Catatan Kaki dari Guru Detik Pemimpin Antara Selamat Tinggal Lampung

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa waktu lagi, daerah ini memiliki pemimpin baru yang begitu dilantik diwajibkan mengikuti “wajib latih pimpinan” di Lembah Tidar. Bak Taruna yang harus mengikuti latihan fisik dan ideologi guna dijadikan bekal untuk tugas kenegaraan mendatang.

Informasi ini diperoleh dari tulisan HBM di media ini beberapa waktu lalu. Tentu sebagai warga yang baik kita semua akan berdoa semoga semuanya dapat berlangsung sukses tidak ada hal yang merintangi.

Kita ucapkan selamat kepada pemimpin baru, namun bagaimana dengan “pemimpin antara” (PA) yang sebentar lagi akan mengakhiri tugasnya. Sebagai warga yang baik juga layak kita mengucapkan “terimakasih” kepada beliau yang telah mempersiapkan segala sesuatunya sehingga daerah ini memiliki pemimpin terpilih yang kredibel.

Namun sayang di akhir penutup tugas, Sang PA harus berhadapan dengan rakyatnya sendiri dengan antas nama penyelamatan aset pemerintah daerah harus mengerahkan alat-alat berat dan besar guna meratakan bangunan yang ada.

Betul, persoalan ini sebenarnya merupakan persoalan lama, peninggalan pemimpin lama, yang sering marah-marah dan menyisakan beberapa persoalan besar yang belum terselesaikan

PA yang semula kedatangannya sangat dielu-elukan karena memiliki komunikasi yang baik dengan segala lapisan, namun ada detik-detik terakhirnya harus meninggalkan kesan yang tidak menyenangkan.

Memang hal ini adalah konsekwensi wajar dari suatu aturan yang harus ditegakkan; akan tetapi apakah tidak dipikirkan ada cara-cara lain yang lebih manusiawi dengan tidak melakukan penggusuran.

Pertanyaan lanjut, apakah lahan yang sudah diratakan itu tadi benar-benar akan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk membangun sesuatu yang kemaslahatannya dirasakan oleh warga.

Atau hanya sekedar mengejar target keberhasilan “membebaskan”; apakah tidak dipikirkan justru menata ulang dengan rela “melepaskan hak” dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.

Tentu tulisan ini tidak ingin masuk terlalu dalam pada persoalan itu, sebab disamping bukan ahlinya, juga tidak mengetahui secara detail tata ruang yang ada di wilayah itu.

Mencermati informasi di beberapa media online, ternyata kasus pertanahan di wilayah kita ini cukup banyak dan beragam. Sampai-sampai beberapa kali ganti kepala daerah tidak pernah terselesaikan dengan maksimal; bahkan cenderung menggantung sengaja disisakan untuk tugas pemimpin berikutnya.

Tentu sikap seperti ini sangat tidak manusiawi, namun karena menemukan jalan bunt uterus menerus akhirnya jurus pembiaran harus dilakukan.

Untuk perkara ini tampaknya PA ada pada posisi delematis, belum lagi persoalan tinggalan persoalan perkara-perkara administrasi kepemerintahan dan hukum.

Semua akan menjadi ekor dibelakang PA, sekalipun yang bersangkutan akan menyelesaikan jabatan.

Persoalan seleksi pimpinan lembaga, persoalan hukum migas, persoalan pengangkatan kepala sekolah; dan mungkin masih ada lagi; adalah duri dalam daging yang setiap saat bisa membangunkan PA tengah malam.

Belum lagi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan anggaran perjalanan dinaas, yang sering dijadikan pintu masuk oleh penyidik dalam memulai perkara.

Sebaiknya sebelum pisah pamit dengan pejabat baru PA harus “membersihkan” mejanya dari “debu-debu “yang bisa membuat “batuk” dikemudian hari.

Belajar dari kasus seorang menteri perdagangan masa lalu, yang kasusnya dibuka hari ini; terlepas apakah itu benar atau tidak; manakala kita sudah diberi rompi oranye, maka apapun pembelaan kita menjadi salah.

Catatan kaki ini semata-mata dibuat hanya untuk saling mengingatkan, tidak ada maksud lain; karena penulis sendiri tidak ada hubungan struktural maupun fungsional pada PA. Mungkin yang tepat hanya peringatan dari “seorang guru kepada muridnya”. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Potong Bebek Angsa

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hampir semua anak-anak Indonesia masa lalu mengenal lagu ini. Tidak ada catatan siapa yang memulai bernyanyi dan siapa pencipta lagu. Menurut referensi digital pencipta lagu Potong Bebek Angsa tidak diketahui secara pasti. Lagu ini merupakan lagu daerah dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diwariskan secara turun-temurun dalam budaya masyarakat setempat. Seperti banyak lagu daerah lainnya di Indonesia, Potong Bebek Angsa berkembang secara lisan dan tidak memiliki dokumentasi resmi mengenai siapa yang pertama kali menciptakan dan menyanyikannya.

Lagu ini menjadi populer di seluruh Indonesia karena sering dinyanyikan di sekolah-sekolah dan digunakan dalam berbagai acara budaya. Selain itu, iramanya yang ceria dan liriknya yang mudah diingat membuatnya sering digunakan sebagai lagu anak-anak dan lagu pengiring tarian daerah. Lagu Potong Bebek Angsa memiliki pesan utama tentang keceriaan, kebersamaan, dan ajakan untuk menari atau bersuka cita. Meskipun liriknya sederhana dan tidak memiliki makna filosofis yang mendalam, lagu ini menggambarkan suasana riang gembira yang sering muncul dalam budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sikap riang gembira yang merupakan ciri khas masyarakat tempatan dimana lagu ini muncul; adalah gambaran sikap hidup yang terbuka. Pengalaman penulis beberapa tahun lalu datang ke Kupang ibu kota provinsi, dalam acara resmi kegiatan pertemuan pimpinan perguruan tinggi; disambut dengan tari-tarian yang meriah dan lagu inipun dinyanyikan bersama secara gembira.

Kita tinggalkan lagu gembira itu, lalu bagaimana kalau yang dipotong bukan bebek angsa, akan tetapi anggaran dari suatu lembaga (pemerintahan). Tentu suasana kebatinannya akan menjadi lain, karena dampak yang ditimbulkan bukan alangkepalang. Dirumahkannya kontributor TVRI, diputuskannya hubungan kerja antara petugas pertanian di suatu daerah, dirumahkannya sejumlah karyawan RRI, pemerintah daerah berlomba-lomba “merumahkan” pegawai honorer karena ketidakadaan anggaran untuk menggajinya; dan masih banyak lagi kalau kita telisik secara seksama. Sementara alasan yang dipakai di samping efisiensi juga untuk program yang lebih besar yaitu memenuhi “Janji Kampanye” saat maju kegelanggang.

Jika kita mau jujur, ternyata selama ini penganggaran itu tidak melalui kajian cermat atas dasar kebutuhan, akan tetapi atas dasar keinginan. Akibatnya begitu dilakukan “pemangkasan” anggaran, maka yang terjadi kebingungan rancang ulang dari apa yang sudah ditetapkan. Atau bisa jadi karena (dalam bahasa Jawa) “kadung janji” ; maka apapun caranya harus dipenuhi. Tinggal mencari alasan rasional yang akan dipakai jika harus melakukan langkah-langkah tidak populer, termasuk pemotongan dengan berlindung pada efisiensi.

Lebih seru lagi, ada pemerintah daerah tingkat dua yang tidak memiliki neraca APBD yang bagus, akibat dari model pembangunan “ugal-ugalan” sehingga saat pengangkatan pegawai dalam perjanjian kerja, tidak dapat dilakukan karena tidak punya anggaran. Akibatnya banyak tenaga honorer yang berharap ikut program itu harus rela gigit jari dan bekerja tanpa gaji. Tetapi anehnya untuk memberangkatkan “wisata rohani” anggarannya tersedia. Sementara jalan dimana-mana banyak yang rusak, drainase tidak berfungsi sehingga jika ada hujan sedikit saja, banjir dimana-mana. Pemimpin cukup datang sebentar dua jam, kemudian ikut berbasah-basah, selesai itu pulang. Sementara rakyatnya menanti nasib yang tidak pasti, wakil rakyatnya tidur nyenyak menikmati mimpi indah.

Tampaknya dari atas sampai ke bawah pola pembangunan belum terencana secara baik dan menyeluruh. Akibatnya menyejahterakan yang lain dengan cara menyengsarakan lainnya. Bisa dibayangkan anaknya makan bergizi pagi hari, begitu pulang makan siang tiada nasi karena ayah sudah di PHK sejak tadi. Ibu berderai air mata menatap diri, merenungkan nasib sambil berguman “beri kami kekuatan ya Tuhan atas cobaan semua ini”.

Menjadi sempurna lagi pegawai pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, atas nama efisiensi maka bekerja cukup tiga hari saja dalam sepekan; agar ada penghematan listrik, air dan anggaran lainnya. Semua demi program janji manis yang harus dibayar dengan pahit.

Tampaknya pembangunan ini rata di permukaan, namun bergelombang dibawahnya; sehingga jka dilihat dari atas atau dari jauh tampak indah permai; tetapi begitu didekati yang tampak linangan air mata untuk menebusnya. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Berikan Kontribusi Nyata Melalui Program-Base Learning di Dusun Sukajaya Darat

PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui Program-Based Learning (PBL). Kali ini, kegiatan PBL dilakukan oleh Kelompok 5, yang terdiri dari delapan mahasiswa berbakat: Mutiara Arini AP, Ratih Mary FD, Iin Fatmawati, Reny Yustika, Rezha Wahyu Nugraha, Maulid Elang Firmansyah, Siria Kaulani Bungaalsa, dan Andhika Satria.

Kelompok mahasiswa ini mengadakan serangkaian kegiatan di Dusun Sukajaya Darat, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, setelah melakukan wawancara mendalam dengan 100 responden untuk memetakan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Hasil analisis menunjukkan lima permasalahan utama yang menjadi prioritas, di antaranya adalah: rendahnya partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam program Keluarga Berencana (KB), pemanfaatan Posyandu oleh usia di atas 15 tahun yang masih rendah, tingginya kebiasaan merokok, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sebelum usia 6 bulan, dan tempat sampah rumah tangga yang terbuka.

Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, mahasiswa bersama dengan dosen pembimbing, Dr. Lolita Sari, S.KM., M.Kes, langsung mengadakan sosialisasi tentang pentingnya ber-KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ber-KB sebagai bagian dari perencanaan keluarga yang sehat dan bahagia. Dengan adanya sosialisasi ini, mahasiswa berharap agar masyarakat dapat lebih memahami manfaat dan pentingnya mengikuti program KB.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin membantu pasangan usia subur dalam merencanakan keluarga yang lebih sehat dan sejahtera. Kami juga ingin memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ber-KB untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar Mutiara Arini AP, perwakilan kelompok mahasiswa.

Kegiatan ini berjalan dengan penuh keakraban, dengan komunikasi dua arah yang baik antara mahasiswa, dosen pembimbing, dan masyarakat setempat. Semua pihak terlibat aktif dalam diskusi, yang membuat materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh warga. Romario, Kepala Dusun Sukajaya Darat, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Malahayati.

“Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa dan dosen pembimbing dari Universitas Malahayati yang telah datang dan memberikan penyuluhan. Kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya ber-KB. Kami merasa lebih terbuka dan memahami manfaat KB untuk kesehatan keluarga,” ujar Romario.

Salah satu solusi yang diusulkan oleh mahasiswa adalah pembentukan Duta KB Dusun Sukajaya Darat, yang melibatkan Ibu Kepala Dusun dan kader kesehatan setempat sebagai peer educator KB. Dengan adanya duta KB ini, diharapkan informasi tentang ber-KB dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat, dan mereka merasa lebih termotivasi untuk mengikuti program KB demi kesehatan keluarga mereka.

Dr. Lolita Sari, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing, menjelaskan, “Melalui PBL, mahasiswa tidak hanya belajar mengidentifikasi masalah kesehatan, tetapi juga bagaimana memberikan solusi yang tepat dan berkelanjutan. Kami berharap dengan adanya program ini, Dusun Sukajaya Darat bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.”

Di akhir acara, mahasiswa bersama dengan dosen pembimbing mengadakan sesi ramah tamah dan foto bersama sebagai tanda terima kasih atas antusiasme masyarakat yang sangat tinggi. Kegiatan ini diakhiri dengan harapan besar dari mahasiswa agar apa yang telah dilakukan dalam kegiatan ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi perubahan pola hidup sehat di Dusun Sukajaya Darat.

“Kami berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Kesehatan adalah aset yang sangat berharga, dan dengan kesadaran yang lebih tinggi tentang ber-KB, kita bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” ujar perwakilan mahasiswa Mutiara Arini AP.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat lokal mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi perbaikan kesehatan. Dengan adanya partisipasi aktif dari semua pihak, Dusun Sukajaya Darat diharapkan dapat menjadi Desa Sehat, yang menjadi contoh bagi daerah lain dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga dan masyarakat. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Laksanakan Rapat Pimpinan Capaian Kinerja Semester Ganjil T.A 2024/2025, serta Sosialisasi Rincian Tugas Target Kinerja Genap T.A 2024/2025

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati menggelar Rapat Pimpinan (Rapim) yang membahas Capaian Kinerja Semester Ganjil Tahun Akademik 2024/2025 serta Sosialisasi Rincian Tugas Target Kinerja Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Abdul Qasim Gedung Rektorat Unmal pada Kamis, 13 Februari 2025. Rapim dihadiri oleh para pimpinan universitas, termasuk Wakil Rektor I Prof. Dr. Dessy Hermawan, Ns., M.Kes., dan Wakil Rektor IV Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes.

Turut hadir dalam rapat ini segenap civitas akademika Unmal diantaranya Dekan, Wakil Dekan, Kepala Lembaga, Kepala Biro, Ketua Program Studi, Tim Feeder, dan Tim Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas Malahayati.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I Prof. Dr. Dessy Hermawan, Ns., M.Kes., menyampaikan apresiasi terhadap kinerja seluruh jajaran akademik dan tenaga kependidikan dalam menjalankan tugas di Semester Ganjil.

“Kita patut bersyukur atas pencapaian yang telah diraih di semester ganjil ini. Evaluasi yang telah kita lakukan menunjukkan peningkatan dalam berbagai aspek, baik dalam hal akademik, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu kita tingkatkan agar ke depan Universitas Malahayati semakin kompetitif dan unggul dalam bidang pendidikan tinggi,” ujar Prof. Dessy.

Sementara itu, Wakil Rektor IV Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes., menekankan pentingnya sinergi dalam mencapai target kinerja semester genap.

“Kita semua memiliki tanggung jawab dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, koordinasi dan komunikasi yang baik antar unit sangat diperlukan agar semua program kerja dapat berjalan dengan efektif. Kami berharap dengan adanya sosialisasi ini, setiap unit dapat memahami tugas dan target masing-masing serta bekerja secara maksimal demi kemajuan institusi,” ujar Drs. Suharman.

Rapat ini juga menjadi forum untuk membahas strategi dalam meningkatkan kualitas pendidikan, pelayanan akademik, dan tata kelola universitas. Selain itu, para peserta rapat berdiskusi mengenai implementasi kebijakan serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program kerja di semester mendatang.

Dengan adanya Rapat Pimpinan ini, Universitas Malahayati berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan tata kelola institusi guna mencapai visi dan misi sebagai perguruan tinggi unggulan di Indonesia. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Gelar Penyuluhan Bahaya Merokok di Dusun Sukajaya Lempasing

PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati menunjukkan komitmen mereka dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui kegiatan Program-Based Learning (PBL). Kegiatan ini diprakarsai oleh Kelompok 4, yang terdiri dari tujuh mahasiswa berbakat: Kadek Ayu Setiani, Raihandy Qodris, Virgin Novela, Deka Purnama, Ririn Mutiara Risky, Gina Adinda Putri, dan Farhan Hamami.

Kelompok mahasiswa ini, yang dibimbing oleh Christin Angelina F., M.Kes, melakukan wawancara dengan warga Dusun Sukajaya Lempasing untuk memetakan masalah kesehatan utama yang dihadapi masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi kebiasaan merokok di kalangan penduduk masih sangat tinggi, yang berpotensi berdampak buruk tidak hanya bagi perokok aktif, tetapi juga bagi perokok pasif di sekitar mereka.

Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, mahasiswa bersama dengan dosen pembimbing mengadakan kegiatan promosi kesehatan tentang bahaya merokok di Dusun Sukajaya Lempasing. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai dampak buruk merokok dan cara-cara efektif untuk berhenti merokok.

Christin Angelina F., M.Kes, dosen pembimbing, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan contoh nyata dari penerapan Program-Based Learning (PBL), yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan publik. “Program ini sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan bahaya merokok, serta memberikan solusi yang tepat sasaran,” ujar Christin.

Suryani, perwakilan masyarakat Dusun Sukajaya Lempasing, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas program ini. “Penyuluhan ini sangat bermanfaat karena memberikan wawasan baru tentang dampak buruk merokok terhadap kesehatan. Saya jadi lebih sadar dan termotivasi untuk mengajak keluarga saya berhenti merokok dan hidup lebih sehat,” ujarnya penuh semangat.

Selain itu, Hasanudin, Kepala Dusun Sukajaya, dan Ahmad Maulana Nasrullah, Ketua RT Dusun Sukajaya Lempasing, juga mengungkapkan rasa terima kasih atas inisiatif mahasiswa Universitas Malahayati. “Program ini sangat bermanfaat, terutama untuk saya sebagai perokok aktif. Saya berharap, dengan seringnya kami mendapat informasi tentang bahaya merokok, sedikit demi sedikit, kebiasaan merokok bisa berkurang,” ungkap Bapak Hasanudin.

Penyuluhan yang dilakukan berlangsung dalam suasana yang interaktif. Para peserta aktif terlibat dalam sesi tanya jawab, memperdalam pemahaman mereka mengenai risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok. Selain membahas bahaya merokok, mahasiswa juga memberikan informasi mengenai cara-cara efektif untuk berhenti merokok, seperti dukungan sosial, regulasi lingkungan yang lebih sehat, dan manfaat kesehatan yang bisa dirasakan setelah berhenti merokok.

Sebagai bagian dari upaya menciptakan lingkungan yang lebih sehat, mahasiswa mengajak seluruh masyarakat untuk berkomitmen bersama-sama dalam mengurangi kebiasaan merokok dan menciptakan lingkungan bebas asap rokok bagi generasi mendatang.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi ramah tamah serta foto bersama, sebagai bentuk apresiasi atas antusiasme masyarakat. Para mahasiswa berharap bahwa program ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan di masyarakat. “Kami berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat. Kesehatan adalah aset yang sangat berharga, dan dengan kesadaran yang lebih tinggi tentang bahaya merokok, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” ujar perwakilan mahasiswa dari Kelompok 4.

Kegiatan penyuluhan ini juga menjadi langkah awal dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup sehat di masyarakat. Semoga program ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi seluruh warga Desa Sukajaya Lempasing. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Gelar Penyuluhan IVA bagi Wanita Usia Subur di Dusun 1 Desa Sukajaya Lempasing Kab. Pesawaran

PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Kelompok 1, menggelar penyuluhan kesehatan yang mengangkat topik penting “Pemahaman Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)” bagi 35 Wanita Usia Subur (WUS) di Dusun 1, guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini kanker serviks. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Problem Based Learning (PBL) yang bertujuan memberi pemahaman lebih mendalam mengenai masalah kesehatan masyarakat di tingkat lokal.

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan setelah tim mahasiswa melakukan kajian mendalam dan lokakarya mini bersama pamong dusun dan stakeholder setempat. Dari hasil survei terhadap 100 responden di dusun tersebut, ditemukan berbagai masalah kesehatan yang menjadi perhatian utama. Beberapa di antaranya termasuk rendahnya pengetahuan tentang pemeriksaan IVA, vaksinasi malaria yang belum merata, serta pengobatan malaria dan pasien jiwa yang belum optimal. Masalah lain yang juga mencuat adalah pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan.

Menurut Dr. Samino, S.H, M.Kes, pembimbing Kelompok 1, lokakarya mini yang diadakan setelah analisis survei bertujuan untuk menyampaikan masalah kesehatan yang ada kepada para stakeholder dusun. Melalui diskusi yang konstruktif, mereka bisa menentukan prioritas masalah dan merancang rencana intervensi yang tepat untuk mengatasi isu-isu tersebut.

Penyuluhan tentang pemeriksaan IVA diadakan pada hari Minggu, 9 Februari 2025, bertempat di rumah kader setempat yang dipilih karena lokasinya yang strategis dan mudah diakses oleh para peserta. Kegiatan ini diadakan dalam tiga sesi kelompok yang melibatkan 35 WUS dari berbagai RT, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 hingga 15 peserta. Para mahasiswa PBL, yaitu Ahmad Murtado, Angga Wahyu Triwibowo, Ara Yuliasari RS, Fitria Karmi, Putri Amsa Tiara Diksa, Sofia Hirsya, Yesi Mandasari, dan Yogi Ari Ghocpican, menjadi pemateri yang memberikan edukasi dan informasi mengenai pentingnya deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA.

Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang dapat dicegah melalui deteksi dini, dan pemeriksaan IVA menjadi metode yang efektif untuk menilai adanya perubahan pada leher rahim yang bisa menjadi indikasi kanker. Sayangnya, masih banyak perempuan yang kurang memahami pentingnya pemeriksaan ini. Oleh karena itu, penyuluhan ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta mengenai langkah-langkah preventif yang dapat mereka lakukan.

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan dengan pendekatan Focus Group Discussion (FGD), yang diawali dengan perkenalan dan pengisian kuesioner pre-intervensi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta tentang topik yang akan dibahas. Setelah itu, pemaparan materi dilakukan secara interaktif, diikuti dengan sesi tanya jawab yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan atau berbagi pengalaman terkait kesehatan reproduksi mereka.

Untuk mengukur efektivitas penyuluhan, peserta diminta mengisi kuesioner post-intervensi setelah acara berakhir. Selain itu, kegiatan ini juga semakin meriah dengan adanya doorprize bagi peserta yang aktif berpartisipasi dalam diskusi dan tanya jawab. Hal ini diharapkan dapat mendorong peserta untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian acara.

Kegiatan penyuluhan ini ditutup dengan sesi foto bersama yang melibatkan kader setempat, peserta, dan mahasiswa PBL sebagai bentuk dokumentasi kebersamaan. Dengan semangat yang tinggi, seluruh peserta berkomitmen untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksi mereka, terutama dalam hal deteksi dini kanker serviks.

Semoga kegiatan ini dapat memberi manfaat yang besar bagi seluruh peserta, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan IVA sebagai langkah awal dalam pencegahan kanker serviks. Melalui penyuluhan ini, diharapkan perempuan di Dusun 1 akan lebih terbuka dan proaktif dalam menjaga kesehatan mereka, sehingga dapat mencegah dampak yang lebih serius dari penyakit ini di masa mendatang.

Dengan langkah-langkah preventif yang lebih baik dan kesadaran yang lebih tinggi, kita berharap tercipta masyarakat yang lebih sehat dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan dengan lebih efektif. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Sambut Hangat Kunjungan dari SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga Lampung Tengah

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati menerima kunjungan hangat dari SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga, Lampung Tengah, pada Rabu, 12 Februari 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi SMA Ma’Arif 04 untuk lebih mengenal kampus dan fasilitas yang ada di Universitas Malahayati sebagai bagian dari kegiatan studi kampus.

Universitas Malahayati diwakili oleh sejumlah pejabat penting, yaitu Ka. Biro Kemahasiswaan, Ricko Gunawan, S.Kep., M.Kes., Ka. BAA, Ahmad Iqbal, S.S., serta Ka. Bag. Humas dan Protokol, Emil Tanhar. Kunjungan ini disambut dengan hangat oleh seluruh pihak universitas, yang siap memberikan informasi terkait program pendidikan dan fasilitas yang dimiliki oleh Universitas Malahayati.

Pada kesempatan tersebut, Ricko Gunawan, selaku Ka. Biro Kemahasiswaan Universitas Malahayati, memberikan sambutan hangat kepada rombongan dari SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga. Dalam sambutannya, ia mengatakan,
“Kami sangat senang menerima kunjungan dari SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga. Kegiatan ini bukan hanya sebagai ajang untuk memperkenalkan Universitas Malahayati, tetapi juga sebagai bentuk komitmen kami untuk membantu para pelajar mengetahui lebih banyak tentang dunia pendidikan tinggi. Kami berharap kunjungan ini bisa memberi gambaran lebih jelas tentang peluang yang bisa didapatkan di dunia perguruan tinggi, khususnya di Universitas Malahayati.”

Ricko juga menambahkan bahwa Universitas Malahayati selalu membuka pintu bagi calon mahasiswa baru yang memiliki semangat untuk terus belajar dan berkontribusi di masyarakat. “Kami berharap adik-adik dari SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga bisa semakin termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan memilih Universitas Malahayati sebagai salah satu pilihan terbaik mereka,” ujar Ricko.

Dalam kesempatan yang sama, Muhroji, S.Pd.I., Kepala Sekolah SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga, menyampaikan sambutan yang penuh penghargaan. Ia mengucapkan terima kasih atas sambutan yang diberikan oleh pihak Universitas Malahayati dan menegaskan bahwa kegiatan studi kampus ini sangat penting bagi siswa-siswi untuk mengetahui lebih dekat dunia perkuliahan.

“Kami sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengunjungi Universitas Malahayati. Kunjungan ini merupakan langkah penting dalam memberikan wawasan kepada siswa-siswi kami tentang dunia pendidikan tinggi. Kami berharap, setelah melihat fasilitas dan mendengar informasi langsung dari pihak universitas, adik-adik siswa bisa memiliki gambaran yang jelas tentang pilihan karier mereka di masa depan,” ungkap Muhroji.

Setelah acara penyambutan, siswa-siswi beserta para pendamping mengunjungi beberapa fasilitas unggulan yang dimiliki Universitas Malahayati. Salah satu kegiatan utama dalam kunjungan ini adalah mengunjungi Laboratorium dan Perpustakaan universitas. Di laboratorium, para siswa diberikan penjelasan mengenai berbagai kegiatan praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai program studi. Mereka juga berkesempatan untuk melihat langsung fasilitas laboratorium yang lengkap dan mendukung kegiatan belajar mengajar di universitas.

Selain itu, siswa-siswi juga mengunjungi Perpustakaan Universitas Malahayati, yang memiliki koleksi buku dan referensi yang sangat lengkap untuk mendukung proses belajar. Di perpustakaan, mereka diberi kesempatan untuk melihat bagaimana mahasiswa mengakses berbagai sumber belajar yang ada, baik untuk keperluan tugas akademik maupun riset.

Kunjungan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang fasilitas yang ada di Universitas Malahayati, tetapi juga memberi inspirasi bagi siswa-siswi SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan fasilitas dan program pendidikan yang unggul, Universitas Malahayati berharap dapat menjadi pilihan terbaik bagi calon mahasiswa yang ingin mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi foto bersama, sebagai kenang-kenangan dari kunjungan yang penuh makna ini. Diharapkan, kunjungan ini menjadi langkah awal yang baik dalam menjalin hubungan yang lebih erat antara Universitas Malahayati dan SMA Ma’Arif 04 Selagai Lingga. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Prodi Manajemen Universitas Malahayati Gelar Evaluasi KIP Kuliah, Ciptakan Prestasi Akademik dan Lahirkan SDM Berprestasi

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi (Prodi) Manajemen Universitas Malahayati menggelar kegiatan evaluasi bagi penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada semester Ganjil 2024/2025 dengan tema “Evaluasi KIP Kuliah Semester Ganjil 2024/2025: Memastikan Bantuan Pendidikan Berbuah Prestasi”. Acara ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Februari 2025, bertempat di Gedung Perkuliahan Ruang 1.13 Universitas Malahayati.

KIP Kuliah adalah program yang dihadirkan sebagai implementasi dari amanah Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Oleh karena itu, program ini mendapat dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pihak universitas yang berkomitmen untuk memastikan bahwa bantuan pendidikan tersebut benar-benar memberikan dampak positif pada prestasi akademik mahasiswa.

Prodi Manajemen Universitas Malahayati menyelenggarakan evaluasi KIP Kuliah ini secara rutin setiap semester untuk memantau perkembangan akademik mahasiswa penerima KIP. Kali ini, sebanyak 92 mahasiswa dari berbagai angkatan yang memiliki Indeks Prestasi Akademik (IPK) di bawah 3,00 dipanggil untuk mengikuti evaluasi tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai apakah bantuan pendidikan yang diberikan telah memberikan hasil yang optimal dalam bentuk prestasi akademik.

Acara dibuka langsung oleh Dr. Rahyono, S.Sos., M.M., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, yang memberikan mandat kepada para orang tua dan wali mahasiswa untuk bekerja sama dalam mendorong anak-anak mereka agar lebih giat belajar dan memperbaiki IPK. Beliau menekankan bahwa keberlanjutan penerimaan KIP Kuliah sangat bergantung pada hasil akademik yang diraih mahasiswa. “Indeks Prestasi adalah indikator utama keberhasilan program ini. Kami berharap agar mahasiswa penerima KIP Kuliah dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya,” ujar Dr. Rahyono dalam sambutannya.

Sesi selanjutnya diisi dengan penyampaian materi oleh Ibu Ayu Nursari, S.E., M.E., dan Bapak Mohammad Athian Manan, S.M., M.M., yang memberikan wawasan tentang pentingnya pencapaian akademik dan bagaimana mahasiswa dapat tetap termotivasi untuk belajar lebih baik meskipun menghadapi tantangan. Materi yang disampaikan mencakup strategi belajar yang efektif, cara mengatasi stres akademik, dan bagaimana mengoptimalkan potensi diri untuk mencapai kesuksesan di dunia pendidikan.

Kegiatan evaluasi ini ditutup dengan sesi konseling antara mahasiswa yang terlibat dalam evaluasi dan orang tua/wali bersama dosen Pembimbing Akademik masing-masing. Sesi ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan orang tua untuk berdiskusi langsung mengenai perkembangan akademik mahasiswa serta langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan IPK dan memaksimalkan potensi mereka di masa depan.

Dari kegiatan ini, Prodi Manajemen Universitas Malahayati berharap agar evaluasi KIP Kuliah dapat menjadi pengingat bagi mahasiswa dan orang tua/wali mengenai pentingnya kesempatan belajar yang telah diberikan oleh pemerintah melalui KIP Kuliah. Proses evaluasi ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk memastikan bahwa tujuan besar mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang, dapat terwujud melalui prestasi-prestasi akademik yang nyata di masa depan.

Dengan komitmen yang kuat dan dukungan penuh dari orang tua, dosen, dan seluruh civitas akademika, diharapkan mahasiswa penerima KIP Kuliah dapat mencapai prestasi yang optimal dan turut berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang lebih cerdas dan berdaya saing global. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Ambarang Wirang

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Judul pada tulisan ini berasal dari bahasa Jawa kategori kromo inggil yang merupakan strata tertinggi dalam Sastra Jawa. Ambarang wirang sering dipakai oleh kalangan tertentu dalam membahasakan sesuatu dengan bahasa lambing alias ilustrasi. Arti harfiahnya adalah “menjual malu”. Tetapi terjemahan bebas ini tidak pas betul ditilik dari rasa bahasa. Sebab ambarang yang berasal dari kata mbarang yang berarti menanggung atau memikul. Sedangkan wirang berarti aib, malu, atau kehinaan.

Jadi, “ambarang wirang” bisa diartikan sebagai “menanggung malu” atau “memikul aib”. Frasa ini menggambarkan seseorang yang harus menghadapi rasa malu, kehinaan, atau rasa bersalah dalam hidupnya. Ambarang wirang dalam sejarah dan budaya Jawa adalah konsep yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat atau juga sering disebut njogo projo, baik sebagai individu, keluarga, maupun keturunan (trah) dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan modern, nilai ini masih relevan, terutama dalam menjaga etika, moral, dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Kosep wirang dalam budaya Jawa juga ditemukan dalam bentuk lain pada budaya Bugis, Lampung, atau mungkin dalam tatanan adat lain. Ditinjau dari konsep makna, wirang untuk masyarakat Jawa adalah malu, aib, kehinaan sosial. Masyirik untuk masyarakat Bugis adalah hilangnya harga diri akibat pelanggaran adat. Untuk masyarakat Lampung kita kenal dengan sebutan pi’il yang dimaknai perilaku yang menentukan kehormatan.
Ditinjau dari sanksi sosial; untuk masyarakat Jawa adalah kehilangan martabat, dan dijauhi masyarakat. Untuk masyarakat Bugis adalah tidak dihormati, bisa juga diusir dari komunitas. Untuk masyarakat Lampung adalah hilangnya status sosial dan tidak dihargai.

Ditinjau dari konsep menebus; untuk masyarakat Jawa adalah melalui laku prihatin dan perbuatan baik. Untuk orang Bugis adalah berupa tindakan heroik, keberanian, dan pengabdian yang luar biasa. Untuk masyarakat Lampung berupa memperbaiki perilaku dan menunjukkan fiil yang baik.

Ditinjau dari konsep filosofi kehidupan; untuk masyarakat Jawa dimaknai untuk tidak wirang harus menjaga martabat dan harga diri. Untuk masyarakat Bugis siri’na pace (malu dan empati). Untuk masyarakat Lampung bermakna bahwa status sosial itu juga ditentukan oleh pi’il.
Pada ketiga masyarakat tadi kata wirang bukan sebatas spektrum malu saja, akan tetapi lebih pada harga diri. Oleh karena itu pada masyarakat Jawa dikenal semacam adagium bahwa “orang Jawa meninggalkan tanah kelahirannya itu pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu karena wirang atau karena kurang”.

Wirang karena berbuat yang tidak sesuai dengan norma yang ada atau tidak mampu melaksanakan tugas kewajiban yang diembannya dengan baik. Contoh Raja Brawijaya ke-V meninggalkan Kerajaan Majapahit karena merasa wirang tidak mampu mempertahankan wilayahya dari gempuran Kerajaan Pajang.

Sementara konsep “kurang” itu bermakna dua; Pertama, kurang dalam arti penguasaan ilmu pengetahuan. Akibatnya mereka jauh-jauh mengejar ilmu pengetahuan, dan pada zamannya Yogjakarta menjadi tujuan utama bagi mereka pengejar ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu jika ada keluarga yang sekolah di Yogjakarta pada saat itu merasa harga diri keluarga sangat terhormat.

Kedua, kurang dalam arti ekonomi. Oleh sebab itu tidak aneh jika orang Jawa sampai ke Suriname dan wilayah lainnya di dunia ini, adalah karena ingin memperbaiki status sosial ekonomi mereka. Dan, jika sudah baik mereka akan beralih lagi dengan mengejar ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu tidak salah jika masyarakat Jawa yang ada di manapun berada, setelah ekonominya membaik dalam arti relatif, maka mereka akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar, utama waktu itu Yogjakarta menjadi tujuan favorit. Untuk sekarang sudah lebih luas lagi spektrumnya sampai ke manca negara. Bahkan dari wawancara tidak terstruktur ditemukan data anak-anak petani sawit di Rimbo Bujang Jambi, yang tadinya dari Pringsewu, sekarang kuliah di salah satu fakultas terfavorit dan termahal biayanya di satu universitas di daerah ini. Karena secara ekonomi mereka sudah sangat baik dan sangat memungkinkan untuk mencapai perubahan status sosial.

Pertanyaan tersisa, masihkah konsep “ambarang wirang” itu hidup di tengah masyarakat. Pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena ukurannya sangat subyektif, bahkan tidak jarang sangat emosional. Karena kesubyektifannya itulah maka tekananya ada pada “rasa”; jika segala sesuatu sudah berkaitan dengan dawai rasa pada manusia; maka bisa jadi ini akan membangun maruwah. Oleh sebab itu tidak jarang untuk suatu peristiwa yang menimpa pada seseorang menjadikan timbul rasa malu yang sangat; sementara peristiwa yang sama menimpa orang yang berbeda, justu diri merasa bangga karena merasa diri agar supaya orang lain mengetahui siapa dia.

Kalau sudah seperti itu jadinya, ukuran yang dipakai hanya agama yang mampu ditegakkan sebagai parameternya. Sebab, agama aturannya jelas ada pada kitab suci dan Rasulnya; jika yang tidak sesuai dengan tata aturan jelas konsekuensinya, dan jika sesuai dengan aturan dan hukum-hukumnya maka juga jelas hasilnya. Tinggal kita manusia mengukur diri “masihkah kita memiliki rasa malu” kepada Tuhan akan semua yang telah diamanatkan kepada kita, yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di pengadilan akhirat. Pertangungjawaban itu termasuk istri, anak-anak, dan harta, tahta atau jabatan; yang diperoleh selama di dunia. Justru atas Rahmat-Nya kita harus berterimakasih karena telah menutup aib atau malu, dan kekurangan kita kepada orang lain.

Oleh karenanya agama mengajarkan biarkan aib itu yang mengetahui hanya diri kita dan Tuhan, bukan untuk dibentang kepada mahluk lain di bumi ini. Jangan sampai terjadi pada kita; Tuhan sudah menutupnya, justru kita membukanya. Inilah esensi dari ambarang wirang itu dalam konsep budaya Jawa. Oleh karena itu di dalam Islam dikenal istilah sikap saling menutup aib yang disebut “Satrul ‘Aib” (سَتْرُ العَيْبِ), yang berarti menutupi kekurangan atau kesalahan orang lain dengan niat baik, bukan untuk membenarkan dosa, tetapi untuk menjaga kehormatan dan persaudaraan sesama muslim.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim, no. 2590). Oleh sebab itu aib atau wirang itu bukan untuk disebar luaskan, akan tetapi bagaimana upaya kita untuk saling menutupnya.

Jangan pula kita merasa “sudah berbuat baik” di muka bumi, justru sebenarnya kita berbuat “zalim” di muka Tuhan. Semoga kita semua terhindar dari perbuatan seperti itu, dan saling mengingatkan diantara kita untuk selalu berbuat kebajikan. Tidak salah jika Hasriadi Mat Akin, Guru Besar yang pernah memimpin satu perguruan tinggi negeri ternama di daerah ini mengatakan “kekayaan dan jabatan bisa datang dan pergi, tetapi nama baik adalah warisan abadi yang lahir dari kejujuran, integritas, dan moral”. Oleh karena itu jika kita mampu menjaganya, maka itulah kenangan abadi yang dapat kita tinggalkan di dunia ini. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bentuk Satgas Bebas Asap Rokok di Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing

PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati melakukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi permasalahan kesehatan melalui Program Based Learning (PBL). Upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti hasil Survei Kesehatan Masyarakat di Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing yang mengungkapkan bahwa dari 100 Orang Responden menunjukan bahwa 76% Kepala Keluarga masih melakukan aktifitas merokok aktif.

Kelompok 2 PBL yang terdiri dari : Biantara Suri, Annisa Indriani, Nurfazira, Ardinda Arlindova, Ijlal Maajid, Nabila Zatalini FA dan Zaitunah bersama aparat desa segera mengambil inisiatif dengan membentuk Satgas Bebas Asap Rokok. Pembentukan satgas ini dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2025 sebagai respons cepat dan strategis guna mengatasi dampak negatif asap rokok terhadap kesehatan dan lingkungan. Kegiatan ini dicanangkan segera setelah data survei diperoleh dan musyawarah bersama diadakan, yang menghasilkan kesepakatan untuk menggalang kekuatan bersama melalui pembentukan tim yang terdiri dari Kepala Dusun, empat Ketua RT, serta dukungan aktif dari Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati.

Kegiatan berlangsung di wilayah Dusun 2 dengan serangkaian aktivitas yang dimulai dari musyawarah di kantor dusun, dilanjutkan dengan sesi edukasi intensif berupa pembekalan dan pemberian materi kepada anggota Satgas Bebas Asap Rokok. Selain itu, dilakukan pula distribusi alat promosi kesehatan berupa stiker dan banner yang dipasang di tempat-tempat strategis seperti sekolah, madrasah, dan tempat ibadah. Seluruh rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahaya rokok dan mendorong perubahan perilaku melalui pemberdayaan komunitas. Diharapkan, inisiatif ini tidak hanya mampu menurunkan angka perokok, tetapi juga mencegah kelompok non-perokok terjerumus ke dalam kebiasaan merokok.

Dalam kesempatan tersebut, Bapak Khoidar Amirus, M.Kes, selaku pembimbing kegiatan PBL Kelompok II, menyampaikan testimoni yang sangat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat ini. Dalam sambutan kegiatan pembentukan Satgas Bebas Asap Rokok yang dilaksanakan di Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing pada tanggal 9 Februari kemarin, Beliau menyatakan ”bahwa salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dalam melakukan enumerasi terkait identifikasi masalah kesehatan di Dusun 2. Selain itu pula, pengalaman tersebut sangat berharga karena tidak hanya memperkaya pengetahuan praktis mahasiswa, tetapi juga membuka peluang untuk memberdayakan masyarakat melalui upaya berhenti merokok yang lebih efektif ”.

Kegiatan pembentukan Satgas Bebas Asap Rokok ini merupakan upaya kolaboratif yang mengintegrasikan peran pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan institusi pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bersih dari asap rokok. Dengan pendekatan yang berkesinambungan dan partisipatif, diharapkan inisiatif ini mampu memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam mengurangi angka perokok maupun dalam membentuk budaya hidup sehat di masyarakat Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing.

Kepala Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing, Maryam dalam pernyataannya menyampaikan ” Terima kasih kepada Mahasiswa dan seluruh civitas akademik Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati khususnya Kelompok 2 yang telah memfasiltasi terbentuknya Satgas Bebas Asap Rokok di Dusun 2 ini, dan berharap kegiatan ini bisa terus berlangsung karena dapat meningkatkan kualitas kesehatan Masyarakat dan Lingkungan.

Salah Seorang Perwakilan Masyarakat sekaligus Anggota Satgas Bebas Asap Rokok menyatakan pula, “Harapan bahwa dengan adanya Satgas Bebas Asap Rokok ini dapat mencegah Anak-anak Kami menjadi Perokok sekaligus menciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas dari asap rokok”. (gil)

Editor: Gilang Agusman