Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Abu Nawas di samping terkenal akan kepiawaian dan kepandaiannya, ternyata juga memiliki kehidupan agama yang baik, dan ini ditemukan dalam jejak digital yang mengisahkan bagaimana tingkat ketaqwaan beliau dalam kehidupan beragama. Dikisahkan pada suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan di taman kerajaan. Di taman itu, tumbuh berbagai bunga yang indah dan pohon-pohon buah yang berbuah lebat. Sang tukang kebun, yang bertugas merawat taman, sangat bangga dengan pekerjaannya.
Melihat taman yang begitu subur, Abu Nawas berpikir untuk menguji tingkat kesolehan sang tukang kebun. Abu Nawas bertanya, “Wahai tukang kebun yang rajin, siapa yang menumbuhkan semua pohon dan bunga indah ini?”. Dengan bangga, tukang kebun menjawab, “Tentu saja, semua ini hasil jerih payahku. Aku yang menyirami, merawat, dan memastikan semuanya tumbuh dengan baik.”
Abu Nawas tersenyum mendengar jawaban itu. Ia lalu berkata, “Jadi, kau yang menumbuhkan semua ini? Luar biasa sekali! Kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana kau menumbuhkan satu tanaman saja tanpa bantuan apa pun.” Tukang kebun bingung dengan tantangan itu. Ia menjawab, “Tentu saja aku bisa menanam, tapi benihnya harus ada dulu.” “Ah, jadi kau butuh benih? Siapa yang menciptakan benih itu?” tanya Abu Nawas.
Tukang kebun mulai sadar bahwa dirinya terlalu sombong. Ia menunduk malu dan berkata, “Maafkan aku, Abu Nawas. Aku hanya alat, semua ini takkan terjadi tanpa kehendak Allah.” Abu Nawas tersenyum penuh pengertian dan berkata, “Tidak ada salahnya merasa bangga dengan pekerjaanmu, tapi jangan lupa bahwa kita hanya perantara. Segala sesuatu berasal dari Allah.” Sejak saat itu, tukang kebun lebih rendah hati dan selalu mengingat Allah dalam setiap pekerjaannya.
Kemudian Abu Nawas meninggalkan Tukang Kebun yang sedang meratapi diri, dan Abu Nawas berjalan menysuri sungai. Tampak dari kejauhan ada orang yang sedang memancing ikan. Abu Nawas tergerak hatinya untuk menjumpai sipemancing tadi. Abu Nawas mendekat dan bertanya, “Apa yang kau lakukan, kawan?”
Tukang memancing menjawab dengan nada kesal, “Apa kau tidak melihat? Aku sedang memancing ikan! Tapi sudah sejak pagi aku di sini, belum ada satu pun ikan yang berhasil kutangkap.” Abu Nawas tersenyum mendengar keluhan itu. Ia berkata, “Wahai sahabat, kau tampaknya butuh bantuan. Bagaimana jika aku membantumu agar kau mendapatkan banyak ikan?”. Tukang memancing penasaran dan bertanya, “Apa yang akan kau lakukan? Kau tahu cara memancing yang lebih baik?”.
“Tidak, aku tidak tahu cara memancing,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum, “Tapi aku tahu cara mendapatkan ikan dengan cara yang lebih cepat.” Tukang memancing tertarik. “Apa caranya? Katakan padaku!”
Abu Nawas dengan tenang berkata, “Berdoalah kepada Allah. Mintalah langsung kepada-Nya, karena Dia yang menciptakan semua ikan di sungai ini. Jika kau sungguh-sungguh meminta, Dia pasti memberikan rezeki untukmu.”
Tukang memancing tertawa sinis, “Wah, kau lucu sekali, Abu Nawas. Kalau hanya berdoa saja, tanpa usaha, mana mungkin ikan datang dengan sendirinya.”. Abu Nawas tersenyum bijak. Ia pun berkata, “Baiklah, kalau begitu kita buat kesepakatan. Jika kau terus memancing tanpa hasil sampai matahari terbenam, kau harus mengakui bahwa usaha saja tidak cukup tanpa doa.”
Tukang memancing setuju. Mereka menunggu bersama hingga matahari hampir tenggelam, tetapi tidak ada satu ikan pun yang berhasil tertangkap. Akhirnya, tukang memancing menyerah. Ia menunduk malu dan berkata, “Abu Nawas, aku mengaku kalah. Memang benar, usaha saja tidak cukup tanpa doa.”. Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Ingatlah, sahabatku, doa adalah usaha yang tidak terlihat, tetapi kekuatannya bisa melampaui apa pun. Mulai sekarang, mintalah kepada Allah dengan hati yang tulus, lalu lakukan usahamu dengan ikhlas. Kau akan melihat betapa besar rezeki yang diberikan oleh-Nya.”, Sejak saat itu, tukang memancing selalu berdoa sebelum memulai pekerjaannya.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya menggabungkan doa dan usaha dalam mencari rezeki. Doa adalah bentuk ketergantungan kepada Allah, sementara usaha adalah ikhtiar nyata yang harus dilakukan. Berbeda lagi saat Abu Nawas bertemu dengan orang yang bertaqwa memang tulus dari hatinya. Itupun Abu Nawas ingin mengujinya; berikut kisahnya: Suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan di sebuah desa dan bertemu dengan seorang lelaki yang dikenal sangat bertaqwa dan saleh menurut informasi dari orang desa tersebut. Orang ini selalu berdoa, berdzikir, dan rajin beribadah. Warga desa menganggapnya sebagai sosok yang sangat mulia dan selalu mengajarkan kebaikan.
Abu Nawas yang terkenal dengan kecerdikannya ingin menguji seberapa besar kesalehan orang tersebut. Ia pun mendekati orang yang bertaqwa itu dan berkata dengan nada serius, “Saudaraku, aku mendengar bahwa engkau sangat dekat dengan Tuhan dan selalu beribadah dengan tekun. Aku ingin bertanya sesuatu yang sangat penting. Apakah engkau percaya bahwa Tuhan mampu melakukan segala sesuatu?”. Orang bertaqwa itu menjawab, “Tentu, aku percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Abu Nawas kemudian bertanya lagi, “Jika Tuhan Maha Kuasa, apakah Dia bisa menciptakan sebuah batu yang begitu besar sehingga Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya?”. Orang bertaqwa itu terdiam sejenak. Ia berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat, karena pertanyaan itu sangat membingungkan. Akhirnya, setelah beberapa saat, orang itu berkata,
“Abu Nawas, pertanyaanmu memang sulit, namun aku percaya bahwa Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu yang bertentangan dengan kekuasaan-Nya sendiri. Dia Maha Bijaksana dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak mungkin.”
Mendengar jawaban itu, Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Saudaraku, engkau benar-benar bijaksana. Aku hanya ingin menguji bagaimana engkau berpikir, dan jawabanmu menunjukkan betapa dalamnya pemahamanmu tentang agama. Terima kasih atas jawabanmu yang penuh hikmah.”
Orang bertaqwa itu sedikit tersenyum, merasa senang bisa memberikan jawaban yang baik. Namun, ia juga merasa sedikit bingung karena Abu Nawas selalu memiliki cara unik dalam mengajukan pertanyaan. Abu Nawas kemudian melanjutkan perjalanannya dengan senyuman lebar, puas dengan hasil ujiannya. Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Abu Nawas sering kali mempergunakan kecerdikannya untuk menggoda atau menguji orang lain, ia tetap menghormati kebijaksanaan dan ketakwaan mereka.
Kisah ini menggambarkan bagaimana peran kematangan berfikir dalam bertindak sesuai syariat; itu sangat diperlukan oleh siapapun kita. Manusia hanya diwajibkan usaha dan berdoa, tidak diminta untuk memastikan, dan tidak pula memiliki kewenangan mendikte atau memaksa Tuhan. Tuhan itu Maha Pemberi, Maha Mengetahui, dan Maha Melindungi, Maha SegalaNYA. Tuhan tidak bisa diatur-atur, karena DIA Maha Pengatur. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Libur dan Cuti Bersama Hari Raya Natal 2024
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Sahabat Unmal..Yuk simak informasi Libur & Cuti Bersama Hari Raya Natal Tahun 2024. Share ke teman-teman kalian yang membutuhkan informasi ini ya. (gil)
Ketaqwaan Abu Nawas
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Abu Nawas di samping terkenal akan kepiawaian dan kepandaiannya, ternyata juga memiliki kehidupan agama yang baik, dan ini ditemukan dalam jejak digital yang mengisahkan bagaimana tingkat ketaqwaan beliau dalam kehidupan beragama. Dikisahkan pada suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan di taman kerajaan. Di taman itu, tumbuh berbagai bunga yang indah dan pohon-pohon buah yang berbuah lebat. Sang tukang kebun, yang bertugas merawat taman, sangat bangga dengan pekerjaannya.
Melihat taman yang begitu subur, Abu Nawas berpikir untuk menguji tingkat kesolehan sang tukang kebun. Abu Nawas bertanya, “Wahai tukang kebun yang rajin, siapa yang menumbuhkan semua pohon dan bunga indah ini?”. Dengan bangga, tukang kebun menjawab, “Tentu saja, semua ini hasil jerih payahku. Aku yang menyirami, merawat, dan memastikan semuanya tumbuh dengan baik.”
Abu Nawas tersenyum mendengar jawaban itu. Ia lalu berkata, “Jadi, kau yang menumbuhkan semua ini? Luar biasa sekali! Kalau begitu, aku ingin melihat bagaimana kau menumbuhkan satu tanaman saja tanpa bantuan apa pun.” Tukang kebun bingung dengan tantangan itu. Ia menjawab, “Tentu saja aku bisa menanam, tapi benihnya harus ada dulu.” “Ah, jadi kau butuh benih? Siapa yang menciptakan benih itu?” tanya Abu Nawas.
Tukang kebun mulai sadar bahwa dirinya terlalu sombong. Ia menunduk malu dan berkata, “Maafkan aku, Abu Nawas. Aku hanya alat, semua ini takkan terjadi tanpa kehendak Allah.” Abu Nawas tersenyum penuh pengertian dan berkata, “Tidak ada salahnya merasa bangga dengan pekerjaanmu, tapi jangan lupa bahwa kita hanya perantara. Segala sesuatu berasal dari Allah.” Sejak saat itu, tukang kebun lebih rendah hati dan selalu mengingat Allah dalam setiap pekerjaannya.
Kemudian Abu Nawas meninggalkan Tukang Kebun yang sedang meratapi diri, dan Abu Nawas berjalan menysuri sungai. Tampak dari kejauhan ada orang yang sedang memancing ikan. Abu Nawas tergerak hatinya untuk menjumpai sipemancing tadi. Abu Nawas mendekat dan bertanya, “Apa yang kau lakukan, kawan?”
Tukang memancing menjawab dengan nada kesal, “Apa kau tidak melihat? Aku sedang memancing ikan! Tapi sudah sejak pagi aku di sini, belum ada satu pun ikan yang berhasil kutangkap.” Abu Nawas tersenyum mendengar keluhan itu. Ia berkata, “Wahai sahabat, kau tampaknya butuh bantuan. Bagaimana jika aku membantumu agar kau mendapatkan banyak ikan?”. Tukang memancing penasaran dan bertanya, “Apa yang akan kau lakukan? Kau tahu cara memancing yang lebih baik?”.
“Tidak, aku tidak tahu cara memancing,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum, “Tapi aku tahu cara mendapatkan ikan dengan cara yang lebih cepat.” Tukang memancing tertarik. “Apa caranya? Katakan padaku!”
Abu Nawas dengan tenang berkata, “Berdoalah kepada Allah. Mintalah langsung kepada-Nya, karena Dia yang menciptakan semua ikan di sungai ini. Jika kau sungguh-sungguh meminta, Dia pasti memberikan rezeki untukmu.”
Tukang memancing tertawa sinis, “Wah, kau lucu sekali, Abu Nawas. Kalau hanya berdoa saja, tanpa usaha, mana mungkin ikan datang dengan sendirinya.”. Abu Nawas tersenyum bijak. Ia pun berkata, “Baiklah, kalau begitu kita buat kesepakatan. Jika kau terus memancing tanpa hasil sampai matahari terbenam, kau harus mengakui bahwa usaha saja tidak cukup tanpa doa.”
Tukang memancing setuju. Mereka menunggu bersama hingga matahari hampir tenggelam, tetapi tidak ada satu ikan pun yang berhasil tertangkap. Akhirnya, tukang memancing menyerah. Ia menunduk malu dan berkata, “Abu Nawas, aku mengaku kalah. Memang benar, usaha saja tidak cukup tanpa doa.”. Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Ingatlah, sahabatku, doa adalah usaha yang tidak terlihat, tetapi kekuatannya bisa melampaui apa pun. Mulai sekarang, mintalah kepada Allah dengan hati yang tulus, lalu lakukan usahamu dengan ikhlas. Kau akan melihat betapa besar rezeki yang diberikan oleh-Nya.”, Sejak saat itu, tukang memancing selalu berdoa sebelum memulai pekerjaannya.
Kisah ini mengajarkan kita pentingnya menggabungkan doa dan usaha dalam mencari rezeki. Doa adalah bentuk ketergantungan kepada Allah, sementara usaha adalah ikhtiar nyata yang harus dilakukan. Berbeda lagi saat Abu Nawas bertemu dengan orang yang bertaqwa memang tulus dari hatinya. Itupun Abu Nawas ingin mengujinya; berikut kisahnya: Suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan di sebuah desa dan bertemu dengan seorang lelaki yang dikenal sangat bertaqwa dan saleh menurut informasi dari orang desa tersebut. Orang ini selalu berdoa, berdzikir, dan rajin beribadah. Warga desa menganggapnya sebagai sosok yang sangat mulia dan selalu mengajarkan kebaikan.
Abu Nawas yang terkenal dengan kecerdikannya ingin menguji seberapa besar kesalehan orang tersebut. Ia pun mendekati orang yang bertaqwa itu dan berkata dengan nada serius, “Saudaraku, aku mendengar bahwa engkau sangat dekat dengan Tuhan dan selalu beribadah dengan tekun. Aku ingin bertanya sesuatu yang sangat penting. Apakah engkau percaya bahwa Tuhan mampu melakukan segala sesuatu?”. Orang bertaqwa itu menjawab, “Tentu, aku percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Abu Nawas kemudian bertanya lagi, “Jika Tuhan Maha Kuasa, apakah Dia bisa menciptakan sebuah batu yang begitu besar sehingga Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya?”. Orang bertaqwa itu terdiam sejenak. Ia berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat, karena pertanyaan itu sangat membingungkan. Akhirnya, setelah beberapa saat, orang itu berkata,
“Abu Nawas, pertanyaanmu memang sulit, namun aku percaya bahwa Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu yang bertentangan dengan kekuasaan-Nya sendiri. Dia Maha Bijaksana dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak mungkin.”
Mendengar jawaban itu, Abu Nawas tersenyum dan berkata, “Saudaraku, engkau benar-benar bijaksana. Aku hanya ingin menguji bagaimana engkau berpikir, dan jawabanmu menunjukkan betapa dalamnya pemahamanmu tentang agama. Terima kasih atas jawabanmu yang penuh hikmah.”
Orang bertaqwa itu sedikit tersenyum, merasa senang bisa memberikan jawaban yang baik. Namun, ia juga merasa sedikit bingung karena Abu Nawas selalu memiliki cara unik dalam mengajukan pertanyaan. Abu Nawas kemudian melanjutkan perjalanannya dengan senyuman lebar, puas dengan hasil ujiannya. Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Abu Nawas sering kali mempergunakan kecerdikannya untuk menggoda atau menguji orang lain, ia tetap menghormati kebijaksanaan dan ketakwaan mereka.
Kisah ini menggambarkan bagaimana peran kematangan berfikir dalam bertindak sesuai syariat; itu sangat diperlukan oleh siapapun kita. Manusia hanya diwajibkan usaha dan berdoa, tidak diminta untuk memastikan, dan tidak pula memiliki kewenangan mendikte atau memaksa Tuhan. Tuhan itu Maha Pemberi, Maha Mengetahui, dan Maha Melindungi, Maha SegalaNYA. Tuhan tidak bisa diatur-atur, karena DIA Maha Pengatur. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Antika Apriani, Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Universitas Malahayati, Terpilih Menjadi Duta Lingkungan Indonesia 2024
Dalam ajang yang diikuti oleh para peserta dari berbagai daerah di Indonesia, Antika Apriani menunjukkan kemampuan luar biasa, baik dalam wawancara, presentasi, maupun penilaian terkait kepedulian dan aksi nyata terhadap isu-isu lingkungan. Dengan keterampilan komunikasi yang memukau dan komitmen terhadap kelestarian alam, Antika berhasil meraih gelar prestisius ini.
Antika mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian yang diraihnya. “Ini merupakan pencapaian yang luar biasa yang telah saya capai selama ini, dan sebuah amanah baru dalam berperan sebagai generasi muda. Saya merasa sangat bersyukur dan terhormat bisa dipercaya untuk menjadi Duta Lingkungan Indonesia 2024,” ungkap Antika dengan penuh rasa syukur.
Lebih lanjut, Antika menyatakan bahwa pencapaiannya ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari sebuah tanggung jawab besar yang harus diemban. “Saya harap pencapaian baru ini bisa menjadi langkah awal untuk memulai tanggung jawab yang lebih besar dan makna yang lebih dalam”.
“Sebagai Duta Lingkungan, saya ingin menginspirasi generasi muda lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan alam untuk masa depan kita semua,” tambahnya.
Prestasi ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi Antika, tetapi juga bagi seluruh civitas akademika Universitas Malahayati. Sebagai mahasiswa Pendidikan Dokter, Antika membuktikan bahwa ilmu dan kepedulian terhadap lingkungan dapat berjalan seiring, serta menunjukkan bahwa generasi muda memiliki peran yang sangat penting terhadap lingkungan dan kelestarian alam.
Antika Apriani kini menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa lainnya, menunjukkan bahwa dengan tekad, keterampilan, dan semangat, segala sesuatu mungkin tercapai. Sebagai Duta Lingkungan, Antika berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih peduli dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan demi masa depan yang lebih baik. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Adakan Monitoring Evaluasi (Monev) PKKM Tahun Kedua, Prodi Psikologi Dapatkan Hibah Dikti dan Siap Menjadi Mentor
Kegiatan Monev ini berlangsung di Ruang Rapat Gedung Rektorat Universitas Malahayati. Dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil Rektor 2 Universitas Malahayati, Drs. Nirwanto, M.Kes, serta Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sari, SKM., M.Kes., dan Ka.Prodi Psikologi, Octa Reni Setiawati, S.Psi., M.Psi. Turut hadir pula dosen-dosen dari Prodi Psikologi serta tim yang terlibat dalam program ini. Senin (16/12/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H., selaku Ketua Tim Task Force PKKM, menyampaikan bahwa Monev tahun kedua ini merupakan kesempatan untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan, sekaligus memantau sejauh mana Prodi Psikologi telah memanfaatkan hibah dari Dikti.
Monev ini adalah bentuk evaluasi pelaksanaan dari Tim Task Force Psikologi yang bertanggung jawab atas implementasi berbagai program. “Kami juga merasa bersyukur karena LPMI diberikan amanah oleh Dikti untuk menjalankan proses Monev ini,” ujar Aditia.
“Tahun depan, Prodi Psikologi akan berperan sebagai mentor untuk prodi-prodi lain yang juga terlibat dalam PKKM,” jelas Aditia.
Prodi Psikologi Universitas Malahayati memiliki dua program besar yang sedang berjalan, yaitu Magang MBKM yang melibatkan berbagai instansi dan mitra kerja sama prodi, serta inovasi pembelajaran melalui lokakarya kurikulum yang menghasilkan produk modul pembelajaran. Selain itu, Prodi Psikologi juga memperoleh hibah untuk pengadaan alat laboratorium, yang tentunya akan mendukung pengembangan ilmu dan praktik psikologi di kampus.
Supriyati, S.Psi., M.Si., selaku PIC Hibah PKKM 2024 Prodi Psikologi, mengungkapkan bahwa program-program yang dilaksanakan di prodi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan mahasiswa agar siap berkontribusi di dunia profesional. “Dengan adanya hibah ini, kami optimistis bahwa Prodi Psikologi dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan sesuai dengan kekahasan Prodi Psikologi Malahayati yaitu Kesehatan Mental Komunitas baik untuk mahasiswa maupun masyarakat,” ujarnya.
Monev yang dilaksanakan oleh LPMI (Lembaga Pengembangan Mutu Internal) Universitas Malahayati, yang terdiri dari Dr. M. Arifki Zainaro, S.Kep., Ns., M.Kep., Dr. Febrianti, SE., M.Si., dan Setiawati, Ns., M.Kep.,Sp.Kep.An., juga bertujuan untuk menilai sejauh mana pencapaian yang telah diraih oleh setiap program studi yang mendapatkan hibah dari Dikti dalam rangka pelaksanaan Kampus Merdeka.
“Semoga dengan Monev ini, kita dapat lebih memahami efektivitas dan kualitas program-program yang telah dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi yang konstruktif bagi pengembangan lebih lanjut,” tambah Dr. M. Arifki Zainaro, Ketua LPMI.
Dengan semangat untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas pendidikan, Universitas Malahayati melalui Prodi Psikologi berkomitmen untuk terus berinovasi dan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Malahayati Raih Medali Perak Bidang Matematika di Olimpiade Sains Nasional
Pencapaian ini menjadi kebanggaan tidak hanya bagi Rindiani, tetapi juga untuk Universitas Malahayati, khususnya Prodi Teknik Sipil, yang membuktikan bahwa mahasiswa di bidang teknik pun mampu bersaing dan berprestasi di bidang ilmu eksakta seperti matematika. Keberhasilan Rindiani ini sekaligus menunjukkan kualitas pendidikan yang diberikan Universitas Malahayati, yang mendorong mahasiswa untuk mengembangkan berbagai potensi diri, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.
Rindiani Indah Putri mengungkapkan bahwa pencapaian ini merupakan tujuan yang selama ini dia impikan. “Prestasi ini merupakan tujuan saya selama ini, dan saya sangat bersyukur bisa meraihnya”.
“Ini adalah prestasi olimpiade matematika pertama yang saya dapatkan di Universitas Malahayati, dan saya meraihnya di Semester 3, dan saya berharap ini bisa menjadi langkah awal untuk terus mengukir prestasi lebih besar di masa depan,” ungkap Rindiani dengan semangat.
Rindiani juga menyampaikan harapannya untuk lebih giat dalam berlatih dan berkembang. “Untuk selanjutnya, saya berharap diri saya bisa lebih giat dan terus berkembang, tidak hanya untuk kebanggaan pribadi, tetapi juga untuk menjadi kebanggaan keluarga, teman-teman, dan tentunya membawa nama baik Prodi Teknik Sipil serta mengharumkan nama Universitas Malahayati,” tambahnya.
Pencapaian Rindiani juga menjadi bukti bahwa Universitas Malahayati tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang ilmu teknik, tetapi juga mampu mencetak mahasiswa yang unggul dalam berbagai bidang, termasuk matematika, yang dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan meraih Medali Perak di NHC 2024, Rindiani berharap dapat menginspirasi mahasiswa Universitas Malahayati lainnya untuk berani mengikuti kompetisi dan mengembangkan diri. “Saya berharap prestasi ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman saya, terutama di Prodi Teknik Sipil, untuk tidak ragu mengembangkan potensi mereka, baik di bidang akademik maupun di luar itu,” tutup Rindiani. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Rektor Universitas Malahayati Hadiri Acara Bergengsi, Management Expo 2024 “The Art of Management: From Theory to Practice”
Management Expo 2024 diadakan mulai tanggal 16 hingga 20 Desember 2024, dan merupakan wujud nyata implementasi pembelajaran berbasis Outcome-Based Education (OBE) di Prodi Manajemen Universitas Malahayati. Fokus utama acara ini adalah mengajak mahasiswa untuk tidak hanya menguasai teori manajemen, tetapi juga untuk memperlihatkan keterampilan praktis yang sangat relevan dengan dunia industri.
Dalam rangkaian acara yang memeriahkan expo ini, mahasiswa memamerkan berbagai karya dan hasil praktik mereka, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu manajerial. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh selama perkuliahan, sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi dunia kerja.
Beragam kegiatan menarik digelar dalam acara ini, antara lain:
Pengembangan unit-unit usaha, mencoba membuat produk, mengelola produk, memperkenalkan produk, dan menjual produk tersebut adalah langkah yang harus kita ambil dalam mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia industri. “Kita hidup di masa bonus demografi, dimana peluang pasar terbuka lebar. Market peluang yang sangat mudah dan promosi produk semakin terjangkau, terutama dengan adanya teknologi digital,” ujar Dr. Muhammad Kadafi.
Rektor melanjutkan, yang paling penting adalah bagaimana kita membangun jaringan, membaca peluang, dan memaksimalkan kesempatan yang ada. Di Management Expo ini, mahasiswa/i Prodi Manajemen Universitas Malahayati telah menunjukkan produk-produk luar biasa yang dapat menjadi pionir di dunia usaha.
Rektor juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. “Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras untuk menyukseskan acara ini, serta kepada para peserta yang telah menunjukkan karya-karya terbaik mereka”.
Semoga kegiatan ini dapat menjadi ajang untuk terus mengembangkan keterampilan manajerial yang akan berguna bagi masa depan mereka,” tutup Dr. Muhammad Kadafi.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berkolaborasi, bertukar ide, dan berinovasi dalam menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Dengan demikian, Universitas Malahayati tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara teori, tetapi juga yang mampu memimpin dan berinovasi dalam dunia usaha. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Logika, Matematika dan Abu Nawas
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Paparan tulisan pada hari senin tanggal 16 Desember 2024 kemarin berkaitan dengan Abu Nawas; ada respon dari ilmuwan kandidat doktor yang meminta untuk memaparkan bagaimana kemampuan logika Abu Nawas dikaitkan dengan matematika. Tentu saja permintaan itu disambut dengan senang hati, karena membuat adrenalin keilmuan menjadi naik. Berdasarkan penelusuran literatur digital ternyata Abu Nawas juga memiliki talenta logika dan matematika sekaligus yang cukup bagus. Untuk itu kita perhatikan nukilan berdasarkan penelusuran digital tadi.
Suatu hari, Abu Nawas sedang menaiki untanya berjalan menuju pasar. Ketika dia berjalan, dari kejauhan terlihat seorang tukang delman yang sedang marah-marah kepada kudanya karena tidak mau berjalan. Tukang delman itu mencambuk kudanya berkali-kali, tetapi kuda itu tetap diam saja, bahkan cenderung mogok.
Abu Nawas, yang terkenal dengan kecerdasannya, mendekati tukang delman tersebut dan berkata, “Saudaraku, apakah engkau ingin kudamu ini berjalan kembali tanpa perlu memukulnya?”. Tukang delman, yang sudah lelah, berkata, “Jika Abu Nawas bisa membuat kuda ini berjalan tanpa cambuk, saya akan memberikanmu sekeping uang perak saat ini juga!”
Abu Nawas tersenyum dan berkata “baiklah saudaraku”. Sejurus kemudian Abu Nawas turun dari untanya dan mendekati kuda itu seraya berbisik di telinganya. Tak lama kemudian, kuda itu langsung berdiri dan mulai berjalan dengan patuh dan tegap. Tukang delman sangat terkejut dan kagum, dan kemudian bertanya kepada Abu Nawas, “Bagaimana saudaraku engkau bisa melakukannya?” tanya tukang delman penasaran dan keheranan. Abu Nawas menjawab dengan tenang, “Saya hanya berbisik kepada kudamu bahwa jika dia tidak berjalan, saya akan menyerahkan tugas ini kepada tukang jagal hewan di pasar ini untuk menyembelihnya..!”
Tukang delman tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Abu Nawas.
Akhirnya, dia memberikan kepingan uang perak kepada Abu Nawas sesuai janjinya. Nukilan cerita ini menggambarkan kecerdikan dan humor Abu Nawas yang sering menggunakan logikanya untuk menyelesaikan masalah. Betapa peran logika menjadi alat pemecah persoalan menggunakan bahasa.
Sejurus kemudian Abu Nawas melanjutkan perjalanannya dengan menaiki untanya kembali. Dalam perjalanan itu dia melewati padang pasir. Tak lama kemudian bertemu dengan seorang penggembala unta yang tengah duduk di bawah pohon sambil mengawasi untanya yang sedang merumput. Penggembala itu tampak murung, tatapannya kosong karena memikirkan sesuatu. Abu Nawas, yang selalu ingin tahu, mendekati penggembala itu dan kemudian bertanya, “Saudaraku, mengapa kau terlihat begitu sedih? Apakah ada yang bisa kubantu?”
Penggembala itu menghela napas dan menjawab, seraya berkata “Aku sedang bingung Abu Nawas. Aku memiliki 17 ekor unta, dan sebelum meninggal, ayahku berwasiat agar unta-unta itu dibagi kepada kami, tiga bersaudara. Kakakku harus mendapatkan setengah dari jumlah unta, adikku mendapat sepertiga, dan aku sendiri sepertujuh. Tapi bagaimana membagi unta-unta ini tanpa harus memotong seekor pun?”.
Mendengar itu Abu Nawas tersenyum, merasa tertantang oleh persoalan bagi-membagi itu. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, “Baiklah jangan khawatir. Aku punya jalan keluar untuk persoalanmu ini. Tapi aku akan meminjamkan untaku terlebih dahulu kepadamu, setelah pembagian nanti tolong dikembalikan.” Pengembala setuju asal persoalan yang memusingkan kepala itu segera selesai. Selanjutnya Abu Nawas kemudian meminjamkan untanya, sehingga jumlah unta menjadi 18 ekor. Dia mulai membagi unta sesuai wasiat ayah penggembala: Kakak mendapatkan setengah dari 18, yaitu 9 ekor. Adik mendapatkan sepertiga dari 18, yaitu 6 ekor. Penggembala itu sendiri mendapatkan sepertujuh dari 18, yaitu 3 ekor. Setelah membagikan semua unta, ternyata jumlahnya tepat 18 ekor. Setelah diserahkan semua kepada yang berhak, termasuk kepada Si Penggembala, Abu Nawas kemudian meminta kembali untanya yang ada pada bagian Si Penggembala sambil berkata, “Masalah selesai, dan aku meminta kembalikan untaku; dan aku tidak kehilangan apa-apa!”. Penggembala itu dan keluarganya sangat kagum dengan kecerdikan Abu Nawas. Mereka mengucapkan terima kasih dengan tulus dan memuji kebijaksanaannya.
Cerita ini menggambarkan dalam menyelesaikan masalah kita dapat menggunakan cara yang logis, matematis dan adil, tanpa merugikan siapapun. Ternyata Logika dan Matematika, dibantu Bahasa dapat menyelesaikan persoalan menjadi mudah dan sederhana; hanya diperlukan taktis dan strategi berfikir untuk memecahkan masalah. Itulah mengapa dalam Filsafat Ilmu dikatakan bahwa Logika, Matematika, Statistika dan bahasa selalu berkelindan dalam menyelesaikan masalah. Pertanyaannya mampukan kita menangkap esensi dari keempatnya tadi? Salam Waras. (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Prodi Psikologi Universitas Malahayati Raih Hibah Peralatan Laboratorium dari Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM)
Melalui hibah ini, Prodi Psikologi Universitas Malahayati tidak hanya mendapatkan peralatan laboratorium psikologi yang canggih, tetapi juga memperoleh sejumlah fasilitas pendukung lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di bidang psikologi. Selain peralatan laboratorium, hibah ini juga mencakup insentif untuk program magang mahasiswa serta pengembangan kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) dan komunitas, yang akan memberikan dampak positif bagi mahasiswa dan masyarakat luas.
Dengan adanya hibah peralatan laboratorium psikologi, mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Malahayati akan memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan modern untuk melaksanakan praktikum. Laboratorium ini dirancang untuk mendukung pengembangan keterampilan praktis mahasiswa, baik dalam hal penelitian maupun aplikasi psikologi di dunia kerja.
Octa Reni Setiawati, S. Psi., M. Psi, selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Malahayati, menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan ini. “Kami sangat berterima kasih kepada Kemendikbudristek atas hibah yang diberikan kepada kami”.
Hibah ini bukan hanya tentang peralatan laboratorium semata, namun juga sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Prodi Psikologi Universitas Malahayati. “Dengan adanya fasilitas laboratorium yang lebih baik, mahasiswa kami akan memiliki kesempatan lebih banyak untuk menggali ilmu dan pengalaman yang relevan dengan dunia profesional di bidang psikologi,” ujar Octa.
Lebih lanjut, Prodi Psikologi Universitas Malahayati juga akan mengembangkan kurikulum berbasis OBE (Outcome-Based Education) yang akan lebih terfokus pada capaian hasil belajar yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Octa menambahkan, pengembangan kurikulum berbasis OBE ini akan memastikan bahwa setiap mata kuliah yang diajarkan dapat memberikan kontribusi langsung terhadap kompetensi dan keterampilan mahasiswa yang relevan dengan tantangan di dunia profesional.
“Kami berharap dengan adanya hibah ini, kami dapat terus berinovasi dalam memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan zaman. Kami juga berharap program ini dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi mahasiswa kami untuk berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat,” tutup Octa.
Dengan dukungan dari Kemendikbudristek dan partisipasi aktif seluruh civitas akademika, Prodi Psikologi Universitas Malahayati siap menyongsong masa depan yang cerah, meningkatkan kualitas pendidikan, serta menjawab tantangan yang ada dalam dunia psikologi. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Manajemen Universitas Malahayati Gelar Manajemen Expo 2024, Angkat Tema “The Art of Management: From Theory to Practice”
Management Expo 2024 dirancang sebagai bentuk implementasi pembelajaran berbasis Outcome-Based Education (OBE) yang berfokus pada pencapaian hasil belajar mahasiswa, bukan hanya pada penguasaan materi, tetapi juga pada keterampilan praktis yang relevan dengan dunia industri. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat memamerkan karya dan hasil praktik mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu manajerial.
Beragam kegiatan akan memeriahkan expo ini, di antaranya adalah bazar produk makanan dan minuman, pameran kerajinan tangan, pameran poster, pemutaran film pendek, presentasi studi kelayakan bisnis, simulasi pengambilan keputusan bisnis, hingga berbagai kegiatan kreatif yang melibatkan interaksi langsung dengan masyarakat.
“Kami ingin memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan menampilkan kemampuan praktis mereka dalam bidang manajemen yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja,” ujarnya.
Kegiatan ini juga sebagai wujud dari pembelajaran berbasis OBE, di mana mahasiswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga diberi kesempatan untuk mempraktekkan langsung pengetahuan yang mereka pelajari. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi ajang pembelajaran yang memberikan dampak positif, baik bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat sekitar,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kegiatan ini adalah langkah konkret untuk menghubungkan teori yang telah diajarkan dengan aplikasi praktis dalam dunia nyata. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat memperlihatkan sejauh mana mereka bisa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan manajerial yang telah mereka pelajari di kelas. “Selain itu, kami berharap kegiatan ini memberikan ruang bagi mereka untuk berkreasi, berinovasi, dan memecahkan masalah bisnis yang relevan dengan dunia industri saat ini,” kata Dr. Febrianti.
Dr. Febrianti juga berharap agar acara ini dapat terus berkembang dan memberi inspirasi bagi mahasiswa untuk mengasah kompetensinya. “Kami berharap Management Expo ini bisa terus berkembang dari tahun ke tahun dan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengasah kualitas kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia industri”.
“Semoga setiap karya yang ditampilkan hari ini menjadi langkah awal menuju pencapaian yang lebih besar, baik bagi mahasiswa, dosen, maupun institusi kita,” tandasnya.
Kegiatan ini merupakan sarana untuk memamerkan pencapaian mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai tantangan bisnis yang kompleks. Ini adalah wujud dari komitmen kami untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pemahaman teoritis yang mendalam, tetapi juga kemampuan untuk mempraktikkan ilmu yang telah mereka pelajari.
“Saya berharap kegiatan ini dapat semakin mempererat hubungan antara teori dan praktik, serta menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk terus berkembang dan berinovasi,” ucapnya Dr. Rahyono.
Kegiatan ini adalah bukti nyata bahwa pendidikan di Universitas Malahayati tidak hanya berbasis pada teori semata, tetapi juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam konteks praktis. Ini adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk menunjukkan bagaimana mereka dapat memberikan solusi kreatif dalam berbagai masalah bisnis yang ada di dunia nyata.
“Kami berharap acara ini dapat memperkuat hubungan antara dunia akademik dan industri, serta membuka peluang bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang bermanfaat bagi karier mereka di masa depan,” tambahnya.
Harapan untuk yang akan datang Acara Management Expo 2024 ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang untuk menampilkan hasil karya mahasiswa, tetapi juga menjadi titik awal bagi terciptanya lebih banyak kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Diharapkan, kegiatan seperti ini dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih kreatif, inovatif, dan mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin dinamis.
Acara ini dihadiri pula Wakil Rektor 4 Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes., Kepala LPPM dan Guru Besar Universitas Malahayati, Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Dekan Fakultas Teknik, Dr. Weka Indra Darmawan, ST., MT., Kaprodi Akuntansi Muhammad Luthfi, SE. M.Si., Ka.Bag Humas dan Protokol, Emil Tanhar, S.Kom., tamu undangan, serta sejumlah dosen dari Prodi Manajemen Universitas Malahayati (gil)
Editor: Gilang Agusman
Dua Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Malahayati Raih Medali Emas Ajang Kompetisi Sains Indonesia (AKSI) 2024
Amanda, yang dikenal memiliki ketajaman analisis dalam bidang akuntansi dan sejarah, berhasil menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam kompetisi ini. Dalam bidang Akuntansi, ia mengungguli peserta lain dengan pemahaman mendalam tentang teori dan praktik akuntansi, serta kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal yang menguji kecepatan dan ketepatan dalam menganalisis laporan keuangan dan perhitungan lainnya. Sementara itu, di bidang Sejarah, ia menorehkan prestasi dengan menunjukkan pengetahuan luas mengenai sejarah Indonesia serta kemampuan dalam memahami peristiwa sejarah dari berbagai perspektif.
Kadek Widani, yang juga merupakan mahasiswa aktif di Program Studi S1 Akuntansi, menunjukkan kemampuannya dalam Matematika dengan meraih Medali Emas. Ia berhasil menyelesaikan soal-soal matematika yang penuh tantangan, mulai dari aljabar hingga kalkulus, dengan cara yang efektif dan efisien. Ketekunan dan kemampuan analitis yang dimilikinya membuatnya layak meraih posisi puncak dalam ajang ini.
Amanda Yuansari, dalam wawancara singkat, mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian tersebut. “Saya sangat bersyukur bisa meraih medali emas di bidang akuntansi dan medali perak di bidang sejarah. Proses menuju kompetisi ini sangat menantang, namun berkat dukungan dari dosen dan teman-teman di Universitas Malahayati, saya bisa mencapai hasil ini. Saya berharap prestasi ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk terus berprestasi dan membanggakan almamater,” ujar Amanda dengan penuh semangat.
Sementara itu, Kadek Widani juga menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian ini. “Raihan medali emas di bidang matematika adalah hasil kerja keras dan latihan yang konsisten. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya, terutama keluarga dan dosen di Universitas Malahayati. Prestasi ini merupakan awal dari perjalanan saya untuk terus berusaha lebih baik dan memberikan yang terbaik di bidang akademik,” kata Kadek.
Ajang Kompetisi Sains Indonesia (AKSI) 2024: AKSI 2024 merupakan ajang kompetisi sains tingkat nasional yang diikuti oleh ribuan pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Kompetisi ini bertujuan untuk menggali potensi dan bakat para peserta dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, mulai dari sains, matematika, akuntansi, hingga sejarah. Melalui kompetisi ini, para peserta tidak hanya diuji kemampuan teknis, tetapi juga kreativitas dan daya saing mereka dalam berbagai disiplin ilmu.
Keberhasilan Amanda dan Kadek menjadi bukti bahwa Universitas Malahayati terus berkomitmen dalam mengembangkan potensi mahasiswa di berbagai bidang, tidak hanya dalam akuntansi tetapi juga dalam sains dan bidang akademik lainnya. Di masa depan, diharapkan lebih banyak mahasiswa dari Universitas Malahayati yang dapat mengikuti jejak Amanda dan Kadek, serta meraih prestasi-prestasi gemilang lainnya.
Dengan pencapaian ini, Universitas Malahayati semakin memperkuat posisi sebagai salah satu perguruan tinggi yang mendukung pengembangan kompetensi akademik mahasiswa secara komprehensif. Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh civitas akademika Universitas Malahayati untuk terus berinovasi dan berprestasi di tingkat nasional dan internasional. (gil)
Editor: Gilang Agusman