31 Mahasiswa Profesi Ners Unmal Antusias Memulai Stase Profesi Ners T.A. 2024/2025

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Sebanyak 31 mahasiswa Profesi Ners Universitas Malahayati T.A. 2024/2025 telah resmi memulai praktik profesi Ners di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Acara penyerahan mahasiswa ini dipimpin oleh Sekretaris Prodi Profesi Ners Unmal, Eka Yudha Chrisanto, Ns., M.Kep didampingi oleh Tim Dosem Pembimbing Akademik Stase Jiwa Profesi Ners Unmal yaitu Rahma Elliya,S.Kp.,M.Kes , Triyoso, Ns.,M.Kes, Prima Dian Furqoni, Ns.,M.Kes, serta Rilyani,Ns.,M.Kes.

Mahasiswa diterima langsung oleh Kepala Diklat Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dr.Tendry Septa,Sp.KJ (K) didampingi oleh Kasie Keperawatan, Koordinator Diklat Keperawatan, serta Tim Dosem Pembimbing Klinik.

Dalam sambutannya dr. Tendry menyatakan kesiapan RSJ Daerah Provinsi Lampung dalam mendukung pembelajaran praktik profesi Ners di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. “Kami siap memberikan bimbingan dan fasilitas agar praktek ini berjalan lancar dan bermanfaat bagi para mahasiswa,” katanya.

Selanjutnya sambutan disampaikan oleh Sekretaris Prodi Profesi Ners Universitas Malahayati, Eka Yudha Chrisanto, Ns., M.Kep yang menekankan pentingnya praktik ini sebagai kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di kampus.”Praktik ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan keperawatan jiwa secara langsung di lapangan,” ujar Eka Yudha.

Selama tiga minggu ke depan, mahasiswa akan terlibat dalam berbagai kegiatan stase jiwa di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung, termasuk asesmen pasien, perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan, serta evaluasi hasil asuhan. Mereka juga akan dibimbing langsung oleh perawat yang berpengalaman minimal 5 tahun dan dosen pembimbing yang berpengalaman di bidang ini.Acara penyerahan ditutup dengan doa bersama dan foto bersama, menandai dimulainya praktik profesi Ners di stase keperawatan jiwa.

Para mahasiswa tampak antusias dan siap memulai pengalaman baru mereka, dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif dalam pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Katalog Buku Hubungan Kinerja, Keberlangsungan, Dan Inovasi Umkm Kuliner

Judul : Hubungan Kinerja, Keberlangsungan, Dan Inovasi Umkm Kuliner

Penulis : Prof. Erna Listyaningsih, S.E., M.Si., Ph.D
Prof. Yuliansyah, S.E., MSA., Ph.D., Akt
Rissa Afni Martinouva, S.H., M.H
Sayba Arta Mevia
Angga Prastia
Aprilia Dwi Sukawati, S.E
Bella Febriana
Apip Alansori, S.E., M.Ak

ISBN= Proses

Sinopsis:

Buku ini berisi tentang hubungan kinerja, keberlangsungan, dan inovasi UMKM kuliner pada umumnya dan di Bandar Lampung, Lampung, pada khususnya, serta bagaimana peranan  kinerja dan inovasi terhadap keberlangsungan UMKM kuliner di Bandar Lampung. Buku ini memberikan kontribusi berupa kajian dan model tentang hubungan kinerja, keberlangsungan, dan inovasi UMKM kuliner di Bandar Lampung.

Cahya Ramadiniati, Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Juara 3 pada Kejuaraan Karate INKAI HUT Ke 79 TNI, DANREM CUP 043/GATAM Lampung

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat Kepada Cahya Rahmadaniati (23380034) Mahasiswa Prodi S1 Farmasi Universitas Malahayati, berhasil meraih Juara 3 Kumite – 55 Kg Senior Putri pada Kejuaraan Karate INKAI HUT Ke 79 TNI, DANREM CUP 043/GATAM Lampung. Kejuaraan ini berlangsung pada 12 September 2024.

Cahya mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan yang iya peroleh ini. “Alhamdulilah saya berhasil mendapatkan Juara 3 dalam ajang ini, ini merupakan prestasi yang memuaskan unuk saya,” ucapnya.

Kejuaraan Karate INKAI HUT ke-79 TNI, DANREM CUP 043/GATAM Lampung adalah sebuah kompetisi karate yang diselenggarakan dalam rangka merayakan ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-79. Acara ini biasanya melibatkan berbagai kategori pertandingan untuk atlet karate dari berbagai tingkatan, baik junior maupun senior.

Kejuaraan ini bertujuan untuk mempromosikan olahraga karate di Lampung, menjalin persaudaraan antaratlet, serta menumbuhkan semangat juang dan disiplin yang menjadi nilai-nilai utama dalam bela diri. Selain itu, acara ini juga sering kali dihadiri oleh pejabat militer, masyarakat, dan penggemar olahraga karate.

Cahya menceritakan bahwa ia telah mengikuti kejuaraan karate ini sejak kelas 2 SMP. “Awal mula saya mengikuti kejuaraan itu saya kalah, lalu saya bangkit, saya berlatih dengan giat, dan akhirnya saya mendapatkan apa yang saya inginkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa saat dirinya menjadi juara lantas tak membuatnya berpuas diri. “Saya tidak boleh langsung berpuas diri, karena masih banyak kejuaraan diluar sana yang harus saya ikuti,” katanya.

Tak lupa pula ia mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang selalu mendukung minat dan bakatnya, pelatih, dan kampus tercinta Universitas Malahayati yang telah mensupport penuh untuk dirinya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Muhammad Arif, Mahasiswa Universitas Malahayati Raih RU 3 Ajang Mister Lampung Star 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat Kepada Muhammad Arif (23130164) Mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Malahayati, yang telah berhasil meraih Runner Up 3 pada ajang “Mister Lampung Star 2024”. Acara ini diselenggarakan oleh Founder Mister Lampung Star. Bandarlampung, 8 September 2024.

Arif mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan ini. “Alhamdulilah saya berhasil menjadi salah satu juara diajang sebesar Mister Miss Lampung 2024.

Ia berharap setelah berhasil menjadi salah satu juara, ia dapat menjadi pribadi yang lebih produktif dan semakin bisa menjadi top dalam hal apapun. “Walau saya terbilang baru dalam mengikuti ajang ini, tapi saya yakin dan semangat saya tidak akan kalah menghadapi lawan-lawan saya,” ujarnya.

Mister dan Miss Lampung 2024 adalah ajang pencarian bakat dan kecantikan yang bertujuan untuk menemukan perwakilan terbaik dari provinsi Lampung. Acara ini biasanya menampilkan berbagai aspek, seperti kecantikan, bakat, serta kepedulian sosial, dengan harapan para pemenang dapat menjadi duta yang positif untuk daerah mereka. Selain itu, ajang ini juga sering kali melibatkan berbagai kegiatan sosial dan promosi budaya lokal.

Lebih lanjut, Arif menceritakan pengalamannya dalam mengikuti ajang ini menjadikan dirinya untuk mengupgrade ilmu dalam dunia modeling. “Disini saya belajar banyak pengetahuan  dari budaya profesional, melatih pubklik speaking, hingga sikap bertanggung jawab,” ucapnya.

Tak lupa, Arif mengucapkan terimakasih kepada keluarga, kerabat dan  Universitas Malahayati yang telah mensupport dirinya secara penuh dalam mengikuti ajang ini. “Saya akan berkomitment untuk terus menjadi yang terbaik buat diri saya dan juga kampus tercinta Universitas Malahayati,” serunya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

Ngudo Roso

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa puluh tahun lalu Radio Republik Indonesia (RRI) Yogjakarta ada satu acara yang diberi nama “Ngudo Roso” yang diasuh oleh reporter mashur pada zamannya. Acara itu konon berkembang sampai hari ini yang berisi “ungkapan hati” dari para pemirsanya terhadap dunia sekitar.

Ngudo roso berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengungkapkan perasaan atau pikiran secara jujur dan terbuka. Dalam konteks budaya Jawa, ngudo roso biasanya dilakukan dalam suasana yang tenang dan penuh kebijaksanaan. Seseorang berbicara tentang isi hati atau masalah yang sedang dihadapi dengan tujuan mencapai pemahaman bersama atau mencari solusi yang damai.

Ngudo roso sebagai tradisi sering dianggap sebagai cara untuk mempererat hubungan, baik dalam keluarga, masyarakat, atau antara pihak yang berselisih. Melalui pengungkapan perasaan secara terbuka dan jujur, ketegangan atau konflik bisa diredakan. Ngudo roso tidak hanya berkaitan dengan pengungkapan emosi negatif, tetapi juga mencakup berbagi rasa syukur, kebahagiaan, atau pengalaman hidup lainnya. Dengan demikian, ngudoroso memiliki dimensi yang dalam dalam budaya Jawa sebagai praktik untuk menjaga harmoni sosial dan emosional di antara individu atau kelompok.

Ngudo roso mengedepankan keterbukaan, empati, dan kejujuran. Oleh sebab itu, ngudo roso bisa membantu menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang di berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Saluran sosial seperti ini patut dipelihara agar paling tidak mengurangi ketegangan sosial (jika ada).

Sebelum sebuah acara seremonial akademik, sebelum acara dimulai ada teman yang ngudo roso tentang suatu hal yang dia hadapi saat ini. Ia mendeskripsikan dengan lugas bagaimana sebenarnya yang terjadi. Kami semua yang hadir merasa penasaran. Ia kemudian menjelaskan secara terperinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Ia ngudo roso” bagaimana harus bersikap yang terkadang menyulitkan posisinya. Hal itu karena ia harus selalu ambil posisi ditengah dan berimbang,  padahal terkadang badai itu datang tidak mengenal waktu.

Membebani pemikiran dan perasaan yang berlebihan secara individu maupun kolektif tampak memerlukan katarsis. Salah satu bentuk katarsis itu adalah ngudo roso. Menjadi persoalan ketika tempat kita melakukan ngudo roso “tidak satu frekuensi”  atau justru dicurigai memiliki maksud lain. Jika ini yang terjadi, maka bukan penyelesaian atau meringankan yang didapat, tetapi justru malapetaka baru yang muncul.

Ketidaktepatan meletakkan “rasa” ternyata bisa menimbulkan malapetaka juga. Sebab bisa membuahkan persepsi yang berbeda dan berujung pada kecurigaan akan sesuatu tanpa alasan. Apalagi ini terjadi karena pengalaman masa lampau yang selalu diyakini “kebenarannya” secara mutlak, tanpa terlebih dahulu dianalisis sebagai suatu pengalaman yang hanya bisa digunakan sebagai referensi. Oleh sebab itu, bisa saja terjadi relasi negatif manakala dalam ngudoroso kita sudah menempatkan objek sebagai sesuatu yang tidak kita sukai. Atau sebaliknya, apa yang ditampilkan oleh obyek selalu baik ketika kita mempersepsikan objek sebagai sesuatu yang tanpa celah. Oleh sebab itu, objektivitas dalam ngudoroso harus selalu kita letakkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.

Seiring perkembangan teknologi terutama pada bidang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, ngudo roso bisa dibuat sedemikian rupa dengan memprogram suara, tampilan dan lain sebagainya, menjadi seolah-olah benar dalam ketidakbenaran. Atau sebaliknya: seolah-olah salah dalam kebenaran. Di sini tampaknya “moral etik” sangat diperlukan dan dikedepankan dalam tatapergaulan manusia. Tanpa ini, maka ancaman “kemerosotan moral” dalam bentuk lain akan mengancam pola interaksi antarmanusia di bumi ini. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Gelar Matrikulasi bagi Mahasiswa Baru S2 Magister Ilmu Kesehatan

Bandar Lampung (malahayati.ac.id):  Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Malahayati menyelenggarakan Penyambutan Mahasiswa Baru dan Matrikulasi bagi mahasiswa Program Studi S2 Magister Ilmu Kesehatan, Sabtu (5/10/2024).

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Muhammad Kadafi, SH., M.H, membuka secara resmi. Dalam sambutannya, Rektor menekankan pentingnya pemahaman mahasiswa terkait proses perkuliahan dan target akademik selama masa studi di program magister ini.

“Saya berharap para mahasiswa baru bisa membangun suasana akademik yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, baik antar mahasiswa maupun dengan dosen,” ujar Rektor. Ia juga menekankan bahwa masa studi di program magister adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk berkembang secara intelektual dan profesional.

Turut hadir dalam acara tersebut Dekan FIK, Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Wakil Dekan FIK, Djunizar Djamaluddin, S.Kep., Ns., MS., Kaprodi S2 Kesehatan Masyarakat, Dr. Samino SH., M.Kes., Sekprodi S2 Kesehatan Masyarakat, Khoidar Amirus, SKM., M.Kes., Dosen Tetap S2 Kesehatan Masyarakat, Dr. Achmad Farich, dr., MM., serta Guru Besar, Prof. Dr. Sudjarwo, MS.

Acara tersebut dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berupa kuliah pakar yang diisi Prof. Dr. Sudjarwo, MS, dengan materi mengenai Tantangan Belajar Berbasis Outcome-Based Education (OBE) dan Sitasi Sumber Ilmiah. Selanjutnya, Dekan FIK menyampaikan materi terkait visi, misi, serta pengenalan fakultas. Kaprodi S2 Kesehatan Masyarakat juga turut memberikan penjelasan tentang visi dan misi prodi, serta berbagai aspek akademik yang mendukung penelitian, pengabdian masyarakat, hingga tugas akhir.

“Acara ini dirancang agar mahasiswa baru memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi akademik di Universitas Malahayati, serta siap menghadapi tantangan studi yang berbasis OBE,” kata Dr. Lolita Sary, Dekan FIK.

Sesi kedua berupa perkuliahan matrikulasi, dimulai dengan materi Dasar Ilmu Manajemen Kebijakan Kesehatan oleh Dr. Samino SH., M.Kes, dan Dasar Ilmu Epidemiologi oleh Khoidar Amirus, SKM., M.Kes. Kedua materi ini mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa yang hadir.

“Kami berharap matrikulasi ini bisa memberikan gambaran akademik yang jelas, terutama bagi mereka yang tidak berasal dari latar belakang pendidikan Kesehatan Masyarakat,” ujar Dr. Samino.

Acara dilanjutkan pada Senin hingga Selasa (7-8/10/2024) secara daring, dengan materi Promosi Kesehatan, Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Lingkungan, dan Biostatistik.

Kuliah matrikulasi ini menjadi bagian dari komitmen Universitas Malahayati dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi mahasiswa pascasarjana, serta membekali mereka dengan pemahaman awal tentang berbagai disiplin ilmu yang akan mereka pelajari.

 

Rilis: Beni Untoro 

Editor: Asyihin

Jawaban yang Tidak Menjawab

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu dengan kondisi badan yang rapuh namun karena tanggungjawab profesi; maka diputuskan tetap berangkat memberikan kuliah di program doktor universitas negeri dengan kekhasan agama. Perjumpaan dan dialog serta diskusi dengan mahasiswa doktoral seolah bisa melupakan sejenak beban jasmani yang terasa sudah tidak kuat menopang rohani. Untuk angkatan kali ini banyak dijumpai mahasiswa cerdas dalam berfikir karena waktu yang tersedia terasa singkat digunakan berdiskusi. Keberanian mereka untuk melakukan interupsi, klarifikasi, komentar akan materi yang disajikan; menjadikan semangat hidup terasa menyala kembali. Akan tetapi karena matakuliah yang disajikan adalah matakuliah pucaknya ilmu, maka sering berfikir abstrak, kontemplatif, mendasar, dan hakiki; menjadi semacam jalan terjal yang harus ditempuh semua yang hadir di ruangan itu.

Dari semua bentangan bertanyaan, komentar, ulasan dan analisa yang dilakukan; ternyata menyisakan satu situasi dan kondisi dalam dialog adalah “jawaban yang tidak menjawab”; hal ini terjadi karena jawaban yang diberikan akan memunculkan pertanyaan baru, dalam istilah filsafat hal ini disebut dengan“thesa yang membuahkan anti thesa”.  Selama ini kuliah yang mereka terima lebih banyak menerima materi baru atau lama dalam kemasan baru, tetapi dalam perkuliahan matakuliah ini mereka pulang akan terbebani oleh pertanyaan baru. Sehingga dialog-dialog imajiner terus berada dalam pikiran mereka guna menemukenali permasalahan dan sekaligus menemukan jawaban, yang sangat sering mereka bertemu dengan jawaban yang tidak menjawab, karena muncul kembali pertanyaan baru. Kecintaan akan ilmu semakin tumbuh karena dialog-dialog imajiner tadi, yang terus bergelayut pada benak mereka.

Berdasarkan penelusuran digital ditemukan keterangan bahwa dalam filsafat, hakikat jawaban yang tidak menjawab berkaitan dengan kondisi di mana suatu jawaban diberikan tetapi tidak secara substansial menangkap esensi dari pertanyaan yang diajukan. Ini bukan hanya soal ketidaktepatan jawaban, tetapi sering kali juga mencerminkan aspek lebih mendalam terkait dengan bahasa, logika, dan pemahaman. Berikut adalah beberapa pandangan filosofis yang bisa menjelaskan hakikat ini:

Pertama,  Fenomena Sofisme: Salah satu bentuk jawaban yang tidak menjawab ditemukan dalam sofisme. Kaum Sofis di Yunani kuno dikenal karena menggunakan retorika yang memukau dan logika berbelit-belit untuk memberi jawaban yang tampak benar atau masuk akal tetapi sebenarnya menyesatkan atau bahkan tidak relevan. Plato dan Aristoteles mengkritik para Sofis karena mereka sering kali tidak mengejar kebenaran, melainkan kemenangan dalam debat, sehingga jawaban mereka tampak seperti solusi, tetapi sebenarnya tidak menjawab pertanyaan dengan substansi.

Kedua, Kebingungan Linguistik (Wittgenstein): Menurut filsuf Ludwig Wittgenstein, banyak masalah filosofis muncul karena penyalahgunaan atau kesalahpahaman terhadap bahasa. Dalam bukunya Philosophical Investigations, ia menunjukkan bahwa kebingungan linguistik sering menyebabkan orang memberikan “jawaban” yang tampaknya logis tetapi sebenarnya tidak memberikan klarifikasi. Jawaban tersebut tidak menyelesaikan masalah karena bentuk atau makna bahasa yang digunakan tidak benar-benar menjawab apa yang dimaksud oleh pertanyaan. Misalnya, seseorang bisa menjawab sebuah pertanyaan dalam kerangka bahasa yang berbeda atau salah sehingga tampak seperti jawaban, tetapi pada hakikatnya tidak mengatasi inti masalah.

Ketiga,  Pertanyaan yang Tidak Mempunyai Jawaban Jelas (Aporetik): Beberapa pertanyaan dalam filsafat bersifat aporetik, artinya pertanyaan tersebut tidak memiliki jawaban yang jelas atau bisa dijawab dengan cara yang tidak memuaskan. Socrates dalam dialog Plato sering menggunakan metode dialektik di mana dia membuktikan bahwa banyak jawaban yang tampaknya benar sebenarnya gagal menjawab pertanyaan dengan memadai. Pertanyaan seperti “Apa itu keadilan?” atau “Apa itu kebajikan?” sering kali menerima jawaban yang ternyata salah, parsial, atau tidak lengkap, yang mencerminkan hakikat bahwa tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan tuntas dalam bentuk yang sederhana.

Keempat,  Kontradiksi dan Dialektika (Hegel): Hegel memperkenalkan konsep dialektika, di mana sebuah jawaban bisa tampak tidak memadai atau tidak menjawab ketika dilihat dalam kerangka pertentangan ide-ide. Dalam proses dialektika, sebuah tesis akan menghadapi antitesis, dan solusi (jawaban) bukanlah respons langsung terhadap tesis atau antitesis, melainkan sebuah sintesis yang menggabungkan keduanya. Namun, jawaban dalam tahap sintesis bisa jadi tampak ambigu atau “tidak menjawab” pertanyaan awal karena sifatnya yang terus berkembang.

Kelima,  Fenomena Ambiguitas atau Ketidakpastian (Deconstructionism/Derrida): Jacques Derrida dalam teori dekonstruksinya menunjukkan bahwa bahasa dan makna bersifat cair dan tidak pernah sepenuhnya tetap. Oleh karena itu, setiap jawaban yang diberikan dalam konteks bahasa selalu berada dalam kondisi ketidakpastian dan ambiguitas. Menurut Derrida, jawaban yang diberikan mungkin tidak menjawab sepenuhnya karena ada ketegangan antara apa yang dikatakan (signifier) dan apa yang dimaksud (signified). Ini menunjukkan bahwa dalam filsafat, sebuah jawaban bisa “tidak menjawab” karena keterbatasan bahasa itu sendiri.

Keenam, Eksistensialisme dan Pertanyaan tentang Makna: Dalam eksistensialisme, khususnya dalam pemikiran Jean-Paul Sartre dan Albert Camus, pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang makna hidup seringkali tidak memiliki jawaban final atau definitif. Sartre berpendapat bahwa manusia berada dalam kondisi “kecemasan eksistensial” karena tidak ada jawaban obyektif yang bisa diberikan tentang makna hidup. Dalam hal ini, jawaban yang tidak menjawab adalah refleksi dari absurditas dan kekosongan yang inheren dalam eksistensi manusia.

Benang merah yang dapat kita tarik dari penjelasan di atas bahwa hakikat dari jawaban yang tidak menjawab, menurut filsafat, terletak pada beberapa faktor: keterbatasan bahasa, kebingungan logis, kerumitan pertanyaan itu sendiri, serta sifat dasar dari realitas atau makna yang tidak selalu bisa dijawab dengan satu respons yang pasti. Jawaban yang tidak menjawab mencerminkan kompleksitas dalam pemahaman dan komunikasi filosofis, di mana sering kali tantangan untuk memberikan jawaban bukan hanya tentang ketepatan faktual tetapi juga tentang bagaimana pertanyaan itu dipahami dan dirumuskan.

Oleh karena itu manusia dituntut untuk belajar sepanjang hayat, sebab harus menemukenali pertanyaan-pertanyaan dunia, yang terkadang menyesatkan karena tidak ditemukannya jawaban. Bisa jadi jawabannya memang tidak mampu menjawab dari pertanyaannya, dan kemudian sudah muncul pertanyaan baru akibat dari ketidakmampuan menjawab tadi. Kondisi  akhir-akhir ini ternyata banyak kita jumpai didalam masyarakat, karena antara yang memimpin dan dipimpin tidak satu lambang, sehingga memaknakannyapun berbeda. Lebih sengsara lagi jika berlambang sama tetapi diberi makna yang berbeda.  Rekonstruksi berfikir seperti inilah sering membuat tersesat di jalan yang benar. Jika kita bumikan pikiran ini “ Kata pejabat jalan rusak yang salah rakyat”; sementara pada waktu bersamaan “rakyat berkata jalan rusak karena kesalahan pejabat”. Padahal obyeknya sama yaitu “jalan rusak”; namun karena perbedaan cara pandang antara rakyat dan pejabat, akibatnya jalan tetap rusak. Logika berfikir seperti ini, atau mirip dengan ini, sekarang sedang merebak dimana-mana, seiring dengan kontestasi pemilukada. Seolah mendapatkan lahan persemaian untuk tumbuh subur; walaupun pada akhirnya pembiaran paradigma seperti ini akan merugikan kita semua. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Peluang Lulusan Sarjana Akuntansi di Dunia Kerja di Era Industri 4.0 dan Society 5.0

Foto Ilustrasi :Putri Ayuni Alumni Prodi Akuntansi Universitas Malahayati Menjadi Manajer Keuangan di Perusahaan Hes Group

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Di era yang terus berkembang seperti saat ini, para lulusan perguruan tinggi dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan dunia industri yang semakin kompleks. Era Industri 4.0 dan Society 5.0 membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja. Dalam hal ini, lulusan sarjana akuntansi menjadi salah satu sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan oleh berbagai sektor, baik itu sektor swasta, pemerintah, maupun organisasi non-profit. Lulusan akuntansi tidak hanya dituntut untuk memahami dasar-dasar akuntansi konvensional, tetapi juga harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi modern dan data analitik dalam penyusunan laporan keuangan, laporan pajak, serta dalam pengambilan keputusan strategis.

Universitas Malahayati, melalui Program Studi Akuntansi, hadir sebagai salah satu institusi pendidikan yang siap mencetak lulusan akuntansi yang mampu bersaing di era modern ini. Dengan kurikulum yang didesain untuk menyesuaikan kebutuhan dunia kerja di era digital, para mahasiswa tidak hanya diajarkan keterampilan teknis dalam penyusunan laporan keuangan, tetapi juga dilengkapi dengan kemampuan analisis, pemahaman terhadap regulasi perpajakan, serta keterampilan dalam menggunakan perangkat lunak akuntansi yang saat ini menjadi alat utama di berbagai perusahaan.

Industri 4.0 dikenal sebagai era di mana teknologi otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), big data, dan internet of things (IoT) menjadi tulang punggung bagi berbagai proses bisnis. Di bidang akuntansi, peran akuntan tidak hanya sebatas mencatat dan menyusun laporan keuangan, tetapi berkembang menjadi lebih strategis, di mana akuntan dituntut untuk mampu memberikan analisis yang mendalam terhadap data keuangan yang diperoleh dari berbagai sumber. Dengan adanya big data, akuntan dapat mengidentifikasi tren, memprediksi kebutuhan finansial di masa mendatang, serta memberikan saran strategis bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan.

Penerapan teknologi otomatisasi dalam akuntansi juga memberikan tantangan tersendiri bagi lulusan akuntansi. Proses-proses manual yang dulu menjadi bagian penting dari pekerjaan akuntan, seperti penginputan data dan penyusunan laporan secara manual, kini bisa dilakukan oleh perangkat lunak. Hal ini menyebabkan peran akuntan menjadi lebih berfokus pada analisis data dan interpretasi hasil, yang memerlukan pemahaman yang lebih dalam terhadap konteks bisnis dan finansial. Oleh karena itu, lulusan akuntansi di era Industri 4.0 harus mampu menguasai perangkat teknologi, memahami bagaimana data diolah, dan mampu memberikan insight yang bernilai bagi perusahaan.

Jika Industri 4.0 berfokus pada otomatisasi dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, Society 5.0 lebih mengedepankan pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan manusia. Di era Society 5.0, teknologi seperti AI, robotika, dan data besar tidak hanya digunakan untuk tujuan komersial, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, peran akuntan juga ikut berubah.

Di era Society 5.0, akuntan tidak hanya bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan atau melakukan audit, tetapi juga diharapkan untuk dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs). Lulusan akuntansi yang memahami prinsip-prinsip keberlanjutan akan memiliki nilai lebih di mata perusahaan. Mereka akan lebih mampu menyusun laporan keuangan yang tidak hanya mencerminkan keuntungan finansial perusahaan, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan dari operasional bisnis.

Kemampuan dalam menyusun laporan yang berfokus pada tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) menjadi salah satu keahlian penting yang perlu dimiliki oleh akuntan di era ini. Perusahaan yang ingin tetap relevan di era Society 5.0 harus mampu menunjukkan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) bahwa mereka tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk dapat bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif, lulusan akuntansi harus memiliki beberapa kompetensi kunci. Berikut adalah beberapa keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh akuntan di era Industri 4.0 dan Society 5.0:

1. Pemahaman Teknologi:

Mahir dalam penggunaan perangkat lunak akuntansi seperti SAP, Oracle, dan QuickBooks merupakan keharusan bagi akuntan modern. Selain itu, kemampuan untuk mengolah dan menganalisis data besar (big data) menjadi nilai tambah yang sangat dibutuhkan di era ini.

2. Keterampilan Analitis:

Akuntan tidak hanya dituntut untuk mencatat transaksi keuangan, tetapi juga harus mampu menganalisis data keuangan untuk memberikan saran strategis bagi perusahaan. Kemampuan analitis yang kuat akan membantu akuntan dalam mengidentifikasi tren, risiko, dan peluang yang ada dalam bisnis.

3. Pemahaman Perpajakan:

Lulusan akuntansi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang regulasi perpajakan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan banyaknya perusahaan yang beroperasi secara global, pemahaman tentang perpajakan internasional menjadi keterampilan yang sangat bernilai.

4. Kemampuan Beradaptasi:

Dunia kerja terus berubah seiring perkembangan teknologi dan regulasi. Oleh karena itu, lulusan akuntansi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi, baik itu perubahan teknologi, regulasi, maupun tuntutan pasar.

5. Kompetensi dalam Akuntansi Berkelanjutan:

Di era Society 5.0, perusahaan semakin peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan dari operasional mereka. Lulusan akuntansi yang mampu menyusun laporan CSR dan memahami prinsip-prinsip keberlanjutan akan memiliki daya saing lebih tinggi di dunia kerja.

Universitas Malahayati melalui Program Studi Akuntansi berkomitmen untuk mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan di era Industri 4.0 dan Society 5.0. Kurikulum yang disusun secara komprehensif mencakup berbagai aspek akuntansi modern, termasuk akuntansi keuangan, perpajakan, auditing, dan manajemen keuangan. Selain itu, para mahasiswa juga dibekali dengan keterampilan teknologi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.

Dosen-dosen yang mengajar di Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati memiliki latar belakang akademis dan profesional yang kuat, serta pengalaman luas di industri. Hal ini memungkinkan mahasiswa mendapatkan pemahaman yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.

Selain itu, Universitas Malahayati juga menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan dan instansi pemerintah, yang memungkinkan mahasiswa untuk melakukan magang dan mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja. Melalui program magang ini, mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh di kelas, serta mengasah keterampilan yang dibutuhkan di industri.

Lulusan sarjana akuntansi memiliki peluang yang sangat besar di dunia kerja, terutama di era Industri 4.0 dan Society 5.0. Namun, untuk dapat bersaing, mereka harus memiliki kompetensi yang relevan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pasar. Program Studi Akuntansi Universitas Malahayati hadir untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan industri modern, sehingga para lulusannya mampu menjadi akuntan yang tidak hanya handal secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan analitis, adaptif, dan berorientasi pada keberlanjutan. (*)

Tim Sukses Cakada: Datang, Teriak, Makan, Lalu?

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Tahapan Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 sudah dimulai oleh KPU RI. Mereka yang masih menjadi pejabat publik perintah undang-undang harus cuti. Calon kepala daerah yang tidak menjabat bisa dengan leluasa memulai kegiatan berkampanye.

Sampai di sini, semua baik-baik saja. Namun, saat pembentukan tim pemenangan para calon kepala daerah, masalah mulai muncul.

Media yang digawangi Herman Batin Mangku (HBM) ini secara berimbang memuat berita kegiatan para calon. Diksi yang dipilihpun tampak sekali sangat hati-hati dalam rangka menjaga netralitas pemberitaan.

Walaupun dalam filsafat kenetralan, sebenarnya HBM menjadi ketidaknetralan pada dirinya sebab HBM harus selalu menghitung jarak agar semua baik-baik saja.

Ini berarti HBM dapat netral pada orang lain tetapi tidak dengan dirinya. Itulah resiko menjadi jurnalis sejati yang harus diambil dan dipertaruhkan.

Berita sebagai salah satu karya jurnalistik seperti ini boleh-boleh saja dan lumrah; namun bagi mereka yang memiliki ketajaman mata hati kejurnalistikan, sajian berita seperti ini mengandung sejuta makna.

HBM yang memiliki segundang pengalaman tentang pemilu dan pilkada dalam menyajika berita kepemiluan menunjukkan kelasnya.

Di samping hati-hati dalam laku pemberitaan, HBM tampak dalam menempatkan posisi medianya selalu terukur; sehingga tampilan “manis” dari sajiannya menjadi begitu bagus.

Walaupun, jika dibaca apa yang ada di balik tulisannya, beliau tampak berada pada ranah kegalauan saat melihat kualitas dari apa yang disajikan atau tampilkan oleh para calon peserta pemilukada.

Pejuang demokrasi bidang jurnalistik ini sangat concent bila bicara tentang kualitas kedemokrasian. Namun seiring itu pula HBM sering berjumpa dengan situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapannya.

Tentu kondisi ini membuat pemberitaan yang disajikan hanya ada pada wilayah “pandangan mata”. Barulah tampak ke-HBM-annya manakala beliau menyajikan opini dalam mengkritisi mereka-mereka yang jadi tim sukses hanya datang-ikut teriak-teriak lal makan dan ke “belakang”.

Padahal kita semua, termasuk HBM, berharap mereka menunjukkan lebih dari itu kelasnya.

Untuk itu, mewakili sisi lain dari pandangan HBM, penulis tulisan ini ingin mengingatkan para tim pemenangan dari pihak manapun anda, atau tim sukses dari pihak manapun anda, tolong digagas dan ditampilkan suatu kampanye yang berkualitas, elegan, dan bermartabat.

Teriak-teriak, konvoi kendaraan, panggung hiburan, bagi bagi hadiah bahkan sembako; semua itu sah-sah saja sejauh tidak melanggar undang-undang; namun perlu kalian pahami bahwa kami pemilih tidak butuh seperti itu saja.

Ada kebutuhan lain yang perlu anda siapkan adalah “mendengar suara kami”. Karena selama ini yang ada dan bergema hanya suara kalian, sementara suara kami kalian desak agar tidak terdengar sama sekali, dan lebih parah lagi anda terburu-buru menyimpulkan bahwa kami akan memilih anda. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Sedia Payung Sebelum Hujan, Langkah Bijak Menghadapi Cuaca Tak Menentu

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Cuaca yang tidak menentu di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Lampung, belakangan ini mengharuskan masyarakat untuk lebih waspada dan siap sedia. Pepatah lama “sedia payung sebelum hujan” menjadi semakin relevan, mengingat hujan deras sering kali datang tanpa tanda-tanda, bahkan di tengah cuaca cerah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa perubahan cuaca ekstrem ini disebabkan oleh pola angin dan fenomena alam seperti La Nina. BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu siap menghadapi hujan yang bisa turun mendadak. Berdasarkan pantauan tim media Humas Universitas Malahayati, Google Weather memperkirakan hujan akan terjadi hari ini hingga esok pagi.

Sementara itu, BMKG Lampung memprediksi hujan sedang akan berlangsung antara 2-10 Oktober 2024 di wilayah Teluk Lampung bagian utara, dan hingga 15 Oktober 2024 di bagian selatan.

“Selalu bawa payung atau jas hujan saat bepergian, meskipun cuaca tampak cerah.”

Selain persiapan pribadi, masyarakat diharapkan menjaga kebersihan saluran air dan lingkungan sekitar untuk menghindari banjir, yang kerap menjadi masalah tambahan saat musim hujan. Pemerintah daerah juga aktif membersihkan gorong-gorong dan saluran air di titik-titik rawan banjir.

“Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan sangat penting dalam pencegahan banjir. Jangan membuang sampah sembarangan, karena bisa menyumbat aliran air.”

Dengan langkah pencegahan yang sederhana namun penting, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari dampak buruk cuaca ekstrem. Selain itu, memiliki asuransi perlindungan properti menjadi solusi bijak bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan banjir.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati, ini mengingatkan kita betapa pentingnya tindakan antisipatif dalam menghadapi cuaca yang sulit diprediksi.” (*)