahayati Gelar Workshop Tata Kelola OJS 3
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Pengelola jurnal Universitas Malahayati Bandar Lampung yang dipimpin Dr. Mala Kurniati, S. Si., M. Biomed, menggelar workshop tata kelola jurnal ilmiah berbasis open journal sistem (OJS) 3 di Gedung Rektorat Lantai 5, Rabu (29/11/2023).
Acara dibuka langsung Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Dr. Achmad Farich, dr., M.M. Kegiatan ini selain digelar secara luring, juga secara hybrid diikuti seluruh dosen Universitas Malahayati.
Rektor Universitas Malahayati, Achmad Farich mengatakan, pihaknya mendorong para dosen untuk sebanyak mungkin menulis. “Saya berharap, kalau bisa semua jurnal di Universitas Malahayati dapat terakreditasi,” kata Rektor Achmad Farich.
Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Fajar Sandi Prawoco, sebagai Analis Data Publikasi Ilmiah Kemendikbudristek, yang menyampaikan materi tentang peningkatan akreditasi jurnal dan Itsar Bolo Rangka, S. Pd., M. Pd., dari Universitas Negeri Malang menyampaikan materi tentang Pengenalan Tata Kelola OJS 3.
Fajar Sandi Prawoco, SE, Analis Data Publikasi Ilmiah Kemendikbudristek menjelaskan, sementara untuk pemeringkatan jurnal lebih dilihat dari peringkat akreditasi dan yang kedua impactnya dari google scholar dua tahun terakhir.
“Saya cek di data, Universitas Malahayati sudah terakreditasi 11 jurnal, jika ada yang sudah terakreditasi namun belum tercatat di sistem, nanti kita sinkronkan bersama,” jelas Fajar Sandi Prawoco.
Persyaratan Akreditasi Jurnal Ilmiah diantaranya :
1. Memiliki nomor seri standar internasional elektronik (EISSN). Nama jumal harus sesuai dengan yang terdaftar di EISSN (issn.lipi.go.id)
2. Memiliki pengenal objek digital (Digital Object Identifier/DOI) di tiap artikel
3. Mencantumkan persyaratan etika publikasi (publication ethics statement) dalam laman jurnal. Jurnal ilmiah harus bersifat ilmiah, artinya memuat artikel yang secara nyata memajukan ilmu pengetahuan,
4. Teknologi dan seni yang didasarkan pada hasil penelitian, perekayasaan, dan/atau telaahan yang mengandung temuan dan/atau pemikiran yang orisinil serta tidak plagiat
5. Jumal ilmiah telah terbit paling sedikit 2 tahun berurutan, terhitung mundur mulai tanggal atau bulan pengajuan akreditasi.
6. Frekuensi penerbitan jurnal ilmiah paling sedikit 2 kali dalam satu tahun secara teratur.
7. Jumlah artikel setiap terbit sekurang-kurangnya 5 artikel.
8. Jurnal sudah terindeks di lembaga pengindeks nasional (451)
Kepala Plontos
Oleh : Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati
Artikel ini ditulis bertepatan dengan dicanangkannya hari pertama kampanye untuk Pemilihan Umum 2024. Tentu saja dengan slogan klasik “Pemilu Damai” yang menyeruak didorong kepermukaan. Semua elemen masyarakat diajak untuk berpartisipasi oleh pemerintah maupun orang-orang partai, agar menggunakan hak pilihnya pada waktu yang telah ditentukan. Bebagai cara dilakukan untuk menyebarluaskan informasi, baik yang tradisional maupun yang modern, dilakukan oleh yang berkepentingan untuk mensukseskan pemilihan umum.
Situasi seperti saat ini, mengingatkan masa pemilihan umum di era Orde Baru. Saat itu banyak orang berkepala plontos. Situasi seperti ini adalah lahan mencari cuan pada jamannya. Mereka tidak terorganisir seperti sekarang, hanya kejelian saja dalam melihat peluang yang ada. Setiap partai, yang pada waktu itu ada dua partai dan satu golongan (golongan ini waktu itu belum berlabel partai), akan melakukan konvoi memerlukan banyak orang.
Para orang suruhan mereka mengajak pada teman-teman berkepala plontos untuk ikut konvoi dengan mengecat kepala mereka sesuai lambang partai atau golongan tadi. Dan, jadilah konvoi kepala plontos dengan yel-yel yang sudah disepakati; tentu makin lama durasi maka logistic nasi bungkus dan cuan akan semakin banyak diperlukan, dengan alasan ongkos transport dan ongkos beli sabun.
Sahabat plontos ini hafal betul jadwal dari masing-masing pengguna, jadi hari ini kepalanya bercat Banteng, besok berubah bercat Ka’bah, terakhir bergambar Beringin. Selanjutnya mereka memiliki catatan organisasi mana yang royal kasih uang dan nasi bungkus. Bagi mereka nyoblos tidak penting, yang penting konvoi dan uang.
Ada yang unik, satu peristiwa ada yang salah gambar; gambar yang dia gunakan di kepala itu jadwalnya besok, tetapi karena lupa hari, dia gunakan hari ini. Tentu saja barisan itu menjadi heboh, yang bersangkutan jadi bulan-bulanan oleh teman-temannya. Namun semua berlangsung gembira, hal itu dianggap biasa; mereka tetap saja membagi pendapatan kepada yang salah kostum.
Menarik lagi saat hari pemilihan berlangsung, mereka juga ikut menjadi panitia local tidak resmi, maksudnya bantu-bantu pejabat kelurahan angkat kursi, susun meja, buka tenda; semua mereka lakukan, walaupun ujungnya ya Cuan dan Nasi Bungkus. Begitu selesai pencoblosan, dan ditanya mereka coblos yang mana, mereka sebut salah satu lambang terbesar dananya saat itu, dengan alasan duwitnya paling banyak. Ternyata, penyakit ini tampaknya ikut lestari antargenerasi.
Seiring perjalanan waktu, semua menjadi berubah; hanya seperti apa perubahan “Kepala Plontos”, sampai hari ini baru terditeksi bentuk wujud fisik yang sudah tidak ada. Namun, bentuk perilaku, diduga justru mengalami metamorphose ke yang lebih canggih. Kalau dulu Kepala Plontos tidak terorganisir secara baik dan rapi. Kini, kepala tidak harus plontos, namun pengorganisasian melalui tim sukses, dan “Radio Canting”, menjadi semacam “bentuk baru” dari metamorphose tadi.
Untuk sekarang, biaya menjadi besar dan mahal karena sistem pengorganisasian yang rapi ternyata memerlukan biaya tinggi. Belum lagi tingkat kecerdasan dalam tanda kutib masyarakat yang juga berubah, sehingga jelas politik “wani piro” tidak bisa dihindari. Slogan di televise justru ditanggapi dengan senyum manis berjuta makna.
Pendidikan politik belum sepenuhnya menyentuh akar rumput manakala sistem transaksional masih terbuka, dan ini justru menumbuhsuburkan praktik “barter” dalam bentuk lain. walaupun dalam tataran teoritik akademik memang sudah jauh lebih baik dibandingkan awal-awal dahulu. Akan tetapi seiring dengan peningkatan harapan, maka masyarakat belum bisa membedakan antara “butuh dan kebutuhan”. Akhirnya secara tidak sengaja peningkatan kualitas mutu teknik kepemilihan, ikut berimbas pada tingkat pelanggaran etika dalam menentukan pilihan. Sisi lain iming-iming kebendaan lebih memberikan harapan nyata bagi mereka, jika dibandingkan dengan harapan masa depan sebagai cita-cita.
Salam waras. (SJ)
Mahasiswa Teknik Lingkungan Raih Dua Gelar Juara Ajang Lomba Poster Nasional
M. Ikhsan mengungkapkan rasa bangganya dengan raihan Juara 1 ini, dengan mengikuti lomba ini ia merasakan pengalaman baru dan pengetahuan baru dalam bidang desain poster.
Ia berharap agar bisa meningkatkan prestasi ketingkat lebih tinggi dan dapat membanggakan Prodi Teknik Lingkungan dan Universitas Malahayati.
Hal yang sama pun diutarakan Naiya, dengan mengikuti ajang ini, “Lomba ini memberikan pengalaman yang luar biasa, dan hasil ini akan menjadi bahan evaluasi untuk saya, dan saya akan mengebangkan skill yang saya punya”.
“Harapannya semoga saya dapat lebih meningkatkan prestasi lagi dan dapat menjadi juara 1 di ajang lomba berikutnya,” tutup Naiya.