Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Kegiatan tulis-menulis di media masa sudah dimulai semenjak menjadi mahasiswa awal tahun 1970 an. Saat itu ada pada semester tiga dan aktif berorganisasi kampus, karena terbawa oleh darah muda yang menggebu ingin mengubah negeri ini menjadi lebih baik dalam satu malam. Pada masa itu ada upaya dari pemerintah orde baru untuk merestrukturisasi organisasi mahasiswa intra kampus, dengan dikenalkannya program BKK dan NKK yang dibungkus dengan slogan “menormalisasi” kehidupan kampus, akibat dari adanya gerakan MALARI singkatan dari Malapetaka Lima Belas Januari.
Mulai dari situ hasrat menulis dimedia massa kepunyaan mahasiswa universitas negeri tertua di Sumatera Selatan dimulai. Tulisan-tulisan opini yang terkesan “emosional” (jika diukur dengan parameter hari ini) , lahir di sana dengan sebelumnya berguru kepada Tokoh Pers nasional yaitu almarhum Bapak B.M.Diah dan Bapak Rosehan Anwar, melalui kegaiatn Dewan Mahasiswa pada jamannya. Hal ini sebenarnya adalah puncak dari “hukuman” yang selalu diberikan oleh orang tua dulu saat Sekolah Rakyat, jika mendapatkan nilai Bahasa Indonesia kecil; maka sesampai di rumah oleh Ortu diminta menulis apa yang dipikirkan dituangkan pada satu lembar kertas folio. Saat itu terasa sangat berat, namun ternyata buahnya ini. Harap maklum karena beliau mantan tentara pejuang, ya modal keras itulah yang dimiliki untuk mendidik anak-anaknya.
Seiring perjalanan waktu, jadilah menulis merupakan sarana untuk menuangkan buah pikiran dan analisis dari peristiwa yang dilihat. Semula bercakupan kecil menjadi sangat luas dan membahana. Hanya perbedaannya dahulu tulisan harus dituangkan dalam media cetak konvensional yang diawali dengan diketik terlebih dahulu pada kertas dan menggunakan mesin ketik jadul yang ribet; sementara sekarang diera modern ini semua sudah menjadi sangat praktis. Semua serba otomatis, praktis dan memudahkan urusan, tinggal berfikir, menulisnya. Bahan pendukung tulisan semula harus membaca buku dengan membongkar susunan buku di rak-rak, dan selalu berserak dimeja tulis; apalagi jika yang ditulis memerlukan referensi yang actual dan bernilai berita. Pernah suatu waktu saat menulis opini tentang pemindahan penduduk, maka dicarilah buku-buku lama yang berisi bagaimana gerak peta migrasi penduduk dengan teori pendukungnya. Tentu saja buku satu almari harus diturunkan hanya untuk menulis seribu limaratus kata sebagai bahan untuk diterbitkan dimedia cetak.
Berbeda dengan sekarang, kita hanya bermodal jaringan internet dan alat tulis canggih berupa Laptop, serta perpustakaan digital yang berserak; kita dapat berselancar dengan bebas di dunia maya; membongkar perpustakaan digital yang jutaan jumlah buku dan judulnya, dengan tidak keluar dari layar tinggal menggeser kursor. Kemudahan inilah yang membuat hasrat menulis semakin tidak terbendung, manakala menemukan fenomena disekitar, baik berupa peristiwa, atau buah pikiran yang terbaca di sosial media; dan bisa juga terpantik oleh peristiwa yang hangat sedang terjadi.
Lalu apa beda pembacanya saat konvensional dan digital. Ternyata saat konvensional kita tidak bisa cek apakah Koran ditangannya di buka atau dilipat, terus dibuang. Sementara media digital kita bisa cepat mengetahui apakah media itu dibaca atau di tinggal begitu saja. Bahkan pada media online ada yang menyediakan secara terbuka sudah berapa pembaca yang membuka laman itu dengan cepat dapat terditeksi.
Jika konvensional dulu ada rasa dan nuansa kejurnalistikan yang sulit untuk dibahasakan; karena hubungan antara media dengan pembacanya sangat kulturistik, bahkan cenderung fanatik. Sementara saat media digital seperti sekarang ini, rasa itu pudar, yang ada sangat personal dan mungkin emosional. Akibatnya hubungan itu mudah rapuh karena cenderung sesaat dan mudah berubah sesuai selera; atau suasana hati dengan penulisnya. Jika penulisnya dianggap kurang segaris dengan pemikirannya, maka tulisan itu terlewatkan begitu saja.
Pembaca sekarang yang sekaligus menjadi pemerhati setia sudah sangat sedikit, dan itupun adalah mereka yang paham akan kekinian dan konseptual. Sementara yang berdasarkan kepentingan personal, sedikit demi sedikit menjauh dan kemudian menghilang. Semula waktu menjadi pejabat dan mengampu matakuliah utama universitas, pembaca tulisan boleh dikatakan luar biasa banyaknya; karena mahasiswa seolah-olah ingin berebut berkomen ria kepada tulisan dosennya, walaupun terkadang komennya tidak ada hubungan dengan tulisan.
Begitu purna tugas dan pindah home base; maka berguguranlah pembaca dan terseleksi secara sistematis. Dahulu ada asisten dosen yang dengan setia menemani diskusi, mengedit, dan menemukenali persoalan sosial. Sekarang yang bersangkutan menghilang ditelan bumi, entah kemana. Saat dikirim tulisan yang sudah terbit, hanya dipandang dan entah dibaca atau tidak. Namun sebagai orang tua, tetap saja tulisan-tulisan terutama yang bernuansa filsafat selalu dikirim kepada beliau, dengan harapan bisa menjadi bekal dalam melangkah.
Ada lagi teman sesama ilmuwan bahkan guru besar, yang semula selalu bergairah untuk diskusi jika membaca tulisan yang baru terbit dengan bahasa-bahasa langit. Saat inipun terbang dari permukaan dan mungkin sibuk tidak sempat lagi berdiskusi atau membaca; walaupun bisa juga karena sebab lain. Sementara media sosialnya masih aktif; semoga beliau-beliau tadi tetap dalam lindungan Tuhan dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.
Menariknya lagi banyak pembaca yang dahulu memberikan dorongan untuk terus berkarya, kini unjung jarinyapun sudah sangat malas untuk menyapa atau mungkin jarinya kram; dan pada umumnya ini dari mahasiswa program doctoral, yang tertinggal hanya hitungan sebelah jari tangan saja; itupun tidak cukup. Namun yang tertinggal ini justru sangat militant dalam hal memberikan komen; sebagai dosennya kebanggaan muncul dalam hati: semoga ilmu yang diberikan menjadi bermanfaat untuk mereka.
Akan tetapi ada yang menggembirakan, saat ini ada pembaca setia dari kalangan tenaga pengajar muda tersebar di banyak perguruan tinggi baik swasta maupun negeri diseantero negeri, semua mereka bergelar magister bahkan tidak sedikit yang bergelar doktor. Diantara mereka ada yang meminta bimbingan khusus bagaimana cara menulis dimedia dengan benar. Dengan sangat senang dan membanggakan mengajari mereka orang-orang pandai, cukup dengan olesan dua jam saja, tulisan-tulisan mereka menjadi sangat menarik dan layak terbit. Ada juga yang mengajak diskusi tentang filsafat manusia, yang menurut mereka menarik untuk didalami. Semua ini menunjukkan bagaimana gelombang kehidupan itu adanya: Yang pergi biarkan berlalu, yang datang tidak usah ditunggu.
Sesuatu yang sangat menggembirakan terjadi karena semua redaktur dari media online yang menerima tulisan, akan selalu mengedit dengan baik dan benar. Ini merupakan bentuk rasa sayang mereka kepada penulis yang diwujudkan dalam bentuk “mempoles” bahkan “mengganti” judul tulisan agar lebih merangsang untuk di baca. (Terimakasih Para Redaktur). Ditambah lagi ada anak muda yang selalu setia mengupload tulisan ke web lembaga dengan riang gembira, agar supaya tulisan-tulisan itu menjadi fenomenal kelak dikemudian hari. Terimakasih Anak Muda berjambang yang gesit dalam mengedit.
Menulis akan berhenti saat otak berhenti berfikir, berhentinya otak berfikir bersamaan dengan berangkatnya nyawa menuju si EMPUNYA. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Kebidanan dan Farmasi Universitas Malahayati Perkenalkan Teh Celup Bayam Merah sebagai Solusi Anemia untuk Komunitas Rentan
Tim pengabdian masyarakat ini berasal dari 2 program studi yaitu Kebidanan dan Farmasi yang terdiri dari; Susilawati.S.SiT.,Bdn.,M.Kes dan Neneng Siti Lathifah.S.ST.,M.Kes (Prodi Kebidanan), serta apt.Gusti Ayu Rai Saputri.,S.Farm.,M.Si (Prodi SI Farmasi) dengan dibantu mahasiswa dari Prodi Kebidanan.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari; Kepala Tu Puskemas Desa Serdang, Suharto, AS, Amd.Kep. Bidang Koordinator Puskesmas Desa Serdang, Rusmiyati, SST.,Bdn. Sekertaris Desa Serdang, Amru, S.Sos. Bidan Desa Serdang, Jilly Pinnica, SST, Aparat desa, para petani hidroponik, dan Kelompok rentan anemia dari Desa Serdang. Kegiatan ini merupakan salah satu Hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat pada perguruan tinggi swasta (PTS) tahun 2024.
Lebih lanjut, Suharto juga menyampaikan bahwa teh bayam merah selain dapat mencegah anemia juga mempunyai nilai ekonomi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa serdang yang mayoritas adalah petani hidroponik penghasil bayam merah dan menjadi produk lokal Desa Serdang.
Tak lupa pula, Tim pengabdian masyarakat Universitas Malahayati mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah memberikan hibah pengabdian kepada masyarakat skema pemberdayaan berbasis masyarakat dengan nomor kontrak 959/LL2/AL.04/PM/2024 Dengan judul “Optimalisasi Bayam Merah dalam sediaan Teh Celup Organik Tinggi Zat Besi sebagai Upaya Mencegah Anemia pada Kelompok Rentan”. (gil/humasmalahayatinews)
Editor: Gilang Agusman
Pendidikan Etika
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa waktu lalu heboh di dunia maya ada calon taruna salah satu angkatan di negeri ini melawan pelatih dengan cara menyerang secara fisik; padahal pelatih tadi pangkatnya perwira . Kejadian seperti ini menambah panjang daftar kasus yang menimpa lembaga ini, apalagi penyebabnya hanya karena menolak laptop yang bersangkutan akan dilihat oleh sang pelatih. Tentu saja hukuman disiplin berat langsung dijatuhkan dengan pemecatan kepada calon taruna.
Secara administratif kejadian itu sudah selesai, tetapi secara filosofis kejadian itu belum dapat dikatakan selesai; sebab itu hanya puncak gunung es dari gumpalan es yang besar di bawahnya. Maksudnya menjadi pertanyaan kenapa sampai berani seperti itu, note bene yang bersangkutan “baru tamat” Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Dengan kata lain ada sesuatu yang kurang, bahkan mungkin salah pada dunia pendidikan dijenjang ini.
Belum selesai merenungkan peristiwa itu; mendadak mendapat kiriman dari seorang sohib yang menjabat pimpinan tertinggi bidang pendidikan di daerah ini yang berisi rekaman “ledakan” pidato mantan wakil presiden dua periode di negeri ini. Beliau menggugat bagaimana kegagalan seorang menteri yang mengurusi pendidikan, riset dan teknlogi serta kebudayaan.
Isi pidato beliau sangat menohok karena disertai pembanding para pendahulunya yang dinilai banyak berhasil membawa generasi bangsa ini ke level yang terbaik pada zamannya. Serta kesalahan mencari negara rujukan sebagai tolok-kesepadanan; sebab selama ini yang dipakai adalah negara-negara Eropa yang memiliki budaya serta kebiasaan yang sangat berbeda. Dipertanyakan oleh beliau mengapa tidak menggunakan India, Korea Selatan yang itu merupakan negara satu kawasan dengan budaya yang tidak terlalu jauh berbeda.
Sebagai mantan pejabat nomor dua di negeri ini, tentu banyak makan asam garamnya mengelola negeri; terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Beliau sendiri dikenal memiliki yayasan pendidikan sampai universitas yang bergengsi. Itu menunjukkan apa yang diucapkannya bukan hanya ilusi tetapi persepsi; sekalipun persepsi sendiri tidak bebas nilai, karena bisa saja orang lain yang memiliki pengalaman lain sehingga berpersepsi lain, justru mengatakan menteri pendidikan sekaranglah yang paling berhasil.
Terlepas dari itu semua, data menunjukkan banyaknya setiap tahun anak-anak muda negeri ini yang menuntut ilmu di luar negeri, baik atas biaya sponsor maupun biaya sendiri. Indikator ini dapat dijadikan penanda bahwa kualitas anak-anak bangsa ini mampu bersaing di kelas global.
Walaupun menjadi kaget manakala ada lembaga nirlaba dari luar sana yang melakukan penelitian, ternyata IQ anak-anak kita berkategori papan bawah.
Belum lagi jika kita simak dengan seksama bagaimana perubahan sikap dan perilaku generasi Alfa sekarang terhadap tatakrama sopan santun kepada orang dewasa, termasuk guru.
Jadi jika kita kaitkan dengan peristiwa di atas, ternyata isi pendidikan kita saat ini diduga hanya bermuatan capaian materi pembelajaran, tidak disertai capaian kematangan kepribadian. Dengan kata lain transfer materi pembelajaran tidak disertai transfer nilai-nilai kepribadian, atau kemampuan menguasai kecakapan keterampilan, tidak disertai capaian penguasaan kematangan diri.
Hubungan antara pendidikan dan kepribadian merupakan topik yang penting dalam psikologi dan pendidikan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Secara keseluruhan, pendidikan memainkan peran kunci dalam pembentukan kepribadian individu. Pengalaman pendidikan yang positif dapat mendukung pengembangan kepribadian yang sehat dan seimbang, sementara pengalaman pendidikan yang negatif dapat memiliki dampak sebaliknya.
Sementara itu hubungan antara pendidikan dengan etika sangat erat, termasuk didalamnya tatalaku beragama; karena pendidikan berperan penting dalam pengembangan pemahaman etika dan moral individu. Oleh sebab itu secara keseluruhan, pendidikan berfungsi sebagai sarana utama untuk mengajarkan dan memperkuat etika.
Dengan memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika, pendidikan membantu membentuk individu yang mampu bertindak dengan integritas dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Termasuk didalamnya menjalankan syariat agama yang dianut.
Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang pintar, tetapi lebih kepada pintar yang beretika dan bermoral, serta berahlakulkharimah; karena tidak ada satupun koruptor yang ditangkap KPK itu orang bodoh, mereka boleh dikatakan semua sarjana, bahkan ada yang bergelar doktor dan guru besar; itu merupakan salah satu indikator mereka orang pintar. Tetapi kepintaran yang tidak disertai moral dan etika serta tatalaku beragama; maka kehancuranlah yang akan dijumpai. Bagaimana tidak hancur jika kursi jabatan dan kursi sekolah/kuliah diberi label “harga” untuk dapat mendudukinya.
Sudah sangat mendesak sekarang memahamkan pentingnya pendidikan kepribadian yang didalamnya ada unsur etika dan moral serta agama. Semua itu tidak mungkin bisa dikerjakan oleh guru di sekolah; harus juga disertai peran aktif orang tua di rumah bersama unsur elemen masyarakat lainnya, bahu membahu menyadarkan pada anak pentingnya moral dan etika serta agama dalam kehidupan. Kesuksesan itu tidak cukup bermodal pintar, tetapi etika sopan santun dan moralitas serta perilaku beragama adalah benteng kepribadian utama.
Jika calon Taruna di atas memiliki kepribadian etika moral yang baik dan laku agama yang bagus, maka dia tidak akan gegabah seperti itu dalam bertindak. Sesal kemudian tidak berguna, bak pepatah lama mengatakan “nasi sudah jadi bubur”. Semoga kita dapat memetik pembelajaran dari semua di atas. Menteri pendidikan boleh berganti satu hari tujuh kali, tetapi itu tidak berarti apa-apa jika pendidikan moral dan etika serta agama tidak didorong ke depan keberadaannya.
Oleh karena itu sekolah dapat saja dalam periodesasi tertentu mengundang ahlinya untuk memberikan pencerahan kepada orang tua siswa; bahwa tangung jawab kemajuan pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah semata. Justru pada saat ini pendampingan oleh orang tua sangat diperlukan. Orang tua harus dapat “hadir” didalam benak anak-anaknya. Orang tua bukan “mesin pencari uang” untuk anak-anaknya saja, akan tetapi juga mitra strategis dalam mengarungi kehidupan yang makin kompleks dan keras seperti saat ini dan masa-masa yang akan datang. Salam Waras (SJ)
Editor. Gilang Agusman
Prodi Manajemen Universitas Malahayati dan Peluang Kerja
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Program Studi (Prodi) Manajemen Universitas Malahayati menjadi salah satu pilihan favorit bagi calon mahasiswa.
Berbagai kelebihan yang ditawarkan, mulai dari kurikulum berbasis kompetensi out come hingga pengembangan soft skills, menjadikan lulusan Prodi Manajemen Universitas Malahayati siap bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Prodi Manajemen Universitas Malahayati mengusung kurikulum yang terintegrasi dengan kebutuhan industri modern saat ini. Dengan fokus pada bidang-bidang seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, pemasaran, hingga manajemen operasional, mahasiswa dibekali dengan kemampuan analisis serta pemahaman komprehensif mengenai manajemen organisasi.
Selain materi teori, Universitas Malahayati juga menekankan pentingnya pengalaman praktis. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengikuti magang di berbagai perusahaan terkemuka salah satunya Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) selama empat bulan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa pada situasi riil di dunia kerja serta memperkuat jaringan mereka.
Pengembangan Soft Skills
Salah satu aspek yang tak kalah penting dalam dunia manajemen adalah soft skills. Universitas Malahayati sadar akan hal ini dan memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, kerja sama tim, serta pengambilan keputusan.
Melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, workshop, pelatihan, dan organisasi mahasiswa, lulusan diharapkan mampu menjadi pemimpin yang efektif serta adaptif terhadap perubahan.
Peluang Kerja yang Menjanjikan
Lulusan Prodi Manajemen Universitas Malahayati memiliki peluang kerja yang sangat luas. Beberapa bidang pekerjaan yang dapat diisi oleh lulusan manajemen di antaranya:
1. Manajer Proyek
Lulusan manajemen memiliki kemampuan untuk mengelola proyek, dari perencanaan hingga evaluasi, dalam berbagai sektor bisnis.
2. Analis Keuangan
Dengan keterampilan analitis yang mumpuni, lulusan manajemen mampu bekerja di bidang keuangan, melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan dan memberikan rekomendasi strategis.
3. Manajer Pemasaran
Bidang pemasaran menjadi salah satu fokus dalam prodi ini, yang memungkinkan lulusan bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional atau lokal untuk merancang dan mengimplementasikan strategi pemasaran.
4. Sumber Daya Manusia (HRD)
Lulusan juga bisa berkarir di bidang manajemen SDM, mengelola rekrutmen, pelatihan, dan pengembangan karyawan.
5. Kewirausahaan
Selain bekerja di perusahaan, lulusan juga dibekali dengan keterampilan kewirausahaan, memungkinkan mereka membuka usaha sendiri dengan pemahaman yang mendalam tentang manajemen bisnis.
Dukungan Universitas Malahayati
Universitas Malahayati secara aktif membantu mahasiswa dan lulusannya dalam mengakses peluang kerja melalui pusat karir (Malahayati career center) yang memfasilitasi informasi lowongan pekerjaan, pelatihan interview, hingga konsultasi karir. Tak hanya itu, hubungan yang baik dengan berbagai perusahaan juga membuka peluang rekrutmen langsung untuk para lulusannya.
Dengan segala keunggulan tersebut, Prodi Manajemen Universitas Malahayati menjadi salah satu program studi yang patut dipertimbangkan bagi mereka yang ingin meniti karir sukses di dunia bisnis dan manajemen. (*)
7 Mahasiswa Universitas Malahayati Lolos MSIB Batch 7, Ini Namanya
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Sebanyak tujuh mahasiswa Universitas Malahayati berhasil lolos dalam Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7.
Program ini dirancang untuk memperkecil kesenjangan antara kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kebutuhan industri.
Melalui MSIB, para mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk merasakan pengalaman magang di berbagai instansi ternama di Indonesia.
Mahasiswa yang terpilih dalam program ini berasal dari berbagai program studi dan telah diterima di sejumlah instansi. Di antaranya:
– Afif Kurnia Anakis (Prodi Manajemen) di PT Nutrifood Indonesia sebagai Area Marketing.
– Arif Dermawan (Prodi Ilmu Hukum) di Yayasan Bakrie Center sebagai Research & Advocation.
– Bella Aldama Hard Rahayu (Prodi Manajemen) di Sekretariat Jenderal DPR RI sebagai Asisten Penelaah Teknis Kebijakan Perencanaan dan Organisasi.
– Dewi Sri Setia Adji (Prodi Manajemen) di Koperasi Produsen Wirausaha Unggul Bersama Indonesia sebagai Manajemen Bisnis.
– Dita Mailinda (Prodi Kesehatan Masyarakat) di Yayasan Bakrie Center sebagai Program Development.
– Rizky Andrian (Prodi Manajemen) di Direktorat Kemitraan Lingkungan, Kementerian LHK sebagai Pendamping Perhutanan Sosial.
– Soviq Awabin (Prodi Ilmu Hukum) di Sekretariat Jenderal DPR RI sebagai Asisten Analis Pemantauan.
Euis Mufahamah, S.E., M.Ak., selaku Koordinator PT MSIB Universitas Malahayati, menjelaskan bahwa program ini memberikan banyak manfaat bagi para mahasiswa.
“MSIB memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja langsung, bimbingan dari mentor profesional, serta peluang direkrut langsung oleh mitra melalui program Golden Ticket,” ujar Euis.
Selain itu, program ini juga memberikan pengakuan SKS untuk kegiatan magang yang akan berlangsung selama empat bulan, dari 16 September hingga 20 Desember 2024.
Para mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh selama perkuliahan ke dalam dunia kerja nyata, sehingga mampu meningkatkan keterampilan serta kesiapan menghadapi tantangan industri masa depan.
Sedangkan, Penanggung Jawab Program (PIC) MSIB Universitas Malahayati, Mohammad Athian Manan, S.M.,M.M berharap agar para mahasiswa memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya untuk mengembangkan potensi diri dan membangun jejaring profesional di dunia kerja. (*)
Editor: Asyihin
Prodi S1 Kebidanan Universitas Malahayati dan Peluang Kerja
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Program Studi (Prodi) S1 Kebidanan Universitas Malahayati terus menunjukkan kiprah unggulnya dalam mencetak tenaga profesional di bidang kesehatan ibu dan anak.
Berkat kombinasi kurikulum berbasis kompetensi, pengalaman klinis yang komprehensif, serta dukungan fasilitas pendidikan yang modern, lulusan Prodi Kebidanan Universitas Malahayati dipersiapkan untuk menjadi bidan yang tidak hanya terampil secara klinis tetapi juga berdaya saing tinggi di pasar kerja.
Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Praktek Klinis
Prodi S1 Kebidanan Universitas Malahayati mengusung kurikulum berbasis kompetensi yang mengintegrasikan teori dengan praktek lapangan. Mahasiswa dibekali dengan pengetahuan mendalam mengenai kesehatan reproduksi, pelayanan kebidanan, hingga penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
Selain pembelajaran teori, mahasiswa Prodi Kebidanan diwajibkan mengikuti berbagai praktek klinis di rumah sakit, puskesmas, serta fasilitas kesehatan lainnya. Universitas Malahayati memiliki jaringan kerjasama dengan banyak institusi kesehatan di Lampung dan sekitarnya, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, melahirkan, hingga perawatan bayi baru lahir.
Pengembangan Soft Skills dan Etika Profesi
Bidang kebidanan tak hanya membutuhkan keterampilan medis, tetapi juga empati, komunikasi yang baik, serta etika profesi yang tinggi. Melalui berbagai pelatihan, mahasiswa Prodi Kebidanan Universitas Malahayati dilatih untuk berinteraksi dengan pasien secara efektif, menjaga profesionalitas, serta menghadapi situasi darurat dengan tenang dan tepat.
Selain itu, universitas ini juga mengintegrasikan pendidikan berbasis teknologi untuk mempersiapkan lulusan menghadapi era digitalisasi di dunia kesehatan. Hal ini termasuk pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan kebidanan dan manajemen data kesehatan.
Peluang Karir yang Luas
Lulusan S1 Kebidanan Universitas Malahayati memiliki prospek karir yang sangat luas, mengingat tingginya permintaan terhadap tenaga kesehatan, khususnya dalam bidang kebidanan, di Indonesia dan mancanegara. Berikut beberapa peluang karir bagi lulusan:
Dukungan Karir
Universitas Malahayati melalui Pusat Karir (Malahayati Career Center) secara aktif membantu mahasiswa dalam mempersiapkan masa depan mereka. Selain pelatihan persiapan karir seperti simulasi wawancara kerja, pusat karir juga berperan sebagai penghubung antara lulusan dan instansi kesehatan yang membutuhkan tenaga profesional kebidanan.
Dengan permintaan yang terus meningkat akan layanan kesehatan ibu dan anak, Prodi S1 Kebidanan Universitas Malahayati menawarkan peluang bagi mereka yang ingin berkontribusi secara nyata dalam dunia kesehatan. Didukung oleh kurikulum berkualitas, pengalaman lapangan yang kuat, serta dukungan universitas, lulusan siap menghadapi tantangan dan peluang di sektor kebidanan yang terus berkembang. (*)
Prodi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati dan Peluang Kerja
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Program Studi Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter Universitas Malahayati terus menarik minat calon mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Universitas yang dikenal dengan fasilitas medis yang memadai dan tenaga pengajar profesional ini menawarkan pendidikan berkualitas bagi calon dokter yang siap bersaing di dunia kerja.
Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Universitas Malahayati Dr. Muhammad, S, Kom., M.M., , mengungkapkan bahwa kurikulum yang diterapkan tidak hanya berfokus pada ilmu kedokteran dasar, tetapi juga meliputi pengembangan soft skills, seperti kemampuan komunikasi dan pengambilan keputusan cepat dalam situasi darurat. “Kami memastikan lulusan kami siap terjun langsung ke dunia klinis maupun riset,” Ucapnya.
Peluang Karier Luas
Dengan predikat akreditasi baik, lulusan dari Program Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter Universitas Malahayati memiliki prospek karier yang cerah. Dr. Muhammad menambahkan bahwa alumni Malahayati tersebar di berbagai rumah sakit besar, baik di dalam maupun luar negeri. Tidak hanya berprofesi sebagai dokter umum, banyak dari mereka juga melanjutkan spesialisasi dan berkarier sebagai dokter spesialis di berbagai bidang seperti bedah, penyakit dalam, anak, gigi, dan kesehatan masyarakat.
Selain itu, lulusan Dokter Universitas Malahayati juga dapat berkiprah di bidang riset medis, membuka praktek pribadi, atau bergabung dengan organisasi non-pemerintah yang bergerak di sektor kesehatan.
Pengalaman Klinis
Universitas Malahayati menyediakan fasilitas rumah sakit pendidikan sebagai tempat mahasiswa melakukan praktik klinis. Di sini, mahasiswa dapat langsung berinteraksi dengan pasien di bawah bimbingan tenaga medis profesional. Fasilitas yang lengkap ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa sebelum mereka terjun ke dunia kerja.
Kesempatan Menjadi Dokter Profesional
Melihat peluang besar ini, banyak calon mahasiswa yang tertarik untuk bergabung di Program Pendidikan Dokter Universitas Malahayati. Dengan sistem pendidikan yang inovatif dan peluang karier yang luas, prodi ini menjadi salah satu pilihan favorit bagi mereka yang bercita-cita menjadi dokter profesional.
Pendaftaran mahasiswa baru untuk tahun ajaran 2024/2025 masih dibuka, dengan berbagai jalur masuk yang dapat diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Calon mahasiswa dapat menekan klik laman ini https://pendaftaran.malahayati.ac.id/ atau datang lampung ke bagian penerimaan mahasiswa baru (*)
Kotak Kosong
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Membaca tanda-tanda yang ada pada Pemilihan Umum Kepala Daerah periode sekarang, banyak di negeri ini memiliki wilayah yang penyelenggaraannya harus menyediakan kotak kosong. Terlepas terjadinya kotak kosong itu karena terkondisi atau dikondisikan; namun tulisan ini mencoba melihat dari sisi lain tentang sekitar pilih-memilih itu.
Model pemilihan kotak kosong di Indonesia tidak dikenal pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Fenomena “kotak kosong” dalam pemilihan, khususnya dalam konteks pemilihan kepala daerah (pilkada) di Indonesia, merupakan hal yang unik dan relatif baru dalam sejarah demokrasi Indonesia. Istilah ini muncul ketika dalam sebuah pemilihan hanya ada satu pasangan calon yang lolos verifikasi, sehingga kotak kosong menjadi pilihan alternatif di surat suara. Sejarah kotak kosong erat kaitannya dengan perubahan regulasi yang mengatur pemilihan kepala daerah di Indonesia. Untuk tulisan ini tidak memfokuskan pada peraturan dan sejarah perundang-undanganya, akan tetapi lebih pada hakekat dari suatu pilihan.
Hakikat suatu pilihan adalah keputusan yang diambil seseorang dalam menghadapi berbagai alternatif atau opsi yang tersedia. Pilihan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia karena setiap tindakan yang kita ambil didasarkan pada keputusan yang diambil dari berbagai opsi yang kita pertimbangkan. Berdasarkan penelusuran digital ditemukan beberapa aspek penting dari hakekat pilihan antara lain:
Pertama, Kebebasan dan Tanggung Jawab: Pilihan sering terkait dengan kebebasan untuk menentukan arah tindakan. Namun, dengan kebebasan ini datang tanggung jawab untuk menerima konsekuensi dari keputusan tersebut. Dengan kata lain, memilih itu adalah manisfestasi dari hakikat dasar manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan dan tanggungjawab secara sekaligus. Keduanya tidak dapat dipisahka. Termasuk memilih untuk tidak memilih dan kemudian ini diberi ruang dengan dimunculkannya kotak kosong untuk menampung. Sebab, itu adalah bentuk dari suatu pilihan.
Kedua, Kesadaran dan Pertimbangan: Dalam membuat pilihan, seseorang umumnya mempertimbangkan berbagai faktor seperti nilai, kepercayaan, informasi yang tersedia, dan dampak dari setiap opsi. Termasuk mewujudkan opsi itu dalam bentuk kotak kosong, karena kotak kosong adalah lambang nilai keterwakilan dari suatu pilihan. Secara filosofis keberadannya sah, karena itu merupakan lambang akan opsi tadi.
Ketiga, Konsekuensi: Setiap pilihan memiliki konsekuensi, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan. Oleh karena itu, memahami dampak dari setiap keputusan adalah bagian penting dari proses memilih. Hal inilah yang perlu disadarkan kepada setiap pemilih, termasuk dalam memilih apa pun. Keputusan memilih hanya karena ikut-ikutan teman adalah bentuk ketidakdewasaan dari pemilihnya. Manakala kemudian banyak yang memilih kotak kosong karena sebab ini, itu adalah merupakan konsekwensi dari adanya suatu pemilihan.
Keempat, Ketidakpastian: Tidak semua pilihan menghasilkan hasil yang pasti. Kadang-kadang, seseorang harus memilih tanpa mengetahui sepenuhnya hasil dari opsi tersebut. Keadaan ini banyak terjadi pada mereka yang hanya melihat pilihan sebagai suatu kuwajiban saja, tetapi tidak memahami hakikat apa yang dipilihnya. Kelompok-kelompok inilah yang dijadikan sasaran para pecundang politik untuk mendapatkan keuntungan dari suatu proses pemilihan.
Kelima, Etika dan Moralitas: Dalam banyak kasus, pilihan juga dipengaruhi oleh aspek moral atau etika, di mana seseorang mempertimbangkan apakah keputusan tersebut benar atau salah berdasarkan standar moral tertentu. Ruang inilah yang sering dilanggar oleh para peserta, termasuk penyelenggara. Bentuknya bisa permainan uang, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam bentuk langsung biasanya dilakukan secara terang-terangan membagikan uang, tentu saja dibungkus dengan istilah-istilah moralis, seperti uang transportasi, uang tali kasih, uang sabun dan lain-lain lagi. Dalam bentuk tidak langsung, seperti mengakali peraturan yang mengatur penyelenggaraan pemilihan oleh panitia pemilih, tentu dengan tujuan memenangkan atau menguntungkan pasangan yang didukungnya karena sudah memberikan sesuatu atau janji akan sesuatu.
Secara keseluruhan, hakikat dari suatu pilihan melibatkan pertimbangan yang kompleks antara kebebasan, konsekuensi, dan nilai-nilai pribadi yang membentuk dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu jika keputusan pragmatis yang ditampilkan seperti “wani piro, entuk opo” (berani berapa dapat apa), posisi pengambil keputusan masih ada pada ranah tingkat rendah menurut teori hirarkhi kebutuhan oleh Maslow. Namun jika sudah berada pada konsekwensi apa yang dipikirkan akan suatu pilihan, maka pemilih model ini menurut teori yang sama, sudah ada pada aras tertinggi. Pertanyaannya yang tersisa berapa banyak pemilih yang ada pada level ini. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Membaca Pembaca
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Kegiatan tulis-menulis di media masa sudah dimulai semenjak menjadi mahasiswa awal tahun 1970 an. Saat itu ada pada semester tiga dan aktif berorganisasi kampus, karena terbawa oleh darah muda yang menggebu ingin mengubah negeri ini menjadi lebih baik dalam satu malam. Pada masa itu ada upaya dari pemerintah orde baru untuk merestrukturisasi organisasi mahasiswa intra kampus, dengan dikenalkannya program BKK dan NKK yang dibungkus dengan slogan “menormalisasi” kehidupan kampus, akibat dari adanya gerakan MALARI singkatan dari Malapetaka Lima Belas Januari.
Mulai dari situ hasrat menulis dimedia massa kepunyaan mahasiswa universitas negeri tertua di Sumatera Selatan dimulai. Tulisan-tulisan opini yang terkesan “emosional” (jika diukur dengan parameter hari ini) , lahir di sana dengan sebelumnya berguru kepada Tokoh Pers nasional yaitu almarhum Bapak B.M.Diah dan Bapak Rosehan Anwar, melalui kegaiatn Dewan Mahasiswa pada jamannya. Hal ini sebenarnya adalah puncak dari “hukuman” yang selalu diberikan oleh orang tua dulu saat Sekolah Rakyat, jika mendapatkan nilai Bahasa Indonesia kecil; maka sesampai di rumah oleh Ortu diminta menulis apa yang dipikirkan dituangkan pada satu lembar kertas folio. Saat itu terasa sangat berat, namun ternyata buahnya ini. Harap maklum karena beliau mantan tentara pejuang, ya modal keras itulah yang dimiliki untuk mendidik anak-anaknya.
Seiring perjalanan waktu, jadilah menulis merupakan sarana untuk menuangkan buah pikiran dan analisis dari peristiwa yang dilihat. Semula bercakupan kecil menjadi sangat luas dan membahana. Hanya perbedaannya dahulu tulisan harus dituangkan dalam media cetak konvensional yang diawali dengan diketik terlebih dahulu pada kertas dan menggunakan mesin ketik jadul yang ribet; sementara sekarang diera modern ini semua sudah menjadi sangat praktis. Semua serba otomatis, praktis dan memudahkan urusan, tinggal berfikir, menulisnya. Bahan pendukung tulisan semula harus membaca buku dengan membongkar susunan buku di rak-rak, dan selalu berserak dimeja tulis; apalagi jika yang ditulis memerlukan referensi yang actual dan bernilai berita. Pernah suatu waktu saat menulis opini tentang pemindahan penduduk, maka dicarilah buku-buku lama yang berisi bagaimana gerak peta migrasi penduduk dengan teori pendukungnya. Tentu saja buku satu almari harus diturunkan hanya untuk menulis seribu limaratus kata sebagai bahan untuk diterbitkan dimedia cetak.
Berbeda dengan sekarang, kita hanya bermodal jaringan internet dan alat tulis canggih berupa Laptop, serta perpustakaan digital yang berserak; kita dapat berselancar dengan bebas di dunia maya; membongkar perpustakaan digital yang jutaan jumlah buku dan judulnya, dengan tidak keluar dari layar tinggal menggeser kursor. Kemudahan inilah yang membuat hasrat menulis semakin tidak terbendung, manakala menemukan fenomena disekitar, baik berupa peristiwa, atau buah pikiran yang terbaca di sosial media; dan bisa juga terpantik oleh peristiwa yang hangat sedang terjadi.
Lalu apa beda pembacanya saat konvensional dan digital. Ternyata saat konvensional kita tidak bisa cek apakah Koran ditangannya di buka atau dilipat, terus dibuang. Sementara media digital kita bisa cepat mengetahui apakah media itu dibaca atau di tinggal begitu saja. Bahkan pada media online ada yang menyediakan secara terbuka sudah berapa pembaca yang membuka laman itu dengan cepat dapat terditeksi.
Jika konvensional dulu ada rasa dan nuansa kejurnalistikan yang sulit untuk dibahasakan; karena hubungan antara media dengan pembacanya sangat kulturistik, bahkan cenderung fanatik. Sementara saat media digital seperti sekarang ini, rasa itu pudar, yang ada sangat personal dan mungkin emosional. Akibatnya hubungan itu mudah rapuh karena cenderung sesaat dan mudah berubah sesuai selera; atau suasana hati dengan penulisnya. Jika penulisnya dianggap kurang segaris dengan pemikirannya, maka tulisan itu terlewatkan begitu saja.
Pembaca sekarang yang sekaligus menjadi pemerhati setia sudah sangat sedikit, dan itupun adalah mereka yang paham akan kekinian dan konseptual. Sementara yang berdasarkan kepentingan personal, sedikit demi sedikit menjauh dan kemudian menghilang. Semula waktu menjadi pejabat dan mengampu matakuliah utama universitas, pembaca tulisan boleh dikatakan luar biasa banyaknya; karena mahasiswa seolah-olah ingin berebut berkomen ria kepada tulisan dosennya, walaupun terkadang komennya tidak ada hubungan dengan tulisan.
Begitu purna tugas dan pindah home base; maka berguguranlah pembaca dan terseleksi secara sistematis. Dahulu ada asisten dosen yang dengan setia menemani diskusi, mengedit, dan menemukenali persoalan sosial. Sekarang yang bersangkutan menghilang ditelan bumi, entah kemana. Saat dikirim tulisan yang sudah terbit, hanya dipandang dan entah dibaca atau tidak. Namun sebagai orang tua, tetap saja tulisan-tulisan terutama yang bernuansa filsafat selalu dikirim kepada beliau, dengan harapan bisa menjadi bekal dalam melangkah.
Ada lagi teman sesama ilmuwan bahkan guru besar, yang semula selalu bergairah untuk diskusi jika membaca tulisan yang baru terbit dengan bahasa-bahasa langit. Saat inipun terbang dari permukaan dan mungkin sibuk tidak sempat lagi berdiskusi atau membaca; walaupun bisa juga karena sebab lain. Sementara media sosialnya masih aktif; semoga beliau-beliau tadi tetap dalam lindungan Tuhan dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.
Menariknya lagi banyak pembaca yang dahulu memberikan dorongan untuk terus berkarya, kini unjung jarinyapun sudah sangat malas untuk menyapa atau mungkin jarinya kram; dan pada umumnya ini dari mahasiswa program doctoral, yang tertinggal hanya hitungan sebelah jari tangan saja; itupun tidak cukup. Namun yang tertinggal ini justru sangat militant dalam hal memberikan komen; sebagai dosennya kebanggaan muncul dalam hati: semoga ilmu yang diberikan menjadi bermanfaat untuk mereka.
Akan tetapi ada yang menggembirakan, saat ini ada pembaca setia dari kalangan tenaga pengajar muda tersebar di banyak perguruan tinggi baik swasta maupun negeri diseantero negeri, semua mereka bergelar magister bahkan tidak sedikit yang bergelar doktor. Diantara mereka ada yang meminta bimbingan khusus bagaimana cara menulis dimedia dengan benar. Dengan sangat senang dan membanggakan mengajari mereka orang-orang pandai, cukup dengan olesan dua jam saja, tulisan-tulisan mereka menjadi sangat menarik dan layak terbit. Ada juga yang mengajak diskusi tentang filsafat manusia, yang menurut mereka menarik untuk didalami. Semua ini menunjukkan bagaimana gelombang kehidupan itu adanya: Yang pergi biarkan berlalu, yang datang tidak usah ditunggu.
Sesuatu yang sangat menggembirakan terjadi karena semua redaktur dari media online yang menerima tulisan, akan selalu mengedit dengan baik dan benar. Ini merupakan bentuk rasa sayang mereka kepada penulis yang diwujudkan dalam bentuk “mempoles” bahkan “mengganti” judul tulisan agar lebih merangsang untuk di baca. (Terimakasih Para Redaktur). Ditambah lagi ada anak muda yang selalu setia mengupload tulisan ke web lembaga dengan riang gembira, agar supaya tulisan-tulisan itu menjadi fenomenal kelak dikemudian hari. Terimakasih Anak Muda berjambang yang gesit dalam mengedit.
Menulis akan berhenti saat otak berhenti berfikir, berhentinya otak berfikir bersamaan dengan berangkatnya nyawa menuju si EMPUNYA. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Raih Dua Penghargaan LLDikti Wilayah II pada Raker PTS 2024
Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menerima penghargaan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah II berupa Peringkat II kategori Kemitraan Perguruan Tinggi serta Peringkat III kategori Penerima Pendanaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Penghargaan ini diberikan dalam penutupan Rapat Kerja Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (Raker PTS) di bawah naungan LLDikti Wilayah II, di Hotel Novotel Bandar Lampung, Jumat, 6 September 2024.
Dr. Achmad Farich menegaskan bahwa penghargaan ini merupakan hasil dari komitmen Universitas Malahayati untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kami berkomitmen untuk menjadikan Universitas Malahayati sebagai institusi pendidikan tinggi yang unggul, berwawasan internasional, dan terus berinovasi untuk masa depan pendidikan yang lebih baik,” ujarnya.
Menurutnya, Universitas Malahayati saat ini tengah aktif dalam berbagai kolaborasi dengan pihak swasta, pemerintah, dan lembaga internasional. Program-program seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), pertukaran akademik, penelitian bersama, dan pengembangan kurikulum berbasis outcome menjadi fokus utama universitas.
“Universitas ini juga telah menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah lembaga pendidikan internasional untuk memperluas akses pendidikan berkualitas dan mendorong inovasi,” ucapnya.
Selain itu, pada tahun 2024, sepuluh dosen Universitas Malahayati berhasil lolos sebagai penerima pendanaan penelitian dari LLDikti Wilayah II.
Dalam kesempatan ini, Rektor Achmad Farich menyampaikan rasa terima kasihnya kepada LLDikti Wilayah II atas penghargaan yang diterima.
“Penghargaan ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Universitas Malahayati, serta meraih lebih banyak prestasi di masa mendatang,” katanya.
LLDikti Wilayah II memberikan penghargaan dalam berbagai kategori pada Raker PTS tahun ini, di antaranya Lulusan Terbaik, MBKM PT, Kualifikasi Dosen, Karya Ilmiah, Kemitraan Perguruan Tinggi, Pendanaan Penelitian, serta Akreditasi PT. (*)
Editor : Asyihin
Prodi Teknik Mesin Universitas Malahayati Gelar Pengabdian Masyarakat di Pekon Padang Manis Tanggamus
TANGGAMUS (malahayati.ac.id): Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati melaksanakan pengabdian masyarakat di Pekon Padang Manis, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Selasa, 3 September 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengimplementasikan serta melakukan perawatan pompa sentrifugal guna mendukung pengairan lahan pertanian.
Tim dari Prodi Teknik Mesin disambut oleh Sekretaris Pekon, Arman Syah, yang juga merupakan Ketua Kelompok Tani setempat.
Dalam berbagai hal, Arman Syah menjelaskan bahwa petani di Pekon Padang Manis menghadapi kendala dalam pengairan lahan, meskipun pekon tersebut memiliki sumber air yang berlimpah.
“Pengairan menjadi tantangan utama bagi petani, terutama karena sumber air terletak di daerah yang lebih rendah dari lahan pertanian,” ujarnya.
Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Malahayati, Tumpal Ojahan R., ST, MT, mengatakan pentingnya penerapan teknologi tepat guna di sektor pertanian.
“Kerja sama antara sejarawan dan kelompok tani sangat diperlukan untuk mengatasi masalah seperti alat perontok dan pemotong padi yang sering dikeluhkan,” kata Tumpal.
Dalam rangka memberikan solusi, Tim Prodi Teknik Mesin terdiri dari enam dosen yakni, Tumpal Ojahan R., ST, MT, Ir. Anang Ansyori, MT, R. Agung Efryo Hadi, Ph.D., Teuku Marjuni, ST, MT, Adi Prastyo, ST, MT, dan Beny Hartawan, ST, MT, menawarkan pemanfaatan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air dari sumber yang lebih rendah menuju lahan persawahan. Pompa sentrifugal, yang menggunakan energi kinetik dari impeller untuk mengeluarkan air, menjadi solusi ideal dalam situasi ini.
Kegiatan ini juga meliputi pelatihan perawatan pompa sentrifugal, termasuk pada bagian motor induksi dan impeller, untuk memastikan pompa tetap berfungsi optimal dalam jangka panjang.(*)
Redaktur : Asyihin