Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Istilah “hawak mata” ini sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, asal kata ini akrab di telinga etnis Lampung dan Komering Sumatera Selatan. Adapun deskripsinya adalah: selalu merasa kurang saat melihat sesuatu, utamanya makanan.
Walau terjemahan ini tidak begitu tepat benar, namun jika diberi contoh besar kemungkinan dapat dipahami maknanya. Penjelasannya sebagai berikut: pada saat bulan Ramadan seperti sekarang ini banyak diantara kita mengumpulkan semua makanan di meja makan.
Bahkan bisa jadi meja tadi tertutup tanpa celah sedikitpun dengan makanan. Namun saat berbuka tiba, ternyata kita hanya minum satu gelas teh panas, rasa dahaga-pun hilang.
Semua makanan terhidang yang kita kumpulkan tadi sebelum berbuka, tidak satupun kita sentuh. Keadaaan inilah yang diberi label “hawak mata”.
Dikisahkan juga seorang petinggi di perusahaan outomotif terkenal di Lampung; beliau ini sangat rajin berpuasa sunah senin-kamis, dan saat berbuka puasa, hidangannya biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa; cukup segelas air teh manis, sepotong kue, sudah cukup, kemudian beliau salat berjamaah di masjid.
Begitu bulan Ramadan, melihat meja makannya penuh dengan makanan kumpulan dari keluarganya, Bapak ini protes akan berbuka di masjid saja, karena di rumah terkena pula wabah hawak mata.
Hawak mata ternyata tidak hanya melanda meja makan saat Ramadan, saat ini tidak sedikit para politisi terkena perilaku “hawak”; bukan hanya mata, tetapi juga semua kelakuan perpolitikannya.
Bisa dibayangkan Sang Ayah sudah menjadi orang nomor satu, Istri menyusul ingin jadi nomor satu juga di level bawahnya, berikut menantu, anak bahkan jika mungkin cucu, akan digiring untuk berperilaku “hawak kuaso”.
Ada yang mengambil jalur bidang legislatif, ada yang di eksekutif, yang belum terdengar atau luput dari pendengaran wilayah yudikatif.
Memang tidak ada undang-undang yang dilanggar, namun etika atau kesantunan berpolitik sebagai semangat reformasi yang menolak nepotism, rasanya perilaku seperti ini tidak layak dipertontonkan.
Bisa dibayangkan ada petinggi partai yang mencalonkan dirinya, istri, anak, menantu, kemenakan, Om, Tante menjalani parade pencalonan karena didorong oleh “hawak kuaso”.
Ketidaksukaan akan perilaku ini bukan karena “dengki, iri, sakit hati”; akan tetapi didorong oleh rasa ketidaklayakan atau ketidakpatutan saja sebagai manusia yang selayaknya berperilaku budaya santun dalam bernegara.
Sebab nomenklatur sebagai manusia itu memiliki adab dan tatakrama dalam kebersantunan perilaku, terutama pada mereka yang paham akan etika berdemokrasi.
Pengaruh jiwa “kerajaan” tampaknya masih mengalir deras pada darah para petinggi yang modelnya seperti ini. Konsep “kekuasaan-kekeluargaan” seolah termasuk upaya melanggengkan “anak-turun” untuk menduduki singgasana kepemimpinan, dan menyatukan diri untuk selalu berkuasa.
Oleh sebab itu rekayasa sosial dalam bentuk apapun ditempuh, guna mewujudkan cita-cita keluarga dalam membangun “trah”. (Trah yang artinya keturunan berasal dari kata truh yang artinya hujan.
Hujan selalu menetes ke bawah sehingga trah pun dimaksudkan sebagai garis keturunan yang dihitung dari atas ke bawah (Sairin, 1991:3).
Semua dalam rangka menunjukkan dinasti yang berlindung pada identitas.
Lalu apakah karena jarak dan rentang waktu semangat 1998 yang menolak nepotisme sekarang sudah sayup-sayup tidak terdengar, atau memang sudah “ambyar” ?
Bisa jadi pada waktu peristiwa itu terjadi, mereka masih berselimut tebal dengan kenikmatan; entahlah, apakah telinga yang tuli, atau kehirukpikuan yang dibuat, sehingga nyaris tak terdengar.
Salam Waras. (SJ)
Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati Cetak Alumni Terbaik, Sudirman di Antaranya
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati Bandar Lampung telah banyak menorehkan prestasi di berbagai sektor industri, baik swasta maupun pemerintah. Salah satu contoh Sudirman, ST, alumnus yang lulus pada tahun 2010. Saat ini, ia menjabat sebagai Site Manager dan Kabag Sale & Marketing di PT. Tunas Jaya Sanur (group) Jakarta.
Sudirman membagikan pengalaman berharganya saat menempuh pendidikan di Universitas Malahayati Bandar Lampung. Ia menyatakan bahwa kesempatan untuk belajar di Jurusan Teknik Sipil adalah anugerah yang sangat ia syukuri. Menurutnya, didikan dan bimbingan dari dosen-dosen yang kompeten dalam bidangnya telah memberikan kenyamanan bagi para mahasiswa yang tengah menimba ilmu.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Namun, belajar di Program Studi Teknik Sipil tidaklah mudah. Sudirman mengakui bahwa terdapat banyak tugas dan proyek menantang yang memerlukan pemecahan masalah dan pemikiran kreatif. Namun, tantangan tersebut justru membantu para mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang tangguh.
Sudirman juga menambahkan bahwa selama kuliah, ia terlibat dalam beberapa organisasi mahasiswa terkait teknik sipil. Hal ini membantunya mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang sangat berguna di dunia kerja.
“Saya belajar tentang desain bangunan, rekayasa struktural, manajemen proyek, dan banyak lagi. Selama kuliah, saya juga terlibat dalam beberapa organisasi mahasiswa terkait teknik sipil, yang membantu saya mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan,” ucap Sudirman.
Sudirman mengucapkan terima kasih kepada almamaternya atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepadanya. Prestasi yang diraih oleh Sudirman dan alumni lainnya menjadi bukti nyata bahwa Universitas Malahayati Bandar Lampung terus menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap bersaing di dunia industri.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Sipil. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Alumni Teknik Sipil Universitas Malahayati Dwi Leo Nora Sukses Berkarir di Kementerian Pertanian
JAKARTA (malahayati.ac.id): Mahasiswa yang bergabung di program studi Teknik Sipil Universitas Malahayati kini memiliki kesempatan yang luas untuk memasuki pasar kerja global dengan keyakinan dan keterampilan yang kuat.
Program studi ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang desain, konstruksi, dan pemeliharaan infrastruktur, tetapi juga membuka pintu bagi beragam peluang karier yang luas di berbagai sektor industri.
Salah satu aspek menarik dari memilih Teknik Sipil adalah fleksibilitas karier yang ditawarkannya. Para lulusan dapat mengejar berbagai jalur karier, diantaranya, Bidang Konstruksi, Desain, Manajemen Proyek, dan Konsultan.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Sebagai contoh, Dwi Leo Nora, ST, lulusan tahun 2004 dari program Teknik Sipil Universitas Malahayati Bandar Lampung, saat ini sukses bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Bidang TU Inspektorat III.
Dwi Leo Nora memilih Universitas Malahayati karena biayanya terjangkau, seiring dengan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai PNS dan memiliki dua orang anak yang sedang kuliah.
Keputusan Dwi Leo Nora untuk memilih Universitas Malahayati didorong tidak hanya oleh biaya terjangkau, tetapi juga oleh lokasi kampus yang terjangkau dari rumah, ruang kampus dan fasilitas yang baik menjadi pendukung untuk belajar. “Suasana kampus yang sejuk dan tenang menjadi tempat yang nyaman untuk saya menerima ilmu,” ucapnya.
Dwi Leo Nora menilai, para dosen di Universitas Malahayati memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing, dengan beberapa dosen berasal dari universitas negeri dan juga memiliki pengalaman kerja di Dinas PU dan dinas lainnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan.
“Terima kasih kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi saya,” ucapnya.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Sipil. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Mahasiswa Universitas Malahayati Priatna Alvianti Raih Best Team Project dalam Program Kepemudaan Internasional di Malaysia
MALAYSIA (malahayati.ac.id): Priatna Alvianti, mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati Bandar Lampung, meraih penghargaan “Best Team Project” dalam program kepemudaan internasional Indonesian Youth Excursion Network (IYEN) yang diselenggarakan di Malaysia pada 25-29 Februari 2024.
Priatna Alvianti merupakan satu-satunya delegasi dari Provinsi Lampung yang turut serta dalam ajang tersebut, bersama dengan 7 mahasiswa lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tim yang terdiri dari Priatna Alvianti dan mahasiswa lainnya, antara lain Gicela Viga Gita Wisesa dari UIN Sunan Kalijaga, Mega Rahmawati dari Universitas Negeri Jakarta, Padmarani Minora dari Politeknik Negeri Sriwijaya, Febry Anisa Putri dari Universitas PGRI Sumatera Barat, Hasanuddin dari Universitas Negeri Semarang, Miftahul Ilmi Fadhilaturrahman dari IPB University, dan Dendi Agung Prayuda dari UIN Jambi.
Priatna Alvianti mengungkapkan rasa senang dan bersyukur atas kesempatan ini, karena telah banyak belajar hal-hal baru dan pengetahuan yang belum pernah diperoleh sebelumnya.
“Ini merupakan pengalaman pertama saya ke luar negeri, khususnya di Kuala Lumpur,” katanya.
Priatna Alvianti juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga, civitas akademika Universitas Malahayati, dan teman-temannya yang telah memberikan dukungan sejak awal pendaftaran hingga kepulangannya ke Indonesia.
“Selama di Malaysia, saya dan tim mengikuti berbagai kegiatan, seperti IYEN Youth Project, kunjungan dan orientasi universitas, kunjungan perusahaan, tur ke berbagai tempat di Malaysia, kunjungan kilat ke sekolah Indonesia di Kuala Lumpur, pertunjukan budaya Malaysia, sesi jaringan, dan pemberian penghargaan bagi para delegasi,” ucapnya.
Priatna juga memberikan pesan kepada rekan-rekan mahasiswa agar tidak takut untuk mencoba hal-hal baru demi mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas. (*)
Editor: Asyihin
Fakultas Hukum Universitas Malahayati Gelar Pengmas Pemberantasan Narkotika di Madrasah Aliyah Hidayatul Islam Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Fakultas Hukum Universitas Malahayati Bandar Lampung mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) di Madrasah Aliyah Hidayatul Islam Bandar Lampung, Rabu (27/3/2024). Kegiatan diikuti para pelajar dengan tema utama, “Peran Pelajar Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika.”
Dekan Fakultas Hukum Universitas Malahayati, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H., menyatakan bahwa kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari upaya untuk mempromosikan Program Studi Ilmu Hukum yang ada di Universitas Malahayati. “Kegiatan ini juga merupakan salah satu cara untuk mensosialisasikan dan mempromosikan fakultas hukum kami,” ujarnya.
Kehadiran dosen Ilmu Hukum Universitas Malahayati, Muslih, S.H.I., M.H., dan Dwi Arassy Aprillia RS S.H., M.H., serta Wakil Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Hidayatul Islam Bandar Lampung, Sa’diaturrahmah Insani, S.H.I., M.H., turut memeriahkan acara tersebut.
Muslih, S.H.I., M.H., sebagai penanggung jawab acara, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya pelajar, tentang bahaya narkotika serta sanksi hukum yang akan diterima jika mereka menyalahgunakannya.
“Kami bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat agar semakin tumbuh kesadaran hukum, memahami bahaya narkotika, dan sanksi hukumnya,” kata Muslih.
Dengan adanya kegiatan ini, Muslih berharap dapat mencapai output positif bagi Program Studi Ilmu Hukum sehingga semakin dikenal di masyarakat dan dapat terus memberikan manfaat serta pentingnya bagi para siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan program studi ilmu hukum, sehingga mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka. (*)
Editor : Asyihin
Mahasiswa Akuntansi Universitas Malahayati Sukses Dampingi 200 WP Lapor SPT 2023
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Delapan mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati di bawah bimbingan Tax Center telah sukses mendampingi 200 wajib pajak dalam menyusun laporan SPT Pribadi untuk tahun 2023.
Kegiatan ini sukses atas kerjasama antara Tax Center dan Biro Pajak Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Ketua Tax Center Universitas Malahayati, Hardini Ariningrum,S.E.,M.Ak.,CFRS, menyatakan bahwa hari ini menandai penutupan layanan pendampingan pelaporan SPT tahun 2023 di Universitas Malahayati.
“Untuk Tax Center, hari ini adalah penutupan layanan pada jam 11.30, sementara di kantor KKP penutupan layanan adalah 31 Maret,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Dini (panggilan akrab Hardini Ariningrum) juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta dalam mensukseskan kegiatan ini, yang telah berlangsung sejak 5 Februari 2024.
“Tahun depan, kami berencana untuk menggelar kegiatan serupa, semoga jumlah mahasiswa yang lolos tes untuk menjadi pendamping semakin bertambah,” tambahnya.
Nama-nama mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain Nabila Liquina (NPM: 22210069), Dian Eka Saputri (NPM: 22210039), Selma Khoirun Nisa (NPM: 22210085), Sabrina Revania Putri (NPM: 22210022), Ika Dianisa (NPM: 22210052), Salma Syahriyani Santoso (NPM: 22210023), Ferinditha Prisca Leona (NPM: 22210025), dan Rismawati Shelia Putri (NPM: 22210098). (*)
Editor: Asyihin
Lapar
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Kelaparan adalah suatu kondisi dimana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal. Teori tentang lapar dapat melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk biologi, psikologi, dan sosiologi.
Berikut adalah beberapa teori yang berhubungan dengan konsep lapar: Teori Biologis: terdiri dari dua sub-kajian, yaitu: Kajian Homeostasis: Lapar sering kali dilihat sebagai respons biologis terhadap ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketika tubuh kehabisan energi atau nutrisi, sinyal lapar dikirimkan ke otak untuk memicu perilaku mencari makan. Kajian Metabolisme: Kebutuhan energi tubuh berubah seiring waktu dan aktivitas, dan lapar dapat dilihat sebagai hasil dari metabolisme yang terus berjalan.
Teori Psikologis: terdiri dari dua sub-kajian, yaitu: Kajian teori Drive: Konsep lapar dapat dipahami melalui teori drive, di mana lapar dipandang sebagai drive yang memotivasi individu untuk mencari makanan guna memuaskan kebutuhan biologisnya. Kajian peran Emosi: Faktor emosional seperti stres atau kebosanan juga dapat mempengaruhi persepsi lapar seseorang. Misalnya, seseorang mungkin cenderung mencari makanan sebagai mekanisme koping ketika mereka merasa stres.
Sementara itu Teori Sosial: yang terdiri dari dua sub-kajian, yaitu: Pertama, Kajian Pengaruh Budaya: Kebiasaan makan, preferensi makanan, dan waktu makan dapat dipengaruhi oleh faktor budaya. Misalnya, dalam budaya tertentu, makanan tidak hanya dianggap sebagai sumber nutrisi, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat. Kedua, Kajian Pengaruh Lingkungan: Faktor-faktor lingkungan seperti ketersediaan makanan, promosi makanan, dan norma sosial dapat mempengaruhi perilaku makan seseorang. Contohnya, ketika makanan yang tidak sehat mudah ditemukan atau dipromosikan, seseorang mungkin lebih cenderung untuk makan berlebih.
Sedangkan Teori Evolusi: berfokus pada sub-Teori Seleksi Alami: Lapar dipahami sebagai mekanisme evolusi yang berkembang untuk memastikan kelangsungan hidup spesies. Individu yang mampu merespons sinyal lapar dengan mencari makanan memiliki keunggulan seleksi alami dalam memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
Kita ambil sebagai pijakan kombinasi teori di atas, guna meneropong kondisi saat ini, bersamaan dengan ”puasanya orang muslim” di bulan romadhon sebagai perintah keilahian dengan ditetapkan sebagai rukun dalam akidah keislaman, yang juga dilakukan dengan menahan lapar pada siang hari dengan segala ketentuan yang melekat.
Pada kenyataannya lapar karena berpuasa dalam konteks agama (islam) adalah perintah keilahian yang didasari keimanan; sementara lapar dalam konteks sosial bisa bermakna lain, karena kelaparan dalam bidang apa serta bagaimana dampaknya, tentu ini ranah manusia banget. Karena lapar yang melanda manusia itu tidak pandang tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status sosial dan apapun yang melekat sebagai atribut manusia. bahkan petani sekalipun jika sudah terkena “lapar lahan”; maka tanah siappun akan dibabat untuk ditanami kemudian dimiliki.
Contoh lain; “lapar kekuasaan” adalah bentuk ketidakpuasan diri secara sosial untuk selalu ingin berkuasa, bahkan menjadi ingin tak terbatas. Jika lapar dalam kontek agama adalah menahan diri untuk tidak berbuat yang merusak pahala puasa; sementara lapar kekuasaan adalah pengumbaran nafsu keinginan untuk selalu berkuasa baik diperoleh dengan cara halal mauapun tidak halal. Dengan kata lain tujuan menghalalkan akan cara yang diambil atau dipilih.
Sedangkan lapar harta; Istilah ini merujuk pada keinginan yang sangat kuat untuk mengumpulkan, menimbun atau memperoleh kekayaan material secara berlebihan, tentu dilakukan dengan berbagai cara, baik yang halal maupun haram, melanggar aturan negara dan syar’I atau tidak; semua dilakukan demi memuaskan nafsu lapar akan harta.
Lapar kekuasaan dan lapar harta dalam beberapa kajian sering berjalan seiring; oleh sebab itu ada asumsi yang dibangun, jika mereka lapar kuasa biasa disertai lapar harta. Jika lapar harta, maka diiringi dengan lapar kuasa. Hukum sosial seperti ini berjalan saling berkelindan karena kekuasaan digunakan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, dan harta sebanyak-banyaknya untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan sebesar-besarnya. Tinggal kita menelisik lebih jauh apakah harta itu hanya sebatas kebendaan atau juga non-benda.
Kekuasaan juga apakah hanya dalam arti harfiah mengatur orang untuk mengikuti kehendaknya, atau lebih dari itu. Bahkan bisa saja sampai pada mengeksploitasi orang lain untuk memenuhi hasratnya. Mencalonkan untuk kursi kekuasaan kemudian dijadikan “boneka mainan”, juga bentuk eksplotasi kekuasaan atas dasar lapar kuasa.
Namun perlu disadari bahwa tidak ada larangan orang untuk menjadi kaya, juga tidak ada larangan untuk berkuasa; akan tetapi yang ada adalah aturan mendapatkan dan memanfaatkan kekuasaan dan kekayaan itu, baik secara hukum formal maupun hukum keilahian. Pada ajaran agama yang penulis yakini bahwa harta dan kekuasaan itu nanti di yaumilakhir akan ditanyakan ”bagaimana cara mendapatkannya? Untuk apa setelah didapat? Apakah hak dan kuwajiban akan keduanya sudah dilaksanakan sesuai ajaran agama?
Tentu pertanyaan imajiner ini adalah bentuk pertanggungjawaban semua perbuatan manusia dihadapan Sang Pencipta. Petuah Jawa kuno “mandeg ko …sakdurunge tuwuk…” yang terjemahan bebasnya berhentilah sebelum kenyang, tampaknya masih relevan sampai saat ini, dan, itu bukan untuk makan dalam pengertian harfiah saja, tetapi juga untuk lainnya…termasuk dalam mencari harta dan kuasa.
Salam Waras (SJ)
Alumnus Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati Hanif Syahroni Kini Berkarir di Dinas PUPR Way Kanan
WAY KANAN (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung saat ini sedang membuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun akademik 2024/2025. Tentunya, hal ini membuka kesempatan bagi para lulusan SMA yang ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi dapat bergabung ke Universitas Malahayati.
Universitas Malahayati memiliki 5 fakultas dan 20 program studi yang dapat dipilih oleh calon mahasiswa sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimiliki. Salah satu program studi yang dapat dipilih salah satunya ialah Program Studi Teknik Sipil.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati Bandar Lampung telah meluluskan banyak sarjana teknik selama 30 tahun yang telah berkarir di berbagai bidang profesi di seluruh Indonesia. Salah satu Alumni Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati adalah Ir. Hanif Syahroni, S.T., CST.
Alumnus Universitas Malahayati, Ir. Hanif Syahroni, S.T., CST, yang lulus pada tahun 2013 dari Program Studi Teknik Sipil, kini aktif berkiprah di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Way Kanan. Hanif menjabat sebagai Pelaksana Bidang Bina Marga, bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Saat diwawancarai Humas Universitas Malahayati, Hanif merasa bangga dapat berkontribusi di tempat kerjanya saat ini setelah menempuh pendidikan di Universitas Malahayati. “Merasakan kuliah dengan beasiswa dan pendidikan di Universitas Malahayati merupakan hal yang sangat membanggakan bagi saya, mengingat latar belakang ekonomi keluarga yang sederhana dan dari daerah yang jauh dari ibu kota provinsi,” ungkap Hanif.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Setelah lulus, Hanif terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang profesi teknik dan mendapatkan gelar Insinyur (Ir), tak hanya itu, Hanif juga telah mendapat kualifikasi Ahli Muda yang telah mengikuti Pelatihan dan Uji Kompetensi Ahli Muda K3 Konstruksi dengan diberikan gelar CST (Construction Safety Technician).
Hanif menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Universitas Malahayati atas kesempatan yang telah diberikan melalui program beasiswa. “Terima kasih untuk pihak kampus Universitas Malahayati dan seluruh tenaga pengajar di sana. Semoga senantiasa diberikan kesehatan, dan Malahayati jaya selalu,” tambahnya.
Pendidikan yang diterima di Universitas Malahayati, baik melalui perkuliahan umum maupun workshop, membekali Hanif dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugasnya di bidang bina marga. Kontribusi Hanif menjadi bukti nyata akan kualitas pendidikan di Universitas Malahayati dalam mempersiapkan lulusannya untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia khususnya di Lampung.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Sipil. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)
Editor: Asyihin
Sofian Husein, Lulusan Teknik Industri Universitas Malahayati, Kini Bekerja di Dinas Tenaga Kerja Pemkot Batam
Batam (malahayati.ac.id): M Sofian Husein, lulusan Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung lulus tahun 2009, telah berhasil meniti karier di Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau. Saat ini, dirinya menjabat sebagai Analis Kebutuhan Tenaga Kerja Industri.
Pengalamannya saat kuliah di Universitas Malahayati Bandar Lampung sungguh luar biasa. Dari program studi Teknik Industri, Sofian memperoleh pengetahuan yang luas, mulai dari manufaktur, proses produksi, logistik, hingga manajemen industri dan personalia.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
“Ilmu yang saya dapatkan dari Teknik Industri sangat membantu saya dalam menghadapi tantangan di dunia kerja,” kata Sofian.
Menurut Sofian, keahlian dalam berpikir komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan yang diperolehnya selama kuliah membuatnya lebih mudah mengaplikasikannya dalam dunia kerja. “Teknik Industri membekali saya dengan kemampuan analisis yang sangat diperlukan dalam pekerjaan saya saat ini,” tambahnya.
Selain itu, Sofian juga menyoroti pentingnya dukungan dosen di Universitas Malahayati. “Saya sangat beruntung kuliah di Teknik Industri Unmal yang memiliki dosen-dosen yang sangat mendukung. Mereka tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membimbing dan memberi motivasi kepada mahasiswanya,” ujar Sofian.
Dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, Sofian berharap agar Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung terus berkembang dan menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi yang unggul di Indonesia terutama di Provinsi Lampung.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang teknik industri diundang untuk bergabung dengan prodi ini.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)
Editor: Asyihin
Intan Komalasari Mahasiswa Akuntansi Malahayati, Raih Juara 3 Lomba Menulis Puisi
Intan bersyukur dan bangga dengan raihan Juara 3 ini, “Saya sangat suka menulis, apalagi menulis puisi, semoga kedepannya saya bisa berprestasi ini dalam bidang ini dan dapat membawa nama Universitas Malahayati kejenjang nasional,” ujarnya.
Ricko Gunawan, M.Kes selaku Ka.Biro Kemahasiswaan Universitas Malahayati Bandarlampung, berujar “Teruslah kembangkan bakat yang dimiliki, dan terus raih prestasi untuk mengharumkan nama Universitas Malahayati”. (gil/humasmalahayatinews)
Hawak Mata, Hawak Kuaso
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Istilah “hawak mata” ini sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, asal kata ini akrab di telinga etnis Lampung dan Komering Sumatera Selatan. Adapun deskripsinya adalah: selalu merasa kurang saat melihat sesuatu, utamanya makanan.
Walau terjemahan ini tidak begitu tepat benar, namun jika diberi contoh besar kemungkinan dapat dipahami maknanya. Penjelasannya sebagai berikut: pada saat bulan Ramadan seperti sekarang ini banyak diantara kita mengumpulkan semua makanan di meja makan.
Bahkan bisa jadi meja tadi tertutup tanpa celah sedikitpun dengan makanan. Namun saat berbuka tiba, ternyata kita hanya minum satu gelas teh panas, rasa dahaga-pun hilang.
Semua makanan terhidang yang kita kumpulkan tadi sebelum berbuka, tidak satupun kita sentuh. Keadaaan inilah yang diberi label “hawak mata”.
Dikisahkan juga seorang petinggi di perusahaan outomotif terkenal di Lampung; beliau ini sangat rajin berpuasa sunah senin-kamis, dan saat berbuka puasa, hidangannya biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa; cukup segelas air teh manis, sepotong kue, sudah cukup, kemudian beliau salat berjamaah di masjid.
Begitu bulan Ramadan, melihat meja makannya penuh dengan makanan kumpulan dari keluarganya, Bapak ini protes akan berbuka di masjid saja, karena di rumah terkena pula wabah hawak mata.
Hawak mata ternyata tidak hanya melanda meja makan saat Ramadan, saat ini tidak sedikit para politisi terkena perilaku “hawak”; bukan hanya mata, tetapi juga semua kelakuan perpolitikannya.
Bisa dibayangkan Sang Ayah sudah menjadi orang nomor satu, Istri menyusul ingin jadi nomor satu juga di level bawahnya, berikut menantu, anak bahkan jika mungkin cucu, akan digiring untuk berperilaku “hawak kuaso”.
Ada yang mengambil jalur bidang legislatif, ada yang di eksekutif, yang belum terdengar atau luput dari pendengaran wilayah yudikatif.
Memang tidak ada undang-undang yang dilanggar, namun etika atau kesantunan berpolitik sebagai semangat reformasi yang menolak nepotism, rasanya perilaku seperti ini tidak layak dipertontonkan.
Bisa dibayangkan ada petinggi partai yang mencalonkan dirinya, istri, anak, menantu, kemenakan, Om, Tante menjalani parade pencalonan karena didorong oleh “hawak kuaso”.
Ketidaksukaan akan perilaku ini bukan karena “dengki, iri, sakit hati”; akan tetapi didorong oleh rasa ketidaklayakan atau ketidakpatutan saja sebagai manusia yang selayaknya berperilaku budaya santun dalam bernegara.
Sebab nomenklatur sebagai manusia itu memiliki adab dan tatakrama dalam kebersantunan perilaku, terutama pada mereka yang paham akan etika berdemokrasi.
Pengaruh jiwa “kerajaan” tampaknya masih mengalir deras pada darah para petinggi yang modelnya seperti ini. Konsep “kekuasaan-kekeluargaan” seolah termasuk upaya melanggengkan “anak-turun” untuk menduduki singgasana kepemimpinan, dan menyatukan diri untuk selalu berkuasa.
Oleh sebab itu rekayasa sosial dalam bentuk apapun ditempuh, guna mewujudkan cita-cita keluarga dalam membangun “trah”. (Trah yang artinya keturunan berasal dari kata truh yang artinya hujan.
Hujan selalu menetes ke bawah sehingga trah pun dimaksudkan sebagai garis keturunan yang dihitung dari atas ke bawah (Sairin, 1991:3).
Semua dalam rangka menunjukkan dinasti yang berlindung pada identitas.
Lalu apakah karena jarak dan rentang waktu semangat 1998 yang menolak nepotisme sekarang sudah sayup-sayup tidak terdengar, atau memang sudah “ambyar” ?
Bisa jadi pada waktu peristiwa itu terjadi, mereka masih berselimut tebal dengan kenikmatan; entahlah, apakah telinga yang tuli, atau kehirukpikuan yang dibuat, sehingga nyaris tak terdengar.
Salam Waras. (SJ)