Peringati Hari Toilet Sedunia 2024, Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Berpartisipasi dalam Acara “Musik Tepi Sungai” di Kampung Gudang Agen

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam rangka memperingati Hari Toilet Sedunia 2024, Youth Sanitation Concern (YSC) bersama Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) menggelar acara bertajuk “Musik Tepi Sungai” yang berlangsung pada Sabtu, 30 November 2024, di tepi Sungai Way Belau, Kampung Gudang Agen, Kelurahan Pesawahan, Bandarlampung. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang layak dalam menjaga kesehatan dan lingkungan.

Pada kesempatan kali ini, Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati berkolaborasi dengan Prodi Sosiologi Universitas Lampung dan Sekolah Az-Zahra untuk mendukung dan berpartisipasi dalam suksesnya acara yang bertemakan edukasi dan seni ini. Kehadiran berbagai pihak, baik dari dunia pendidikan maupun masyarakat, memberikan kontribusi yang besar dalam memperkuat pesan pentingnya pengelolaan sanitasi yang baik.

Acara ini dihadiri oleh Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Nurul Aryastuti, S.ST., M.K.M serta beberapa dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Nova Muhani, S.ST., M.K.M, Dina Dwi Nuryani, SKM., M.Kes. Turut hadir pula sejumlah tokoh penting, di antaranya Ketua PCNU Bandar Lampung, Ichwan Adji Wibowo,  Tak ketinggalan, jajaran tokoh masyarakat Kampung Gudang Agen turut serta dalam acara ini bersama dengan masyarakat setempat, mencerminkan rasa kebersamaan dalam upaya menjaga sanitasi dan kesehatan.

Pembina Youth Sanitation Concern (YSC) sekaligus dosen luar biasa Universitas Malahayati, Iffah Rachmi S.I.Kom., M.Si, dalam sambutannya menekankan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya sanitasi yang layak. Menurutnya, krisis sanitasi, terutama terkait dengan air, adalah tantangan global yang membutuhkan perhatian serius.

“Di Indonesia, 70 persen sumber air telah tercemar oleh tinja manusia akibat dari pengelolaan tinja yang buruk. Hal ini mempengaruhi kualitas air dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu lebih fokus pada pengelolaan sanitasi yang baik,” ujar Iffah Rachmi.

Iffah juga menjelaskan bahwa tema Hari Toilet Sedunia 2024, “Toilets: a Place for Peace”, mengandung makna mendalam mengenai pentingnya keberadaan toilet yang aman dan terlindungi, yang dapat menjaga kesehatan masyarakat. Terlebih lagi, tema ini menjadi semakin relevan di tengah ancaman konflik, bencana, dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.

Acara “Musik Tepi Sungai” juga diwarnai dengan berbagai pertunjukan seni yang memadukan hiburan dengan edukasi. Lokasi yang dipilih, yaitu tepi Sungai Way Belau, memiliki simbolisme yang kuat, mengingat sungai sering kali tercemar oleh limbah manusia. Oleh karena itu, acara ini bertujuan untuk memberikan pesan penting tentang perlunya menjaga kebersihan lingkungan perairan agar tetap sehat dan berkelanjutan.

Muhammad Arfan, selaku Ketua Pelaksana acara, menjelaskan bahwa acara ini tidak hanya berbicara tentang sanitasi, tetapi juga melibatkan seni untuk menarik perhatian masyarakat. Beberapa pertunjukan yang ditampilkan termasuk live performance dari Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati (Hima Kesehatan Masyarakat), Sindikat Sisa Semalam, Gugen Playground, dan ATBJ. Selain itu, ada juga drama pemuda setempat yang mengangkat tema pentingnya buang air besar pada tempatnya.

Sebagai bagian dari acara, mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati angkatan 2022 memamerkan instalasi karya kreatif mereka yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai sejarah toilet di dunia, dampak buruk yang ditimbulkan jika tidak menggunakan toilet dengan baik, serta kondisi toilet yang sering disalahgunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Karya-karya ini dibuat dari sampah plastik yang didaur ulang, mengubah sampah menjadi karya seni yang bernilai estetika sekaligus mengandung pesan lingkungan yang mendalam.

Acara ini juga melibatkan anak-anak muda aktivis Kampung Gudang Agen sebagai agen perubahan yang aktif dalam mengedukasi dan mempromosikan pentingnya sanitasi yang baik di lingkungan mereka. Diharapkan, melalui kegiatan ini, masyarakat Kampung Gudang Agen dapat menjaga kebersihan lingkungan mereka, menjaga sanitasi yang layak, serta turut berperan dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, bersama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam acara ini, berharap agar kegiatan ini dapat menjadi langkah konkret untuk mengatasi tantangan sanitasi di Indonesia. Melalui edukasi yang tepat dan kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya pengelolaan sanitasi yang baik, diharapkan dapat tercipta perubahan positif dalam menjaga kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat, mahasiswa, dan berbagai lembaga, acara ini berhasil menyampaikan pesan yang penting mengenai pentingnya fasilitas toilet yang aman dan sanitasi yang layak, serta menjadi momentum bagi perubahan yang lebih besar di masa depan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Raih Penghargaan Atas Kontribusi Tax Center Program RENJANI 2024 di Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati meraih prestasi melalui Tax Center Malahayati yang menerima penghargaan dalam Program RENJANI (Relawan Pajak Untuk Negeri) 2024. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Bengkulu dan Lampung pada acara penutupan RENJANI 2024 yang diadakan di Kantor Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung. Selasa (26/11/2024).

Dalam acara tersebut, Universitas Malahayati mendapatkan dua penghargaan bergengsi, yaitu Penghargaan Relawan Pajak Untuk Negeri 2024 dan Mitra Inklusi Kesadaran Pajak Tahun 2024. Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi atas kontribusi luar biasa Tax Center Malahayati dalam mendukung program pendidikan pajak dan meningkatkan kesadaran pajak di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan.

Acara penutupan tersebut turut dihadiri oleh 10 Tax Center yang berasal dari Bandar Lampung dan 4 Tax Center lainnya dari Bengkulu. Dalam sambutannya, Ketua Tax Center Universitas Malahayati, Hardini Ariningrum S.E., M.Ak., CFRS, menegaskan bahwa penghargaan yang diraih merupakan hasil dari kerja keras dan kolaborasi yang solid antara Tax Center Malahayati dengan Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung.

“Penghargaan ini merupakan buah dari kerjasama yang sangat baik antara Tax Center Malahayati dengan Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung. Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan inklusi pajak dan kesadaran pajak, serta memberikan dedikasi tanpa henti dalam menyebarkan pemahaman pajak, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat luas,” ujar Hardini Ariningrum.

Menurut Hardini, saat ini Tax Center Malahayati aktif berkolaborasi dengan pihak DJP di wilayah Kanwil Bengkulu dan Lampung dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai pajak. Kolaborasi ini mencakup penelitian pajak, pengembangan kurikulum pajak, serta penyuluhan kepada wajib pajak, baik individu maupun badan usaha.

“Melalui kerjasama ini, kami berharap dapat lebih banyak memberikan edukasi pajak yang bermanfaat bagi masyarakat, sehingga kesadaran pajak semakin meningkat, dan masyarakat lebih memahami pentingnya pajak untuk pembangunan negara,” lanjutnya.

Selain itu, pada tahun 2024, sebanyak 6 dosen pengurus Tax Center dan 8 mahasiswa Universitas Malahayati turut terlibat dalam kegiatan RENJANI. Keterlibatan ini menunjukkan komitmen Universitas Malahayati dalam mendukung program Relawan Pajak dan menyebarluaskan informasi terkait kewajiban perpajakan kepada berbagai kalangan.

Penghargaan yang diterima oleh Tax Center Universitas Malahayati ini menjadi motivasi besar bagi seluruh tim untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dan pendidikan pajak, baik di tingkat universitas maupun masyarakat secara umum. Hardini menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk terus meraih prestasi lebih tinggi di masa yang akan datang, serta mendukung tercapainya tujuan besar untuk meningkatkan kesadaran pajak di Indonesia.

“Penghargaan ini bukan hanya sebagai pencapaian, tetapi juga sebagai penyemangat bagi kami untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi terbaik dalam dunia perpajakan, demi kemajuan Indonesia yang lebih baik,” tutup Hardini.

Dengan prestasi ini, Universitas Malahayati menunjukkan peran pentingnya dalam mencetak generasi yang peduli terhadap pentingnya pajak sebagai sumber pendapatan negara, serta mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

PRODI S1 KESMAS UNIVERSITAS MALAHAYATI SELENGGARAKAN PENGABDIAN MASYARAKAT DI PULAU PASARAN

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat pada pekerja di Sentra Pembuatan ikan asin di wilayah Kota Karang, Pulau Pasaran, Bandar Lampung.

Kegiatan yang berlangsung pada Senin (02/12/2024) ini merupakan bagian dari luaran mata kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal yang bertujuan untuk menilai dan memperbaiki kondisi kesehatan kerja para pekerja di Pulau Pasaran.

Mayoritas pekerja di wilayah ini adalah perempuan dan kelompok usia lanjut yang sering menghadapi berbagai risiko kesehatan akibat kondisi kerja yang kurang ideal. Beberapa masalah kesehatan yang sering dihadapi para pekerja antara lain gangguan pernapasan akibat paparan bau tidak sedap, terpapar sinar matahari langsung, gatal-gatal, pusing, dehidrasi, cedera akibat tertimpa laha/para-para, keram pada lutut akibat berdiri terlalu lama, serta risiko kontaminasi bakteri akibat pengolahan ikan yang tidak higienis.

Kegiatan pengabdian ini juga meliputi identifikasi dan pemberian edukasi terkait penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), sanitasi yang baik, serta teknik pengolahan ikan yang lebih higienis untuk mencegah penyakit menular. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas mereka.

Penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati semester 5 yang didampingi oleh dosen pembimbing, Dina Dwi Nuryani, M.Kes dan Nurul Aryastuti, MKM. Kegiatan ini juga didukung oleh staf Kecamatan Pulau Pasaran, Kota Karang, yang turut membantu dalam kelancaran kegiatan pengabdian masyarakat ini.

Universitas Malahayati melalui Program Studi Kesehatan Masyarakat berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya bagi kelompok pekerja sektor informal yang sering kali terabaikan.

Dino Alfarizy Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Juara 3 Solo Dangdut Ajang Bahana Swarantika Festival 4

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Dino Alfarizy (23380047) Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati yang telah berhasil mendapatkan Juara 3 alam kategori Solo Dangdut pada acara Solo Pop & Dangdut Bahana Swarantika Festival 4 Se Provinsi Lampung. Ajang lomba ini diselenggarakan oleh UKM Bahasa Swarantika UIN Raden Intan Lampung, 20 November 2024.

Bahana Swarantika Festival 4 merupakan ajang bergengsi yang diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh Provinsi Lampung. Lomba ini menampilkan talenta-talenta muda di bidang musik, khususnya genre pop dan dangdut

Dalam kompetisi ini, Dino tampil dengan penampilan yang memukau. Melalui teknik vokal yang kuat dan penjiwaan yang mendalam, dia berhasil memikat hati para juri dan meraih posisi ketiga.

Dino sangat bersyukur dan merasa terhormat bisa meraih Juara 3 di acara yang sangat bergengsi ini. Ia tidak menyangka bisa masuk ke dalam peringkat tiga besar karena persaingan sangat ketat.

“Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan latihan yang konsisten, kita bisa meraih apa yang kita impikan. Ini juga menjadi pembelajaran berharga, bahwa kita harus terus mengembangkan diri di berbagai bidang, bukan hanya akademik tetapi juga dalam seni dan budaya,” ujar Dino dengan semangat saat diwawancarai.

Keberhasilan Dino ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari civitas akademika Universitas Malahayati yang merasa bangga dengan pencapaian mahasiswanya. Dino tidak hanya membawa nama baik kampusnya, tetapi juga menginspirasi banyak mahasiswa lain untuk berani mengejar passion di luar dunia akademik.

Dengan semangat yang tinggi, Dino berharap bisa terus mengembangkan karier musiknya dan meraih prestasi lebih besar lagi di masa depan. “Ini baru awal, saya akan terus berusaha dan berharap bisa membawa nama Universitas Malahayati dan Provinsi Lampung lebih jauh di dunia musik,” tutupnya penuh harap. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Baratayudha Itu Telah Berakhir

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Dikisahkan akhir Perang Baratayudha dalam Babat Mahabharata merupakan puncak dari konflik panjang antara Pandawa dan Kurawa yang melibatkan banyak nilai, intrik, dan pengorbanan. Singkat ceritanya, yang biasa dimainkan oleh para Dalang Wayang Purwa (Jawa) Perang Baratayudha terjadi di Padang Kurukshetra antara Pandawa melawan Kurawa). Pada umumnya para Dalang bersepakat bahwa perang itu berlangsung selama 18 hari. Kedua pihak mengalami banyak kehilangan, termasuk ksatria-ksatria besar seperti Abimanyu, Bhisma, Drona, Karna, dan lainnya.

Sahdan pada perang hari ke-18, Kurawa hampir habis. Duryudana, pemimpin Kurawa, memilih melarikan diri dan bersembunyi di sebuah danau menggunakan ilmu Jala Dharma, kesaktian ilmu ini bersembunyi di dalam air bisa tahan berlama-lama. Namun, Pandawa menemukannya atas petunjuk Prabu Kresno. Yudistira menantang Duryudana untuk duel terakhir, dan ia memilih adu Gada melawan Bima. Dalam duel tersebut, Duryudana bertarung dengan gagah. Namun, arsitek perang itu Prabu Kresno mengingatkan Bima untuk melanggar aturan perang. Atas dorongan itulah Bima memukul paha Duryudana dengan Gada, sebuah tindakan yang tidak sesuai aturan perang (karena memukul di bawah pusar dianggap curang).

Duryudana terluka parah dan jatuh, tetapi sebelum meninggal, ia mencela Pandawa yang dianggap menggunakan cara licik untuk menang. Setelah duel itu, Duryudana tidak langsung meninggal. Dalam kondisi sekarat, ia tetap mempertahankan kebanggaannya sebagai ksatria Kurawa. Kematian Duryudana menandai berakhirnya dinasti Korawa dan kemenangan Pandawa. Namun, peristiwa ini juga menimbulkan dilema moral bagi para Pandawa karena cara yang digunakan tidak sepenuhnya ksatria. Duryudana, meskipun sering digambarkan angkuh dan serakah, dianggap tetap seorang ksatria sejati yang setia pada kehormatan keluarganya. Dalam pewayangan Jawa, akhir hidup Duryudana sering digambarkan dengan penuh ironi: sebagai penjahat besar yang akhirnya hancur oleh karma, tetapi tetap dihormati sebagai ksatria yang mempertahankan keyakinannya hingga akhir.

Dari kisah Duryudhana ini, kita diingatkan bahwa kebajikan seperti kerendahan hati, keadilan, dan mendengarkan nasihat bijak adalah jalan menuju kehidupan yang harmonis dan bermakna. Sebaliknya, keserakahan, kesombongan, dan kebencian, tidak menghargai orang lain, ternyata hanya akan membawa kehancuran.

Lalu apa hubungannya dengan hasil akhir pemilu kada saat ini. Pertama yang menang jangan terlalu jumawa, sebab kemenangannya itu bukan hasil kerja sendirian; akan tetapi kerja banyak orang disetiap lapangan kehidupan mereka. Bahumembahu dari banyak oranglah yang mengantarkan seseorang menuju pada puncak kemenangannya. Adalah tindakan sangat bodoh jika berani menepuk dada itu kerjaan mereka sendiri. Sama halnya Para Pandawa tidak pernah merasa menjadi pemenang dalam Baratayudha, karena mereka sadar tanpa arsitek perang sekaliber Prabu Kresna, maka semua tidak akan bisa seperti ini.

Sebaliknya bagi mereka yang kurang beruntung tidak perlu harus bersedih hati berkepanjangan, sampai lupa makan dan mandi. Sebab bisa jadi itu adalah cara Tuhan menunjukkan kuasa akan mahlukNYA.

Jangan pula yang menang merasa dirinya bersih dalam menggapai kemenangan, sudah dapat dipastikan ada cara-cara yang tidak terhormat juga pernah dilakukan; terlepas itu direncanakan, tersetruktur dan masif; atau sekedar jalan pintas agar mempercepat menemukan jalan menang. Kelicikan tetap saja disebut kelicikan sekalipun ia berada pada posisi menang.

Tidak juga bisa diingkari antara pemenang dan yang kalah, semua sama-sama mengalami pengeluaran biaya yang sangat besar. Hanya yang menang terhibur atas kemenangannya, sementara yang kalah meratapi kekalahannya. Walaupun kalkulasi akhir mereka sama-sama harus mencari dana guna membayar hutang baik yang berjangka pendek maupun jangka panjang; baik yang melalui Bank maupun yang perorangan. Bagi pemenang masih mungkin mendapatkan celah untuk mengembalikan hutang dengan sedikit memanfaatkan celah lubang jarum yang tidak bisa dimasuki semut. Sementara bagi yang kalah sedang memikirkan asset mana yang akan dilego untuk menutup hutang jangka pendek; sementara yang jangka panjang nanti berunding dengan kepala dapur. Walaupun sebenarnya yang lebih pusing adalah para pendukung fanatik dan para Bandar; mereka habis uang berharap untung ternyata buntung, dan menyedihkannya lagi baik calon yang menang, apalagi yang kalah semua berupaya menghindar. Calon yang menang menggunakan jurus menembak selalu beralasan …” sebentar…dan…besok”.. . Sementara yang kalah menggunakan jurus …”ambles bumi”.. atau menghilang takberjejak. Tinggal diri berdiri mematung dengan mata berpandangan kosong kemuka, terutama yang ada pada pihak kalah.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan, dan ini juga diingatkan oleh seorang Dosen senior dari Universitas keagamaan negeri di daerah ini ialah jangan sampai masuk Rumah Sakit. Gara-gara menang sehingga senang takhingga-hingga akhirnya lupa diri, badan dipacu walhasil harus diinfus tergeletak di ruang inap Rumah Sakit. Sementara yang kalah jangan sampai jadi pasien Rumah Sakit Jiwa, karena kekalahan itu adalah kesuksesan yang tertunda; atau bisa jadi itu bentuk sayang Tuhan dalam bentuk lain kepada mahluknya.

Menyikapi kemenangan dan juga kekalahan hendaknya secara wajar saja, sebab menang dan kalah itu adalah permainan dunia. Seperti disimbolkan dalam Baratayudha; menang jika diperoleh dengan tidak kasatria, adalah akan menjadi beban moral sampai kapanpun akan di bawa. Sementara kalah secara kasatria juga tetap sakit, sebab kekalahan itu adalah pukulan telak bagi siapapun yang maju kegelanggang pertandingan. Namun perlu diingat ada adagium yang mengatakan “jika tidak siap kalah janganlah kamu bertanding”.

Tidak ada obat untuk kekecewaan, hanya satu kata kuncinya dalam peringatan Tuhan adalah “kesabaran”; oleh sebab itu perlu diingat bahwa, gagal dan sukses sebenarnya ada pada lembar yang sama tetapi pada muka yang berbeda, kita diminta untuk menghadapi hanya dengan sabar dan ihlas. Dua kata yang ringan diucapkan tetapi berat dalam menjalankan.

Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Bandarlampung Gelar Yudisium dan Sumpah Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandarlampung menggelar Yudisium dan Sumpah Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan di Gedung Graha Bintang. Kamis (28/11/2024).

Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati Bandarlampung, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, saat memberikan sambutan dalam acara tersebut, menekankan pentingnya pembelajaran berkelanjutan dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Dr. Dessy Hermawan, mengingatkan para lulusan bahwa ilmu yang diperoleh selama masa kuliah hanyalah awal dari perjalanan panjang.

“Tantangan ke depan akan lebih berat, terutama dengan dunia kerja yang semakin ketat bersaing. Selain itu, kalian juga akan menghadapi tantangan di masyarakat dan perkembangan teknologi yang semakin maju,” ujarnya.

Untuk menghadapi tantangan tersebut,ia mengajak para lulusan untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dr. Dessy Hermawan juga menyarankan untuk terus membina hubungan dengan almamater serta menjalin komunikasi dengan para alumni dan senior, karena melalui hubungan tersebut, banyak ilmu praktis yang dapat diperoleh.

“Manfaatkan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kalian. Pelajari dan kuasai teknologi untuk menunjang karier dan kontribusi kalian bagi masyarakat,” tambah Dr. Dessy Hermawan.

Acara yudisium ini meluluskan 633 mahasiswa dari berbagai program studi di Fakultas Ilmu Kesehatan. Dalam kesempatan ini juga 331 lulusan dari 4 program studi di Fakultas Ilmu Kesehatan juga mengikuti sumpah profesi.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., menjelaskan bahwa tema yudisium dan sumpah kali ini adalah “Kolaborasi Bersinergi Menuju Generasi Emas”. Program studi yang terlibat antara lain Profesi Ners, Profesi Bidan, Diploma III Kebidanan, Diploma III Analis Farmasi dan Makanan (ANAFARMA), Magister Kesehatan Masyarakat, Sarjana Keperawatan, Sarjana Farmasi, Sarjana Psikologi, dan Sarjana Kebidanan.

Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., dalam sambutannya mengatakan pendidikan bukan sekedar gelar. “Pendidikan adalah fondasi untuk masa depan dan kunci untuk membuka kesempatan,” katanya.

Ia berpesan agar para lulusan ini agar terus melihat masa depan dan m,enunjukan ketekunan dan dedikasi yang patut dicontoh. “Jangan menunggu kesempurnaan untuk memulai, terus belajar di sepanjang hanyat,” imbuhnya.

Dr. Lolita Sary berharap kedepannya para lulusan ini sukses secara akademis, tetapi jiga menjadi individu yang berkontribusi positif bagi masyarakat.

“Selamat kepada semua lulusan, saudara adalah kebanggaan kami, teruslah berjuan dan jangan pernah berhenti belajar,” tandasnya.

Turut hadir pula; Wakil Rektor 2 (Drs.Nirwanto,Mkes), Wakil Rektor 3 (Dr.Eng. Rina Febrina, ST.,MT), Wakil Rektor 4 (Drs. Suharman, M.Pd), Ka.Prodi, para dosen di FIK dan tamu undangan meliputi; Ketua IBI Provinsi Lampung (Mery Destiaty, S.K.M.,M.Kes)Ketua DPW PPNI kota Bandar Lampung (Margono, SKM.,MM.), Ketua 1 Pengda IAKMI Lampung (Budi Kurniawan, SKM., MPH), Bendahara HIMPSI Wilayah Lampung (Rida Desmalena, S.Psi), Kabid Pengembangan SDM RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung (Yeni Ekawati), Direktur RS Bintang Amin (dr. Rachmawati. MPH). (gil)

Meratap dan Tertawa

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Satu adegan carangan atau karangan Dalang Wayang Purwa saat diminta pentas padat menghibur para pemirsa. Jika mengikuti pakem wayang harus paling tidak lima sampai enam jam satu cerita dipentaskan. Namun sesuai perkembangan jaman para kawula milenial tidak suka berlama-lama untuk menikmati sesuatu. Oleh panitia hanya diberi waktu tiga puluh sampai empat puluh menit saja. Dalang yang seorang doktor dan pernah mengkuti kuliah sosiologi dakwah tidak keberatan, bahkan di dalam hatinya bicara “siapa takut” asal harganya sesuai saja. Makin padat, tentu makin mahal jika mengikuti pola logam mulia. Pentas dimulai, setting yang diambil adalah perjumpaan para Punakawan dalam segmen “Goro-Goro”.

“Petruk, Gareng, saya pingin bicara dengan kalian” demikian pembuka cerita Bagong memanggil dua orang saudaranya. “Ada apa Gong,” sahut Gareng dan Petruk bersamaan.

“Begini, anakku yang tua itu mencalonkan diri menjadi Kepala Perdikan, mbok saya minta bantuan suaramu dan keluargamu agar memilih anakku, kan itu juga anak-anakmu juga, kalau sudah jadi ya nanti ada etung-entungannya lah, bisa berupa proyek jalan, atau mengeringkan sungai, bisa juga menambak laut,” jawab Bagong dengan nada serius.

Petruk langsung menjawab gaspol “Begini Gong, bukan saya tidak mau bantu, saya mau membantu tetapi tidak perlu pakai embel-embel entung-entungan. Sebab kalah dan menang itu dalam pertandingan atau pemilihan adalah sesuatu keharusan. Jika belum apa-apa sudah disebut awal itu namanya gratifikasi. Jadi tolong dicabut dulu pembicaraanmu tentang embel-embel etung-etungan tadi”.

“Kalau saya beda Truk,” tukas Gareng. “Begini ya Gong, soal suara mudah-mudahan saya bisa bantu, tetapi kan mereka satu hari itu harus libur dari bekerja yang sekarang harian ada angkanya. Apakah tidak lebih baik sekarang saja ada uang ada suara, dan jika itu saya akan mulai bergerak. Alasanya ya sekedar ganti uang gaji harian hari ini,” lanjut Gareng.

Petruk dan Gareng akhirnya berbantah seru. “Kalau model kamu Reng, negara ini akan hancur karena suara rakyat sebagai suara Tuhan kamu ganti dengan suara uang. Itu sangat keterlaluan, berarti kamu menggadaikan masa depan negara ini hanya untuk sesuap nasi satu hari. berarti selama ini yang merusak ini yang model kamu-kamu ini,” sergah Petruk dengan suara tinggi sambil tangannya berkacak pinggang.

Gareng tidak mau kalah, dia menjawab dengan matanya melotot, karena memang matanya kero maka makin besar biji matanya keluar sambil mengejek. “Sudah lah Truk, tidak usah idealis banget jadi manusia, mana ada manusia sanggup mati hari ini hanya karena menolak sesuap nasi. Kita berpikir pragmatis sajalah ada uangnya ada harganya, perkara negara ini kedepan ya..bagaimana nanti”.

Mereka berdua beradu argumen ramai, sehingga Bagong kewalahan, walhasil dia memanggil ayahnya, yaitu Semar untuk memisah kedua saudaranya yang sudah mau adu jotos. “Pak Semir…eee..Pak Semar mohon untuk datang ke sini, ini lo kedua anakmu mau adu jotos,” kata Bagong.

Semar bertanya pada Bagong: “Memangnya ada apa Gong kok kedua saudaramu mau adu jotos, seperti kurang kerjaan saja”.

Bagong menjawab menjelaskan persoalannya dari awal sampai akhir. Semar manggut-manggut sambil memegang janggutnya seraya berkata: “He anak-anakku semua, mari kita berpikir dengan jernih, negeri ini baru bisa maju kalau kita memiliki pemimpin yang jujur, bersih dan berwibawa. Di sisi lain mau menjadi pemimpin yang modelnya dipilih ya mesti perlu modal, di samping modal doa, juga modal uang. Namun bukan berarti suara bisa dibeli modelnya Gareng tadi, karena Bagong juga sudah memberi peluang. Oleh sebab itu mari anak-anakku semua kembali kepada aturan yang ada dan percayalah jika penguasa langit tidak menyetujui sekalipun kamu habis uang segunung anakan, tetap saja tidak jadi. Tetapi juga bukan berarti yang duduk denguk-denguk entuk ketuk (duduk termenung dapat kue getuk), tetap saja harus ada upaya. Namun, upaya itu harus sesuai norma yang ada. Demikian anakku. Ayo semua bubar, bersalam-salaman dulu sehingga tidak ada dendam diantara kalian.”

Semar kemudian meninggalkan tempat sambil berjalan perlahan menjauh dari mereka.

Petruk waktu mau meninggalkan tempat mendekati Bagong sambil berbisik “Gong, aku punya seribu mata pilih, per orang seratus ribu, uangnya masukkan amplop terus masukan kantong kresek warna hitam terus gantungkan di pintu kandang ayammu, nanti pukul tujuh malam tak ambil, awas jangan konangan Gareng.”

Bagong bengong melihat sikap Petruk yang justru terbalik dari yang diucapkan tadi. Belum sempat Bagong menjawab, Gareng mendekat dan berkata “Gong, aku punya seribu limaratus suara, per suaranya seratus lima puluh ribu, uangnya masukkan amplop warna putih, kemudian masukkan ke dalam sarung bantal. Sarung bantal isi uang itu kamu letakkan di atas bubungan kandang ayammu, nanti pukul tujuh malam tak ambil”. Kemudian Gareng berlalu.

Tinggal Bagong sendirian tenger-tenger duduk sambil mikirkan cara bagaimana agar Petruk sama Gareng saat mengambil biar ketemu. Dan pasti mereka akan saling silang pendapat, terus juga bagaimana kalau uangnya diganti uang mainan anak-anak yang persis sama dengan uang asli kalau dilihat malam hari, biar sempurna mereka semua tertipu untuk satu meratap dan satu tertawa. Jangan saya saja yang meratap mereka berdua tertawa. Biarkan mereka berdua gantian saling ratap dan saling tawa.

Dalang membunyikan cempolo sebagai penanda pakeliran akan berlanjut pada episode lainnya. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Fakultas Hukum Universitas Malahayati Tingkatkan Kesadaran Mahasiswa Soal Ancaman Radikalisasi dan Terorisme

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Malahayati turut serta dalam acara sosialisasi yang digelar oleh Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Provinsi Lampung di Springhill Golden Tulip. Jumat (22/11/2024).

Sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi mahasiswa mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap paham radikalisme berbasis kekerasan yang dapat mengarah pada terorisme. Acara ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa, dosen Fakultas Hukum, serta perwakilan KESBANGPOL.

Sebanyak 25 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malahayati mengikuti kegiatan tersebut, yang dipandu oleh para narasumber dari KESBANGPOL. Dosen Fakultas Hukum, Dwi Arassy Aprilia, S.H., M.H., turut hadir dalam acara ini untuk mendampingi mahasiswa dan memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan kesadaran tentang ancaman terorisme.

Dwi Arassy Aprilia, mengatakan  “Sosialisasi ini diharapkan meningkatkan kefahaman dan kesadaran bagi para mahasiswa untuk lebih waspada terhadap ancaman terorisme”.

“Dengan diadakannya sosialisasi ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai ancaman terorisme, tetapi juga mampu berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif di kampus maupun di masyarakat,” tambahnya.

Ka.Prodi Ilmu Hukum Universitas Malahayati, Rissa Afni Martinouva, S.H., M.H., menekankan bahwa sosialisasi ini sangat penting bagi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, terutama untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan negara.

“Radikalisasi berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme adalah ancaman yang nyata. Sebagai mahasiswa, kita harus memiliki pemahaman yang kuat tentang ancaman ini dan bagaimana cara menghadapinya,” ucapnya.

“Melalui kegiatan ini, saya berharap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malahayati dapat lebih peka terhadap dinamika sosial yang berkembang, serta memiliki sikap kritis terhadap hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan kita,” ujar Rissa.

Sosialisasi ini juga membahas berbagai tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang berpotensi mengarah pada penyebaran paham radikal, serta memberikan wawasan mengenai langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyebarannya.

Sementara itu, panitia dan pihak KESBANGPOL mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Hukum Universitas Malahayati atas kerjasama yang terjalin dalam acara ini. Mereka berharap kegiatan seperti ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa, khususnya di lingkungan Fakultas Hukum, untuk lebih siap menghadapi ancaman terorisme yang mungkin timbul di masa depan.

“Acara ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tetapi lebih kepada membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kedamaian dan keamanan negara dari potensi ancaman terorisme. Kami sangat mengapresiasi kehadiran dan partisipasi aktif dari mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malahayati, dan berharap mereka dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat,” tambah perwakilan KESBANGPOL. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Selamat Hari Guru Nasional 2024! “Guru Hebat Indonesia Kuat”

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Pada hari yang penuh makna ini, kami mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional 2024 kepada seluruh guru di Indonesia. Terima kasih atas dedikasi, perjuangan, dan kasih sayang yang telah diberikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Gurulah yang telah membimbing, memberi ilmu, dan membentuk karakter anak bangsa menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan zaman.

Hari Guru Nasional ini mengingatkan kita akan peran vital guru dalam menciptakan generasi yang tangguh dan berkarakter, yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga bijak dalam sikap dan tindakan. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang terus menerus menyemai harapan, memberi inspirasi, dan mendorong para siswa untuk mewujudkan cita-citanya.

Mari bersama-sama mendukung guru-guru kita dalam mewujudkan Merdeka Belajar, sebuah konsep pendidikan yang menempatkan siswa sebagai subjek utama dalam pembelajaran, di mana setiap individu dapat belajar sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhannya. Semoga melalui pendidikan yang inklusif dan adaptif, kita dapat mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang siap menghadapi dunia yang semakin dinamis dan penuh perubahan.

Sejarah Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November untuk mengenang jasa para guru yang telah berperan besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Penetapan tanggal ini terkait dengan hari lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), yang didirikan pada 25 November 1945 di Surakarta, sebagai wadah perjuangan para guru untuk mendapatkan pengakuan, kesejahteraan, dan kesempatan untuk berkontribusi dalam pembangunan pendidikan nasional.

PGRI menjadi organisasi yang sangat berperan dalam memperjuangkan hak-hak guru di Indonesia, dan juga dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa melalui pendidikan. Perjuangan panjang ini membawa dampak besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, yang hingga kini terus berlanjut.

Tema Hari Guru Nasional 2024: “Guru Hebat, Indonesia Kuat”

Hari Guru Nasional (HGN) 2024 mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema tersebut sebagai dukungan terhadap semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi dari guru-guru hebat Indonesia dalam melayani anak bangsa.

Kepada seluruh guru di Indonesia, terima kasih atas pengorbanan, kerja keras, dan semangat Anda dalam membimbing anak-anak bangsa untuk mencapai cita-cita mereka. Semoga kita semua terus mendukung peran guru, menghargai setiap usaha yang mereka lakukan, dan terus berinovasi untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Teruslah menginspirasi dan memberikan yang terbaik untuk bangsa!

Selamat Hari Guru Nasional 2024! (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

Perang Baratayudha Terjadi di Pilkada Lampung 2024

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Perang Baratayudha, yang merupakan puncak dari kisah epik Mahabharata, memiliki inti yang mendalam baik secara filosofis maupun spiritual. Menurut Pak Dalang Wayang Purwa, Perang antara Pandawa vs Kurawa merupakan pertempuran sedarah dari keluarga besar Dinasti Kuru.

Pandawa adalah putra Pandu, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, serta Si kembar Nakula dan Sadewa (dari istri-istri Pandu, Kunti dan Madrim). Kurawa adalah putra Dretarastra dengan Gandhari, terdiri dari 100 putra (termasuk Duryodhana dan Dursasana) dan 1 putri (Duhsala).

Dalam ilmu genekologi Pandawa dan Kurawa adalah sepupu pertama.
Pandu (ayah Pandawa) adalah adik kandung Dretarastra (ayah Kurawa). Dengan demikian, mereka memiliki kakek dan nenek yang sama, yakni Raja Santanu dan Satyawati.

Meskipun mereka memiliki hubungan darah yang dekat, konflik antara Pandawa dan Kurawa menjadi inti cerita Mahabharata. Perselisihan ini dipicu oleh keserakahan Duryodhana yang enggan berbagi kerajaan, meskipun Pandawa juga memiliki hak sebagai anggota keluarga Dinasti Kuru.

Hubungan darah mereka menjadi latar belakang tragis dari Perang Baratayudha, di mana keluarga terpecah dan harus saling bertempur. Kisah Pandawa dan Kurawa dalam Mahabharata adalah alegori yang kaya dengan pelajaran moral dan sosial.

Jika dibandingkan dengan pemilu kepala daerah (pemilu kada), ada beberapa aspek dari konflik tersebut yang dapat memberikan perspektif mengenai dinamika politik modern. Ada persamaan atau analogi yang dapat dijadikan iktibar.

Dalam pemilu kada, konflik politik sering terjadi di antara keluarga atau kerabat yang bersaing merebut jabatan. Contohnya, ketika dua kandidat berasal dari keluarga yang sama, perpecahan seringkali tidak hanya mempengaruhi mereka tetapi juga masyarakat luas yang mendukung salah satu pihak.

Pertanyaannya, adakah peristiwa serupa tapi tak sama dengan di atas akan terjadi di daerah ini. Ternyata jawabannya bisa “Ya”. karena Pemilu Kada juga membawa kisah pilu kepada keluarga yang sedang memperebutkan kursi kekuasaan.

Siapa yang menjadi Kurawa siapa yang menjadi Pandawa, itu tidak penting. Yang lebih penting, Epos Mahabaratha itu ternyata sedang berulang di satu daerah di negeri ini.

Bisa dibayangkan semula satu keluarga bahu membahu untuk mendudukkan keturunan mereka pada satu kursi kekuasaan tertinggi di daerah ini; ternyata menjadi “ambyar” karena harus memperebutkan satu kursi yang menurut ukuran finansial tidak seberapa.

Akan tetapi “api yang membara” atas nama harga diri, maka semua bisa terjadi.
Tidak pernah ada kampanye untuk memenangkan kotak kosong, dan itu ada di sini, dilakukan oleh kerabat sendiri, dalam rangka atas nama “ketersinggungan” akan harga diri.

Ini menunjukkan ternyata Pemilu Kada bisa membutakan apa saja, termasuk keluarga; dan, atas nama “perebutan kekuasaan” berubah menjadi “menegakkan marwah” yang merasa dipecundangi.

Akibatnya kita yang melihat menjadi miris, sudah sebeginikah kekuasaan merasuk ketulang sungsum anak negeri ini. Entahlah …

Ternyata orang-orang terdahulu sudah membaca akan kejadian pada anak turunnya; atas nama kodrat mereka tidak bisa menghindarkan, namun atas nama moral mereka sudah memperingatkan.

Tinggal para generasi penerusnya mampukah membaca “tanda-tanda” yang telah diberikan jauh sebelum awal sesuatu dimulai.

Tampaknya kisah Pandawa dan Kurawa menjadi peringatan abadi bahwa perebutan kekuasaan yang tidak dilandasi nilai etika moral dan keadilan dapat membawa kehancuran.

Dalam konteks pemilu kada, seharusnya semangat kebenaran dan pengorbanan demi kepentingan rakyat perlu menjadi prioritas. Jangan sampai ambisi kekuasaan menyebabkan perpecahan dalam keluarga, masyarakat, atau bahkan bangsa. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman