Oleh: Sudjarwo 
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pekan lalu mendapat undangan kehormatan dari seorang sohib yang menikahkan anaknya bertempat di gedung yang megah lagi wah. Tentu saja karena beliau seorang pejabat tinggi di daerah ini, undangannya begitu luar biasa banyaknya, dan karangan bunga ucapan selamatpun tidak kalah panjangnya; bahkan sampai melampaui batas teritori gedung.
Biasanya untuk menghadiri acara yang begini menggunakan jurus, datang, berjuang untuk salaman, dan pulang. Untuk kali ini justru tidak, karena ada nuansa tersendiri; disamping hubungan personal dengan pemangku hajat, juga ingin menikmati cerita dari perjalanan anak manusia. Maka posisi dudukpun diatur sedemikian rupa agar memiliki “sudut pandang” yang luas, guna mencermati perilaku sekaligus merasakan suasana hati dari para tamu undangan.
Benar saja hipotesis mulai terbukti, disamping suasana terlihat meriah, acarapun berlangsung tertib, tidak ada saling dorong dalam mengambil hidangan. Undangan berjajar sabar untuk mencapai podium, dan dalam barisan itulah tampak wajah-wajah yang bagaimana kebersihan hatinya. Rerata mereka tidak ada yang bersungut, namun tidak pula tertawa terbahak-bahak seolah orang lain ngontrak.
Begitu juga organizing comitte yang mengatur tidak tampak “galak” seolah Herder penjaga tuan, akan tetapi lebih sebagai sahabat yang siap membantu.
Biasanya mendatangi acara begini cukup dengan waktu lima belas menit, tapi kali ini lebih dari dua jam menikmati cerita kehidupan, sampai-sampai tidak sempat lagi maju ke podium bersalaman karena kelelahan.
Tertibnya acara menunjukkan bahwa pemilik hajat adalah orang yang memiliki kepiawaian strategi yang baik, maka itupun para petinggi negeri ini yang hadir tidak merasa mendatangi anak buah tetapi lebih sebagai sahabat.
Beda cerita dengan berikutnya; sebelum acara di atas, malam sebelumnya menghadiri acara pernikahan keluarga dekat. Mempelai wanita sudah yatim piatu; hidup bersama saudara bermukim di tepi jalan kereta. Sebelum mulai acara hujan lebat mengguyur, jalanan banjir dimana-mana, tenda basah kuyup, kursi tamu basah berantakan di gang yang sempit tempat acara hajat berlangsung. Saat kumandang adzan isya berlangsung, hujan berhenti, dan kemudian ijab kabul dimulai. Tuhan Maha Mengetahui apa isi hati dan doa mahluk-Nya.
Acaranya juga “meriah” dengan kesederhanaan, yang semua diangkat oleh paman dan keluarga. Kekompakkan yang “guyup” tampak sekali. Acara berlangsung ditingkahi lalunya Kereta Babaranjang pembawa batu bara; namun karena kesakralan acara itu, mereka yang datangpun tetap khidmat.
Demikian juga karena “suasana kebatinan” yang seperti ini, acara ditunggui sampai dini hari; yang biasanya sudah mimpi dua kali, untuk malam ini harus merayap membawa kendaraan dengan mata yang nanar karena sudah kurang melihat. Catatan panjang terukir dibenak, bagaimana kelak mempelai harus menghadapi hidup ke depan; modal yang ada hanya berserah diri pada Tuhan dalam membagi rejeki.
Namun demikian, kedua cerita tadi ada kesamaan, mereka sama-sama menengadahkan tangan meminta kepada Rabb untuk menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Demikian pula semua tamu undangan, tidak membedakan kasta dan jabatan, semua menengadahkan tangan mendoakan kedua pasangan agar supaya diberi kekuatan oleh Rabb dalam menempuh samudra kehidupan yang kadang-kadang tenang membahagiakan, tetapi juga kadang ada badai datang dengan halilintar menyambar.
Ternyata hidup ini harus pandai “menikmati cerita” dari perjalanan mahluk yang bernama manusia. Beda siang dan malam tampak nyata; ada yang bersyukur, dan ada juga yang bersabar. Keduanya memang perintah langit untuk kita semua dalam melakoni kehidupan. Hanya sayangnya banyak diantara kita masih ada yang “saat menderita bersimpuh meratap pada yang Kuasa; setelah berjaya menjadi lupa siapa kita”.
Pangkat dan harta hanya hiasan, kata sepenggal komplet lagu lawas, “Harta adalah hiasan hidup semata. Kejujuran keikhlasan itu yang utama. Jangan kau taburi cinta dengan permata. Tetapi hujanilah semua dengan kasih sayang”. Tampaknya pesan lagu ini sangat dalam; tinggal apakah kita mau memahamkan bukan hanya sekedar lagu, akan tetapi lebih kepada sikap hidup.
Cerita dunia tidak akan ada akhirnya, karena setiap waktu akan ganti sequen bahkan pemeran. Hanya bagi mereka yang sadar bahwa “semua akan berlalu” lah yang bisa menikmati sampai akhir. Saat kita berjaya, kita tidak akan pongah karena sadar itu “semua akan berlalu”; dan kita tidak akan meratap berputus harap saat kita gagal, karena sadar “semua juga akan berlalu”.
Ingat pesan Abu Nawas, tokoh legendaris yang vidionya beberapa waktu lalu dikirim ulang oleh Sang Mahaguru Muhklis Paeni seorang Guru Besar yang membesarkan penulis; itu masih tetap relevan jika kita mau sedikit menundukkan kepala ke bumi; karena besarnya kita ini tidak lebih hanya debu yang melayang di udara; dia datang untuk pergi. Mari nikmati ceritanya sampai kita juga tinggal cerita. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Lokakarya Mini Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Tanggapi Masalah Kesehatan dan Lingkungan di Desa Sukajaya Lempasing
Kegiatan ini diadakan pada Sabtu, 8 Februari 2025, dan menjadi bagian dari upaya Program Magister Kesehatan Masyarakat FIK Universitas Malahayati untuk melakukan kajian awal permasalahan kesehatan di tingkat desa. Sebelumnya, mahasiswa telah melakukan survei kesehatan di desa tersebut, yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam lokakarya mini ini.
Dalam kegiatan lokakarya mini, masing-masing dusun menyampaikan hasil analisis mereka, terdapat lima masalah kesehatan utama paling mendesak untuk menjadi perhatian masyarakat khususnya pimpinan wilayah setempat. Berbagai masalah mulai dari kurangnya pemahaman tentang IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), rendahnya cakupan vaksinasi malaria, hingga kebiasaan merokok yang meluas.
Berikut adalah hasil lokakarya mini di masing-masing dusun yang dihadiri oleh perangkat dusun, kader kesehatan, dan tokokh masyarakat, kesepakatannya sebagai berikut:
Menurut Dr. Samino SH, M.Kes., Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, tujuan utama dari kegiatan lokakarya mini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan yang ada di masyarakat Desa Sukajaya Lempasing dan memetakan berbagai permasalahan yang perlu segera ditangani. “Mahasiswa diturunkan untuk melakukan kajian awal dan mendalami masalah kesehatan apa yang ada di desa binaan. Dari sini, diharapkan masyarakat dapat terlibat dalam mencari solusi serta meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya kesehatan,” jelas Dr. Samino.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dan program-program lain di bawah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati untuk mengembangkan solusi yang lebih inovatif, sehingga masyarakat lebih sehat dan produktif.
Dengan semangat kebersamaan, diharapkan lokakarya mini ini dapat menjadi awal yang baik bagi tercapainya perubahan positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Desa Sukajaya dan sekitarnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Fakultas Teknik Universitas Malahayati Gelar Yudisium Periode 37
Ia juga menambahkan bahwa pendidikan berbasis Keluaran (Outcome Based) yang diterapkan di Universitas Malahayati telah membawa banyak perubahan dalam kurikulum yang mendukung pengembangan akademik dan keahlian para mahasiswa.
Prof. Dessy mengingatkan para lulusan untuk terus membangun dan menjalin komunikasi dengan para alumni. “Jika nanti kalian sudah menjadi orang hebat dan sukses, jangan melupakan junior-seniornya. Beri juga peluang kepada mereka yang memiliki semangat tinggi,” ucapnya.
“Alhamdulillah, dengan lulusnya kuliah ini, satu beban di pundak kalian telah berakhir. Namun, belajar yang sebenarnya itu adalah di lapangan, sementara di kampus hanya teori pendukung,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya para lulusan untuk dapat mengimplementasikan visi dan misi masing-masing program studi, karena hal tersebut akan menjadi indikator kesuksesan mereka di masa depan.
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor 1, Dekan Fakultas Teknik, Ka. Prodi Teknik Lingkungan, Ka.Prodi Teknik Sipil, Ka. Prodi Teknik Industri, segenap para dosen Fakultas Teknik, dan peserta yudisium. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Nikmati Ceritanya
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pekan lalu mendapat undangan kehormatan dari seorang sohib yang menikahkan anaknya bertempat di gedung yang megah lagi wah. Tentu saja karena beliau seorang pejabat tinggi di daerah ini, undangannya begitu luar biasa banyaknya, dan karangan bunga ucapan selamatpun tidak kalah panjangnya; bahkan sampai melampaui batas teritori gedung.
Biasanya untuk menghadiri acara yang begini menggunakan jurus, datang, berjuang untuk salaman, dan pulang. Untuk kali ini justru tidak, karena ada nuansa tersendiri; disamping hubungan personal dengan pemangku hajat, juga ingin menikmati cerita dari perjalanan anak manusia. Maka posisi dudukpun diatur sedemikian rupa agar memiliki “sudut pandang” yang luas, guna mencermati perilaku sekaligus merasakan suasana hati dari para tamu undangan.
Benar saja hipotesis mulai terbukti, disamping suasana terlihat meriah, acarapun berlangsung tertib, tidak ada saling dorong dalam mengambil hidangan. Undangan berjajar sabar untuk mencapai podium, dan dalam barisan itulah tampak wajah-wajah yang bagaimana kebersihan hatinya. Rerata mereka tidak ada yang bersungut, namun tidak pula tertawa terbahak-bahak seolah orang lain ngontrak.
Begitu juga organizing comitte yang mengatur tidak tampak “galak” seolah Herder penjaga tuan, akan tetapi lebih sebagai sahabat yang siap membantu.
Biasanya mendatangi acara begini cukup dengan waktu lima belas menit, tapi kali ini lebih dari dua jam menikmati cerita kehidupan, sampai-sampai tidak sempat lagi maju ke podium bersalaman karena kelelahan.
Tertibnya acara menunjukkan bahwa pemilik hajat adalah orang yang memiliki kepiawaian strategi yang baik, maka itupun para petinggi negeri ini yang hadir tidak merasa mendatangi anak buah tetapi lebih sebagai sahabat.
Beda cerita dengan berikutnya; sebelum acara di atas, malam sebelumnya menghadiri acara pernikahan keluarga dekat. Mempelai wanita sudah yatim piatu; hidup bersama saudara bermukim di tepi jalan kereta. Sebelum mulai acara hujan lebat mengguyur, jalanan banjir dimana-mana, tenda basah kuyup, kursi tamu basah berantakan di gang yang sempit tempat acara hajat berlangsung. Saat kumandang adzan isya berlangsung, hujan berhenti, dan kemudian ijab kabul dimulai. Tuhan Maha Mengetahui apa isi hati dan doa mahluk-Nya.
Acaranya juga “meriah” dengan kesederhanaan, yang semua diangkat oleh paman dan keluarga. Kekompakkan yang “guyup” tampak sekali. Acara berlangsung ditingkahi lalunya Kereta Babaranjang pembawa batu bara; namun karena kesakralan acara itu, mereka yang datangpun tetap khidmat.
Demikian juga karena “suasana kebatinan” yang seperti ini, acara ditunggui sampai dini hari; yang biasanya sudah mimpi dua kali, untuk malam ini harus merayap membawa kendaraan dengan mata yang nanar karena sudah kurang melihat. Catatan panjang terukir dibenak, bagaimana kelak mempelai harus menghadapi hidup ke depan; modal yang ada hanya berserah diri pada Tuhan dalam membagi rejeki.
Namun demikian, kedua cerita tadi ada kesamaan, mereka sama-sama menengadahkan tangan meminta kepada Rabb untuk menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Demikian pula semua tamu undangan, tidak membedakan kasta dan jabatan, semua menengadahkan tangan mendoakan kedua pasangan agar supaya diberi kekuatan oleh Rabb dalam menempuh samudra kehidupan yang kadang-kadang tenang membahagiakan, tetapi juga kadang ada badai datang dengan halilintar menyambar.
Ternyata hidup ini harus pandai “menikmati cerita” dari perjalanan mahluk yang bernama manusia. Beda siang dan malam tampak nyata; ada yang bersyukur, dan ada juga yang bersabar. Keduanya memang perintah langit untuk kita semua dalam melakoni kehidupan. Hanya sayangnya banyak diantara kita masih ada yang “saat menderita bersimpuh meratap pada yang Kuasa; setelah berjaya menjadi lupa siapa kita”.
Pangkat dan harta hanya hiasan, kata sepenggal komplet lagu lawas, “Harta adalah hiasan hidup semata. Kejujuran keikhlasan itu yang utama. Jangan kau taburi cinta dengan permata. Tetapi hujanilah semua dengan kasih sayang”. Tampaknya pesan lagu ini sangat dalam; tinggal apakah kita mau memahamkan bukan hanya sekedar lagu, akan tetapi lebih kepada sikap hidup.
Cerita dunia tidak akan ada akhirnya, karena setiap waktu akan ganti sequen bahkan pemeran. Hanya bagi mereka yang sadar bahwa “semua akan berlalu” lah yang bisa menikmati sampai akhir. Saat kita berjaya, kita tidak akan pongah karena sadar itu “semua akan berlalu”; dan kita tidak akan meratap berputus harap saat kita gagal, karena sadar “semua juga akan berlalu”.
Ingat pesan Abu Nawas, tokoh legendaris yang vidionya beberapa waktu lalu dikirim ulang oleh Sang Mahaguru Muhklis Paeni seorang Guru Besar yang membesarkan penulis; itu masih tetap relevan jika kita mau sedikit menundukkan kepala ke bumi; karena besarnya kita ini tidak lebih hanya debu yang melayang di udara; dia datang untuk pergi. Mari nikmati ceritanya sampai kita juga tinggal cerita. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Belum Lucu Sudah Tertawa
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Berdasarkan penelusuran digital konsep lucu mengacu pada sesuatu yang mengundang tawa, kegembiraan, atau hiburan melalui kejutan, absurditas, atau permainan kata dan situasi. Kelucuan bisa muncul dari banyak aspek, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, ironi, atau kebodohan yang disengaja. Dalam seni pertunjukan, humor sering digunakan untuk membangun keterhubungan dengan penonton dan mengurangi ketegangan.
Sulit untuk menentukan siapa individu pertama yang menggunakan kelucuan dalam pertunjukan, karena humor adalah bagian dari budaya manusia sejak zaman kuno. Namun, beberapa tokoh dan tradisi awal yang dikenal karena menonjolkan kelucuan dalam pertunjukan berdasarkan penelusuran digital ditemukan jejak sejarah antara lain: Dalam teater Yunani kuno, Aristophanes (c. 446–386 SM) dikenal sebagai bapak komedi melalui karya-karyanya yang satir dan penuh humor. Sedangkan pada jaman kerajaan, di Eropa abad pertengahan, Court Jester atau badut istana memainkan peran penting dalam hiburan kerajaan dengan humor verbal dan fisik.
Di Itali pada Abad ke 16 dikenal dengan adanya Commedia dell’Arte , yaitu tradisi teater improvisasi ini melahirkan karakter-karakter lucu seperti Arlecchino dan Pulcinella, yang kemudian menginspirasi badut modern. Dan, pada abad ke 20 dikenal tokoh Charlie Chaplin; Salah satu pionir dalam film bisu yang menonjolkan kelucuan fisik dengan karakter The Tramp, yang memadukan slapstick dan kritik sosial. Informasi lain ditemukan berawal dari hiburan kabaret dan vaudeville di akhir abad ke-19, komedi modern berkembang pesat dengan pelawak seperti Richard Pryor, George Carlin, dan kemudian komedian seperti Kevin Hart dan Dave Chappelle. Jadi, humor dalam pertunjukan telah berkembang sejak zaman kuno hingga sekarang dengan berbagai bentuk, dari slapstick hingga komedi cerdas yang berbasis observasi.
Kita tinggalkan sejarah di atas, kita lihat keadaan sekarang, justru kelucuan-kelucuan itu ada disekitar kita dan tidak harus dimainkan oleh Badut; sebab badut-badut itu sekarang ada dimana-mana. Mereka tidak memerlukan panggung, penerangan lampu dan costum, sebab “badut sosial” itu sudah menyiapkan sendiri panggung, media penyiaran, dan yang tidak kalah pentingnya para “orang bayaran” untuk berkomentar atau mendukung dalam bentuk pengikut atau yang dikenal dengan follower. Dan, juga ada kelompok sepisial untuk “mengacak-acak” yang dikenal buzzer. Buzzer bisa jadi orang perseorangan atau kolektif yang mendukung sebuah opini dalam suatu isu. Guna memengaruhi pendapat pengguna sosial media. Buzzer biasanya akan bekerja secara kolektif untuk menyuarakan hal yang sama, dan mereka ini dibayar oleh pemesannya.
Pada saat keadaan normal kita baru tertawa setelah melihat tampilan untuk ditertawai; justru sekarang berbeda, kita keburu tertawa dahulu sebelum mereka tampil lucu. Hal ini disebabkan kita dari awal sudah mengetahui kemana arah alur cerita dan orang yang akan tampil untuk bicara apa. Bisa kita bayangkan Pagar Laut yang sudah jelas-jelas melanggar, ternyata dilakukan dan ada yang membela keberadaan atas pelanggaran tadi. Akhirnya semua kita menjadi tertawa duluan, sekalipun lucunya baru belakangan. Karena kelucuan-kelucuan itu muncul semakin membuat tertawa awal kita semakin seru.
Peristiwa lain, karena ada media online yang selalu mengkritisi penyimpangan yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk mereka yang ada di pemerintahan, kepolisian, lembaga penegak hukum, atau fihak-fihak lain. Akhirnya media masa online tadi diganggu penyiarannya dengan “menukangi” agar lambat tampil, bahkan tampilannya dirusak, dan lain sebagainya; yang intinya agar berita yang ada tidak segera sampai kepembaca. Mereka lupa bahwa jaman globalisasi seperti sekarang ini tidak bisa dengan mudah kita membendung informasi; akhirnya kita tertawa sebelum kelucuan terjadi di depan kita. Bisa dibayangkan betapa konyolnya, berita yang diunggah redaksi tengah malam, baru tampil dimedianya duabelas jam kemudian esok. Hanya karena artikel atau berita yang dimuat diduga akan menyudutkan seseorang, atau lembaga. Sementara pada waktu yang sama berita itu dimuat oleh media lain dengan kata dan kalimat semua sama, terbit tanpa kendala.
Belum lagi lelucon yang ditampilkan akibat dari melihat peristiwa lucu lainnya; akibatnya kita menjadi tertawa terlebih dahulu, sekalipun peristiwa mungkin terjadi, mungkin juga tidak. Bisa dibayangkan jika hari ini laut di pagar, ada yang sudah membuat “lelucon” bahwa udara di atas sana sudah dikapling dan bersertifikat. Kelucuan yang berupa satir seperti ini memang membuat sakit perut sebelum tertawa, karena sindiran pedas ini hanya untuk mereka yang berfikir waras.
Menahan orang dengan tuduhan yang tidak jelas; akibatnya yang bersangkutan dengan tegas menolak kompromi apapun karena merasa tidak berbuat salah. Ternyata sampai hari ini belum juga ditemukan bukti pelanggaran, sementara yang bersangkutan sudah ditahan. Mau dikeluarkan takut kehilangan muka, tidak dikeluarkan menjadi pelanggaran Hak Azazi Manusia, akhirnya kita tertawa, walaupun belum mengetahui manalagi kelucuan yang akan ditampilkan. Konyol lagi ada peristiwa dilaporkan oleh yang merasa dirugikan empat tahun yang lalu. Ternyata baru dilakukan pemanggilan sekarang, dengan alasan yang tidak masuk akal, karena ya memang akal-akalan. Rasanya semakin sempurna kita tertawa dahulu, sebelum kelucuan itu tampil.
Belum lucu sudah tertawa, itu masih dapat dipahami; namun jika sudah meningkat “sakit perutnya sekarang, tertawanya besok”; itu betul-betul sudah runyam. Dan, tampaknya bisa jadi kita akan mengarah ke sana. Bisa dibayangkan negara sebesar ini diolok-olok oleh piranti sosial bahwa dollar mengalami “keanjolkan” luar biasa; ternyata setelah dikonfirmasi hanya sekedar goyon belaka. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
KUAT kan Keterampilan Penanganan Kegawatdaruratan Lulusan Ners, Universitas Malahayati adakan Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS)
Ketua Panitia Pelatihan BTCLS, Triyoso, S.Kep., Ns., M.Kes., menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menghadapi ujian kompetensi keperawatan, tetapi juga mendukung Universitas Malahayati dalam mencetak lulusan Ners yang berakhlak mulia, kompetitif, dan memiliki keahlian dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. “Kami berharap pelatihan ini dapat membekali mahasiswa dengan kemampuan terbaik dalam menangani kegawatdaruratan di lingkungan keluarga maupun komunitas,” tambahnya.
Pelatihan BTCLS ini menjadi bukti nyata komitmen Universitas Malahayati dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang unggul dan siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Dengan keterampilan yang diperoleh, para lulusan diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan yang optimal dan profesional dalam berbagai situasi kegawatdaruratan. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Mahasiswa D3 Anafarma Universitas Malahayati Jalani Praktik Kerja Lapangan di Berbagai Industri
Pada tahun 2025, mahasiswa D3 Anafarma melaksanakan PKL dalam dua periode, yaitu PKL I pada bulan Januari dan PKL II pada bulan Februari. Kegiatan ini tersebar di berbagai lahan praktik yang mencakup instansi pemerintah maupun sektor industri di wilayah Lampung. Beberapa instansi pemerintah yang menjadi lokasi PKL antara lain Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI), Laboratorium Kesehatan Daerah, PDAM, Balai Veteriner, serta Dinas Lingkungan Hidup. Sementara itu, di sektor industri, mahasiswa menjalani PKL di perusahaan-perusahaan ternama seperti Sucofindo, PT Tripanca, PT Sinarmas, PT GGF, PT Sugar Labinta, PT Indokom, PT ASM, dan PT Gloss.
“Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa D3 Analisis Farmasi dan Makanan di lahan praktik laboratorium industri merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam menerapkan teori yang telah dipelajari di bangku kuliah ke dalam praktik nyata di industri. Selama PKL, mahasiswa akan terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti analisis kualitas bahan baku, pengujian produk jadi, serta penerapan prosedur laboratorium yang sesuai dengan standar industri. Melalui bimbingan dari tenaga ahli dan praktisi di lapangan, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan teknis, meningkatkan pemahaman tentang proses produksi, serta memahami pentingnya kepatuhan terhadap regulasi dan standar keamanan pangan. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia kerja setelah lulus,” ujar Agustina.
PKL ini juga memberikan manfaat bagi industri yang menjadi mitra dalam program ini. Perusahaan yang menjadi tempat PKL dapat memanfaatkan kehadiran mahasiswa untuk membantu memecahkan berbagai permasalahan yang ada, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Dengan demikian, PKL tidak hanya menguntungkan mahasiswa, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi dunia industri.
Dengan adanya program PKL ini, diharapkan mahasiswa D3 Anafarma Universitas Malahayati dapat semakin siap dalam menghadapi dunia kerja dan mampu beradaptasi dengan perkembangan industri farmasi dan makanan yang semakin dinamis. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Menunggu Mukjizat
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi menjelang siang beberapa hari lalu mendapat berita bahwa ada keluarga yang karena penyakitnya harus menjalani operasi. Sudah lebih dari sepuluh hari dari semenjak tindakan operasi dilakukan, yang bersangkutan belum juga siuman. Ternyata pada lantai yang sama dengan ruang yang berbeda ada sohib lama, mantan Kepala Sekolah Menengah Atas, dan mantan pejabat pada jabatan penting lainnya di salah satu departemen penting di negeri ini, sedang dirawat dan juga belum siuman dari beberapa hari lalu karena keganasan penyakitnya. Dan, begitu tulisan ini dalam proses perapian, ternyata kabar duka datang, beliau wafat tepat jam tujuh pagi, semoga husnulkhotimah, karena beliau orang baik.
Saat menjumpai mereka dan kerabat yang ada di ruang tunggu pasien berukuran cukup luas di satu rumah sakit swasta ternama di daerah ini, sangat terasa semua isi ruangan seolah sedang menunggu mukjizat. Tidak ada wajah cerah di sana, kecuali anak-anak; semua muram dan pasrah akan nasib keluarga yang sedang berbaring membisu namun urat nadi masih berdenyut. Mereka semua berharap akan kemukjizatan hadir ditengah mereka, sehingga orang yang dicintai bisa sehat kembali.
Kepasrahan kepada nasib dan datangnya mukjizat jika kita renungkan sebenarnya tidak hanya diruang tunggu rumah sakit saja; namun juga pada relung-relung kehidupan hal yang sama sedang berlangsung. Di ruang pengadilan, di ruang lembaga pemasyarakatan, di ruang-ruang tunggu maya lainnya; seperti menanti keputusan hakim akan nasib gugatan pemelihan kepala daerah. Semua sedang menanti kemukjizatan akan hadirnya suatu keputusan. Prinsip yang dianut “upaya sudah maksimal, soal hasil terserah pada Tuhan”; dan, oleh karena prinsip inilah wajah wajah pasrah itu tampak “ihlas” untuk menerima apapun keputusan keilahian.
Namun ternyata tidak semua kita mau memahami, sekalipun itu sudah terang tertulis di kitab suci bahwa kita sering mendustai nikmat Tuhan yang sudah berlimpah mengalir setiap saat pada kita. Tidak sedikit diantara kita yang tidak mau jujur akan adanya nikmat Tuhan itu, sehingga apapun dilakukan hanya atas maunya dan keinginan kita sendiri. Manakala bersua dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka baru ingat Tuhan untuk disalahkan.
Istilah “menunggu mukjizat” biasanya digunakan secara metaforis untuk menggambarkan sikap seseorang yang berharap terjadi sesuatu yang luar biasa tanpa usaha atau ikhtiar dari dirinya sendiri. Jadi, “menunggu mukjizat” bisa menjadi bentuk harapan yang positif jika disertai dengan usaha, tetapi bisa juga menjadi penghalang jika hanya dijadikan alasan untuk tidak berbuat apa-apa.
Hubungan antara usaha dan mukjizat dapat dipahami melalui keseimbangan antara ikhtiar (usaha manusia) dan takdir (kehendak Tuhan). Dalam berbagai ajaran spiritual dan filsafat kehidupan, keduanya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Mukjizat adalah hak prerogatif Tuhan. Usaha adalah kewajiban manusia dalam mencapai tujuan hidupnya, karena Tuhan menghendaki manusia berusaha sebelum mendapatkan hasil.
Dengan kata lain bahwa usaha adalah bagian dari sunatullah (hukum alam), sedangkan mukjizat adalah intervensi Tuhan yang tidak bisa direncanakan. Keajaiban sering terjadi ketika usaha telah dilakukan secara maksimal. Dan, Sikap terbaik adalah berusaha sebaik mungkin, sambil tetap berdoa dan berharap pada pertolongan Tuhan. Mukjizat bukan sekadar kejadian luar biasa, tetapi juga sarana pembelajaran bagi manusia agar semakin dekat kepada Tuhan dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Mukjizat, ternyata juga memiliki pesan moral dan pembelajaran bagi manusia bahwa apapun bisa terjadi jika Tuhan menghendaki. Dengan kata lain bahwa, mati-hidup, sembuh-sakit, memperoleh-tidak memperoleh dan pasangan pasangan lainnya dalam kehidupan, adalah atas ijinNYA. Dan, ini pernah dipesankan oleh seorang da’I kondang dari Makasar, beliau mengatakan “setelah semua upaya kita lakukan sesuai hukum agama, keputusan akhir serahkan sepenuhnya kepada Tuhan; tugas kita selanjutnya hanya dua, pertama perbaiki sholat dan bersabar” . Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Tujuh Mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati Sukses Menjadi Relawan Pajak dalam Program “Relawan Pajak Untuk Negeri”
Selain bertugas di lingkungan kampus Universitas Malahayati, para mahasiswa juga turut aktif di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Natar dan KPP Madya Bandar Lampung. Kegiatan ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkontribusi dalam pelayanan pajak, tetapi juga memperkaya pengalaman mereka dalam dunia perpajakan.
Hardini Ariningrum, S.E., M.Ak., CFRS, Ketua Tax Center Universitas Malahayati, memberikan apresiasi atas partisipasi mahasiswa dalam program ini. “Kami sangat bangga melihat antusiasme dan dedikasi yang ditunjukkan oleh mahasiswa kami. Melalui kegiatan Renjani, mereka tidak hanya belajar tentang perpajakan secara praktis, tetapi juga memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dalam penyelesaian kewajiban perpajakan mereka. Ini adalah pengalaman berharga yang tidak hanya memperkuat kemampuan akademik mereka, tetapi juga membantu mereka untuk terlibat langsung dalam praktik perpajakan yang akan sangat berguna di masa depan.”
Ketujuh mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Denila Geraldine (NPM: 23210058), Endang Sri Suketi (NPM: 23210081), Elsa Fitriandini (NPM: 23210079), Muhammad Lutfi (NPM: 23210029), Nabillah Putri Nazahwa (NPM: 23210136), Raden Ayu Ellen Isma Fransiska (NPM: 23210052), dan Choirunnisa Ramadhani (NPM: 23210245). Mereka semua berbagi pengalaman yang sangat berharga selama menjadi relawan pajak.
Nabillah Putri Nazahwa berbagi pengalamannya dengan mengatakan, “Kegiatan ini memberikan pemahaman yang sangat mendalam tentang cara mengisi SPT dan perbedaan antara SPT pribadi dan SPT badan. Saya merasa lebih percaya diri dalam menghadapi dunia perpajakan, dan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk karier saya nanti.”
Endang Sri Suketi juga menyampaikan, “Sebagai mahasiswa akuntansi, kegiatan ini memberi saya kesempatan untuk mempraktikkan ilmu yang saya pelajari di kelas dalam situasi nyata. Kami belajar cara mengisi SPT dengan benar, dan yang lebih penting, kami bisa membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan mereka. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi kami.”
Elsa Fitriandini mengungkapkan, “Menjadi relawan pajak dalam Renjani memberi saya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan problem-solving. Kami harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan pajak kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami. Ini melatih kami untuk lebih sabar dan teliti dalam bekerja.”
Raden Ayu Ellen Isma Fransiska menambahkan, “Kegiatan ini memperlihatkan langsung betapa pentingnya peran kita dalam membantu masyarakat untuk lebih sadar tentang kewajiban pajak. Kami belajar banyak tentang etika kerja, terutama dalam hal ketepatan dan akurasi data yang harus kami isi dalam SPT.”
Muhammad Lutfi juga berbagi pandangannya, “Ini adalah pengalaman yang mengasah keterampilan teknis kami dalam mengelola data pajak, serta keterampilan sosial dalam membantu orang lain. Saya merasa kegiatan ini memberikan wawasan baru yang sangat relevan dengan dunia kerja nanti.”
Choirunnisa Ramadhani menyatakan, “Kegiatan ini membuat saya lebih memahami betapa pentingnya pajak dalam pembangunan negara. Kami tidak hanya membantu menyelesaikan SPT, tetapi juga belajar banyak tentang tanggung jawab sosial kita sebagai warga negara.”
Kegiatan Renjani ini juga menunjukkan bahwa Universitas Malahayati terus berkomitmen untuk melibatkan mahasiswanya dalam kegiatan nyata yang dapat memperkaya pengalaman mereka di luar ruang kelas, sekaligus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Dengan pengalaman ini, para mahasiswa diharapkan tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia kerja di bidang akuntansi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang peduli terhadap perkembangan sistem perpajakan di Indonesia. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Kunjungi Panti Asuhan Afifa Afwa untuk Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Edukasi Lingkungan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan moral dan material kepada anak-anak yang tinggal di panti asuhan sekaligus mengenalkan mereka pada pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Selain itu, acara ini juga menjadi kesempatan untuk mengedukasi anak-anak panti mengenai kepedulian manusia terhadap alam dan lingkungan.
Para mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Malahayati memberikan edukasi yang menarik mengenai cara-cara menjaga lingkungan yang bersih dan sehat, serta pengelolaan sampah yang benar. Selain itu, mereka juga mengenalkan Program Studi Teknik Lingkungan dan Universitas Malahayati kepada anak-anak panti, memberikan wawasan tentang pentingnya pendidikan tinggi dalam mengatasi berbagai isu lingkungan di masa depan.
Natalina juga menambahkan, “Selain itu, kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dan menyadari pentingnya berbagi. Melalui kegiatan ini, kami ingin memperkenalkan bahwa Universitas Malahayati bukan hanya mengutamakan pendidikan akademik, tetapi juga berkomitmen pada pengembangan karakter dan kepedulian sosial.”
Kegiatan ini diisi dengan berbagai aktivitas yang melibatkan anak-anak panti, mulai dari diskusi mengenai kebersihan lingkungan, cara-cara memilah sampah, hingga penanaman pohon di sekitar area panti asuhan. Anak-anak panti tampak antusias mengikuti semua rangkaian kegiatan dan berjanji untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka sendiri.
Kegiatan ini juga menandai komitmen Universitas Malahayati dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Program Studi Teknik Lingkungan berharap bahwa kegiatan serupa akan terus dilaksanakan dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat sekitar, termasuk anak-anak di panti asuhan. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati Kunjungi SMA Negeri 2 Natar, Edukasi Siswa Tentang Pentingnya Menjaga dan Melestarikan Lingkungan
Kegiatan yang berlangsung interaktif ini dimulai dengan sesi pengenalan mengenai Universitas Malahayati dan Program Studi Teknik Lingkungan. Para siswa diberi pemahaman tentang kurikulum, prospek karier, dan kontribusi penting yang dapat diberikan oleh mahasiswa Teknik Lingkungan dalam menjaga keberlanjutan alam dan kehidupan manusia. Salah satu topik penting yang disampaikan adalah mengenai pengelolaan sampah dan dampak negatif yang ditimbulkan jika lingkungan tidak dijaga dengan baik.
Kegiatan ini juga diwarnai dengan diskusi seru, di mana para siswa diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada para mahasiswa dan dosen mengenai berbagai hal terkait Teknik Lingkungan. Edukasi mengenai pengelolaan sampah, mulai dari cara memilah hingga daur ulang, menjadi materi yang cukup menarik perhatian para siswa, yang mengungkapkan keinginan mereka untuk lebih terlibat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar mereka.
Natalina, ST., M.Si, sebagai Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Malahayati, juga menyampaikan harapannya, “Kami sangat senang bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan adik-adik SMA Negeri 2 Natar. Kunjungan ini adalah salah satu cara kami untuk mengenalkan pentingnya keberlanjutan lingkungan kepada generasi muda. Harapan kami adalah agar kegiatan ini dapat memotivasi mereka untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan dan turut berperan aktif dalam menjaga alam untuk masa depan yang lebih baik.”
Kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen Universitas Malahayati dalam mewujudkan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada praktik nyata dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Harapannya, siswa-siswi SMA Negeri 2 Natar dapat terinspirasi dan lebih siap menghadapi tantangan global terkait dengan isu-isu lingkungan.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan akan semakin banyak generasi muda yang peduli dan berkontribusi aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, serta lebih memahami peran penting yang dapat dimainkan oleh para ahli di bidang Teknik Lingkungan.
Klik di sini : Pendaftaran Online Mahasiswa Baru
Yuk, persiapkan diri kamu untuk bergabung bersama Universitas Malahayati di Program Studi Teknik Lingkungan. Caranya mudah, kamu bisa klik link Pendaftaran Mahasiswa Baru atau datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung. (gil)
Editor: Gilang Agusman