Berkarir di Pemerintah Kota Metro Lampung, Ini Kata Alumni Teknik Sipil Universitas Malahayati

METRO (malahayati.ac.id): Kesuksesan seseorang tidak selalu ditentukan oleh latar belakang ekonomi atau status sosial mereka. Sugianto, S.T., adalah contoh nyata bagaimana kesempatan yang diberikan melalui beasiswa dapat mengubah nasib seseorang.

Sugianto, lulusan Teknik Sipil Universitas Malahayati tahun 2009, adalah salah satu dari mereka yang beruntung mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi melalui jalur beasiswa.

Universitas Malahayati memberinya kesempatan untuk mengejar gelar S-1 dalam bidang yang diminatinya yakni teknik sipil tanpa harus memikirkan beban finansial yang berat.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Saat ini Sugianto telah menorehkan jejak suksesnya dalam dunia kerja, terutama dalam pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Metro.

Jabatan fungsionalnya sebagai Ahli Pertama di BPBJ (Badan Pengadaan Barang/Jasa) Pemerintah Daerah Kota Metro merupakan bukti nyata bahwa lulusan Universitas Malahayati mampu bersaing dengan baik.

Dalam perjalanan karirnya, Sugianto pernah berkiprah di berbagai sektor, termasuk program pemberdayaan Kementerian PUPR, perusahaan swasta, konsultan teknik, dan NGO. Pengalaman yang luas ini telah membentuknya menjadi profesional yang tangguh dan kompeten dalam bidangnya.

Sugianto merasa bersyukur atas kesempatan mendapatkan beasiswa selama menempuh pendidikan S-1 di Universitas Malahayati.

“Dukungan dari almamaternya tidak hanya berhenti pada masa kuliah, tetapi juga memberikan landasan yang kokoh untuk berkarir di dunia nyata,” katanya

Sugianto berharap bahwa Universitas Malahayati terus sukses dan berkembang, meluluskan generasi-generasi baru yang memiliki kualitas dan daya saing tinggi.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Sipil. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru  atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (*)

Editor: Asyihin

Katalog buku Kriminologi Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana

Judul Buku : Kriminologi Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana

Penerbit  : Universitas Malahayati.

ISBN: Proses

Sinopsis: . Untuk mempelajari kriminologi, tidak terbatas pada pemahaman tentang pengantar kriminologi saja, tetapi yang lebih mendasar lagi dari aspek gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya, perkembangan kejahatan dan pembaharuan hukum pidana, karena kriminologi tidak dapat dilepaskan dari hukum pidana. Riset-riset juga diperlukan untuk memvalidasi fakta-fakta perkembangan kejahatan, gejala-gejala kejahatan, faktor-faktor manusia berbuat jahat dan menganalisis manusia mengapa berbuat jahat serta bagaimana pembaharuan hukum pidana menjawab tantangan perkembangan kriminologi

Athillaisya Salsabila Mahasiswa Manajemen Malahayati, Raih Best Beauty Face Ajang Muse Muslimah Indonesia 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Athillaisya Salsabila (21220022) Mahasiswa Prodi S1 Manajemen  Universitas Malahayati yang berhasil mendapatkan “BEST BEAUTY FACE” pada acara Muse Muslimah Indonesia 2024. Acara ini diselenggarakan oleh Miss Muslimah Hunt, di Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan 23 Maret 2024.

Athillaisya Salsabila yang biasa disapa Bila mengunkapkan bahwa hasil ini merupakan suatu kebanggan untuk pencapaiannya dan menjadikan motivasi dirinya untuk dapat lebih berkembang lagi.

“Semoga dengan pencapaian ini dapat memberikan peluang yang lebih besar dalam menggapai prestasi dan mengharumkan nama Universitas Malahayati,” ujarnya.

Ricko Gunawan, M.Kes selaku Ka.Biro Kemahasiswaan Universitas Malahayati Bandarlampung, mengatakan “Teruslah kembangkan bakat yang dimiliki agar terus berprestasi, dan semoga dengan keberhasilan ini dapat memotivasi mahasiswa Univeraitas Malahayati agar menjadi anak muda bangsa yang berkualitas.” (gil/humasmalahayatinews)

Hadir Tidak Menambahi, Absen Tidak Mengurangi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Banyak diantara kita tidak menyadari bahwa filosofi “hadir tidak melengkapi, absen tidak mengurangi” mencerminkan gagasan bahwa keberadaan seseorang tidak secara otomatis membuat suatu situasi menjadi lebih baik atau lebih buruk, begitu juga dengan ketidakhadirannya. Ini menekankan konsep bahwa nilai seseorang tidak hanya terletak pada kehadirannya fisik, tetapi juga pada kontribusi dan pengaruh positif yang mereka berikan ketika mereka ada.

Demikian pula, ketidakhadiran seseorang tidak mengurangi nilai atau kontribusi yang mereka miliki. Berbeda dengan kensep menghadirkan, ini lebih kepada kehadiran hati dan atau rasa terhadap apa yang dikerjakan, walau sering tertukar dengan konsep menjiwai.

Herdian, salah seorang doktor pendidikan dalam disertasinya menemukan hasil penelitian bahwa konsep “hadir” secara batinian berkaitan dengan keberhasilan seseorang dalam pekerjaannya, terutama pada proses penyelenggaraan pembelajaran.

Filosofi ini mendorong orang untuk memahami bahwa pentingnya bukan hanya tentang hadir atau absen secara fisik, tetapi tentang kualitas interaksi, kontribusi, dan dampak yang seseorang miliki dalam suatu situasi. Ini bisa digunakan sebagai pengingat bahwa nilai seseorang tidak hanya terkait dengan kehadiran fisik, tetapi juga dengan kontribusi positif yang mereka berikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam konteks kesehatan mental, penting untuk mengingat bahwa nilai seseorang tidak hanya terletak pada produktivitas atau aktifitas eksternal. Prinsip “hadir tidak melengkapi, absen tidak mengurangi” bisa mengingatkan individu bahwa mereka memiliki nilai intrinsik yang tidak bergantung pada apa yang mereka lakukan atau seberapa sering mereka terlibat dalam aktivitas sosial.

Dengan menerapkan filosofi ini dalam berbagai aspek kehidupan, kita dapat membangun lingkungan yang lebih inklusif, menghargai keberagaman, dan mempromosikan rasa harga diri yang sehat di antara individu. Sayangnya filosofi ini sekarang banyak tergerus, begitu orang memandang dan atau mengukur sesuatu itu dari nilai kebendaan, bahkan lebih tragis lagi nilai rupiah; akibatnya hal ini menjadi nilai kolektif yang hidup dalam kelompok; sehingga “lupa sosial” menjadi semacam hal yang biasa.

Sisi lain juga harus menjadi keberterimaan kita pada saat berada pada posisi ini, sebab itu akan terjadi kepada siapapun kita, pangkat apapun kita, derajad apapun yang melekat pada kita. Kehadiran kita hanya sekedar meneguhkan jejak sejarah, sementara ketidakhadiran kita hanya menjadi kenangan sejarah. Itulah waktu yang selalu beredar mengikuti gerak porosnya yang selalu membagi pada tiga dimensi, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Semua kita harus ihlas untuk menjadi masa lalu, karena kita pernah juga berada pada masa depan dan masa kini pada waktu lalu.

Kehausan akan dunia dan isinya, termasuk kekuasaan didalamnya, adalah kesesatan di jalan terang, karena semua yang dilihat menyilaukan mata batinnya, sehingga ingin direngutnya. Ketamakan seperti ini tentu membawa semakin jauh kepada taman labiirin yang takberujung; akibatnya bagai minum air laut, semakin diminum semakin haus.

Pada tataran inilah manusia menjadi lebih rendah dari animal derajatnya, karena akal sehatnya mengalami kebuntuan berfikir. Oleh sebab itu tidak salah jika orang bijak berkata “mari kita membuat sejarah, sebelum kita sendiri menjadi sejarah”. Tinggal warna sejarah seperti apa yang akan kita jadikan sejarah, tergantung posisi mana yang kita ambil. Karena perbedaan sudut pandang, akan juga membedakan penilaian; bisa jadi dari sudut ini seseorang dipandang sebagai pahlawan, namun dari sudut yang berlawanan justru dipandang sebagai pecundang. Hanya mereka yang mampu menangkap esensi keberagaman yang bisa memaknai perbedaan. Berbeda bukan berarti harus bertentangan, apalagi bermusuhan; yang berakhir dengan bubar jalan; sebab bagaimanapun kita, dan siapapun kita, sejatinya setiap hari kita harus berurusan dengan perbedaan, karena dinamika kehidupan ada di sana. Salam Waras! (SJ)

Kabid Pengairan PUPR Tulang Bawang Ini Bangga Jadi Alumni Prodi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati

TULANG BAWANG (malahayati.ac.id): Kepala Bidang Pengairan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulang Bawang, Ir. Abdul Latief Gunawan, ST, mengungkapkan kebanggaannya sebagai alumni Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Bandar Lampung. Dengan lulus pada tahun 2000, Gunawan telah menorehkan jejak yang menginspirasi dalam pengelolaan lingkungan di daerahnya.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Meskipun saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Pengairan, Gunawan menyatakan keterbukaannya untuk ditempatkan di berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai kebijakan pimpinan.

Pengalamannya yang mencakup masa tugas di Kantor Lingkungan Hidup Tulang Bawang antara tahun 2002 hingga 2011 memberikan wawasan mendalam tentang perlindungan lingkungan.

“Saya senang dapat menerapkan ilmu yang saya pelajari di Universitas Malahayati dalam pekerjaan saya sehari-hari. Pada masa tugas saya di Kantor Lingkungan Hidup Tulang Bawang, saya melakukan evaluasi dan monitoring terhadap perusahaan-perusahaan di wilayah kami untuk memastikan kegiatan mereka tidak merusak lingkungan,” ungkap Gunawan.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati memiliki peran yang signifikan dalam membekali mahasiswanya dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

Dengan suasana akademis yang kondusif dan bimbingan dosen yang berkualitas, program studi ini tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter yang baik pada mahasiswanya.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan, Universitas Malahayati terus berupaya menjadi garda terdepan dalam menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan kerja terutama di bidang lingkungan.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang teknik Lingkungan diundang untuk bergabung dengan prodi ini.

Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)

Editor: Asyihin

Rektor Universitas Malahayati Sambut Positif Kolaborasi Riset Kesehatan dengan Tim BRIN

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Dr. Achmad Farich, dr., MM, Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, menerima kunjungan dari Tim Pusat Riset Biomedis Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pertemuan berlangsung di Ruang Rapat Lt.5 Universitas Malahayati Bandar Lampung, Senin (22/5/2024).

Kunjungan Tim BRIN bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan memperluas kolaborasi riset kesehatan dengan Universitas Malahayati.

Dalam pertemuan tersebut, Kepala Pusat Riset Biomedis Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Sunarno, M. Si.Med., menyatakan dorongan untuk melaksanakan kolaborasi riset antar institusi sebagai upaya meningkatkan kualitas riset di bidang kesehatan.

“Kolaborasi antar universitas, baik swasta maupun lembaga pemerintah, merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proposal-proposal kami,” katanya.

Prof. Sunarno menjelaskan bahwa BRIN memiliki 7 organisasi riset kesehatan, antara lain Pusat Riset Biomedis; Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis; Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi; Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional; Pusat Riset Vaksin dan Obat; Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman; dan Pusat Riset Veteriner.

“Pusat Riset Biomedis adalah salah satu yang masih cukup muda usianya,” ucap Prof. Sunarno.

Sunarno menambahkan bahwa pertemuan ini menjadi langkah penting dalam pertukaran informasi yang saling menguntungkan terkait penelitian.

Lebih lanjut, Prof. Sunarno menjelaskan bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki beberapa skema fasilitasi dan pendanaan riset dan inovasi, salah satunya adalah Fasilitasi Pusat Kolaborasi Riset (PKR) yang mampu mendukung riset secara berkelanjutan.

“Saat ini, kami telah menjalin kerjasama riset dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam penelitian mengenai Biofilm, terutama dalam konteks Kanker,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, kami berharap dapat menghasilkan proposal yang mampu menjadi titik awal kerjasama riset sebagai tindak lanjut dari pertemuan hari ini.

Rektor Universitas Malahayati mengapresiasi kehadiran Tim BRIN di kampusnya. Beliau menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya memperkuat komunikasi antar institusi, tetapi juga membuka peluang untuk membangun kerjasama penelitian dalam bentuk riset bersama yang akan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

“Dari segi usia, fakultas kedokteran sudah cukup matang. Namun, kami akan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia fakultas kedokteran. Kami juga berencana untuk mengembangkan produk dan hasil riset dari fakultas kedokteran,” ucapnya.

“Tentunya, kami masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari semua pihak, khususnya dari BRIN. Selama ini, kami telah melibatkan banyak personel dari BRIN dalam memberikan bimbingan kepada dosen fakultas kedokteran. Dengan peningkatan kerjasama riset bersama, kami yakin akan dapat mencapai hal-hal yang lebih baik,” tambahnya.

Rektor berharap agar ke depannya akan ada lebih banyak aksi dalam kegiatan penelitian, terutama dengan dukungan dari BRIN.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD.,FINASIM, dalam sambutannya menyampaikan harapannya bahwa dengan kehadiran BRIN, fakultas ini akan mendapatkan wawasan dan pengalaman tambahan. “Fakultas Kedokteran saat ini memiliki akreditasi B, dan kami menargetkan untuk meraih predikat unggul di masa depan.”

“Kami sedang meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam berbagai bidang, terutama dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan adanya peran BRIN, kami yakin fakultas ini dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian masyarakatnya,” katanya.

Harapannya, kerjasama ini akan membuka peluang bagi para dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati untuk mendapatkan ilmu tambahan dari BRIN. “Ke depan, kami juga berupaya meningkatkan mutu pendidikan dengan mendirikan program S2 di bidang biomedis, bahkan kami berharap bisa mencapai tingkat S3. Saat ini, beberapa dosen kami telah lulus program S3 di bidang biomedis,” tambahnya.

Mendampingi rektor Universitas Malahayati, hadir Wakil Rektor I Dr. (Cand) Muhammad, S.Kom., MM., Wakil Rektor II Dr. Harmani Harun, SE, M.M., Wakil Rektor II, Dr. Eng Rina Febrina, ST.,M.T., Wakil Rektor 4 Universitas Malahayati, Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes., Dekan Fakultas Kedokteran Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD.,FINASIM., Wakil Dekan Kedokteran Neno Fitriyani H, dr., M.Kes., Kepala Program Studi Profesi Muhamad Ibnu Sina, dr., M.Ked (Neu)., Sp.N.

Juga hadir, Kepala Program Studi Kedokteran Tessa Sjahriani, dr., M.Kes., Sekretaris Program Studi Profesi Kedokteran Ade Utia Detty, dr., M.Kes., Sekretaris Program Studi Kedokteran Nita Sahara, dr., M.Kes., Sp. PA., Kepala MEU Yesi Nurmalasari, dr., M.Kes, dan Kepala Humas Emil Tanhar, S. Kom. Sementara yang mendampingi Kepala Pusat Riset Biomedis BRIN adalah dr. Fitriana, Sp. MK., dan Dr. Abdul Hadi Furqoni, S. Kep., M. Si. (*)

Editor: Asyihin

Membanding dan Menyanding

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa waktu lalu membaca komentar dari tulisan yang dikirimkan kepada salah seorang yunior di fakultas terkenal dan bergengsi di negeri ini, dengan kekhasannya selalu menggunakan bahasa salah satu sub-etnik daerah Sumatera Selatan. Lengkapnya demikian: ”Au nian aku setuju nga tulisan prof….sebab uji jeme kite dusun…di dunie ini ade ye pacak di sanding ka saje….dik de pacak dibanding ka….anye ade juge ye pacak disanding ka sekaligus dibanding ka… Nak ati ati nian tittu….” Terjemahan bebasnya kira-kira: Saya setuju dengan tulisan prof…sebab kata orang desa..didunia ini ada ya bisa disandingkan tetapi tidak bisa dibandingkan…tetapi ada juga yang bisa disandingkan dan dibandingkan…harus hati hati sekali…

Itu merupakan kalimat bijak sebagai penanda kearifan local itu sangat menyentuh dan mengena untuk mendedah situasi kekinian di negeri ini.

Kita coba untuk menjadikan kerangka berpikir kata bijak itu, dan kita dalami makna hakiki dari membandingkan dengan menyandingkan. Manakala kita menelisik secara filosofis ditemukan jejak digital bahwa bersanding mengajarkan kita tentang hubungan yang sehat dan kerjasama, membandingkan bisa menjadi cermin bagi pertumbuhan pribadi kita.

Yang penting adalah menggunakan kedua filosofi ini dengan bijak, menjadikannya alat untuk membentuk hubungan yang kuat dan untuk berkembang sebagai individu yang lebih baik. Perlu diingat bahwa membandingkan juga dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti merasa tidak memadai atau cemburu. Oleh karena itu, penting untuk membandingkan dengan bijaksana, menggunakan perbandingan sebagai alat untuk pembelajaran dan pertumbuhan, bukan sebagai sumber ketidakbahagiaan atau perasaan kurang. Karena dalam membandingkan kita memerlukan tolok ukur sebagai alat atau media banding, sehingga ditemukenali posisi masing-masing dengan parameter minimal normatif.

Sementara itu filosofi menyandingkan dapat memberikan sudut pandang yang lebih komprehensif dan mendalam terhadap subjek yang sedang dipertimbangkan, serta memungkinkan refleksi yang lebih mendalam tentang hubungan antara entitas atau konsep yang berbeda. Ini merupakan alat penting dalam pemikiran filosofis dan analisis konseptual.

Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari banyak diantara kita tidak memahami apakah dia sedang membandingkan atau sedang menyandingkan. Akibatnya banyak sekali benturan sosial terjadi karena salah dalam menempatkan posisi suatu peristiwa sosial, karena tertukar peran akibat dari tidak memahami nilai-nilai yang terkandung dalam perilaku sosial.

Sesuatu yang berbeda secara esensial, tentu saja kita hanya bisa menyandingkan, dan manakala kita memaksakan membandingkan; maka yang kita jumpai kekecewaan atau mengecewakan. Sementara jika memang sesuatu itu secara esensial secara hukum sosial harusnya sama, ternyata berbeda; maka kondisi ini dimungkinkan melakukan membandingkan.

Karena ada di antara kita gagal paham karena tidak mampu menangkap esensi membanding dan menyanding. Sehingga tidak jarang merusak tatanan sosial yang telah ada, akibatnya harmoni dalam masyarakat terusik. Tidak semua orang bisa menerima pendekatan konflik, namun juga tidak semua orang bisa menerima pendekatan equilibrium. Tinggal bagaimana kita dengan bijak paham akan kapan masing-masing tadi digunakan dalam kepentingan apa, dan tujuannya untuk apa.

Betul bahwa membandingkan itu seyogianya diawali dengan menyandingkan terlebih dahulu, namun tidak semua yang disandingkan dapat kita paksa untuk membandingkannya. Sebab, di samping esensi yang berbeda seperti dijelaskan di atas, ada hal lain yang juga perlu dipahami bahwa ada norma dan nilai yang berbeda untuk dapat dipedomani dalam memahaminya.

Peristiwa sanding dan banding saat ini sedang ramai menjadi perbincangan public melalui media sosial. Dari banyak peristiwa yang menonjol ada dua yaitu seseorang berprofesi sebagai pemuka agama, dan seorang lagi berprofesi sebagai pemuka hukum. Mereka mengalami nasib yang sama, yaitu sama sama menjadi korban rujakkan warga dunia maya; akibat dari ketidak mampuan memposisikan saat kapan sanding dikedepankan dan banding dikemukakan.

Orang bijak adalah mereka yang mampu menangkap pesan yang disampaikan oleh suatu peristiwa yang sedang berlangsung. Semoga kita mampu menangkap esensi dari peristiwa yang dipertontonkan Tuhan dimuka bumi ini.

Salam waras! (SJ)

Sinder Kebon Penentu Hajatan Demokrasi Orang Lampung

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Mencermati “Gawe Sosial” yang akan berlangsung di Provinsi Lampung, ternyata kita harus mengacungkan jempol kepada Herman Batin Mangku (HBM) yang dengan cermat menelisik lika-liku dari perjalanan hajat sosial tadi.

Dengan kecermatan dalam analisis dan menuangkan dalam tulisan HBM menengarai bagaimana “Sinder Kebon” memiliki peran aktif dalam menentukan arah mata angin, karena Sang Ratu memiliki sumber cuan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin politik.

Wilayah Sang Ratu biarkan urusan HBM untuk mengulikanalitiknya, karena beliau ahli dalam olah-mengolah data yang seperti ini. Tulisan ini ingin melihat sisi lain, terutama dilihat dari Teori Belajar Sosial oleh Bandura, yang banyak mengedepankan peran aktif dari role model dalam membangun interaksi sosial atas dasar kepercayaan sekaligus kepentingan sosial.

Menggunakan jalan analisis yang dibangun HBM bermuara pada bagaimana peran tokoh yang akan muncul, bukan hanya di depan public akan tetapi lebih lagi di depan Sang Ratu.

Ini persoalan yang tidak mudah untuk dikuliti, karena bisa jadi secara public seorang tokoh sangat popular, namun secara ekonomis tidak terlihat oleh Sang Ratu sebagai asset.

Atau sebaliknya secara figur tidak begitu terkenal, namun dihadapan Sang Ratu justru ini memiliki nilai ekonomis tinggi, tentu saja pilihan akan ke sini.

Pertanyaannya mengapa begitu penting peran Sang Ratu sebagai pemilik pundi cuan. Tentu saja teori Tabur Tuai amat cocok untuk dijadikan pisau bedah analisis.

Dan, yang tidak kalah pentingnya analisis HBM akan meluncur kepada kesimpulan karena didukung data rata-rata pendidikan pemilih, jika ukuran nasional yang kita pakai, ada pada kelas tujuh.

Kebutuhan dasar pada level ini tentu berbeda dengan level para penganalisis yang sangat tinggi dan mumpuni, tetapi hanya segelintir saja jumlahnya.

Tidak salah jika HBM berasumsi berdasarkan pengalaman lampau bahwa peran Sinder Kebon sangat menentukan berputarnya roda pemilihan kepala daerah di daerah ini.

Namun HBM juga harus ingat bahwa pengalaman Pemilu yang baru saja lewat menyisakan level harga yang terbentuk ditengah masyarakat untuk suara mereka. Dan, jika asumsi ini dipakai, maka betapa menjadi mahalnya biaya yang akan dikeluarkan untuk Gawe Sosial yang akan datang.

Tampaknya kondisi seperti ini hanya para Borju saja yang dapat maju sebagai calon pemimpin, karena hanya mereka yang memiliki “minyak sosial” guna menggerakkan roda kehendak dan keinginan.

Untuk para cerdik pandai haraf paham diri, tampaknya saat sekarang belum wayahnya naik panggung, karena konstituen lebih suka dengan yang nyata dan berapa, bukan nanti kita bersama mengerjakan apa.

Pendewasaan politik di daerah ini tampaknya baru ada pada lapisan atas, dan jumlahnya tidak begitu signifikan. Sementara yang masih “puber politik” pada lapisan bawahnya masih cukup besar.

Sementara lapisan paling bawah yang jumlahnya lebih banyak serta menjadi mata penentu bagi suatu hasil pemilihan; orientasinya masih sangat pragmatis.

Mari kita amati bersama bagaimana arus putar yang sedang berproses, dan sehat selalu buat HBM, jangan berhenti dengan “tipis-tipis” mu; karena dengan itu kita merasa peduli akan negeri; walau kadang dibuat menyayat hati, karena pilu tak terperi.

Selamat Berjuan Kolpah dengan cara mu (SJ)

BUYUT

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari Raya Idulfitri kali ini mengharubiru rasa sebagai manusia manakala kita dapat larut didalamnya, dan sekaligus mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Saat berkumpul dengan sebagian keluarga besar; tentu saja disertai dengan bertanya tentang keluarga, dan tidak dinyana ternyata penulis sudah menjadi “buyut” pada garis turun dari Abang tertua; dengan katalengkap status buyut kemenakan sudah resmi disandang.

Usia yang terus merangkak naik seiring dengan menurunnya jatah hidup di dunia; menjadikan diri semakin teguh ada pada jalur untuk kembali. Sementara yang membanggakan adalah garis turun yang dalam istilah Jawa terus “ngremboko” (terjemahan bebasnya berkembang meluas), semua tidak dapat dipungkiri.

Namun dari semua di atas menyisakan pemikiran, ternyata Buyut bisa dimaknai sebagai “buyut biologis” atau “buyut ideologis”. Sebab bisa saja terjadi buyut secara biologis, belum tentu buyut secara ideologis. Atau sebaliknya, buyut secara ideologis tidak harus berasal dari buyut biologis. Pada tataran ini menyisakan kajian sejarah ideol ogis yang perlu dicermati. “Makna buyut ideologis” bisa merujuk pada pemahaman tentang bagaimana ideologi-ideologi yang dipeluk oleh nenek moyang atau leluhur kita mempengaruhi pemikiran, nilai, dan tindakan kita saat ini. Ini dapat mencakup pemahaman tentang bagaimana ideologi-ideologi tersebut memengaruhi keputusan politik, sosial, budaya, dan ekonomi dalam sejarah keluarga atau komunitas tertentu.

Dengan memahami makna buyut ideologis, seseorang dapat lebih memahami akar dari nilai-nilai dan keyakinan yang membentuk identitas keluarga atau kelompok kemudian menjadi bangsa, serta bagaimana pengaruh tersebut masih memainkan peran dalam kehidupan sampai saat ini.

Berpijak pada pemikiran itu, seyogyanya bangsa ini sudah mencapai tataran buyut ideologis untuk Pancasila, bahkan mungkin sudah sampai pada garis turun “Canggah” menuju “udeg-udeg dan Gantung siwur”. Tentu saja dengan tuntutan yang berbeda guna menuntun mereka memahami akar budaya dan nilai-nilai kebangsaannya.

Sayangnya penanaman ideology ini pada tataran “buyut” belum sesuai dengan yang diharapkan; bahkan banyak hal justru menyimpang dari “angger-angger” atau tatanilai yang telah ditetapkan oleh para pendahulu kita. Akibatnya generasi buyut tidak begitu memahami implementasi nilai pandangan hidup bangsanya. Sebagai negara yang besar dan memiliki beragam kaum didalamnya, sangat memerlukan pengikat ideologis yang bersifat permanen, agar tidak bercerai berai pada saat berada level Udeg Udeg, dan Gantung Siwur.

Manakala negeri ini tidak melakukan upaya pelanggengan ideology bangsanya, maka kita sama-sama membuat sejarah kehancuran secara sistimatis bagi negeri ini. Peneruslestarian ideology yang selama sepuluh tahun terakhir ini hanya diserahkan kepada lembaga pendidikan formal, sudah sangat mendesak untuk ditinjau kembali. Kita masih memerlukan cara-cara masif terencana guna menanamkan ideology bangsa ini kepada generasi penerus. Kita sudah tidak memerlukan lagi slogan, akan tetapi yang kita perlukan adalah tindakan nyata, terencana, terukur sebagai bangsa.

Pancasila sebagai ideology bangsa tidak cukup hanya dihafal karena tuntutan pembelajaran, akan tetapi lebih kepada aplikasi dalam kehidupan nyata. Makin kemari tampaknya kesenjangan itu makin terasa, indikasi yang dapat kita jadikan tolok ukur adalah banyaknya penyimpangan moral yang semula bersifat individual, sekarang berubah menjadi berjamaah.

Kemudahan teknologi masa kini dapat menjadi pisau bermata dua; manakala kita tidak bijak dan berhati-hati dalam bertindak; maka media masa menjadi media ampuh memviralkannya. Dan, ini berarti dapat membunuh siapa saja, termasuk kita karena perbuatan kita dikuliti oleh nitizen sebagai “warga baru” di dunia sosial. Banyak contoh sudah terjadi dimana-mana; karena masa kini tidak bisa lagi sertamerta kita menutub aib manakala sudah berurusan dengan warga maya ini.

Tampaknya sudah semakin mendesak agar pendidikan Pancasila sebagai pedoman bernegara dan pandangan hidup berbangsa untuk direvitalisasi methode pembelajarannya, agar sesuai dengan tuntutan jaman. Pola-pola indoktrinasi seperti dulu, harus sudah diganti dengan pola “ngemong”, dan pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari; agar generasi Buyut, kemudian, Udeg-Udeg, diteruskan Gantung Siwur, dan seterusnya ; tidak kehilangan arah.

Salam waras (SJ)

Dari Pengusaha jadi Apoteker, Alumni Universitas Malahayati Ruth Sri Agus Murniningsih Miliki 9 Apotek di Lampung

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Di usia yang tidak lagi muda, Apt. Ruth Sri Agus Murniningsih, S.Farm, berhasil menorehkan prestasi sebagai seorang pengusaha apotek. Menariknya, prestasinya ini diraihnya meskipun pada awalnya ia hanya lulus dari Sekolah Menengah Farmasi dan belum memiliki gelar apoteker.

Ruth Sri Agus Murniningsih memulai karirinya sebagai seorang pengusaha yang mengelola sejumlah apotek di bawah naungan Apotek Cahaya Group, Ruth Sri Agus Murniningsih mengakui bahwa perjalanan keberhasilannya tidaklah mudah. Namun, semangatnya untuk terus belajar dan berkembang di bidang farmasi tak pernah padam.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Pada usia 40 tahun, Ruth Sri Agus Murniningsih memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia mantap memilih Program Studi S1 Farmasi di Universitas Malahayati Bandar Lampung sebagai langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan keilmuannya.

“Awalnya saya hanya seorang pemilik apotek, namun dengan perjalanan panjang di dunia kesehatan, saya tertarik untuk menjadi seorang ahli farmasi,” ungkap Ruth Sri Agus Murniningsih.

Menurutnya, berkat bimbingan para dosen di Universitas Malahayati, Ia berhasil menyelesaikan studi dengan baik meskipun sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.

Perjalanan pendidikan Ruth Sri Agus Murniningsih di Malahayati tidak hanya memberinya ilmu, tetapi juga dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

“Sarana prasarana di Malahayati mendukung baik dalam sistem pembelajaran maupun praktik di laboratorium,” tambahnya.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Setelah lulus pada tahun 2022, Ruth Sri Agus Murniningsih melanjutkan pendidikan profesi apoteker di Bandung dan berhasil meraih gelar apoteker pada tahun 2023. Kini, ia sukses mengelola 9 Apotek di berbagai daerah di Provinsi Lampung dengan nama Apotek Cahaya.

Kisah sukses Ruth Sri Agus Murniningsih memberikan inspirasi bahwa dengan kemauan yang kuat, segala hal bisa dimungkinkan.

“Pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan status dalam profesi yang kita geluti, Jangan pernah ragu untuk mengejar mimpi, karena belajar adalah investasi yang tak pernah rugi.” pesannya.

Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru

Saat ini, Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung membuka penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk tahun akademik 2024/2025. Generasi Z yang memiliki minat dalam bidang kesehatan khususnya S1 Farmasi dan bisa seperti  Ruth Sri Agus Murniningsih, yuk bergabung dengan prodi ini.

Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus tertinggi di Lampung ini. (*)

Editor: Asyihin