Buyan

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari Minggu, 1 September lalu, media ini memuat opini tulisan HBM yang membahas tentang seharusnya menjadi kepala daerah dengan mentor gratis berstatus pejabat dikirim Mendagri Tito Karnavian ke daerah ini.

Mantan mahasiswa yang ijazah pascasarjananya ditandatangani penulis artikel ini merasa tersanjung membaca tulisan itu. Namun, begitu ditutup dengan satu diksi buyan malah merangsang urat geli untuk ikutan menguliknya.

Kita telusuri terlebih dahulu apa makna diksi judul tulisan ini: buyan. Kata itu merupakan bahasa yang sehari-hari digunakan oleh masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya.

Dikutip dari laman resmi Universitas Krisnadwipayana, buyan dalam Bahasa Palembang memiliki arti “bodoh” dan tergolong sebagai kata celaan.

Penelusuran lebih jauh ditemukan informasi, kata buyan diturunkan dari Bahasa Jawa Kuno (Kawi) buyan (tergila-gila, gila, sinting, sakit jiwa, tidak dapat berpikir rasional).

Diksi ini juga sering bersanding dengan kata bengak yang memiliki arti “bodoh” atau “tolol”. Kata ini digunakan sebagai makian untuk mengungkapkan kejengkelan atau kemarahan.

Kesimpulan sementara jika diksi buyan digunakan itu masih dalam tataran kesal hati melihat sesuatu yang tidak tepat. Namun jika diksi bengak yang dipakai, itu menunjukkan kemarahan terhadap sesuatu.

HBM lebih memilih diksi buyan karena beliau tahu betul apa yang sudah ditampilkan oleh roll model (dalam hal ini penjabat gubernur) adalah contoh gratis yang bisa diambil pelajaran oleh para calon kepala daerah (cakada).

Namun HBM lupa bahwa para cakada saat ini “belum” atau mungkin “tidak” akan memikirkan contoh teladan tadi, karena kepalanya sedang diisi oleh rasa khawatir yang amat sangat akan kehilangan dukungan partai pengusung.

Bahkan banyak diantara mereka sedang ada pada posisi “ngeri-ngeri sedap” karena dukungan bisa dengan cepat lijung. Sudah gelek segalo jemat dukungan belum mantap; tentu kondisi ini membuat cakada pada blingsatan.

Contoh perilaku yang ditampilkan “Pak Guru Gubernur” adalah sesuatu yang penuh dengan muatan moral dan etika, sehingga memposisikan orang bukan pada atas bawah secara hirarkhis.

Walaupun itu sah-sah saja; tetapi beliau memposisikan pada kesetaraan, bahkan tidak jarang sedikit meninggikan kepada lawan bicara atau lawan hadap.

Hal ini diakui oleh banyak tamu yang sudah sowan kepada Beliau. Terakhir, rombongan tamu asosiasi keperawatan yang di dalamnya ada dosen, sampai beliau berdecak kagum dan berkomentar “baru nemu pejabat kayak gini”.

Bahkan ada yang membandingkan saat yang bersangkutan bertamu kepada kepemimpinan pendahulu, baru masuk ruangan sudah kena “gas poll”.

Apakah pejabat yang memiliki latarbelakang guru akan begini perilakunya? Sebagai guru juga, saya katakan belum tentu. Belum ada penelitian juga menemukenalinya.

Namun jika dikaitkan dengan keperibadian “melayani” yang itu melekat pada profesi guru, tentu kesimpulan itu sudah dapat dijadikan aksioma untuk dinaikkan menjadi hipotesis, yang kemudian dilakukan uji lapang.

Namun demikian ada hal yang menarik lainnya, ialah karena kepribadian seperti ini, berkecenderungan sikap yang ditampilkan sangat hati-hati.

Kehati-hatian yang berlebih ini terkesan jadi lamban dalam mengambil keputusan, sebab pertimbangan yang diambil bukan hanya materi yang diputuskan, akan tetapi juga cara memutuskan sampai dampak akan keputusan itu baik secara institusional maupun personal.

Oleh sebab itu saat ada isu yang dihembuskan akan adanya pergantian pejabat di lingkungan pemerintah daerah, mereka yang paham akan karakter PJ bersikap senyum dikulum, karena hal itu tidak akan terjadi secepat apa yang dipikirkan orang.

Kehati-hatian menjadi selalu yang terdepan, sekalipun banyak orang sulit membedakan kehati-hatian dengan lamban.

Beliau tentu akan mengedepankan “waktu boleh singkat, namun kesan harus mendalam” adalah sesuatu yang selalu diupayakan terus menerus dalam segala langkah, sikap dan perbuatan kepada siappun itu.

Ini bisa diuji dengan tesis apakah gubernur terpilih nantinya juga akan menemui wali kota. Jika jawabannya “Ya”; maka PJ berhasil membangun budaya baru dalam pergaulan kepemerintahan dan apa yang dilakukannya selama menjadi PJ berbuah manis.

Akan tetapi jika tidak, bukan berarti beliau gagal, tetapi karena kebuyanan yang bersangkutan dalam mengambil contoh. Terimakasih HBM yang telah memberikan rangsangan berfikir akan Lampung Yang Lebih Baik. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Sintia Andela Mahasiswa Universitas Malahayati, Borong Medali di Ajang Airlangga Short Competition 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Sintia Andela (23220484) Mahasiswa Prodi S1 Manajemen Universitas Malahayati yang telah berhasil meraih Medali Emas Bidang Ekonomi dalam Perlombaan Akademik Tingkat Nasional “Airlangga Short Competition 2024”. Lomba ini diselenggarakan pada 22 Juli 2024.

Airlangga Short Competition 2024 adalah sebuah kompetisi penulisan singkat yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga. Kompetisi ini biasanya terbuka untuk mahasiswa dan umum, dengan tema-tema yang bisa bervariasi setiap tahunnya.

Sintia Juga berhasil Meraih beberapa Medali diantaranya :
1. Medali Emas Olimpiade Nasional Bidang Ekonomi
2. Medali Emas Olimpiade Nasional Bidang Sejarah
3. Medali Emas Olimpiade Nasional Bidang Wawasan Kebangsaan/PPKN
yang diselenggarakan oleh PT. Lentera Pendidikan Indonesia, Jakarta 22 Juli 2024.

Sintia mengucapkan rasa syukur dan bangga atas pencapaian ini. “Alhamdulilah saya berhasil mendapatkan penghargaan ini, dan bersyukur bisa meraih medali di empat bidang berbeda,” ucapnya.

Sintia mengatakan ini merupakan perlombaan akademik pertama yang diikutinya. “Selama menempuh pendidikan di Universitas Malahayati ini yang pertama, sebelumnya saya selalu mengikuti perlombaan dibidang non akademik, dan itu berhasil,” katanya.

Ia berkomitmen untuk tetap konsisten dalam mengikuti perlombaan yang ada kedepannya. “Semoga semakin banyak perlombaan yang dapat meningkatkan serta mengembangkan minat dan bakat seluruh pemuda-pemudi di Indonesia,” tambahnya.

Sintia berharap dirinya dapat terus memberikan yang terbaik untuk dirinya, keluarga dan tentunya almamater tercinta Universitas Malahayati. “Saya sangat ingin menjadi wanita yang multitalenta, dan saya berharap dapat memenangkan perlombaan yang saya ikuti dikemudian hari,” tandasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati Terlibat Program Kampus Mengajar di Sekolah Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bandar Lampung kembali terlibat dalam program Kampus Mengajar Batch 8, mulai 9 September hingga 31 Desember 2024.

Mahasiswa tersebut yakni, Monica Valentina ditempatkan di SD Negeri 1 Sawah Brebes, sedangkan Lisa Feri Riyanti, Adelia Fitri Ramanda, dan Putri Amelia yang masing-masing ditempatkan di SD Negeri 1 Gunung Terang, Bandar Lampung.

Monica Valentina menyampaikan bahwa selama penugasannya di sekolah, ia akan menjadi mitra guru dalam menjalankan program kerja seperti kegiatan literasi. Di sisi lain, Lisa Feri Riyanti juga akan berperan sebagai mitra guru, namun ia menambahkan program kerja lain seperti pelatihan Canva yang ditujukan untuk siswa maupun guru di sekolah.

Adelia Fitri Ramanda, yang juga ditempatkan di SD Negeri 1 Gunung Terang, fokus pada program kerja di bidang lingkungan dengan menekankan pada literasi dan numerasi. Sementara itu, Putri Amelia akan memperkenalkan konsep “Fun Literasi” kepada para siswa. (*)

Editor: Asyihin

Universitas Malahayati Hadir di MBKM Fair 2024

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sekretaris MBKM Center Universitas Malahayati Bandar Lampung, Anissa Ermasari, S.Tr.Keb., M.Keb., menghadiri pembukaan MBKM Fair 2024 di Novotel Lampung, Kamis, 5 September 2024.

Acara ini diselenggarakan oleh LLDikti Wilayah 2 Palembang dan melibatkan berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Provinsi Lampung.

Universitas Malahayati turut serta memeriahkan ajang ini dengan membuka stand pameran MBKM yang menampilkan berbagai program hasil implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang telah berjalan sejak tahun 2020.

Menurut Anissa, stand tersebut menunjukkan bentuk nyata dari program MBKM yang dikelola kampusnya.

“Implementasi MBKM di Universitas Malahayati diwujudkan melalui MBKM Center yang menjadi pusat pelaksanaan program, dengan adanya Person in Charge (PIC) untuk sembilan program MBKM. Selain itu, kami memiliki Mahasiswa Penggerak MBKM (MPMBKM) yang bertugas mengedukasi mahasiswa mengenai berbagai program MBKM,” ungkap Anissa.

Lebih lanjut ia menjelaskan beberapa program unggulan MBKM di Universitas Malahayati, seperti Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Kampus Mengajar (KM), serta program magang mandiri untuk prodi S1 ​​Ilmu Hukum. Universitas Malahayati juga menjadi salah satu pemenang Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) tahun kedua untuk prodi S1 ​​Psikologi.

“Selain pameran, kami juga berpartisipasi dalam sosialisasi program MBKM, menampilkan flashmob dari mahasiswa, menghadirkan Muli mekhanai Universitas Malahayati, serta mengadakan pentas seni dari para mahasiswa,” tutup Anissa. (*)

 

Editor: Asyihin

Program Studi Manajemen Universitas Malahayati Laksanakan Pengabdian Masyarakat di Desa Sumber Mulyo, Guna Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Lokal

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Malahayati melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Sumber Mulyo Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat, 2 September 2024.

Dalam kegiatan ini turut hadir Ka.Prodi, Dr Febrianty.S.E.,M.Si, Sekretaris Program Studi Euis Mufahamah.,S.E.,M.Ak, dosen Senior Dr. Nurbaiti.,S.E.,M.M, dan Lestari Wuryanti.,S.E.,M.M, Serta PIC Pengabdian Masyarakat Yaitu Reza Hardian Pratama.,S.E.,M.M.

Beberapa dosen lainya terdiri dari 5 kelompok dan 5 tema yang akan diberikan untuk masyarakat sumber mulyo, Tema Pertama : Optimasi Whatsapp Busines Sebagai Sarana Pengembangan Usaha Masyarakat Sumber Mulyo Tanggamus, Dr. Rahyono.S.Sos.M.M, Ayu Nursari.,S.E.,M.M, Ayyumi Khusnul Khotimah.,S.E.,M.M, Reza Hardian Pratama.,S.E.,M.M.

Tema kedua : Pelatihan Pembuatan Pelaporan Keuangan Sederhana Dengan Menggunakan Libreoffice Pada Karang Taruna Sumber Mulyo., Lestari Wuryanti.,S.E.,M.M, Hamidah Nur Rahmawati.,S,Pd.,M.Pd., Harold Kevin Alfredo.,S.E.,M.B.A. Rizki Agung, Wibowo.,S.Mat.,M.Mat.

Tema Ketiga : Pemanfaatan Aplikasi Point Of Sale(Pos) Dalam Manajemen Resiko Bai Usaha Mikro Kecil Dan Menengah(Umkm) Mohammad Athian Manan.S.M.,M.M., Amril Samosir., S.Kom.,M.Ti., Dr. Nurbaiti.,S.E.,M.M., Dr. Yopita.,S.E.,M.M.

Tema Keempat : Menggerakkan Ekonomi Lokal Melalui Ecoprenuership Inisiatif Pemberdayaan Karang Taruna Di Kecamatan Sumber Mulyo Provinsi Lampung, Dr Febrianty.,S.E.,M.Si., M.Irfan Pratama.,S.E.,M.E., Hiro Sejati.,S.E.,M.M.

Tema Kelima : Media Sosial Mendongkrak Ekonomi Lokal Pekon Sumber Mulyo. Profesor Erna Listyaningsih.,S.E.,M.Si.,P.Hd., Euis Mufahamah.,S.E.,M.Ak., Anita.,S.E.,M.E.

Dalam sambutanya Ka.Prodi, Dr. Febrianty.S.E.,M.Si. mengungkapkan dengan kelima tema smeinar dan pelatihan yang diberikan untuk masyarakat sumber mulyo tanggamus, dosen dan masyarkat mampu bekerja sama dengan baik, dengan Go Digital untuk meningkatkan Perekonomian Masyarakat Lokal.

Kepala Pekon Desa Sumber Mulyo, Riswantoro mengucapkan terima kasih kepada pihak universitas malahayati terutama kepada program studi manajemen, dan berharap dengan adanya acara seminar dan pelatihan ini memberikan dampak pada perekonomian lokal, teurtama untuk masyarakat lebih kreatif dan inovatif dalam pengembangan usaha masayarakat Desa Sumber Mulyo. (gil)

Editor: Gilang Agusman

“Keluargaku Syurgaku”

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu, sekalipun badan agak meriang, karena sesuatu hal harus berangkat menuju ke pusat penghasil gula di daerah ini. Sudah mendekati dua puluh tahun tidak masuk kemari, dan ternyata tidak terlalu banyak yang berubah, terutama debu yang memerah dan harus menghidupkan lampu kendaraan saat melintas jalan raya perkebunan. Setelah lapor ke bagian keamanan luar dan masuk wilayah jalan menerobos hujan debu, sesaat kemudian masuk wilayah perkantoran, dengan terlebih dahulu harus melapor kepada kemanan dalam sebagai prosedur standar baku perusahaan. Jika dahulu belum menggunakan teknologi canggih; saat ini sudah menggunakan “pindai wajah” bagi semua pengunjung.

Karena waktu panggilan menghadap Tuhan sedang berkumandang, maka kendaraan di arahkan ke masjid yang dari pertama kali ke mari, sampai hari ini tidak ada perubahan. Tampak bersih, asri, walau menjadi kuno dan antik, tempat ibadah ini nyaman. Sesaat setelah selesai ritual keagamaan, sambil menunggu yang sedang diurus, maka duduklah di dalam ruangan luas berpendingin udara, tentu sangat nyaman.

Sambil memandang areal kebun tebu yang sangat luas, dan juga memandang bangunan pabrik dari kejauhan, terbayang jika semua ini dimiliki sendiri. Betapa bahagianya tentu keluarga besar yang akan ikut menikmati keberhasilan ini. Dan jika itu terjadi, maka langkah yang akan diambil adalah mencalonkan diri menjadi bupati, kemudian mengumpulkan modal dan pengaruh melalui keuntungan jualan hasil pabrik, dilanjutkan mencalonkan diri menjadi gubernur.

Program yang digalakkan adalah intensifikasi dan modrnisasi pertanian. Lahan kosong diinstruksikan ditanami tebu untuk kemudian dibeli oleh pabrik dengan harga pantas. Maka akan terjadi ekonomi saling ketergantungan dan mendukung, yang pada akhirnya akan terjadi “tetesan ke bawah” seperti halnya tetes tebu yang menjadi induknya gula. Teori Gunnar Myrdal ini cocok untuk menyelesaikan persoalan ekonomi dengan pola subsistensi.

Setelah cukup modal, maka melalui lobi-lobi dengan partai yang dapat dibeli dengan cara halus, serta bermodalkan “muka sederhana” tapi “ganas” maka langkah berikutnya maju menjadi presiden di negeri ini. Tentu dengan modal satu pabrik gula dan intensifikasi modernisasi pertanian daerah, maka jabatan presiden amat mudah untuk diraih. Apalagi dipoles dengan tipu-tipu wajah sebagai orang kebun yang tampak tulus sejatinya bulus, banyak orang akan yakin dan percaya bahwa janji manis itu menggiurkan bagai manisnya gula.

Kabinetpun disusun, anak pertama yang sarjana hukum sekaligus pengacara; dijadikan menteri hukum dan perundang-undangan, agar undang-undang yang dibuat selalu menguntungkan keluarga. Anak kedua yang doktor kesenian dijadikan menteri kebudayaan, anak nomor tiga yang insinyur pertanian dijadikan menteri pertanian dan tanaman tebu. Anak nomor empat yang kandidat doktor ekonomi dijadikan menteri ekonomi. Anak kelima yang ahli sejarah dijadikan kepala museum nasional perkebunan. Anak berikutnya dijadikan menteri investasi, dan disusul adiknya yang bekerja di pesawat dijadikan menteri perhubungan agar dengan mudah menyiapkan pesawat sewa pribadi jika diperlukan. Terakhir yang dokter dijadikan menteri kesehatan.

Sementara tetangga kiri kanan yang ahli masjid dijadikan menteri agama, yang masih gagah-gagah dijadikan centeng pabrik yang nanti dibangun di seantero daerah. Mereka-mereka yang kelihatan bersuara vokal, diberi proyek dengan pengawasan longgar untuk kemudian dikondisikan sehingga terjadi korupsi. Kasus korupsinya ini dijadikan tali pengikat leher, jika macam-macam maka akan diperkarakan, dan diberi ancaman penjara maksimal. Agar mulus semua, maka tidak ada orang yang dipercaya, yang ada diadu domba; sehingga mereka sibuk dengan urusannya.

Para menantu yang akan sekolah ke luar negeri tidak perlu repot naik pesawat komersial, cukup lapor ke kepala rumah tangga, maka akan disiapkan pesawat pribadi beserta uang saku dan pengawal lengkap. Mereka yang berhasrat menjadi pimpinan pemerintahan, dijadikan kepala daerah, dengan cara apapun. Sementara saudara saudara dari istri ditempatkan sebagai pengaman strategis; seperti seluruh mahkamah, apapun nama dan bidangnya, harus ada keluarga yang berfungsi “mengamankan dan menyelamatkan” semua kebijakkan.

Langkah berikutnya mempersiapkan putra mahkota untuk dijadikan “penerus dinasti”, dasar pemikirannya negara Amerika saja yang dedengkot demokrasi keluarga Bush bisa menjadi presiden; kemudian tetangga sesama Asia Tenggaara Phillipina keluarga Marcos Sang Diktator-pun bisa; apa salahnya kita buat juga di sini.

Sayup sayup terdengan suara “……Pak…Pak…bangun urusan kita sudah diselesaikan anak-anak…ayo pulang..” Ternyata itu suara dari kepala polisi dapur yang membangunkan mimpi saya dalam tidur sesaat selesai shalat di Masjid Al-Ikhlas. Semoga para pendiri dan pengurus masjid ini selalu diberkahi oleh Allah dan dilipat gandakan amalnya. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Perpanjangan Jadwal Pengimputan KRS Semester Ganjil 2024/2025

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Sahabat Unmal..Berikut adalah informasi Perpanjangan Jadwal Penginputan KRS Semester Ganjil 2024/2025. (gil/humasmalahayatinews)

Rektor Universitas Malahayati Terima Penghargaan Inovator Pendidikan Nasional di Lampung Inspiring Teacher 2024

Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, menerima Penghargaan Inovator Pendidikan Nasional dalam acara bergengsi “Lampung Inspiring Teacher 2024” di Ballroom Novotel Lampung, Selasa, 3 September 2024 .

Piagam penghargaan diberikan langsung oleh Pj Gubernur Lampung, Dr. Drs. Samsudin S.H., M.H., M.Pd didampingi Direktur Utama PT Masa Kini Mandiri (Lampung Post), Gaudensius Suhardi

Acara yang diselenggarakan Harian Umum Lampung Post, bagian dari Media Group Network dihadiri oleh berbagai tokoh pendidikan, sarjana, dan pejabat pemerintah.

Penghargaan Inovator Pendidikan Nasional diberikan kepada Dr. Achmad Farich atas dedikasi dan inovasinya dalam mengembangkan solusi pendidikan yang berdampak signifikan di Provinsi Lampung.

Sebagai seorang pemimpin visioner, Dr. Achmad Farich dinilai berhasil mendorong lahirnya berbagai program inovatif di Universitas Malahayati yang telah memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi Lampung.

Achmad Farich mengungkapkan rasa terima kasih dan terima kasih kepada seluruh sivitas akademika Universitas Malahayati yang telah bekerja sama dalam mewujudkan berbagai inovasi pendidikan.

“Penghargaan ini bukan hanya untuk saya pribadi, tetapi juga untuk seluruh tim di Universitas Malahayati yang telah bekerja keras dan berkomitmen untuk terus berinovasi demi masa depan pendidikan yang lebih baik,” ujarnya.

Lampung Inspiring Teacher 2024, yang diadakan Harian Umum Lampung Post, bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada individu dan institusi yang telah menunjukkan dedikasi, kreativitas, dan inovasi dalam pendidikan.

Dengan diberikannya penghargaan ini, diharapkan semakin banyak inovator yang muncul dan mampu menjawab tantangan pendidikan di masa depan. (*)

Redaktur : Asyihin

15 Mahasiswa Universitas Malahayati Turut Wakili Lampung di Peksiminas 2024

Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM., melepas keberangkatan mahasiswa berprestasi Universitas Malahayati ke Jakarta, Jumat, 31 Agustus 2024.

Mahasiswa ini merupakan pemenang juara satu di beberapa tangkai lomba pada ajang Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Lampung yang berlangsung dari 25 hingga 28 Juni 2024.

Para mahasiswa tersebut akan mewakili Lampung dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) ke-17 yang diadakan pada 2 hingga 7 September 2024 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Dalam sambutannya, Dr. Achmad Farich mengingatkan para mahasiswa untuk tetap percaya diri dan memberikan penampilan terbaik mereka di ajang nasional ini.

“Kepercayaan diri dan semangat untuk tampil maksimal adalah kunci. Saya yakin kalian mampu membawa nama baik Universitas Malahayati dan Provinsi Lampung di Peksiminas,” ujar Rektor.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Eng Rina Febrina, ST., M.T, menambahkan bahwa tahun ini Universitas Malahayati mencatatkan prestasi yang membanggakan dengan mengirimkan jumlah mahasiswa terbanyak sebagai juara satu dalam ajang Peksimida Lampung dibandingkan perguruan tinggi swasta lainnya.

“Ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Malahayati memiliki talenta luar biasa yang siap bersaing di tingkat nasional,” ujarnyanya.

Beberapa mahasiswa yang akan berlaga di Peksiminas antara lain:

– Ferdika Agustiansyah (Prodi Ilmu Keperawatan), bakal mengikuti lomba menyanyi pop putra.

– Qholik Mawardi (Prodi Kesehatan Masyarakat), bakal mengikuti omba menyanyi keroncong putra.

– Angger Irawan (Prodi Teknik Industri), bakal mengikuti  lomba menyanyi seriosa putra.

Selain itu, kelompok vokal grup bakal mengikuti lomba terdiri dari:

– Arman Taufiqi (Prodi Teknik Lingkungan)

– Pandu Rizky Wicaksono (Prodi Manajemen)

– Hikmah Nurapiansyah (Prodi Ilmu Keperawatan)

– Agung Julian Pangestu (Prodi Ilmu Keperawatan)

– Eka Nur Rahmawati (Prodi Akuntansi)

– Farid Fahrudin (Prodi Teknik Mesin)

– Dinda Ismi Fitriani (Prodi S1 Farmasi)

– Firmansyah (Prodi Teknik Industri)

– Qodah Naiva (Prodi Manajemen)

– Razwa Al-Azzah (Prodi Teknik Industri)

– Muhammad Faris Ar Rahman (Prodi Teknik Sipil)

– Auly Taswifu Dzikri (Prodi Ilmu Keperawatan) (*)

 

Editor : Asyihin

Yang Kuat Menopang yang Lemah

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa hari saya lalu mendapat undangan dari satu lembaga pendidikan di sebuah kabupaten di Lampung.

Kabupaten hasil pemekaran beberapa tahun lalu memiliki landscap dataran dengan komoditas andalan hasil pertanian perkebunan. Sebelum acara utama dimulai, saya sempat berbincang dengan tokoh masyarakat.

Daerah ini memiliki slogan “yang kuat menopang yang lemah” dengan gerak sandi tangan kanan menopang tangan kiri berbentuk huruf “T”.

Dalam berbagai tradisi filsafat, konsep bahwa yang kuat memiliki tanggung jawab untuk menopang yang lemah merupakan tema yang muncul secara konsisten, baik dalam konteks moralitas, keadilan sosial, maupun kebajikan individu. Filosofi ini ternyata mengandung makna yang sangat dalam dan berakar dari budaya setempat itu, juga ditemukan pada era filsafat Yunani kuno (era Plato dan Sucrates), sampai pada era filsafat modern (era Jean-Jacques Rousseau, John Rawls).

Lebih lanjut berdasarkan penelusuran digital dapat disimpulkan sebagai berikut:

Makna dari filosofi “yang kuat menopang yang lemah” adalah sebuah prinsip etika atau moral yang mengajarkan pentingnya solidaritas, empati, dan tanggung jawab sosial. Filosofi ini menekankan bahwa mereka yang memiliki kekuatan, baik dalam bentuk fisik, mental, ekonomi, atau posisi sosial, memiliki kewajiban untuk membantu dan mendukung mereka yang lebih lemah atau kurang beruntung.

Dalam konteks sosial; filosofi ini mengajak kita semua untuk menciptakan keseimbangan di dalam masyarakat dengan cara menghindari penindasan dan ketidakadilan, serta memastikan bahwa setiap individu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Secara spiritual, ini bisa dianggap sebagai nilai kemanusiaan yang universal, di mana kepedulian terhadap sesama menjadi pilar utama dalam hubungan antarmanusia. Inti dari filosofi ini adalah bahwa kekuatan sejati bukan hanya terletak pada kemampuan untuk mendominasi atau menguasai, tetapi juga dalam kemampuan untuk melindungi, mendukung, dan memperkuat orang lain.

Oleh sebab itu dapat dijelaskan dari beberapa aspek:

Pertama dari segi Etika dan Moralitas, yang memiliki unsur (1) Tanggung Jawab Sosial: Filosofi ini mengajarkan bahwa individu atau kelompok yang lebih kuat, baik secara fisik, ekonomi, atau intelektual, memiliki tanggung jawab moral untuk membantu yang lemah. Ini mengarah pada prinsip bahwa kekuatan yang dimiliki tidak seharusnya digunakan untuk penindasan, melainkan untuk kebaikan bersama. (2) Kebaikan Hati:

Mengajarkan pentingnya empati dan belas kasih terhadap sesama. Orang yang kuat seharusnya peka terhadap kebutuhan orang lain dan siap untuk memberikan bantuan ketika diperlukan. (3) Keadilan: Ada elemen keadilan di sini, di mana ketidakadilan sering terjadi ketika yang kuat memanfaatkan yang lemah. Filosofi ini menekankan perlunya keadilan dalam hubungan sosial, di mana yang kuat mendukung yang lemah agar semua orang memiliki kesempatan yang setara.

Kedua dari segi Sosial dan Komunitas, yang memiliki unsur (1) Solidaritas:

Dalam komunitas, filosofi ini memperkuat konsep solidaritas sosial. Masyarakat yang sehat adalah yang anggotanya saling menopang, dengan yang kuat membantu yang lebih rentan. Ini bisa berupa bantuan material, emosional, atau dukungan sosial. (2) Kesetaraan: Filosofi ini juga mempromosikan kesetaraan.

Dengan menopang yang lemah, yang kuat membantu menyeimbangkan ketimpangan dalam masyarakat dan membantu memastikan bahwa semua individu memiliki akses ke peluang yang sama. (3) Kebersamaan: Filosofi ini menekankan pentingnya kebersamaan dan kolaborasi. Dalam menghadapi tantangan, sebuah masyarakat yang baik adalah yang bersama-sama mengatasi kesulitan, dengan mereka yang memiliki kekuatan membantu mereka yang membutuhkan.

Ketiga dari segi Spiritualitas dan Agama, yang memiliki unsur (1) Nilai Kemanusiaan: Filosofi ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan universal yang sering ditemukan dalam ajaran agama dan spiritualitas. Banyak tradisi agama mengajarkan bahwa membantu mereka yang lemah adalah perwujudan dari kasih sayang dan kebaikan yang mendalam. (2) Kedermawanan: Dalam ajaran spiritual/ agama, kedermawanan dan memberi kepada yang membutuhkan sering dilihat sebagai tindakan yang diberkahi. “Kuat bukan hanya berarti memiliki, tetapi juga berbagi dengan mereka yang kurang beruntung”.

Keempat dari segi Ekonomi dan Politik, yang memiliki unsur (1) Redistribusi Kekayaan: Dalam konteks ekonomi, filosofi ini bisa diterjemahkan ke dalam kebijakan redistribusi kekayaan, di mana yang lebih kuat (kaya) membantu yang lemah (miskin) melalui pajak progresif, program sosial, dan jaminan kesejahteraan. (2) Perlindungan Sosial: Pemerintah yang kuat diharapkan melindungi warganya yang rentan, seperti dengan menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial.

Kelima dari segi Psikologis dan Individu, yang memiliki unsur (1) Pengembangan Diri: Filosofi ini juga bisa diterapkan pada pengembangan pribadi. Seseorang yang kuat secara emosional atau mental diharapkan membantu mereka yang sedang mengalami kesulitan, baik melalui dukungan moral, bimbingan, atau hanya dengan menjadi pendengar yang baik. (2) Peningkatan Hubungan Antarpribadi: Dalam hubungan interpersonal, ini berarti mereka yang memiliki lebih banyak pengalaman, kekuatan emosional, atau stabilitas seharusnya membantu pasangan, teman, atau keluarga mereka yang lebih lemah dalam aspek-aspek tertentu.

Keenam dari segi Lingkungan dan Ekologi, yang memiliki makna secara luas, filosofi ini juga bisa diaplikasikan pada hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia, sebagai spesies yang kuat, memiliki tanggung jawab untuk melindungi alam dan spesies lain yang lebih lemah, menjaga keseimbangan ekosistem agar kehidupan di bumi tetap berkelanjutan. Dengan kata lain intinya adalah panggilan untuk menciptakan harmoni dan keseimbangan di semua aspek kehidupan.

Kekuatan sejati bukan hanya dalam kekuasaan atau dominasi, tetapi dalam kemampuan untuk mendukung dan mengangkat orang lain yang lebih lemah. Oleh sebab itu menekankan pentingnya gotong royong, keadilan sosial, dan kebaikan hati dalam membangun kehidupan yang lebih baik bersama.

Wajar saja daerah tingkat dua ini memiliki “keguyuban” warga sangat baik, indikator yang dapat digunakan salah satu diantaranya adalah terjalinnya harmonisasi antarwarga yang berada di daerah ini, dan nyaris tidak pernah terdengar adanya konflik sosial. Justru yang sering mengusik adalah adanya konflik politik saat terjadinya kontestasi politik kepemilihan seperti saat ini.

Akibatnya justru menimbulkan konflik antaranggota keluarga besar akibat dari adanya hasrat bersama untuk meraih kursi nomor satui. Ternyata betul apa yang dikemukakan oleh para pendahulu bahwa syahwat untuk berkuasa itu bisa merusak tatanan yang ada, termasuk keharmonisan keluarga jika tidak disikapi dengan arif bijaksana. (SJ)

Editor: Gilang Agusman