Dr. Tessa Syahrini Raih SK PAK Lektor Kepala, Langkah Baru Menuju Kemajuan Universitas Malahayati

PALEMBANG (malahayati.ac.id): Sebuah pencapaian gemilang kembali diraih oleh Universitas Malahayati, Dr. Tessa Syahrini, dr., M.Kes., dosen sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati, resmi menerima Surat Keputusan (SK) Penetapan Angka Kredit (PAK) Lektor Kepala bertempat di Kantor LLDIKTI Wilayah II Palembang. SK PAK tersebut diserahkan langsung oleh Kepala LLDIKTI Wilayah II, Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, M.Sc., dalam sebuah acara yang penuh kebanggaan. Rabu (15/1/2025).

Acara serah terima SK dihadiri oleh sejumlah pejabat penting dari Universitas Malahayati, diantaranya Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., yang turut memberikan ucapan selamat atas pencapaian luar biasa ini. Turut hadir pula Kepala Bagian Humas dan Protokol Emil Tanhar, S.Kom, yang mendampingi dalam momen bersejarah tersebut.

Wakil Rektor I Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., yang dalam kesempatan ini memberikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian luar biasa Dr. Tessa. “Saya merasa sangat senang dan bangga atas pencapaian yang diraih oleh Dr. Tessa”.

“Ini adalah bukti dari dedikasi, kerja keras, dan komitmennya dalam dunia akademik, dan semoga pencapaian ini tidak hanya membawa keberkahan bagi beliau pribadi, tetapi juga dapat memberikan dampak positif yang luas bagi kemajuan Universitas Malahayati,” lanjutnya.

Prof. Dr. Dessy pencapaian ini dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan dosen lainnya di Universitas Malahayati untuk terus berkembang, meningkatkan kompetensi, serta mengejar jabatan akademik yang lebih tinggi, bahkan mencapai Guru Besar.

Dengan penuh rasa syukur, Dr. Tessa Syahrini mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan selama ini. “Saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua Yayasan Universitas Malahayati, Rektorat, Dekanat, MEU, Kepala Laboratorium, Ketua BAA, HRD, IT, Humas, dan seluruh teman-teman di Universitas Malahayati yang selama ini terus memberikan dukungan”.

“Begitu juga kepada LLDIKTI Wilayah II, yang telah memberikan kepercayaan dan pengakuan atas kerja keras saya, semoga pencapaian ini tidak hanya membawa keberkahan bagi saya pribadi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi teman-teman dan seluruh keluarga besar Universitas Malahayati,” tambahnya.

“Saya berharap pencapaian ini dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan dosen di Universitas Malahayati untuk terus mengembangkan diri, meningkatkan kualitas pengajaran dan penelitian, serta berusaha untuk mencapai jabatan akademik yang lebih tinggi, bahkan mencapai Guru Besar,” ujar Dr. Tessa dengan penuh harap.

Pencapaian Dr. Tessa Syahrini ini juga menjadi simbol dari komitmen Universitas Malahayati dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di tingkat universitas. Dengan langkah ini, Universitas Malahayati berharap dapat terus melahirkan generasi unggul yang memiliki kompetensi akademik tinggi dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan, kesehatan, dan masyarakat.

Pencapaian Dr. Tessa Syahrini dalam meraih SK PAK Lektor Kepala ini menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan akademik Universitas Malahayati. Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, Universitas Malahayati terus berupaya mencetak lulusan terbaik dan berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

Dwi Marlina Syukri, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Tampil Menginspirasi di 6th International Conference on Traditional Medicine di India

Nashik, India (malahayati.ac.id): Dunia akademik Indonesia kembali mencatat prestasi gemilang melalui kehadiran Dwi Marlina Syukri, S.Si., M.BSc., PhD., seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, yang kembali diundang untuk berbicara di ajang internasional yang bergengsi, 6th International Conference on Traditional Medicine yang diselenggarakan di SMBT, Nashik, India. Ini merupakan kali kesepuluh bagi Dwi Marlina Syukri tampil di panggung internasional, membuktikan eksistensinya sebagai salah satu pemimpin pemikiran di bidang mikrobiologi dan pengobatan tradisional.

Pada kesempatan kali ini, Dwi Marlina Syukri membawakan topik yang sangat relevan dengan tantangan medis saat ini, yakni “Wound Healing in Ulcer Diabetic by Silver Nanoparticles” atau penyembuhan luka pada ulkus diabetik menggunakan nanopartikel perak. Dalam paparan tersebut, Dwi menyampaikan hasil penelitiannya yang menyoroti potensi silver nanoparticles dalam mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien diabetes, yang merupakan salah satu masalah kesehatan global. Penelitian ini menawarkan solusi inovatif yang dapat membawa harapan baru bagi pengobatan luka diabetik yang sering kali sulit disembuhkan.

Keahlian Dwi Marlina Syukri dalam mikrobiologi dan nanoteknologi menjadikannya sosok yang dihormati di komunitas ilmiah internasional. Sebagai peneliti yang aktif, ia telah banyak menghasilkan publikasi ilmiah dan turut berkontribusi pada berbagai proyek inovatif yang mendalami berbagai aspek mikrobiologi dan terapi berbasis teknologi, terutama yang berfokus pada kesehatan manusia.

Tak hanya Dwi Marlina Syukri, pada kesempatan yang sama, Dr. Debi Arivo, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, juga tampil sebagai pembicara. Dr. Debi membagikan hasil penelitiannya yang berjudul “Endophytic Bacteria in Medicinal Plants: A New Source of Bioactive Compounds”. Penelitiannya membuka wawasan baru tentang potensi bakteri endofitik yang ada di dalam tanaman obat sebagai sumber senyawa bioaktif yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional maupun modern.

Kedua pembicara ini, dengan keahlian dan komitmen mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, turut memberikan kontribusi besar bagi kemajuan riset kesehatan di Indonesia dan dunia. Kehadiran mereka dalam konferensi internasional ini juga semakin mengukuhkan posisi Universitas Malahayati sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting dalam riset dan pengembangan ilmu kesehatan di tingkat global.

“Keikutsertaan saya dan Dr. Debi Arivo dalam konferensi ini adalah bukti nyata dari dedikasi kami untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam dunia penelitian yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujar Dwi Marlina Syukri dalam wawancara singkat selepas acara. Ia juga berharap bahwa keikutsertaan Indonesia dalam forum-forum internasional ini akan semakin memperkuat posisi negara dalam riset kesehatan global dan membawa dampak positif bagi kemajuan ilmu pengetahuan di tanah air.

Konferensi ini berlangsung pada 10-11 January 2025, dan dihadiri oleh berbagai ahli dan profesional dari berbagai belahan dunia ini juga menjadi wadah bagi para peneliti untuk berbagi pengetahuan, berdiskusi, dan memperluas jejaring, yang tentunya sangat penting untuk mendorong kolaborasi internasional di bidang pengobatan tradisional dan modern. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Sehat atau Lewat

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari ini badan baru merasa agak pulih kembali sebab beberapa hari lalu Tuhan menunjukkan sayangNYA dengan memberi hadiah sakit. Karena rasa sakit yang tidak terkira terpaksa hari itu dipapah oleh panglima perang tertua mendatangi satu rumah sakit ternama di daerah ini, dengan megabaikan procedure asuransi jaminan sosial yang ada. Mengambil nomor antrian sampai dengan duduk dikursi tunggu pasien prosesnya dibantu oleh cucu kemenakan yang kebetulan bertugas di sana.

Saat duduk bersama barisan panjang orang tidak sehat kecuali pengantar dan petugas itu, dipertontonkan Tuhan bagaimana kita sakit menjadi rakyat tanpa pembeda menunggu panggilan “pengadilan kesehatan” yang terepresentasi pada manusia yang berprofesi dokter. Beliau “penentu” yang membaca atas dasar data yang disinyalkan oleh tubuh kepadanya, kemudian diberi nama, dan ditetapkan sebabmusabab, kemudian diminta menuju apotik untuk mengambil obat sebagai media penyembuh, sebab sembuh atau sakit bukan kewenangan dokter tetapi milik Sang Maha Pencipta.

Dibarisan itu tidak peduli muda tua, anak-anak atau dewasa, pejabat tinggi berkursi roda atau jelata bertongkat; semua sama menuju satu meja penentu keputusan apa dan bagaimana. Dan, semua yang duduk berderet tadi permintaannya sama yaitu “sembuh”, tidak satupun diantara mereka meminta “teruskan saja sakitnya”.

Sambil menahan “mriang”nya badan, mata dipejamkan; namun telinga tidak bisa berhenti untuk mendengar semua yang ada disekitar. Sayup-sayup terdengar obrolan teman sebelah yang juga sedang antri adalah pensiunan pejabat teras di daerah ini yang duduk dikursi roda karena struk; sedang berbicara dengan entah apa profesi bapak lawan bicara tadi tidak begitu jelas, yang jelas justru keluhannya yaitu terkena penyumbatan saluran jantung. Mendengar mereka mengobrol pikiran menjadi menerawang, dan ada rasa ngeri-ngeri sedap karena menyebutkan angka biaya yang dikeluarkan karena mereka pernah tidak menggunakan asuransi. Bagaimana tidak berdiri bulu roma angkanya ada dikisaran minimal enam digit, bahkan salah satu diantara mereka sudah mengeluarkan sampai pada angka 12 digit.

Pertanyaan yang menggantung diotak pensiunan professor ini sekarang adalah pada digit berapa nanti harus dikeluarkan. Akhirnya rasa sakit yang taktertahankan selama ini dirasa menjadi hilang, justru yang ada tekanan darah menjadi terasa naik, dan pusingnya kepala menjadi bertambah, detak jantung makin cepat.

Pemanggilan pasien sudah dimulai dengan suara keras tapi sopan petugas memanggil satu persatu yang duduk untuk masuk ke bilik dokter mana. Giliran disebut nomor antrian diri, arahan ditujukan kepada dokter Spesialis Dalam yang beberapa tahun lalu pernah merawat penyakit yang diderita ini. Dokter yang ramah tetapi tegas, tidak tampak wajahnya karena peralatan APD melindungi wajahnya. Beliau meminta melakukan cek darah kelabolatorium dan hasilnya ditunggu. Tentu saja jantung tambah dag-dig-dug karena apa gerangan yang ada dalam diri ini. Setelah cukup lama hasil diperoleh dan kembali masuk keruang dokter; beliau menjelaskan ada infeksi bagian dalam. Maka resep obat harus diambil diapotik yang lumayan banyaknya.

Sampai pada titik itu tidak ada persoalan berarti; namun saat penebusan obat juga harus melunasi semua pembiayaan pengobatan mandiri tadi yang memakan waktu sekitar dua jam itu, ternyata jumlahnya cukup mengeluarkan separo biji mata melihat angka rupiah yang tertera. Ternyata hampir separo gaji pangsiunan profesor dengan pangkat golongan tertinggi dilibas oleh biaya menemukenali penyakit dan mengobatinya. Terbayang bagaimana jika jenis penyakit ini menimpa pada mereka yang tidak tercaver oleh asuransi kesehatan karena sesuatu dan lain hal, atau mereka yang secara ekonomi tidak beruntung, maka slogan “sehat atau lewat” berlaku sempurna. Semua itu yang tersisa hanya doa kepada Sang Maha Pemberi “terimakasih Tuhan yang telah memberiku penyakit karena dengan ini hamba sadar betapa Agung MU dalam segala hal”.

Pembelajaran dari Tuhan kepada mahluknya bisa berlangsung dimana saja, kapan saja, dalam situasi apa saja. Hanya mampukah kita menangkap apa yang diberikan tadi sebagai pembelajaran, bukan dipersepsikan sebagai penyiksaan. Oleh sebab itu Sakit dan Sehat dapat diibaratkan sebagai dua muka mata uang yang sama. Satu sama lain saling meneguhkan keberadaannya masing-masing. Bisa jadi saat ini kita sehatwalafiat, namun beberapa saat kemudian kita sakit parah, bahkan bisa langsung menuju wafat.

Oleh karena sakit itu mahal biayanya; maka mari kita jaga sehat kita dengan cara kita, dan dalam batas kemampuan kita. Hidup dan wafat adalah pasangan abadi yang diciptakan Tuhan untuk kita; mari bersyukur terhadap apapun yang kita terima dari NYA. Orang bijak mengatakan bahwa sehat dan wafat itu kuasa mutlak dari dari pemilik jagad; kita hanya diminta melakoni skenarionya tanpa harus “sambat”. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat UNMAL Gelar Diseminasi Hasil Pembelajaran Berbasis Kurikulum OBE

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dunia pendidikan terus beradaptasi dengan kebutuhan global melalui penerapan kurikulum berbasis capaian atau Outcome-Based Education (OBE). Kurikulum ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menghasilkan karya nyata yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan pendekatan ini, pembelajaran difokuskan pada keterampilan aplikatif lintas disiplin yang dapat memberikan solusi terhadap berbagai tantangan kesehatan.
Menindaklanjuti penerapan kurikulum OBE, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati menggelar acara diseminasi hasil pembelajaran berbasis outcome selama satu semester. Acara ini dilaksanakan pada Rabu, (15/1) di Ruang Prodi Kesmas, dan dihadiri oleh para dosen serta mahasiswa semester lima dan tujuh dari berbagai peminatan.
Tujuan kegiatan ini adalah mempresentasikan hasil kerja mahasiswa dalam beragam format, termasuk poster, video, policy brief, artikel publikasi jurnal, dan peta tematik. Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat, Nurul Aryastuti, S.ST., M.K.M., mengapresiasi karya-karya yang ditampilkan mahasiswa. “Kami sangat bangga dengan capaian mahasiswa yang telah menghasilkan berbagai karya inovatif. Semoga ini bisa menjadi ide dan masukan untuk riset dosen maupun mahasiswa serta mendukung tercapainya visi dan misi program studi,” ujar Nurul.
Dosen sekaligus praktisi bidang epidemiologi, Agung Aji Perdana, M.Epid., menambahkan bahwa kurikulum OBE diharapkan dapat mendorong sinergitas antar mata kuliah untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat secara komprehensif sesuai capaian pembelajaran.
Pada kesempatan ini, mahasiswa dari berbagai peminatan mempresentasikan hasil pembelajaran mereka, di antaranya:
Peminatan Epidemiologi dan Biostatistik:
  • Pemetaan wilayah kerja puskesmas (MK: GIS)
  • Adaptasi kuesioner RSES (MK: Uji Validitas dan Reliabilitas)
  • Analisis kesehatan mental mahasiswa menggunakan instrumen SRQ20 (MK: Rancangan Sampel)
  • Evaluasi Kampung KB dan video edukasi (MK: Analisis dan Evaluasi KB)
  • Poster peringatan dini pasang gelombang air laut (MK : Epidemiologi Bencana)
Peminatan K3 dan Kesehatan Lingkungan:
  • Buku Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal (MK: Kesehatan Kerja Sektor Informal)
  • Edukasi kerja di Pulau Pasaran (MK: Kesehatan Kerja Sektor Informal)
  • Poster Hari Toilet Sedunia (MK: Air dan Kesehatan)
Peminatan Promosi Kesehatan:
  • Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan pembuatan policy brief (MK: Strategi Pemberdayaan Masyarakat)
  • Penyuluhan bullying di SD Tresna Asih serta publikasi jurnal pengabdian (MK: Promosi Kesehatan pada tatanan formal)
  • Penyuluhan kesehatan reproduksi di SMA YP Unila dan pembuatan poster (MK: Isu Strategi Promosi Kesehatan)
  • Health Promoting University dengan berbagai kegiatan sosialisasi kesehatan, assessment mental, serta kampanye anti-narkoba dan perundungan (MK: Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan II)
Dengan berbagai karya yang telah dihasilkan, diharapkan kegiatan ini dapat terus memotivasi mahasiswa untuk berinovasi dan menciptakan solusi bagi berbagai tantangan kesehatan masyarakat.

Katalog Pengantar Ilmu Ekonomi Konsep Dan Teori Ditinjau Dari Ekonomi Pasar

Judul buku :Pengantar Ilmu Ekonomi Konsep Dan Teori Ditinjau Dari Ekonomi Pasar

Penulis :Apip Alansori , R.A Mulyadi, Rina Agustina

Isbn: Proses

Penerbit : Universitas Malahayati

Sinopsis:

Ilmu ekonomi merupakan disiplin ilmu yang sangat penting dalam memahami bagaimana sumber daya dialokasikan, bagaimana keputusan ekonomi dibuat, dan bagaimana kebijakan ekonomi dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, pemahaman tentang ekonomi semakin krusial. Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan yang komprehensif dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat memiliki fondasi yang kuat dalam mempelajari ilmu ekonomi lebih lanjut.

Selain itu, pembahasan tentang struktur pasar, termasuk persaingan sempurna, monopoli, persaingan tidak sempurna, monopolistik, dan oligopoli, memberikan pemahaman yang mendalam tentang berbagai model pasar dan implikasinya. Dengan demikian, buku ini menjadi sumber penting bagi mahasiswa dan pengajar untuk memahami konsep-konsep ekonomi secara komprehensif. Buku ajar ini disusun secara sistematis, ditulis dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran

Mahasiswa Farmasi Universitas Malahayati, Dini Maharani, Raih Juara 1 dan 3 di Kejuaraan Karate Nasional

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Dini Maharani (24380110P), Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi Universitas Malahayati, yang berhasil meraih prestasi gemilang pada Kejuaraan Karate Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh FORKI Sumatera Selatan. Kejuaraan yang berlangsung di Jakabaring Sport City, Palembang, pada 26-29 Desember 2024 ini, membuat Dini meraih Juara 1 dalam kategori Kata Beregu Senior Putri dan Juara 3 dalam kategori Kata Perorangan Senior Putri.

Prestasi ini merupakan bukti dedikasi dan kerja keras Dini dalam mengasah kemampuan karate-nya. Dini mengungkapkan, “Suatu kebanggaan dapat menunjukkan dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan. Semua ini tidak terlepas dari latihan keras dan dukungan dari semua pihak yang selalu mendukung saya.”

Dini juga berbagi pesan inspiratif, hasil tidak akan menghianati proses. “Semua yang saya capai adalah hasil dari proses panjang dan kerja keras. Saya ingin menginspirasi teman-teman mahasiswa lainnya bahwa dengan usaha yang maksimal, kita pasti bisa meraih apa yang kita impikan,” ujarnya.

Universitas Malahayati merasa bangga atas prestasi yang diraih oleh Dini. Ini menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa Malahayati tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga di bidang olahraga. Harapannya, Dini dapat terus mengukir prestasi di tingkat yang lebih tinggi dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya bagi mahasiswa Universitas Malahayati.

Keberhasilan Dini Maharani ini sekaligus menunjukkan pentingnya keseimbangan antara akademik dan pengembangan bakat di luar kelas, yang dapat mendukung kemajuan pribadi dan membawa kebanggaan bagi universitas. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Abu Nawas Dengan Si Tidak Tahu

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pada artikel yang lalu ada seorang guru besar mengomentari bahwa dirinya pernah diajari untuk menjawab “tidak tahu” oleh promotornya saat mengambil gelar akademik tertinggi di salah satu perguruan tinggi terkenal kelas dunia, tentu saja dengan moment kapan harus menjawab “tahu” dan kapan harus menjawab “tidak tahu”. Komentar dari Sang Profesor tadi menggelitik semakin semangat untuk membaca naskah-naskah tentang Abu Nawas, baik secara digital maupun konvensional. Ternyata perburuan itu berhasil. Lengkap naskahnya sebagai berikut, tentu saja setelah diedit di sana-sini.

Suatu hari, Abu Nawas bertemu dengan seorang pria yang terkenal karena kebiasaannya selalu menjawab, “Saya tidak tahu,” untuk segala pertanyaan. Orang ini berpikir bahwa dengan selalu menjawab seperti itu, ia terlihat rendah hati dan bijaksana. Namun, sikapnya sering membuat orang lain kesal. Abu Nawas, penasaran dengan sikap pria itu, memutuskan untuk mengajarinya suatu pelajaran yang lucu, tapi bermakna. Ia mendatangi pria tersebut dan memulai percakapan.

Abu Nawas: “Wahai sahabatku, apakah benar kau selalu menjawab ‘tidak tahu’ untuk semua pertanyaan?”. Pria itu menjawab: “Ya, benar.”

Abu Nawas melanjutkan pembicaraannya: “Oh, jadi kau tahu bahwa kau selalu menjawab ‘tidak tahu’?”. Jawab Pria tadi: “Tentu saja.”.

Abu Nawas mulai mengeluarkan jurusnya: “Tunggu sebentar, kau tahu kau selalu menjawab ‘tidak tahu,’ tapi kau tetap menjawabnya? Apakah kau benar-benar tahu atau tidak tahu?”

Pria itu bingung mendengar logika Abu Nawas. Ia mencoba menjawab, tetapi terjebak dalam kebingungannya sendiri. Melihat pria itu diam dan tampak kebingungan, Abu Nawas tersenyum dan melanjutkan, “Sahabatku, mengetahui kapan kita tahu dan kapan kita tidak tahu adalah tanda kebijaksanaan. Jika kau terus-menerus menjawab ‘tidak tahu,’ bagaimana kau belajar untuk tahu? Sebaliknya jika kamu menjawab selalu tahu sekalipun kamu tidak tahu, itu menunjukkan kebodohanmu sendiri.”

Pria itu akhirnya menyadari bahwa kebiasaannya hanya membuatnya terlihat bodoh, bukan rendah hati atau bijaksana. Ia berterima kasih kepada Abu Nawas atas pelajaran yang diberikan dan mulai mengubah cara berpikirnya, yaitu dia akan bersikap kapan menjawab tidak tahu dan kapan harus menjawab tahu. Karena kedua-duanya jawaban tadi benar dan baik jika kita pandai menempatkannya, dan itulah disebut dengan bijaksana.

Hikmah Cerita Kisah Abu Nawas pada bab ini mengajarkan bahwa kebijaksanaan bukan hanya tentang rendah hati, tetapi juga tentang keberanian untuk belajar dan menerima pengetahuan. Menjawab “tidak tahu” itu baik jika kita sungguh-sungguh tidak tahu, tetapi jangan sampai itu menjadi penghalang untuk berpikir atau mencari tahu.

Filosofi jawaban “tahu” dan “tidak tahu” berkaitan dengan kesadaran atas batas pengetahuan seseorang dan kebijaksanaan dalam merespons. Filosofi ini sering dijadikan pedoman untuk menghindari sikap arogan dan mengembangkan kerendahan hati serta keterbukaan terhadap pembelajaran.

Hasil penelusuran referensi digital ditemukan pemahaman lebih dalam
hakikat jawaban “tahu” adalah : Pertama, kesadaran akan pengetahuan. Mengakui bahwa kita mengetahui sesuatu bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga memahami sejauh mana pengetahuan kita relevan dan bermanfaat.

Kedua, tanggung jawab dalam pengetahuan. Ketika menjawab “tahu,” kita harus memastikan bahwa informasi tersebut benar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan.

Ketiga, keberanian memberi jawaban. Menjawab “tahu” membutuhkan kepercayaan diri, terutama jika konteksnya menantang atau rumit.

Hakikat jawaban “tidak tahu” adalah : Pertama, kerendahan hati. Mengakui bahwa kita tidak tahu adalah tanda kebijaksanaan, bukan kelemahan. Ini menunjukkan kejujuran atas keterbatasan kita.

Kedua, pintu untuk belajar. Dengan mengatakan “tidak tahu,” kita membuka ruang untuk mencari tahu dan memperdalam pemahaman kita.

Ketiga, menghindari kesalahan. Daripada memberikan jawaban yang salah, lebih baik mengakui ketidaktahuan untuk menghindari konsekuensi negatif.

Dalam tradisi filsafat, seperti yang diajarkan oleh Socrates, “Saya tahu bahwa saya tidak tahu” adalah dasar dari kebijaksanaan. Kesadaran akan keterbatasan pengetahuan mendorong kita untuk terus belajar dan mencari kebenaran. Ini juga relevan dalam konsep Sandi Tomo Kawedar yang pernah diuraikan oleh penulis pada tahun lalu, dimana kearifan lokal mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam berbicara dan bertindak. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

60 Dokter Baru Disumpah dalam Prosesi Sumpah Dokter Periode 71 Universitas Malahayati, Siap Mengabdi untuk Indonesia

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandarlampung sukses menggelar prosesi Sumpah Dokter Periode 71 yang diikuti oleh 60 dokter baru pada Selasa, 14 Januari 2025. Prosesi yang berlangsung khidmat di Gedung Graha Bintang Universitas Malahayati ini menandai langkah awal para dokter baru dalam mengemban tugas mulia sebagai tenaga medis yang siap mengabdi kepada masyarakat.

Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, turut memberikan ucapan selamat kepada para lulusan. “Proses ini adalah momen yang sangat dinantikan, bukan hanya oleh kalian, tetapi juga oleh orang tua dan masyarakat. Ini adalah titik awal yang luar biasa,” ujarnya.

Dr. Toni mengingatkan bahwa setelah prosesi sumpah, para lulusan akan melanjutkan perjalanan dengan melaksanakan program internship dan harus memahami dengan baik aturan-aturan terbaru yang diterbitkan oleh pemerintah.

“Prosesi sumpah dokter ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Ini adalah sumpah jabatan yang akan kalian pegang seumur hidup. Saya ucapkan selamat kepada 60 dokter baru yang telah berhasil melewati tahapan ini,” ucap Dr. Toni dengan penuh kebanggaan.

Lebih lanjut, Dr. Toni mengingatkan agar para dokter baru tidak hanya terfokus pada perkembangan ilmu kedokteran, tetapi juga menjaga etika profesi yang merupakan landasan utama dalam menjalankan tugas. “Ilmu kedokteran berkembang begitu cepat, jadi kalian harus selalu mengupdate diri. Jangan sampai tertinggal. Namun, ingat bahwa etika profesi tidak akan pernah berubah. Perilaku seorang dokter selalu menjadi sorotan publik, dan menjaga etika adalah kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat,” tambah Dr. Toni dengan tegas.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Aila Karyus, SH, M.Kes., Sp.KKLP, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Provinsi Lampung, mengangkat isu penting terkait kekurangan tenaga medis di Indonesia. “Meskipun kita terus menambah jumlah dokter, kita harus memastikan bahwa kualitas pendidikan kedokteran tetap terjaga. Banyak daerah di Indonesia yang membutuhkan dokter dengan keterampilan dan keahlian terbaik,” ujarnya.

Dr. Aila juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah berjuang demi keberhasilan para dokter baru. “Terima kasih kepada orang tua yang telah berperan besar, sehingga anak-anak mereka hari ini dapat diambil sumpah dan dilantik sebagai dokter,” ucapnya.

Selain itu, Dr. Aila menyampaikan apresiasi kepada Universitas Malahayati atas kepercayaannya kepada IDI sebagai mitra dalam mencetak dokter-dokter berkualitas.

Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para orang tua yang telah mendukung perjuangan para lulusan. “Hari ini, kita menyaksikan sebuah pencapaian besar yang tidak hanya milik kalian, tetapi juga orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa. Ini adalah gerbang menuju kesuksesan yang lebih tinggi,” ujar Prof. Dessy.

Prof. Dr. Dessy juga mengingatkan para dokter baru untuk selalu menjaga nama baik almamater dan terus berkembang. “Jangan pernah lupakan kampus ini, dan jadilah dokter yang membanggakan, yang terus berusaha menjadi lebih baik setiap hari,” tambahnya dengan penuh semangat.

Prosesi ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting di antaranya Wakil Rektor II Universitas Malahayati, Drs. Nirwanto, M.Kes, Wakil Rektor IV, Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes, Kepala Program Studi Profesi Dokter, dr. Muhamad Ibnu Sina, M.Ked (Neu)., Sp.N., Kepala Program Studi Pendidikan Dokter, dr. Tessa Sjahriani, M.Kes, serta dosen-dosen Fakultas Kedokteran. Kehadiran mereka menunjukkan betapa pentingnya acara ini sebagai bagian dari perjalanan panjang para lulusan.

Acara ini juga mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan Dinas Pendidikan Lampung (Bapak Sunes), Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung (Ibu Lisa Kepriawati), Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (Ibu Zarma), serta perwakilan IDI Wilayah dan Kota Bandar Lampung, RS Bhayangkara, RSUD Abdoel Moeloek, dan RS Polda Lampung yang turut hadir untuk memberikan dukungan kepada para dokter baru.

Dengan prosesi sumpah dokter ini, diharapkan para lulusan dapat menjalankan profesi mereka dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi, serta memberikan kontribusi terbaik bagi dunia kesehatan Indonesia. Kini, 60 dokter baru ini tidak hanya mengemban gelar, tetapi juga amanah besar untuk mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik di masa depan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Yudisium Profesi Dokter Periode ke-71 Universitas Malahayati, Langkah Awal Para Dokter Baru Menuju Dunia Profesional

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati sukses menggelar Yudisium Profesi Dokter Periode ke-71 pada Senin (13/1/2025), yang berlangsung di Gedung Graha Bintang. Sebanyak 60 peserta yang berhasil menyelesaikan pendidikan mereka dalam Program Profesi Dokter turut hadir dalam acara penuh kebanggaan ini.

Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM, serta jajaran pengurus Fakultas Kedokteran, seperti Kepala Program Studi Profesi Dokter, Muhamad Ibnu Sina, dr., M.Ked (Neu)., Sp.N., Sekretaris Prodi, serta para dosen Prodi Profesi dan Pendidikan Dokter.

Kepala Program Studi Profesi Dokter, Muhamad Ibnu Sina, dr., M.Ked (Neu)., Sp.N., dalam sambutannya menyampaikan selamat kepada 60 lulusan yang telah berhasil mencapai tahap penting ini. “Semoga pencapaian ini menjadi motivasi bagi rekan-rekan lainnya untuk terus berusaha dan berkarya,” ujarnya.

Hari ini menandai awal perjalanan para dokter muda untuk terjun ke dunia profesional. Para peserta yudisium diharapkan untuk terus mengembangkan kompetensinya melalui berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop, dan simposium, guna menjadi dokter yang semakin berkualitas.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM, mengungkapkan kebanggaannya terhadap para lulusan. “Kami sangat bangga atas pencapaian ini. Jaga nama baik almamater dan teruslah berkontribusi dalam dunia kedokteran. Dunia kesehatan sangat membutuhkan tenaga medis yang berkompeten dan penuh dedikasi,” tuturnya.

Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, turut memberikan pesan inspiratif. “Selamat kepada seluruh peserta yudisium. Mudah-mudahan pencapaian ini membawa kalian melangkah lebih maju dalam karier medis, serta membuka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Jangan lupakan kampus Universitas Malahayati yang telah membentuk kalian menjadi pribadi yang siap menghadapi dunia profesional.”

Yudisium ini bukan hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga pengingat akan tanggung jawab besar yang kini diemban oleh para lulusan. Dengan bekal ilmu yang telah diperoleh, mereka siap melangkah menuju dunia profesi dokter yang penuh tantangan dan harapan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Soal Singkong, Belajar dari Gubernur Lalu, 4 Pesan Buat Gubernur Nanti

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sudah beberapa hari ini, saya marhing atau meriang. Atas rekomendasi dokter, badan harus istirahat, termasuk istirahat berfikir. Namun apadaya, untuk yang terakhir tadi sulit sekali dilakukan. Apalagi begitu membaca berita Helo Indonesia secara konsisten mengikuti terpuruknya nasib petani singkong.

Terakhir, ribuan petani singkong dari tujuh kabupaten terpaksa demo besar-besaran di Lapangan Korpri depan Kantor Gubernur dan DPRD Provinsi Lampung. Sementara nu jauh di sana pemilik pabrik “sewot” dengan tidak mau membeli singkong. Ratusan truk antre entah sampai kapan.

Kondisi ini seperti halnya buah simalakama “dimakan mati bapak, dibuang mati emak”.

Sebenarnya, persoalan singkong memiliki riwayat yang panjang hingga tidak jarang memilukan. Kilas balik, Gubernur Pudjono Pranyoto (1988-1997) sudah mengingatkan kala itu agar petani tak gegabah diversifikasi pertanian dengan mengorbankan kebun lada dan kopi saat tidak baik-baik saja.

Bahkan, Ketua Bappeda Siti Nurbaya saat itu — terakhir menteri Kehutanan RI — sudah menyusun sejumlah kebijakkan tentang tata ruang, termasuk pola tanam pohon umbi-umbian yang nama latinnya Manihot esculenta.

Tetap saja, para petani tergoda harga singkong kala itu. Mereka kemudian eksodus menganti kebunnya dengan tanaman bahan baku tepung tapioka yang berjangka pendek dan lebih menguntungkan secara finansial.

Gubernur Oemarsono (1998—2003) dengan Ketua Bappeda Haris Hasyim (Mantan Wakil Rektor Bidang Akademik Unila) melangkah lebih maju dengan Program Desa Ku Maju Sakai Sambayan yang disingkat DMSS. Ada yang kemudian memplesetnya upaya membantu petani itu jadi dang mengan saean saean..

Program ini menggandeng para pemikir peguruan tinggi, Unila khususnya, untuk mencari jalan keluar dari persoalan petani singkong yang kerap harus menghadapi remuknya harga jual.

Lewat Program Industri Tapioka Rakyat atau disingkat ITARA, Pemprov Lampung membantu petani lewat koperasi mesin mini penggiling singkong agar menjadi tepung karya Ir. Sarnadi. M.S (maaf kalau salah menuliskan nama).

Tak sampai di mekanisasi, Pemprov Lampung juga menurunkan para pakar, yakni Irwan Efendi sebagai komandan Tim Sosial Ekonomi Pertanian; Armen Yasir soal hukumnya, Ambyah yang memikirkan pemasarannya, Mohammad Kamal dan Hassanudin urusan penelitian dan pengembangan, dan masih banyak lagi.

Mereka kemudian menjadi guru besar, ada yang saat ini sudah lensiun dan juga sudah ada yang wafat.

Begitu kepala daerah beralih ke Syachruddin ZP (2004—2008 dan 2009—2014) urusan singkong meredup. Sebagai jenderal purnawirawan, putra Gubernur ke-2 Lampung Zainal Abidin Pagaralam ini lebih fokus mengatasi persoalan-persoalan penyerobotan tanah yang marak pada waktu itu.

Namun persoalan petani agak sedikit terpinggirkan dan akhirnya hilang ditelan waktu. Sementara gubernur-gubernur selanjutnya walau janji politiknya selalu demi kesejahteraan rakyat nyatanya lebih repot mengurus infrastruktur. Walau akhirnya, ada yang tak tuntas juga.

Sebagai contoh bisa dibayangkan jalan provinsi yang ada pada sabuk wilayah seperti Banjit, Kasui, Bahuga dan masih banyak lagi; sampai hari ini kita tidak bisa membedakan antara jalan dengan kubangan.

Oleh sebab itu, kita harus berani jujur mengatakan jika gubernur hanya dijabat oleh selevel “penjabat” jangan harap untuk dapat menuntaskan persoalan yang memang sudah menahun.

Sebagai orang yang mengamati perjalanan singkong dari gubernur ke gubernur, saya mencoba menarik benang merah yang dapat membela rakyat kecil dari “bulanan-bulanan” para kaum kapitalis.

Mudah-mudahan, empat solusi ini dapat mengubah singkong jadi semanis madu bukan hanya untuk pengusaha dan pejabat saja, tetapi juga rakyat Lampung yang harus menanam dan merawat tanamannya berbulan-bulan di bawah terik dan hujan.

PERTAMA
Gubernur terpilih segera membentuk tim penyelaras untuk masalah petani singkong yang isinya para praktisi, akademisi, dan pengusaha guna melakukan inventarisasi persoalan bersama dan merancang keputusan bersama.

KEDUA
Gubernur terpilih melakukan kerjasama teknis dengan perguruan tinggi yang memiliki sumberdaya keahlian bidang persingkongan guna menyusun skema hulu sampai hilir persoalan singkong. Bukan hanya teori atau di atas kertas, tetapi aksi nyata terukur dan dapat dievaluasi kapanpun. Leading sektornya adalah Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan.

KETIGA
Gubernur terpilih harus tegas bernegosiasi dengan kementerian agar impor tapioca pembicaraan berkaitan dengan jumlah kuota nasional, harus melihatkan Lampung sebagai produsen tapioka terbesar.

KEEMPAT
Gubernur terpilih bersama DPRD membentuk satgas indipenden yang terdiri dari unsur masyarakat, LSM, Jurnalis dan pihak terkait untuk mengawasi semua regulasi yang ada dan dilaporkan secara terbuka jika ada penyimpangan.

Tentu semua itu bukan obat mujarab segala macam penyakit, akan tetapi paling tidak kita harus berani memulai berbenah diiri guna membela rakyat kecil, tak hanya terus-menerus bikin buncit pengusaha.

Terima kasih, istirahat pay, semoga tidur siang nanti bermimpi pemimpin Lampung yang akan datang, Rahmad Mirzani Djausal (2025-2030) sukses mengatasi penyakit kronis persingkongan agar rakyat sejahtera dan Lampung Maju.. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman