PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati kembali menunjukkan komitmennya untuk terlibat langsung dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat melalui program Program Based Learning (PBL).
Program kali ini berfokus pada kondisi kesehatan masyarakat pesisir Desa Sukajaya Lempasing, khususnya di Dusun Mutun, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Kegiatan PBL yang melibatkan kelompok 7 ini terdiri dari delapan mahasiswa: Muliono, Gilang Agusman, Fitriani, Chania Forcepta, Ketut Sastini, Gilang Ramadhan Putra, Muhammad Alfi Syahril, dan Muhammad Agam Al Hariry. Minggu (9/2/2025).
Dusun Mutun, yang terletak di pesisir pantai, memiliki potret masalah kesehatan yang cukup kompleks. Melalui wawancara mendalam dengan 100 responden, mahasiswa berhasil memetakan lima masalah kesehatan utama yang menjadi prioritas di dusun ini. Berdasarkan analisis statistik, masalah kesehatan yang diidentifikasi adalah: Angka kejadian malaria yang tinggi, Rendahnya cakupan masyarakat untuk meminum obat malaria, Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, Cakupan kepesertaan BPJS PBI, Cakupan imunisasi COVID-19 yang rendah.
Setelah mendapatkan hasil pemetaan masalah kesehatan, mahasiswa bersama pembimbing, Dhiny Ester, M.Kes., dan Dina Dwi Nuryani, M.Kes., langsung mengadakan kegiatan promosi kesehatan dan upaya preventif untuk masyarakat Dusun Mutun. Salah satu kegiatan penting yang dilakukan adalah kerja bakti bersama masyarakat untuk membersihkan lingkungan sekitar pantai Mutun. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, yang merupakan langkah awal dalam pencegahan berbagai penyakit.
Setelah kegiatan kerja bakti, pertemuan dengan masyarakat pun dilanjutkan. Mahasiswa melakukan edukasi mengenai pola hidup sehat dan cara pencegahan penyakit malaria. Kegiatan ini berlangsung penuh keakraban, dengan komunikasi dua arah yang baik antara mahasiswa, pembimbing, dan masyarakat. Semua pihak terlibat aktif dalam diskusi yang terarah, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh warga.

Dhiny Ester, M.Kes., selaku pembimbing mengatakan, “Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari implementasi Program Based Learning yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat”.
“Sebagai pembimbing, saya sangat bangga melihat antusiasme dan dedikasi mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Dusun Mutun dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” tambahnya.
“Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Tentunya, upaya yang kita lakukan harus berkelanjutan agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang” tutupnya.
Dalam kesempatan lain Dina Dwi Nuryani, M.Kes., sebagai pembimbing kelompok 7 mengutarakan hal yang senada, “Saya sangat mengapresiasi semangat mahasiswa yang telah bekerja keras dalam menganalisis masalah kesehatan di Dusun Mutun”.
Dina menambahkan, melalui PBL ini, mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari kenyataan di lapangan, yang tentunya sangat memperkaya pengalaman mereka.
“Saya berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terutama dalam mengatasi masalah malaria yang menjadi isu utama di daerah ini, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya imunisasi dan kepesertaan BPJS. Semoga kolaborasi ini menjadi langkah awal yang baik dalam membangun kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tandasnya.
Kegiatan PBL di Dusun Mutun tidak hanya berlangsung singkat, namun juga memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. Di akhir acara, mahasiswa beserta pembimbing mengadakan sesi ramah tamah dan foto bersama, sebagai tanda terima kasih atas partisipasi masyarakat yang sangat antusias.
“Besar harapan kami sebagai mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, bahwa apa yang telah dilakukan dalam kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perubahan tatanan masalah kesehatan di Dusun Mutun. Kami ingin melihat kualitas kesehatan masyarakat di sini terus meningkat dan menjaga keberlanjutan upaya kesehatan yang telah dimulai hari ini,” ujar Muliono selaku perwakilan mahasiswa.
Slamet Riyadi selaku Kepala Dusun, mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa dari Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati yang telah datang ke dusun kami melalui Program Based Learning (PBL). “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan. Sejak kedatangan mereka, banyak hal yang kami pelajari, mulai dari cara pencegahan malaria hingga pentingnya vaksinasi dan kepesertaan BPJS.” ujarnya
“Saya merasa sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini. Pemberian edukasi mengenai cara hidup sehat dan pencegahan malaria sangat berguna. Kami selama ini memang kurang paham betul bagaimana cara mencegah malaria, dan sekarang kami tahu langkah-langkah yang bisa dilakukan. Kerja bakti yang dilakukan di pantai juga memberikan kesadaran kepada kami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.” ujar perwakilan warga dusun.
Melalui kegiatan ini, terlihat bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat lokal mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi perbaikan kesehatan. Tentunya, keberhasilan ini tidak hanya menjadi prestasi bagi mahasiswa, tetapi juga untuk masyarakat Dusun Mutun yang berkomitmen menjaga kesehatan mereka secara bersama-sama. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Ambarang Wirang
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Judul pada tulisan ini berasal dari bahasa Jawa kategori kromo inggil yang merupakan strata tertinggi dalam Sastra Jawa. Ambarang wirang sering dipakai oleh kalangan tertentu dalam membahasakan sesuatu dengan bahasa lambing alias ilustrasi. Arti harfiahnya adalah “menjual malu”. Tetapi terjemahan bebas ini tidak pas betul ditilik dari rasa bahasa. Sebab ambarang yang berasal dari kata mbarang yang berarti menanggung atau memikul. Sedangkan wirang berarti aib, malu, atau kehinaan.
Jadi, “ambarang wirang” bisa diartikan sebagai “menanggung malu” atau “memikul aib”. Frasa ini menggambarkan seseorang yang harus menghadapi rasa malu, kehinaan, atau rasa bersalah dalam hidupnya. Ambarang wirang dalam sejarah dan budaya Jawa adalah konsep yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat atau juga sering disebut njogo projo, baik sebagai individu, keluarga, maupun keturunan (trah) dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan modern, nilai ini masih relevan, terutama dalam menjaga etika, moral, dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Kosep wirang dalam budaya Jawa juga ditemukan dalam bentuk lain pada budaya Bugis, Lampung, atau mungkin dalam tatanan adat lain. Ditinjau dari konsep makna, wirang untuk masyarakat Jawa adalah malu, aib, kehinaan sosial. Masyirik untuk masyarakat Bugis adalah hilangnya harga diri akibat pelanggaran adat. Untuk masyarakat Lampung kita kenal dengan sebutan pi’il yang dimaknai perilaku yang menentukan kehormatan.
Ditinjau dari sanksi sosial; untuk masyarakat Jawa adalah kehilangan martabat, dan dijauhi masyarakat. Untuk masyarakat Bugis adalah tidak dihormati, bisa juga diusir dari komunitas. Untuk masyarakat Lampung adalah hilangnya status sosial dan tidak dihargai.
Ditinjau dari konsep menebus; untuk masyarakat Jawa adalah melalui laku prihatin dan perbuatan baik. Untuk orang Bugis adalah berupa tindakan heroik, keberanian, dan pengabdian yang luar biasa. Untuk masyarakat Lampung berupa memperbaiki perilaku dan menunjukkan fiil yang baik.
Ditinjau dari konsep filosofi kehidupan; untuk masyarakat Jawa dimaknai untuk tidak wirang harus menjaga martabat dan harga diri. Untuk masyarakat Bugis siri’na pace (malu dan empati). Untuk masyarakat Lampung bermakna bahwa status sosial itu juga ditentukan oleh pi’il.
Pada ketiga masyarakat tadi kata wirang bukan sebatas spektrum malu saja, akan tetapi lebih pada harga diri. Oleh karena itu pada masyarakat Jawa dikenal semacam adagium bahwa “orang Jawa meninggalkan tanah kelahirannya itu pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu karena wirang atau karena kurang”.
Wirang karena berbuat yang tidak sesuai dengan norma yang ada atau tidak mampu melaksanakan tugas kewajiban yang diembannya dengan baik. Contoh Raja Brawijaya ke-V meninggalkan Kerajaan Majapahit karena merasa wirang tidak mampu mempertahankan wilayahya dari gempuran Kerajaan Pajang.
Sementara konsep “kurang” itu bermakna dua; Pertama, kurang dalam arti penguasaan ilmu pengetahuan. Akibatnya mereka jauh-jauh mengejar ilmu pengetahuan, dan pada zamannya Yogjakarta menjadi tujuan utama bagi mereka pengejar ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu jika ada keluarga yang sekolah di Yogjakarta pada saat itu merasa harga diri keluarga sangat terhormat.
Kedua, kurang dalam arti ekonomi. Oleh sebab itu tidak aneh jika orang Jawa sampai ke Suriname dan wilayah lainnya di dunia ini, adalah karena ingin memperbaiki status sosial ekonomi mereka. Dan, jika sudah baik mereka akan beralih lagi dengan mengejar ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu tidak salah jika masyarakat Jawa yang ada di manapun berada, setelah ekonominya membaik dalam arti relatif, maka mereka akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar, utama waktu itu Yogjakarta menjadi tujuan favorit. Untuk sekarang sudah lebih luas lagi spektrumnya sampai ke manca negara. Bahkan dari wawancara tidak terstruktur ditemukan data anak-anak petani sawit di Rimbo Bujang Jambi, yang tadinya dari Pringsewu, sekarang kuliah di salah satu fakultas terfavorit dan termahal biayanya di satu universitas di daerah ini. Karena secara ekonomi mereka sudah sangat baik dan sangat memungkinkan untuk mencapai perubahan status sosial.
Pertanyaan tersisa, masihkah konsep “ambarang wirang” itu hidup di tengah masyarakat. Pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena ukurannya sangat subyektif, bahkan tidak jarang sangat emosional. Karena kesubyektifannya itulah maka tekananya ada pada “rasa”; jika segala sesuatu sudah berkaitan dengan dawai rasa pada manusia; maka bisa jadi ini akan membangun maruwah. Oleh sebab itu tidak jarang untuk suatu peristiwa yang menimpa pada seseorang menjadikan timbul rasa malu yang sangat; sementara peristiwa yang sama menimpa orang yang berbeda, justu diri merasa bangga karena merasa diri agar supaya orang lain mengetahui siapa dia.
Kalau sudah seperti itu jadinya, ukuran yang dipakai hanya agama yang mampu ditegakkan sebagai parameternya. Sebab, agama aturannya jelas ada pada kitab suci dan Rasulnya; jika yang tidak sesuai dengan tata aturan jelas konsekuensinya, dan jika sesuai dengan aturan dan hukum-hukumnya maka juga jelas hasilnya. Tinggal kita manusia mengukur diri “masihkah kita memiliki rasa malu” kepada Tuhan akan semua yang telah diamanatkan kepada kita, yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di pengadilan akhirat. Pertangungjawaban itu termasuk istri, anak-anak, dan harta, tahta atau jabatan; yang diperoleh selama di dunia. Justru atas Rahmat-Nya kita harus berterimakasih karena telah menutup aib atau malu, dan kekurangan kita kepada orang lain.
Oleh karenanya agama mengajarkan biarkan aib itu yang mengetahui hanya diri kita dan Tuhan, bukan untuk dibentang kepada mahluk lain di bumi ini. Jangan sampai terjadi pada kita; Tuhan sudah menutupnya, justru kita membukanya. Inilah esensi dari ambarang wirang itu dalam konsep budaya Jawa. Oleh karena itu di dalam Islam dikenal istilah sikap saling menutup aib yang disebut “Satrul ‘Aib” (سَتْرُ العَيْبِ), yang berarti menutupi kekurangan atau kesalahan orang lain dengan niat baik, bukan untuk membenarkan dosa, tetapi untuk menjaga kehormatan dan persaudaraan sesama muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim, no. 2590). Oleh sebab itu aib atau wirang itu bukan untuk disebar luaskan, akan tetapi bagaimana upaya kita untuk saling menutupnya.
Jangan pula kita merasa “sudah berbuat baik” di muka bumi, justru sebenarnya kita berbuat “zalim” di muka Tuhan. Semoga kita semua terhindar dari perbuatan seperti itu, dan saling mengingatkan diantara kita untuk selalu berbuat kebajikan. Tidak salah jika Hasriadi Mat Akin, Guru Besar yang pernah memimpin satu perguruan tinggi negeri ternama di daerah ini mengatakan “kekayaan dan jabatan bisa datang dan pergi, tetapi nama baik adalah warisan abadi yang lahir dari kejujuran, integritas, dan moral”. Oleh karena itu jika kita mampu menjaganya, maka itulah kenangan abadi yang dapat kita tinggalkan di dunia ini. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bentuk Satgas Bebas Asap Rokok di Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing
Kelompok 2 PBL yang terdiri dari : Biantara Suri, Annisa Indriani, Nurfazira, Ardinda Arlindova, Ijlal Maajid, Nabila Zatalini FA dan Zaitunah bersama aparat desa segera mengambil inisiatif dengan membentuk Satgas Bebas Asap Rokok. Pembentukan satgas ini dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2025 sebagai respons cepat dan strategis guna mengatasi dampak negatif asap rokok terhadap kesehatan dan lingkungan. Kegiatan ini dicanangkan segera setelah data survei diperoleh dan musyawarah bersama diadakan, yang menghasilkan kesepakatan untuk menggalang kekuatan bersama melalui pembentukan tim yang terdiri dari Kepala Dusun, empat Ketua RT, serta dukungan aktif dari Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati.
Dalam kesempatan tersebut, Bapak Khoidar Amirus, M.Kes, selaku pembimbing kegiatan PBL Kelompok II, menyampaikan testimoni yang sangat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat ini. Dalam sambutan kegiatan pembentukan Satgas Bebas Asap Rokok yang dilaksanakan di Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing pada tanggal 9 Februari kemarin, Beliau menyatakan ”bahwa salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dalam melakukan enumerasi terkait identifikasi masalah kesehatan di Dusun 2. Selain itu pula, pengalaman tersebut sangat berharga karena tidak hanya memperkaya pengetahuan praktis mahasiswa, tetapi juga membuka peluang untuk memberdayakan masyarakat melalui upaya berhenti merokok yang lebih efektif ”.
Kegiatan pembentukan Satgas Bebas Asap Rokok ini merupakan upaya kolaboratif yang mengintegrasikan peran pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan institusi pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bersih dari asap rokok. Dengan pendekatan yang berkesinambungan dan partisipatif, diharapkan inisiatif ini mampu memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam mengurangi angka perokok maupun dalam membentuk budaya hidup sehat di masyarakat Dusun 2 Desa Sukajaya Lempasing.
Salah Seorang Perwakilan Masyarakat sekaligus Anggota Satgas Bebas Asap Rokok menyatakan pula, “Harapan bahwa dengan adanya Satgas Bebas Asap Rokok ini dapat mencegah Anak-anak Kami menjadi Perokok sekaligus menciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas dari asap rokok”. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Based Learning (PBL) Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Membawa Perubahan di Dusun Mutun, Desa Sukajaya Lempasing Pesawaran
Program kali ini berfokus pada kondisi kesehatan masyarakat pesisir Desa Sukajaya Lempasing, khususnya di Dusun Mutun, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Kegiatan PBL yang melibatkan kelompok 7 ini terdiri dari delapan mahasiswa: Muliono, Gilang Agusman, Fitriani, Chania Forcepta, Ketut Sastini, Gilang Ramadhan Putra, Muhammad Alfi Syahril, dan Muhammad Agam Al Hariry. Minggu (9/2/2025).
Dusun Mutun, yang terletak di pesisir pantai, memiliki potret masalah kesehatan yang cukup kompleks. Melalui wawancara mendalam dengan 100 responden, mahasiswa berhasil memetakan lima masalah kesehatan utama yang menjadi prioritas di dusun ini. Berdasarkan analisis statistik, masalah kesehatan yang diidentifikasi adalah: Angka kejadian malaria yang tinggi, Rendahnya cakupan masyarakat untuk meminum obat malaria, Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, Cakupan kepesertaan BPJS PBI, Cakupan imunisasi COVID-19 yang rendah.
Setelah kegiatan kerja bakti, pertemuan dengan masyarakat pun dilanjutkan. Mahasiswa melakukan edukasi mengenai pola hidup sehat dan cara pencegahan penyakit malaria. Kegiatan ini berlangsung penuh keakraban, dengan komunikasi dua arah yang baik antara mahasiswa, pembimbing, dan masyarakat. Semua pihak terlibat aktif dalam diskusi yang terarah, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh warga.
Dhiny Ester, M.Kes., selaku pembimbing mengatakan, “Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari implementasi Program Based Learning yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat”.
“Sebagai pembimbing, saya sangat bangga melihat antusiasme dan dedikasi mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Dusun Mutun dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” tambahnya.
“Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Tentunya, upaya yang kita lakukan harus berkelanjutan agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang” tutupnya.
Dina menambahkan, melalui PBL ini, mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari kenyataan di lapangan, yang tentunya sangat memperkaya pengalaman mereka.
“Saya berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terutama dalam mengatasi masalah malaria yang menjadi isu utama di daerah ini, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya imunisasi dan kepesertaan BPJS. Semoga kolaborasi ini menjadi langkah awal yang baik dalam membangun kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tandasnya.
Kegiatan PBL di Dusun Mutun tidak hanya berlangsung singkat, namun juga memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. Di akhir acara, mahasiswa beserta pembimbing mengadakan sesi ramah tamah dan foto bersama, sebagai tanda terima kasih atas partisipasi masyarakat yang sangat antusias.
“Besar harapan kami sebagai mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, bahwa apa yang telah dilakukan dalam kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perubahan tatanan masalah kesehatan di Dusun Mutun. Kami ingin melihat kualitas kesehatan masyarakat di sini terus meningkat dan menjaga keberlanjutan upaya kesehatan yang telah dimulai hari ini,” ujar Muliono selaku perwakilan mahasiswa.
“Saya merasa sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini. Pemberian edukasi mengenai cara hidup sehat dan pencegahan malaria sangat berguna. Kami selama ini memang kurang paham betul bagaimana cara mencegah malaria, dan sekarang kami tahu langkah-langkah yang bisa dilakukan. Kerja bakti yang dilakukan di pantai juga memberikan kesadaran kepada kami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.” ujar perwakilan warga dusun.
Melalui kegiatan ini, terlihat bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat lokal mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi perbaikan kesehatan. Tentunya, keberhasilan ini tidak hanya menjadi prestasi bagi mahasiswa, tetapi juga untuk masyarakat Dusun Mutun yang berkomitmen menjaga kesehatan mereka secara bersama-sama. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi S1 Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Malahayati Raih Akreditasi Unggul, RSJ Daerah Provinsi Lampung Beri Apresiasi
Kegiatan praktik klinik keperawatan jiwa untuk mahasiswa berlangsung pada 10 Februari – 9 Maret 2025 ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa dalam memperoleh pengalaman langsung di lapangan. Dalam acara tersebut, dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), memberikan sambutan yang menekankan pentingnya kompetensi keperawatan jiwa serta kontribusi mahasiswa dalam pelayanan kesehatan mental.
Acara ini turut dihadiri oleh beberapa perwakilan pejabat struktural RSJ Daerah Provinsi Lampung, termasuk Kabid Diklat, Kasi Keperawatan, Kabag Diklat Keperawatan, Kepala Ruangan, serta Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik. Keberadaan mereka dalam acara ini menunjukkan dukungan penuh terhadap proses pendidikan klinik bagi mahasiswa keperawatan.
Editor: Gilang Agusman
Susahnya Pasti, Senangnya Nanti
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa hari lalu takziah ke kediaman kerabat yang keluarganya meninggal dunia; suasana duka menyelimuti keluarga itu sangat kental sekali, karena alamarhum dikenal orang baik dan banyak teman. Sekalipun yang bersangkuan adalah putra pejabat penting di daerah ini pada jamannya, namun beliau selalu bergaul dari kelas bawah sekali sampai paling atas di negeri ini. Bahkan pernah suatu ketika beliau pulang tinggal menggunakan kaos dalam; tatkala di tanya kemana bajunya, dengan santai beliau menjawab “saya berikan ke mereka yang tidak beruntung dan sangat memerlukan”; dan kelakuan seperti ini beberapa kali beliau lakukan.
Pada saat duduk bersama yang hadir, hampir semua mereka yang datang menceritakan kebaikan beliau semasa hidupnya. Bahkan ada yang sambil berkacaka mengungkapkan kebaikan beliau, saat beliaunya sendiri susah namun begitu ada teman lain membutuhkan bantuannya; dengan sertamerta beliau memberikan apa yang teman butuhkan tanpa mengingat bahwa dirinya juga sedang membutuhkan.
Jadi ingat beberapa puluh tahun silam saat beliau masih muda pada satu kesempatan kami ngobrol dengan beberapa saudara. Almarhum pernah bicara bahwa yang namanya susah itu pasti, tidak usah dicari dia datang sendiri, namun berbeda dengan senang, itu adalah sesuatu yang harus diupayakan untuk bisa hadir di dalam hati. Tampaknya beliau mengamalkan ajaran itu hingga akhir hayatnya. Semoga beliau husnulkhotimah.
Kita telusuri lebih lanjut apa makna dasar filosofi dari pendapat tadi; ternyata berdasarkan penelusuran digital ditemukan informasi sebagai berikut: “Susahnya pasti, senangnya nanti” memiliki makna filosofis yang dalam, terutama dalam konteks kehidupan dan perjuangan. Berikut beberapa makna yang bisa diambil: Pertama, Kesulitan adalah Keniscayaan, Kebahagiaan adalah Hasil, Dalam hidup, kesulitan dan tantangan pasti akan terjadi. Tidak ada manusia yang terbebaas dari kesulitan dan tantangan. Namun, jika kita bertahan dan berusaha, kesenangan atau keberhasilan akan menyusul kemudian.
Kedua, Kesabaran dan Ketekunan Menghasilkan Hasil Manis, Perjalanan menuju keberhasilan sering kali penuh rintangan. Kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan akan membawa hasil yang lebih baik di masa depan. Ketiga, Hukum Sebab Akibat . Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Jika kita siap menghadapi kesulitan dan bekerja keras, pada akhirnya kebahagiaan dan keberhasilan akan datang sebagai akibatnya. Keempat, Nilai Keberanian dan Pengorbanan. Menjalani kesulitan dengan tekad kuat bukan berarti menikmati penderitaan, tetapi memahami bahwa perjuangan saat ini adalah investasi bagi kebahagiaan di masa depan.
Ungkapan ini mencerminkan pola pikir jangka panjang, bahwa kebahagiaan sejati sering kali lahir dari proses yang sulit dan penuh ujian. ungkapan ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi kesulitan karena di baliknya ada kebahagiaan yang menunggu. Oleh sebab itu tidaklah salah jika orang bijak mengatakan bawa: “Susah adalah jalan menuju senang, dan senang tak akan berarti tanpa susah.”
Namun jaman sudah berubah, generasi sudah berganti; justru sekarang ungkapan itu menjadi usang karena berubah menjadi “kenapa harus susah kalau senangnya sudah pasti”. Sikap tidak menghargai proses ini menjadikan pola hidup hedonis; bahkan ada teman sesama purnabakti yang berjiwa nasionalis sampai berkomentar “mau jadi apa negeri ini jika semua mau instan”.
Tampaknya ada sesuatu yang hilang di negeri ini, salah satu diantaranya adalah “teladan mulia” yang ditampilkan para pemuka negeri. Bisa dibayangkan jika dari atas sampai bawah memudahkan sistem bisa dilakukan jika ada “pelumas” berupa cuan. Lebih menakjubkan lagi jika itu dalam satuan nominal asing; maka bisa dibayangkan betapa rapuhnya negeri ini. Akibatnya laut dikapling, gunung di ratakan; sebentar lagi udara di sekat dan kalau bisa mataharipun akan dipindahkan. Semua terjadi karena ketamakan yang melekat dalam diri, sehingga bisa menjadi lupa diri.
Padahal jauh-jauh hari Rasullullah sudah berpesan bahwa diriwayatkan oleh Anas bin Malik, di mana Rasulullah ﷺ bersabda: “Andai kata manusia itu telah mempunyai harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah (maut). Dan Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya.” Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Dini Maharani Mahasiswa Universitas Malahayati, Raih Juara 1 Karate Kategori Kata Perorangan Junior dan U21 Putri
Prestasi ini merupakan bukti dedikasi dan kerja keras Dini dalam mengasah kemampuan karate-nya. Dini mengungkapkan, “Suatu kebanggaan dapat menunjukkan dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan. Semua ini tidak terlepas dari latihan keras dan dukungan dari semua pihak yang selalu mendukung saya.”
Dini juga berbagi pesan inspiratif, hasil tidak akan menghianati proses. “Semua yang saya capai adalah hasil dari proses panjang dan kerja keras. Saya ingin menginspirasi teman-teman mahasiswa lainnya bahwa dengan usaha yang maksimal, kita pasti bisa meraih apa yang kita impikan,” ujarnya.
Universitas Malahayati merasa bangga atas prestasi yang diraih oleh Dini. Ini menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa Malahayati tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga di bidang olahraga. Harapannya, Dini dapat terus mengukir prestasi di tingkat yang lebih tinggi dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya bagi mahasiswa Universitas Malahayati.
Keberhasilan Dini Maharani ini sekaligus menunjukkan pentingnya keseimbangan antara akademik dan pengembangan bakat di luar kelas, yang dapat mendukung kemajuan pribadi dan membawa kebanggaan bagi universitas. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Matangkan Persiapan Akreditasi Program Studi Akuntansi
Rapat ini dihadiri oleh Wakil Rektor I Universitas Malahayati Prof. Dr. Dessy Hermawan, Ns., M.Kes., Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen Dr. Rahyono, S.Sos., M.M., Kepala LPPM Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D., Kepala LPMI Dr. M. Arifki Zainaro, Ns., M.Kep., dan Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi Muhammad Luthfi, S.E., M.Si., serta dosen Program Studi Sarjana Akuntansi
Lembaga Penjaminan Mutu Internal berperan aktif dalam menyukseskan pengajuan akreditasi sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Eksternal. Rapat ini menitikberatkan pada penyelarasan dokumen yang dibutuhkan serta strategi dalam memenuhi standar yang ditetapkan oleh LAMEMBA.
Dengan adanya persiapan yang matang dan sinergi antara Universitas, LPPM, LPMI dan Program Studi Sarjana Akuntansi. Universitas Malahayati optimis dapat memperoleh hasil akreditasi yang terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing lulusan. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Waspada Bencana: Prodi Keperawatan Universitas Malahayati Selenggarakan Simulasi Manajemen Disaster untuk Sivitas Akademika
Simulasi ini diikuti oleh seluruh sivitas akademika Universitas Malahayati, termasuk dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, serta petugas keamanan (satpam). Dengan adanya keterlibatan berbagai elemen kampus, diharapkan koordinasi dan respons cepat terhadap bencana dapat lebih terorganisir dan efektif.
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UNMAL Aryanti Wardiyah,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen institusi dalam memberikan pendidikan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan. “Kami ingin membekali mahasiswa dan seluruh sivitas akademika dengan keterampilan yang tepat dalam menghadapi bencana, baik dalam skala kecil maupun besar,” ujarnya.
Para peserta mengaku mendapatkan banyak manfaat dari simulasi ini. Tia salah satu peserta yang mengikuti kegiatan ini mengungkapkan, “Simulasi ini benar-benar membuka wawasan saya tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Saya merasa lebih siap dan percaya diri jika sewaktu-waktu menghadapi situasi darurat.”
Dengan adanya simulasi manajemen disaster ini, Universitas Malahayati semakin menunjukkan komitmennya dalam mencetak Tenaga Kesehatan khususnya Lulusan Ners yang tidak hanya kompeten dalam bidang akademik, tetapi juga siap berkontribusi dengan tekad yang KUAT dalam situasi kegawatdaruratan demi keselamatan masyarakat luas. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Lokakarya Mini Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Tanggapi Masalah Kesehatan dan Lingkungan di Desa Sukajaya Lempasing
Kegiatan ini diadakan pada Sabtu, 8 Februari 2025, dan menjadi bagian dari upaya Program Magister Kesehatan Masyarakat FIK Universitas Malahayati untuk melakukan kajian awal permasalahan kesehatan di tingkat desa. Sebelumnya, mahasiswa telah melakukan survei kesehatan di desa tersebut, yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam lokakarya mini ini.
Dalam kegiatan lokakarya mini, masing-masing dusun menyampaikan hasil analisis mereka, terdapat lima masalah kesehatan utama paling mendesak untuk menjadi perhatian masyarakat khususnya pimpinan wilayah setempat. Berbagai masalah mulai dari kurangnya pemahaman tentang IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), rendahnya cakupan vaksinasi malaria, hingga kebiasaan merokok yang meluas.
Berikut adalah hasil lokakarya mini di masing-masing dusun yang dihadiri oleh perangkat dusun, kader kesehatan, dan tokokh masyarakat, kesepakatannya sebagai berikut:
Menurut Dr. Samino SH, M.Kes., Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, tujuan utama dari kegiatan lokakarya mini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan yang ada di masyarakat Desa Sukajaya Lempasing dan memetakan berbagai permasalahan yang perlu segera ditangani. “Mahasiswa diturunkan untuk melakukan kajian awal dan mendalami masalah kesehatan apa yang ada di desa binaan. Dari sini, diharapkan masyarakat dapat terlibat dalam mencari solusi serta meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya kesehatan,” jelas Dr. Samino.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dan program-program lain di bawah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati untuk mengembangkan solusi yang lebih inovatif, sehingga masyarakat lebih sehat dan produktif.
Dengan semangat kebersamaan, diharapkan lokakarya mini ini dapat menjadi awal yang baik bagi tercapainya perubahan positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Desa Sukajaya dan sekitarnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Fakultas Teknik Universitas Malahayati Gelar Yudisium Periode 37
Ia juga menambahkan bahwa pendidikan berbasis Keluaran (Outcome Based) yang diterapkan di Universitas Malahayati telah membawa banyak perubahan dalam kurikulum yang mendukung pengembangan akademik dan keahlian para mahasiswa.
Prof. Dessy mengingatkan para lulusan untuk terus membangun dan menjalin komunikasi dengan para alumni. “Jika nanti kalian sudah menjadi orang hebat dan sukses, jangan melupakan junior-seniornya. Beri juga peluang kepada mereka yang memiliki semangat tinggi,” ucapnya.
“Alhamdulillah, dengan lulusnya kuliah ini, satu beban di pundak kalian telah berakhir. Namun, belajar yang sebenarnya itu adalah di lapangan, sementara di kampus hanya teori pendukung,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya para lulusan untuk dapat mengimplementasikan visi dan misi masing-masing program studi, karena hal tersebut akan menjadi indikator kesuksesan mereka di masa depan.
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor 1, Dekan Fakultas Teknik, Ka. Prodi Teknik Lingkungan, Ka.Prodi Teknik Sipil, Ka. Prodi Teknik Industri, segenap para dosen Fakultas Teknik, dan peserta yudisium. (gil)
Editor: Gilang Agusman