Universitas Malahayati Jadi Test Center TOEIC di Provinsi Lampung

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung kini menjadi salah satu test center TOEIC (Test of English for International Communication) di Provinsi Lampung.

Ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Rektor Universitas Malahayati, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., dan International Test Center (ITC), Selasa, 13 Agustus 2024.

Kerja sama ini merupakan upaya Universitas Malahayati dalam meningkatkan kualitas dan daya saing lulusannya di kancah internasional. “Dengan adanya test center TOEIC di Universitas Malahayati, mahasiswa serta masyarakat umum di Provinsi Lampung kini dapat mengakses tes kemampuan bahasa Inggris yang diakui secara global dengan lebih mudah,” ucap Rektor Achmad Farich.

Penandatanganan MOU ini merupakan hasil dari inisiatif Kepala Bagian Kerjasama Internasional, Slamet Widodo, S.S., M.Kes., bersama Kepala UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, Syafik Arisandi, S.S., M.Kes.

Mereka berdua berperan penting dalam membawa fasilitas ini ke universitas, dengan tujuan untuk mendukung peningkatan kemampuan bahasa Inggris di kalangan akademisi dan masyarakat Lampung.

“Dengan adanya fasilitas ini, kami berharap Universitas Malahayati dapat memberikan kontribusi lebih dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris di Lampung, baik di kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum,” ujar Syafik Arisandi.

Dengan MOU ini, UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati kini memiliki empat jenis tes kompetensi bahasa Inggris, yaitu TOEIC, TOEFL ITP, IELTS, dan MEPT, yang siap digunakan untuk menguji dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris di lingkungan akademik dan masyarakat luas. (*0

 

Editor: Asyihin

Lebih Gilo dari Wong Gilo

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi menjelang siang di penghulu hari itu sudah menjadi kebiasaan untuk memuliakan hari penuh berkah ini. Ada sejumlah ritual keagamaan yang sunah untuk dilakukan, diantaranya melakukan ritual mandi jumat. Namun entah mengapa hari itu agak sedikit malas untuk beranjak dari kursi “pelamunan” tempat mencari inspirasi; mendadak dawai media sosial berbunyi pertanda ada pesan masuk, ternyata benar berita dari yunior sesama Sumatera Selatan mengirimkan berita dengan aksen Plembang. Sayang pesan itu tidak untuk dipublikasikan, karena kami berdiskusi tentang negeri yang sedang tidak baik-baik ini lewat media dan ditutup dengan kata kunci seperti judul di atas.

Sebelum lebih jauh membahas kata kunci “gilo”; sebaiknya kita beri batasan terlebih dahulu; berdasarkan penelusuran digital istilah ini dalam bahasa Palembang memiliki makna yang agak sedikit berbeda dengan “gila” dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Palembang, kata “gilo” bisa berarti “aneh” atau “konyol.” Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang dianggap tidak biasa atau lucu dengan cara yang sedikit berlebihan. Misalnya, jika seseorang melakukan tindakan yang aneh atau membuat orang lain tertawa karena kelucuannya, orang tersebut bisa disebut “gilo.” Kata ini juga bisa digunakan dalam konteks bercanda antara teman-teman.

Filosofi kata “gilo” dalam bahasa Palembang mencerminkan pandangan masyarakat terhadap perilaku yang dianggap diluar kebiasaan atau norma. Dalam penggunaannya, kata ini sering mengandung unsur keheranan dan humor, serta menggambarkan reaksi spontan terhadap sesuatu yang dianggap tidak biasa atau absurd.

Secara budaya, penggunaan kata “gilo” dapat menunjukkan toleransi dan penerimaan terhadap keunikan individu. Dalam konteks sosial, menyebut seseorang “gilo” bukanlah sebuah penghinaan, melainkan lebih kepada pengakuan atas perilaku yang lucu atau aneh dengan nada yang ringan dan tanpa maksud merendahkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata “gilo” sering digunakan untuk meredakan ketegangan atau sebagai bagian dari interaksi sosial yang hangat. Ini mencerminkan cara masyarakat Palembang menggunakan humor dan keceriaan sebagai alat untuk mempererat hubungan sosial dan mengatasi situasi yang mungkin menimbulkan kebingungan atau ketidaknyamanan.
Meskipun dalam banyak konteks kata “gilo” dalam bahasa Palembang digunakan dengan nada bercanda dan humor, kata ini juga bisa memiliki konotasi negatif tergantung pada cara dan konteks penggunaannya.

Dalam konteks yang lebih serius atau marah, “gilo” bisa digunakan untuk mengejek atau mengkritik seseorang yang dianggap berperilaku tidak masuk akal, tidak pantas, atau terlalu berlebihan. Ketika diucapkan dengan intonasi yang tajam atau dalam situasi yang tegang, kata ini bisa menunjukkan ketidaksetujuan atau rasa tidak hormat terhadap perilaku seseorang.

Misalnya, jika seseorang bertindak dengan cara yang dianggap mengganggu atau merugikan orang lain, kata “gilo” bisa diucapkan dengan nada yang menunjukkan ketidakpuasan atau rasa jengkel. Dalam situasi seperti ini, kata tersebut bisa dianggap sebagai sindiran atau bahkan hinaan.

Secara keseluruhan, meskipun “gilo” sering kali digunakan dalam konteks yang ringan dan humoris, konteks, intonasi, dan situasi bisa mengubah maknanya menjadi sesuatu yang lebih negatif atau kritis. Karena diksi “gilo” berada pada wilayah ontologi, maka akan berubah “rasa bahasa” nya jika masuk ke wilayah epistemologi dan aksiologi.

Sebagai contoh jika kata ini masuk dalam ranah kekuasaan, maka kata “gilo” seringkali dipakai untuk menyoroti sesuatu yang dianggap luar biasa atau tidak biasa dari seorang pemimpin atau orang yang berkuasa. Baik itu dalam bentuk kekaguman, keheranan, maupun kritik, tergantung pada bagaimana orang tersebut memandang tindakan atau otoritas yang dimaksud.

Sebagai contoh orang Palembang jika melihat orang yang sangat bernafsu ingin memangku banyak jabatan, maka pada umumnya mereka akan megatakannya dengan “gilo jabatan”. Dalam konteks bahasa Palembang, “arti gilo jabatan” merujuk pada seseorang yang sangat berambisi atau terobsesi dengan jabatan, sehingga ingin berada pada banyak posisi. Istilah ini sering digunakan secara negatif untuk menggambarkan individu yang sangat menginginkan kekuasaan atau status hingga mereka rela melakukan apa saja untuk mencapainya. Maknawi yang terkandung disini berarti “gila” atau “sangat terobsesi,” sehingga “gilo jabatan” bisa diartikan sebagai “gila jabatan.”

Namun demikian jangan terkejut jika kita berada di tengah-tengah “wong Plembang” mendengar perkataan “gilo” dalam percakapan mereka yang diucapkan sambil tertawa terbahak-bahak; karena bisa jadi itu kegirangan yang amat sangat, bisa juga mengumpat dengan cara satir terhadap sesuatu yang diluar kebiasaan, atau memang sedang terperanjat (bahasa Palembang: tekanjat), melihat keanehan dari sesuatu.

Ternyata ketakjuban akan sesuatu bisa juga diberi label “gilo” oleh orang Palembang yang terkenal humoris; sebagai bukti tidak ada “wong Plembang” yang tidak punya pekerjaan atau menganggur, karena setiap ditanya mau pergi kemana jawabannya “ado gawe”. Akan tetapi bisa juga karena ketidaksukaan terhadap perilaku orang lain yang menurut mereka menyimpang dari norma umumnya, maka mereka akan berucap “lebih gilo dari wong gilo”. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Kotak Kosong, Siapa Takut

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Menyimak tulisan HBM di media ini beberapa saat lalu, pertama saya ucapkan selamat ulang tahun, walau agak terlambat; kedua bagaimana HBM menganalisis peluang bakal terjadinya “lawan kotak kosong” pada Pilgub Lampung 2024 yang begitu tajam lewat opini Calon Tunggal vs Oligarki Pilgub Lampung.

Namun, ada sisi-sisi lain yang akan dilengkapi oleh tulisan ini, mengingat “suasana” atau “atmosfir” pemilihan kali ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan sebelumnya.

Perbedaan atmosfir ini tampaknya sedikit banyak akan berpengaruh kepada “perilaku” pemilih dipandang dari kacamata sosiologis, terutama aspek perilaku sosial dengan pisau analisis fenomenologis.

AYAM SAYUR

Pertama, pemilihan kali ini agaknya tidak ada “penyandang dana” seperti pemilihan sebelumnya yang jor-joran menggelontorkan dana untuk mendukung calonnya.

Tentu, konsekuensinya, nafas dari para calon agak terengah-engah. Namun, untuk jangka panjang, terasa mulai ada udara segar yang akan menyehatkan demokrasi daerah ini.

Persoalannya sekarang, siapapun pemenangnya kelak harus berani adu “nyali” berhadapan dengan gajah-gajah yang selama ini kemungkinan bimsalabim denga. kewajibannya kepada pemerintah, termasuk pemerintah daerah.

Jika di tengah jalan “masuk angin”, apalagi kalau itu “angin duduk” yang bisa membuat orang “terduduk”; maka apapun kalkulasi pemilihan dilakukan sangat tergantung kepada tipe kepemimpinan si pemenang.

Jika pemenangnya tipe “ayam sayur” akan percumah saja pemilihan dilakukan, karena tidak akan terjadi perubahan yang signifikan ke depan.

KOTAK KOSONG

Kedua, sangat mungkin terjadi kotak kosong yang menang. Penyebabnya, bukan akibat banyaknya pemilih menjatuhkan pilihan ke kotak kosong, tapi yang dikhawatirkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih datang ke TPS.

Kenapa ada potensi rendahnya partisipasi pemilih. Secara fenomenologis, hal ini akibat terjadinya dua hal:

Pertama, pemilih merasa tidak mendapatkan apa-apa dari pemilihan itu. Hal ini disebabkan karena selama ini yang namanya pemilihan ada “tentengan” yang dibawa pulang atau paling tidak “amplop” sedekahnya.

Sementara saat ini, penyandang dana untuk menyediakan tentengan bakal tidak ada lagi. Akibatnya sikap sosial “berani berapa, dapat apa” yang selama ini terbentuk, menjadi ambyar. 

Kedua, sikap apatisme dari kalangan menengah yang berpersepsi “siapapun” yang terpilih, mereka tidak kerja, mereka tidak makan.

Sikap seperti ini melekat terutama bagi mereka yang di lampung ini “hanya numpang hidup” maksudnya bekerja di Lampung, namun keluarga ada di luar Lampung. Saat hari pemilihan, justru mereka manfaatkan untuk “pulang” menjumpai keluarga, tidak tertarik untuk berpartisipasi mendatangi lokasi pemilihan.

Oleh sebab itu, calon sekarang hanya memiliki alternatif jalan menuju kemenangan adalah mengandalkan hubungan primordial.

Termasuk, dalam hubungan pola ini adalah kekerabatan, baik dari pihak ayah/ibu, mertua, adik-kakak, saudara dari adik atau saudara dari kakak, teman main ayah/ibu/mertua, dan handai tolan. Itu yang bersifat primer

Yang sekunder, teman organisasi profesi, teman alumni, dan organisasi masa lainnya.

Sementara organisasi politik justru tidak bisa banyak diharap karena banyak sekali konflik kepentingan dan lain sebagainya, terutama negosiasi-negosiasi kepentingan.

Apapun kejadiannya Pilkada harus jalan, tinggal bagaimana “tim sukses” para calon bekerja. Jika mereka setengah hati, maka hasilnyapun seperempat harap.

Jika tidak bekerja, hanya menonton, maka hasilnya-pun sudah bisa diduga akan kedodoran. Sekalipun pemilihan ini tidak berada dipersimpangan jalan, namun tetap saja jalan terjal akan dijumpai oleh siapapun calonnya.

Kondisi partai pengusung yang carut-marut, juga sedikit banyak akan berpengaruh kepada persepsi pemilih dalam menentukan pilihannya. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Prodi S1 Farmasi Universitas Malahayati Gelar Kuliah Tamu tentang Kosmetik Herbal

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung menggelar kuliah tamu di Malahayati Career Center, Selasa, 13 Agustus 2024.

Kuliah tamu ini mengusung tema “Ensuring Herbs Cosmetics Safety In Society dan Potensi Buah Parijoto sebagai Agen Fertilitas”.

Tema ini dipilih untuk memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya keamanan produk kosmetik berbahan dasar herbal serta menjelaskan potensi buah parijoto sebagai agen fertilitas.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Dr. Lolita Sary, M. Kes., membuka acara ini dan berharap mahasiswa mendapat pencerahan dan wawasan yang bermanfaat dari para narasumber.

Kuliah umum ini menghadirkan dua pembicara utama yang ahli di bidangnya, Dr. apt. Rina Wijayanti, M.Sc, Dekan Fakultas Farmasi, dan Dr. Apt. Naniek Widyaningrum, M.Sc, Kaprodi Profesi Apoteker dari Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang

Kepala Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati, apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes, menyampaikan, kegiatan bertujuan memperluas pengetahuan mahasiswa terkait pengembangan produk farmasi berbasis herbal serta memahami aspek keamanan dan efektivitasnya di masyarakat.

“Kami berharap melalui kuliah umum ini, mahasiswa dapat lebih memahami pentingnya keamanan dalam penggunaan kosmetik herbal serta melihat potensi besar yang dimiliki oleh buah parijoto dalam bidang farmasi, khususnya sebagai agen fertilitas,” ujar Ade Maria.

Selain menggelar kuliah tamu, kehadiran narasumber dari Unissula juga untuk menjajaki kerjasama dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di bidang kefarmasian.

Kegiatan diikuti 100 mahasiswa program studi S1 Farmasi dari setiap tingkatan semester dan 25 dosen. Mereka berkesempatan untuk bertanya langsung kepada narasumber, sehingga terjadi diskusi yang interaktif dan memperkaya pemahaman mereka tentang topik yang dibahas. (*)

Editor: Asyihin

Bintang Arriza Mahasiswa Prodi Hukum Universitas Malahayati, Raih Medali Perak Bidang Matematika OSSN 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Bintang Arriza (23610036) Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Hukum Universitas Malahayati yang berhasil Meraih Medali Perak Bidang Matematika dalam kegiatan Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN 2024). Acara ini diselenggarakan oleh @puskanas, Yogyakarta, 02 Juli 2024.

Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN) 2024 bidang matematika yang diselenggarakan oleh @puskanas di Yogyakarta adalah kompetisi yang dirancang untuk menilai dan merayakan keterampilan matematika siswa-siswa di seluruh Indonesia. OSSN mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika.

Selama kompetisi, peserta akan dihadapkan pada berbagai masalah matematika yang memerlukan penerapan teori dan teknik matematika, serta kemampuan problem solving. Peserta yang berhasil menunjukkan keterampilan luar biasa akan berkesempatan untuk meraih medali dan mendapatkan pengakuan atas prestasi mereka dalam bidang matematika.

Bintang Arriza mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan medali perak ini. “Alhamdulilah sangat bersyukur dapat memberikan prestasi dan membawa nama baik Universitas Malahayati dan Fakultas Ilmu Hukum ditingkat nasional pada jenjang perguruan tinggi,” ucapnya.

Lebih lanjut Bintang mengungkapkan alasannya mengikuti lomba ini adalah untuk berkompetisi dengan siswa-siswa terbaik dari seluruh Indonesia. “Ini merupakan kesempatan berharga untuk mengukur kemampuan saya di tingkat nasional, belajar dari peserta lain, dan mendapatkan pengalaman berharga dalam situasi kompetitif yang mendukung,” ungkapnya.

Bintang berharap kedepannya agar ia terus bisa lebih berprestasi lagi dengan banyak mengikuti perlombaan lainnya. “Saya ingin berkembang dibidang akademik maupun non akademik, itu motivasi saya,” tegasnya.

Bintang juga mengajak agar teman-teman mahasiswa juga lebih berperan aktif dengan mengikuti perlombaan-perlombaan yang ada. “Ayo teman-teman kita gapai prestasi dan harumkan nama Universitas Malahayati,” serunya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

 

Profil Prof. Dr. H. Madrie, M.Si, Rektor Pertama Universitas Malahayati Bandar Lampung

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Profesor Dr. H. Madrie, M.Si adalah seorang akademisi, mengabdikan hidupnya di dunia pendidikan. Ia lahir di Mutaralam pada 13 Agustus 1938. Ia merupakan guru besar di Bidang Ilmu Pendidikan, dan selama hidupnya, ia memberikan banyak kontribusi dalam mengembangkan pendidikan di Provinsi Lampung.

H. Madrie beristrikan Hj. S. Dwi Yatmi, dan dikaruniai tujuh anak, Dra. Aviandini Wirasti Ananda, MM.Pd, Ardiantika Bernasari Ananda, S.Sos., MM., Hj. Lely Andewi Ananda, S.Psi, Dr. Hj. Armalia Reny Wijayanti Ananda, SP., MM., Isfanda Deny Taurusia Ananda, SE., MM., Shinta Merinda Wulansari Ananda, SE., MM, dan Dr. Yudhinanto Cahyo Nugroho, SE., MM.

H. Madrie menempuh pendidikan awalnya di Dusun Sukaraja, Provinsi Lampung. Ia melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di Kotabumi, Provinsi Lampung, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di Sekolah Guru Atas (SGA) Palembang, Sumatera Selatan. Ia kemudian melanjutkan studi tingginya, meraih gelar Sarjana (S1) di FKIP Sanata Dharma Yogyakarta, kemudian meraih gelar Magister Sains (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1981, dan gelar Doktor (S3) dari IPB pada 1986.

Karir H. Madrie di dunia pendidikan sangat cemerlang. Ia menjadi Guru Besar di Bidang Ilmu Pendidikan pada 1988. Ia juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Universitas Lampung pada 1968. Selain itu, ia pernah menjadi Direktur STIP Muhammadiyah Metro pada 1974 dan Pembantu Rektor IV Universitas Lampung pada 1978. Ia juga terlibat dalam pelatihan P4 BP7 Provinsi Lampung dan memimpin Lembaga Penelitian & Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) di Universitas Lampung.

Nama H. Madrie muncul sebagai calon rektor Universitas Malahayati setelah pertemuan antara Dr. (HC) Rusli Bintang (Pendiri Universitas Malahayati) dengan Prof. Dr. Ir. HR Sambas Wirakusumah, M. Sc, dan Prof. Dr. Yuhara Sukra, Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Dalam pertemuan tersebut, H. Madrie diusulkan sebagai calon rektor Universitas Malahayati.

Penunjukan H. Madrie sebagai Rektor Universitas Malahayati dianggap sangat tepat mengingat saat itu jumlah profesor di Lampung masih sangat sedikit, dan Profesor Madrie adalah guru besar di Universitas Lampung. Namun, takdir berkata lain, sebelum dapat melaksanakan proses akademik di Universitas Malahayati, H. Madrie meninggal pada 26 Juni 1994, dan jabatan rektor kemudian dilanjutkan Dr. Zulkarnain. (*)

Editor: Asyihin

 

Tulisan ini tertuang dalam buku Universitas Malahayati, Tiga Dekade Berkarya untuk Pendidikan

 

Lompatan Besar Rusli Bintang untuk Dunia Pendidikan

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Pendiri Yayasan Alih Teknologi, Rusli Bintang, menerima Penganugerahan sebagai Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2024 Kategori Sains dan Teknologi di Balai Sarbini, DKI Jakarta, Selasa (9/7/2024). Penghargaan ini diberikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Direktorat Jaringan dan Pembudayaan Republik Indonesia, di mana Ketua Dewan Pengarah Lembaga Negara tersebut adalah Prof. Dr. (H.C) Hj. Megawati Soekarnoputri.

Penghargaan ini diberikan kepada Rusli Bintang sebagai individu yang memiliki rekam jejak baik, prestasi dan karya inovasi yang inspiratif. Ini membuktikan jejak perjalanannya selama ini diakui oleh masyarakat dan negara sehingga dinilai layak mendapatkan penghargaan. Banyak yang bertanya, siapa itu Rusli Bintang?

Rusli Bintang adalah lelaki biasa yang tidak tamat SMA, berdarah Aceh, lahir Jumat 28 April 1950 di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.

Sejak ayahnya meninggal pada 1969, Rusli memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja memikul tanggung jawab bersama sang ibu menjaga dan mengurusi 6 adiknya, Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.

Dalam perjalanan hidupnya, Rusli Bintang mengawali karirnya sebagai pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, dan mandor. Pada tahun 1976, ia memutuskan untuk menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh. Langkah ini membawa dirinya menuju kesuksesan. Sebagai anak yang ditinggal ayahnya semasa kecil dan harus menempuh kesulitan menjadi tulang punggung keluarga bersama sang ibu, Rusli tidak menginginkan apa yang ia alami terjadi kepada anak yatim lainnya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membantu dan mengurusi anak yatim, dan niat mulia ini terus terpatri dalam hatinya.

“Ya Allah, bila Engkau berikan Rezeki, akan saya bantu anak-anak yatim agar mereka jangan mengalami pahit menjadi anak yatim sebagai mana yang saya alami,” doa Rusli dikutip dari buku Jejak Sang Yatim Penakluk Badai.

Atas Perjuangan dan kerja kerasnya, Tuhan mengabulkan doa Rusli Bintang, pada tahun 1980, ia mulai bisa menyantuni 750 anak yatim di Kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya. Mimpinya memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan terhadap anak yatim, mengantarkanya bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.

Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.

Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.

Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi berdirinya (Diesnatalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.

Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.

Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.

Kisah hidup Rusli Bintang patut menjadi teladan, Dalam kesehariannya hingga saat ini, Rusli terus menyatuni anak yatim, karena ini memang dasar cita-citanya sejak awal dalam mengembangkan usahanya. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan, juga sosok ‘Abulyatama’ yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. (*)

 

Editor : Asyihin

 

Tulisan ini tertuang dalam buku Universitas Malahayati, Tiga Dekade Berkarya untuk Pendidikan

 

Rektor Universitas Malahayati Dr. Achmad Farich Buka Acara Teacher Professional Development

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., secara resmi membuka acara Teacher Professional Development (TPD), Senin, 12 Agustus 2024.

Acara diselenggarakan UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, bertema “Designing Effective Lesson Plans by Creating Engaging and Interactive Learning Modules” dan berfokus pada pengembangan modul pembelajaran Bahasa Inggris yang efektif dan interaktif.

Dalam sambutannya, Rektor Achmad Farich menekankan pentingnya penerapan kurikulum berbasis outcome dalam pendidikan saat ini. Menurutnya, para dosen dituntut untuk dapat menyusun modul-modul yang interaktif dan menarik agar pembelajaran lebih efektif.

“Ke depan, tidak hanya Bahasa Inggris, diharapkan setiap program studi mampu merancang modul pembelajaran yang menarik dan interaktif sesuai kebutuhan kurikulum saat ini,” ujar Rektor Achmad Farich.

Sementara itu, Kepala UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, Syafik Arisandi, S.S., M.Kes., menjelaskan bahwa tujuan utama dari acara ini untuk meningkatkan kompetensi para pengajar Bahasa Inggris dalam merancang rencana pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga mampu menarik perhatian mahasiswa melalui penggunaan modul-modul interaktif.

“Dari acara ini, kita akan menghasilkan Modul Ajar Bahasa Inggris yang dirancang khusus untuk menjembatani pembelajaran English for Specific Purposes (ESP),” kata Syafik.

Syafik berharap bahwa modul yang dihasilkan nantinya dapat mendukung pembelajaran yang lebih terarah dan relevan dengan kebutuhan spesifik di berbagai bidang studi yang ada di Universitas Malahayati.

Dalam acara ini, para peserta juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan memperluas jaringan profesional dengan bertukar ide dan strategi yang terbukti efektif dalam konteks pembelajaran mereka masing-masing.

Narasumber utama acara ini, Guru Besar FKIP Universitas Lampung, Prof. Ag. Bambang Setiyadi, M.A., Ph.D., memberikan wawasan mendalam mengenai pentingnya desain pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik serta penerapan nya secara efektif dalam proses belajar mengajar.

Dengan pendekatan yang interaktif, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di institusi masing-masing.

Acara ini juga dihadiri wakil rektor, dekan, dan kepala program studi di lingkungan Universitas Malahayati, yang memberikan dukungan penuh terhadap upaya pengembangan profesional para pengajar di UPT Balai Bahasa. (*)

Editor: Asyihin

Tukang Sapu

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu saya datang ke kampus sedikit lebih pagi dengan perkiraan agar mendapatkan tempat parkir yang teduh. Selesai meparkir kendaraan di tempat yang rindang. Seaat beranjak mau meninggalkan kendaraan ternyata tidak jauh di sana ada seorang ibu petugas kebersihan sedang melaksanakan tugas. Ibu yang sudah tidak muda lagi itu dengan telaten menyapu areal parkir yang cukup luas dengan beberapa temannya.

Terbayang pukul berapa mereka harus bangun pagi, karena hari baru pukul 7.30 WIB areal parkir nyaris sudah bersih semua. Luar biasa etos kerja mereka: bekerja dengan tulus tanpa beban. Saat disapa dan diajak sedikit dialog ternyata beliau-beliau ini adalah pejuang subuh yang tangguh. Setiap hari kerja harus bangun pagi sekali, untuk menyiapkan makan keluarga dan dibawa sedikit bekal. Itu pun jika ada. Kemudian menuju tepi jalan raya guna menunggu kendaraan yayasan yang menjemput mereka. Betapa hebatnya mereka bekerja dalam diam, dan berserah diri pada Tuhan dalam menjemput rejekinya hari ini. Menggunakan metoda depth interview, ternyata banyak data kita peroleh dari mereka, tentunya tidak untuk diumbar pada laman ini.

Sebelum lebih jauh membahas profesi tukang sapu, kita dalami dulu hal hal yang berkaitan dengan profesi ini. Berdasarkan informasi yang berasal dari jejak digital, sejarah profesi tukang sapu berhubungan erat dengan perkembangan peradaban manusia dan kebersihan lingkungan. Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah tukang sapu:

Pertama, Zaman Kuno: Di Mesir Kuno, ada bukti bahwa tukang sapu sudah ada. Patung dan lukisan menunjukkan pekerja yang membersihkan jalan dan rumah. Di Roma Kuno: Kota Roma memiliki sistem kebersihan yang cukup maju. Mereka memiliki sekelompok pekerja yang bertugas membersihkan jalan dan membuang sampah. Mereka disebut “famuli.”

Kedua, Abad Pertengahan. Pada periode ini, kebersihan kota menurun, dan banyak kota-kota Eropa yang sangat kotor. Namun, di beberapa tempat, seperti di dalam istana atau tempat ibadah, tukang sapu tetap berperan penting. Hal ini menunjukkan bahwa tugas mereka tetap merupakan skala prioritas pada jaman itu.

Ketiga, Revolusi Industri. Pada abad ke-18 dan ke-19, dengan munculnya kota-kota besar dan peningkatan populasi, kebersihan kota menjadi perhatian utama. Kota-kota mulai merekrut lebih banyak tukang sapu untuk menjaga kebersihan jalan-jalan dan tempat umum. Mereka seolah menjadi semacam pembuka jalan sebelum pihak lain melewati jalan itu.

Keempat, Abad ke-20 dan ke-21. Perkotaan Modern: Pada abad ke-20, profesi tukang sapu menjadi lebih terorganisir. Banyak kota besar memiliki departemen kebersihan kota yang bertanggung jawab untuk mempekerjakan dan mengatur tukang sapu. Seiring dengan kemajuan teknologi, peralatan yang digunakan oleh tukang sapu juga mengalami perubahan. Dari sapu tradisional, mereka sekarang menggunakan alat-alat modern seperti penyapu jalan mekanis, mesin pembersih vakum, dan alat-alat lainnya.

Profesi tukang sapu sering kali dianggap rendah, namun peran mereka sangat vital untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Banyak kampanye modern yang bertujuan meningkatkan penghargaan terhadap pekerjaan mereka. Seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, peran tukang sapu semakin dihargai dan dilihat sebagai bagian penting dari sistem kota yang sehat dan bersih.

Dalam filsafat sosial, istilah “tukang sapu” bisa dianalisis dan dipahami melalui berbagai perspektif yang menyangkut peran sosial, struktur kelas, serta makna simbolis dalam masyarakat. Berikut hasil dari penelusuran digital ternyata ada beberapa cara untuk memahami “tukang sapu” dalam konteks filsafat sosial.

Pertama, Simbol Kelas Sosial. Dalam banyak masyarakat, pekerjaan sebagai tukang sapu sering kali dikaitkan dengan kelas sosial bawah. Filsafat sosial dapat menggunakan istilah ini untuk menggambarkan bagaimana pekerjaan tertentu mencerminkan dan memperkuat struktur kelas dalam masyarakat. Tukang sapu bisa dilihat sebagai representasi dari kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan yang dianggap “rendah” namun sangat penting bagi kelangsungan dan kebersihan sosial.

Kedua, Teori Marxian. Menurut teori Karl Marx, pekerja seperti tukang sapu mungkin dianggap sebagai bagian dari proletariat – kelas pekerja yang menjual tenaga kerja mereka dalam sistem kapitalis. Mereka adalah bagian penting dari infrastruktur ekonomi, meskipun sering kali tidak mendapat penghargaan atau kompensasi yang adil untuk kerja keras mereka.

Ketiga, Teori Peran Fungsionalisme. Dalam perspektif fungsionalis, setiap peran dalam masyarakat, termasuk tukang sapu, memiliki fungsi yang penting untuk menjaga keseimbangan dan keteraturan sosial. Tukang sapu membantu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, yang pada gilirannya memungkinkan masyarakat berfungsi dengan lebih efektif dan efisien.

Keempat, Penghargaan dan Pengakuan. Dalam filsafat sosial, ada juga diskusi tentang penghargaan dan pengakuan terhadap pekerjaan yang sering dianggap “rendah.” Para filsuf seperti Axel Honneth menekankan pentingnya pengakuan sosial terhadap semua bentuk pekerjaan. Pengabaian terhadap pekerjaan tukang sapu dapat dilihat sebagai bentuk ketidakadilan sosial.

Kelima, Moralitas dan Etika Kerja. Dari sudut pandang moral dan etika kerja, tukang sapu bisa menjadi simbol dari dedikasi dan kerja keras yang sering kali tidak mendapat pengakuan yang layak. Mereka mewakili nilai-nilai seperti ketekunan, kejujuran, dan pengabdian terhadap tugas, yang seharusnya dihargai lebih dalam masyarakat.

Keenam, Pembersihan sebagai Metafora. Dalam konteks filosofis, aktivitas menyapu bisa dilihat sebagai metafora untuk pembersihan moral atau sosial. Tukang sapu membersihkan kotoran fisik, tetapi konsep ini bisa diperluas untuk mencakup pembersihan “kotoran” sosial atau moral, seperti korupsi, ketidakadilan, atau kesenjangan sosial.

Ketujuh, Dehumanisasi dan Alienasi. Dalam beberapa teori sosial, pekerjaan yang monoton dan tidak dihargai seperti menyapu dapat menyebabkan alienasi dan dehumanisasi pekerja. Mereka mungkin merasa terasing dari hasil kerja mereka dan dari masyarakat yang tidak menghargai kontribusi mereka.

Dengan demikian, tukang sapu dalam pengertian filsafat sosial dapat dilihat sebagai lebih dari sekadar profesi, tetapi sebagai simbol yang mencerminkan berbagai aspek dari struktur sosial, keadilan, dan moralitas dalam masyarakat.

Tak terbayangkan bagaimana kumuhnya suatu wilayah jika tidak ada yang mau menyandang profesi ini. Dan ternyata profesi ini juga tidak kalah pentingnya dengan profesi lain. Bahkan profesi lain itu justru kelancaran dan kerapiannya dalam tampilan, sangat tergantung kepada profesi tukang sapu.

Apa pun nama kantor dan siapapun yang ada di sana, serajin apa pun dia, tetap saja tukang sapu adalah orang pertama yang datang di sana. Menjadi sesuatu yang membanggakan sekaligus haru, Universitas swasta sebesar ini justru mempekerjakan para tukang sapunya adalah rata-rata mereka para orang tua tunggal  yang harus menghidupi keluarganya. Sungguh mulia hati pemilik yayasan ini yang mau peduli dengan mereka yang kurang beruntung dalam kehidupan ini.

Sayangnya, “tukang sapu” untuk beberapa hal sering dikonotasikan pada hal yang kurang baik, misalnya tukang sapu rejeki orang, tukang sapu proyek, tukang sapu jabatan. Akhirnya pekerjaan mulia itu dinodai oleh mereka yang selalu merasa kurang akan rezeki dari Tuhan. Salam waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Tim Mahasiswa Farmasi Universitas Malahayati Raih Juara 2 Lomba Kotchi Got Talent

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id):  Selamat kepada Tim Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati; Ema Dahlia Darista (23380052), Dino Alfarizy (23380047), Putri Hanna Fatmaliya (23380117) yang telah berhasil mendapatkan Juara 2, pada kegiatan Lomba Kotchi Got Talent Kategori Umum yang bertemakan “Fragrance Sensory Evaluation: Understanding The Art and Science Perseptions ITERA, 27 Mei 2024.

Acara ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis Program Studi Rekayasa Kosmetik di ITERA (Institut Teknologi Sumatera). Lomba ini bertujuan untuk mengedukasi peserta tentang pentingnya evaluasi sensorik dalam industri kosmetik dan parfum, serta memberikan platform untuk menunjukkan kreativitas dan pemahaman ilmiah peserta dalam konteks aroma.

Tema ini menggabungkan seni dan ilmu dalam evaluasi aroma, mengeksplorasi bagaimana berbagai wangi dapat mempengaruhi persepsi dan pengalaman manusia. Dalam lomba ini, peserta mungkin akan diminta untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam menilai dan menganalisis berbagai jenis wewangian, serta menjelaskan dampak sensorik dan psikologis dari aroma tersebut.

Putri Hanna Fatmaliya mewakili timnya mengucapkan rasa syurkur atas raihan juara ini. “Alhamdulilah kami telah berhasil mendapatkan Juara 2 ajang lomba ini, hal yang sangat menyengankan memberitahu kabar ini ke Prodi Farmasi,” ucapnya.

Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi kami dalam mengeksplorasi dan memahami aspek seni serta sains dari evaluasi aroma. “Kami sangat berterima kasih kepada seluruh panitia dan juri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menunjukkan keterampilan dan pengetahuan kami dalam bidang ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, Putri bersama mengucapkan terima kasih kepada Program Studi Farmasi Universitas Malahayati atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan selama persiapan dan pelaksanaan lomba ini. “Semoga prestasi ini dapat menginspirasi dan mendorong lebih banyak mahasiswa agar terlibat aktif dalam mengikuti lomba,” tambahnya.

Putri juga berkomitmen untuk dirinya sendiri agar terus berperan aktif dalam mengikuti ajang-ajang bergengsi lainnya. “Saya berharap kedepannya, agar saya terus berprestasi sehingga dapat mengharumkan nama baik Prodi Farmasi dan Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman