Mengenal Generasi Alpha

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa tahun lalu dunia ditimpa musibah dengan munculnya penyakit generasi baru yang dikenal dengan Covid-19. Tidak terkecuali negeri ini yang juga terdampak akibat mewabahnya penyakit tersebut. Korban bergelimpangan dimana-mana, tidak terkecuali siapa kita, jika terkena penyakit itu hanya takdir yang menentukan. Semua daya upaya dikerahkan untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan, dan Alhamdullilah hasilnya sangat menggembirakan.

Namun, dibalik musibah itu ternyata ada sesuatu berkah yang disampaikan oleh Sang Maha Pencipta kepada manusia, salah satu diantaranya adalah pembelajaran maya. Manusia tidak boleh berhenti belajar sekalipun dengan keterbatasan keadaan. Oleh sebab itu pada masa berjangkitnya wabah Covid, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan piranti daring. Generasi yang sangat akrab bahkan sangat tergantung dengan piranti gadget itu sekarang masuk ke sekolah lanjutan atas kelas 10. Tentu saja menghadapi mereka ini sudah sangat berbeda dengan generasi kakak-kakaknya terdahulu.

Sebelum lebih jauh kita mengenal generasi Alpha ini, terlebih dahulu kita pahamkan nama-nama generasi pendahulunya. Berdasarkan penelusuran digital ditemukan data sebagai berikut:

Pertama, Generasi Milenial, juga dikenal sebagai Generasi Y, merujuk pada kelompok orang yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an atau awal 2000-an. Mereka berada di antara Generasi X dan Generasi Z. Beberapa ciri khas generasi ini mencakup:

(a) Digital Natives: Milenial tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya internet, ponsel, dan media sosial. Mereka umumnya nyaman dengan teknologi dan aktif di platform digital.

(b) Pendidikan dan Karier: Milenial cenderung lebih terdidik dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, mereka sering menghadapi tantangan dalam hal stabilitas pekerjaan dan pendapatan, sebagian karena dampak resesi global serta perubahan ekonomi.

(c) Gaya Hidup: Milenial lebih menghargai pengalaman daripada barang. Mereka lebih suka berinvestasi dalam perjalanan, hobi, dan pengalaman unik dibandingkan membeli properti atau barang mewah.

(d) Keterlibatan Sosial: Banyak milenial peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka sering mendukung gerakan terkait keberlanjutan, kesetaraan, serta hak asasi manusia.

(e). Berbeda dalam Pengambilan Keputusan: Dalam hal pengambilan keputusan, milenial lebih cenderung mempertimbangkan pendapat orang lain yang mereka peroleh melalui media sosial atau komunitas online.

Kedua, Generasi Z, juga dikenal sebagai i-Generation, adalah kelompok orang yang lahir setelah generasi milenial, umumnya dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka tumbuh di era digital yang sudah sangat maju. Berikut beberapa ciri utama dari Generasi Z:

(a) Generasi Digital Sejati: Gen Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan teknologi digital sejak lahir. Mereka tidak hanya nyaman dengan internet dan media sosial, tetapi juga sangat mahir menggunakan perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan komputer sejak usia dini.

(b) Multitasking dan Informasi Instan: Generasi ini dikenal sebagai multitasker yang sering melakukan banyak hal sekaligus, seperti menonton video sambil berkomunikasi di media sosial. Mereka terbiasa dengan informasi yang datang dengan cepat dan mudah diakses, sehingga mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan generasi sebelumnya.

(c) Peduli Isu Sosial dan Keberlanjutan: Gen Z sangat peduli dengan masalah sosial, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan rasial, dan hak asasi manusia. Mereka sering terlibat dalam gerakan sosial melalui platform digital dan menuntut tanggung jawab sosial dari perusahaan dan pemerintah.

(d) Kemandirian dan Kewirausahaan: Banyak dari mereka yang memiliki semangat kewirausahaan. Mereka cenderung lebih independen, dan perkembangan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram memungkinkan mereka menciptakan konten dan menghasilkan uang secara mandiri dari usia muda.

(e) Preferensi terhadap Autentisitas: Gen Z sangat menghargai keaslian dan cenderung lebih skeptis terhadap pemasaran tradisional yang terlihat terlalu dikendalikan. Mereka lebih tertarik pada brand atau influencer yang dianggap tulus dan otentik.

(f) Keragaman dan Inklusivitas: Generasi ini tumbuh dalam dunia yang semakin global dan beragam, sehingga mereka lebih terbuka dan mendukung inklusivitas, baik dari segi budaya, etnis, maupun identitas gender.

(g) Pendekatan Terhadap Pendidikan dan Karier: Gen Z cenderung pragmatis dalam hal pendidikan dan karier. Mereka lebih menyukai pendekatan yang fleksibel, seperti pembelajaran online atau kursus keterampilan singkat, daripada jalur pendidikan formal yang panjang. Banyak dari mereka juga mencari pekerjaan yang memberikan keseimbangan hidup-kerja yang lebih baik.

Generasi Z diprediksi akan menjadi generasi yang membawa banyak perubahan dalam dunia bisnis, politik, dan budaya global karena perspektif mereka yang unik terhadap teknologi, komunikasi, dan isu-isu sosial.

Ketiga, Generasi Alpha adalah generasi yang lahir setelah Generasi Z, umumnya mulai dari tahun 2010 hingga sekitar pertengahan 2020-an. Berikut adalah beberapa karakteristik yang menonjol dari Generasi Alpha:

(a) Native Digital Sejati: Jika Generasi Z tumbuh dengan perkembangan teknologi, Generasi Alpha lahir di dunia yang sudah penuh dengan teknologi. Mereka akan tumbuh dengan perangkat seperti smartphone, tablet, dan perangkat pintar yang terus berkembang, serta kecerdasan buatan dan realitas virtual/augmentasi yang semakin umum dalam kehidupan sehari-hari.

(b) Pengaruh Teknologi pada Pendidikan: Generasi Alpha mengalami pendidikan yang lebih terintegrasi dengan teknologi. Banyak dari mereka belajar melalui perangkat digital, aplikasi pendidikan, dan lingkungan kelas virtual, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mempercepat penggunaan teknologi dalam pendidikan.

(c) Keterlibatan dengan AI dan Automasi: Generasi ini akan terbiasa dengan kecerdasan buatan (AI) dan automasi dalam banyak aspek kehidupan, dari asisten virtual seperti Siri atau Alexa hingga mobil otonom dan rumah pintar. Teknologi ini akan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.

(d) Multiplatform dan Multimodal: Gen Alpha akan terbiasa mengonsumsi konten melalui berbagai platform dan format, seperti video, streaming, game, media sosial, dan augmented reality. Mereka akan lebih terhubung dengan dunia digital daripada dengan media tradisional seperti televisi.

(e) Lebih Beragam Secara Global: Seperti halnya Generasi Z, Generasi Alpha akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih global dan multikultural. Mereka akan terpapar pada lebih banyak pandangan dunia, gaya hidup, dan budaya yang berbeda melalui internet dan media global.

(f) Tingkat Literasi Teknologi yang Tinggi: Generasi Alpha akan memiliki literasi teknologi yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka akan terbiasa dengan pemrograman, desain digital, dan teknologi lainnya sejak usia dini, yang dapat mendorong mereka untuk mengejar karier di bidang teknologi dan sains.

(g) Fokus pada Kesehatan Mental dan Emosional: Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, Generasi Alpha kemungkinan akan lebih fokus pada kesejahteraan emosional. Orang tua milenial juga lebih peduli pada aspek ini, sehingga mereka membesarkan anak-anak dengan perhatian yang lebih besar terhadap keseimbangan hidup.

(h) Tantangan Baru dalam Interaksi Sosial: Karena mereka tumbuh dengan perangkat digital, ada kekhawatiran bahwa interaksi sosial tatap muka mungkin berkurang. Namun, generasi ini juga mungkin mengembangkan cara-cara baru untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan melalui platform digital yang inovatif.

(i) Kehidupan di Dunia yang Berubah Cepat: Generasi Alpha akan menghadapi perubahan besar di bidang teknologi, ekonomi, dan lingkung an. Isu-isu seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan keberlanjutan mungkin akan lebih mendesak bagi mereka, dan mereka akan dibesarkan dalam konteks dunia yang lebih sadar terhadap masalah global tersebut.

Sebagai generasi yang lahir dalam era yang sangat dinamis, Generasi Alpha kemungkinan akan menjadi penggerak utama perubahan di masa depan, baik dalam cara hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu cara mendidik mereka pun berbeda jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka saat ini ada di kelas sepuluh sekolah lanjutan atas (seperti telah disinggung di atas); mereka memerlukan layanan teknologi yang sangat berbeda dan bersifat baharu. Sekolah, orang tua, masyarakat dituntut untuk memahami kebutuhan mereka saat ini; guna memfasilitas tumbuhkembangnya kepribadian dan kedewasaan mereka.

Satu hal yang jangan sampai lengah untuk generasi ini adalah pendidikan agama; jika pendidikan agama dalam arti laku agama sampai tertinggal apalagi terabaikan; maka jangan sesalkan kelak jika mereka menjadi berlabel agama tetapi tidak berperilaku agamis. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman