Statistika, Matematika, Bahasa dan Abu Nawas

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Kisah-kisah Abu Nawas sering kali dikenal sebagai cerita jenaka yang mengandung kebijaksanaan, filsafat ilmu atau pelajaran tersembunyi. Beberapa nukilan ditemukan dari perpustakaan digital; salah satu diantaranya hubungannya dengan konsep Statistika, Matematika dan Bahasa. Mari kita coba membayangkan sebuah kisah humor antara kecerdikan Abu Nawas dan perhitungan data yang rumit, serta rangkaian kalimat yang absurd.

Suatu hari, Raja Harun Al-Rasyid mendengar tentang ilmu baru bernama Statistika. Karena penasaran, sang Raja memanggil Abu Nawas ke istana. “Abu Nawas, aku mendengar ada cara untuk memahami segala sesuatu di dunia ini melalui angka. Aku ingin kau menjelaskan dan membuktikan ilmu ini kepadaku!” kata Raja

Abu Nawas tersenyum, “Ampun, Tuanku. Ilmu ini memang luar biasa, tapi terkadang angka-angka bisa menipu jika tidak dipahami dengan benar. Beri hamba satu malam, dan besok hamba akan membuktikan ilmu ini.” Malam harinya Abu Nawas putar otak berpikir keras untuk menemukan jalan keluar dari persoalan tadi.

Esok harinya, Abu Nawas datang membawa sepotong daging ayam goreng, sebuah panci berisi sup, dan seutas tali. “Tuanku, mari kita hitung rata-rata makan seseorang,” katanya. Ia menunjuk sepotong daging ayam goreng di tangan kiri, sup di tangan kanan, dan tali untuk mengikat seorang pelayan. “Daging ayam goreng ini adalah makanan A, sup ini makanan B, dan pelayan ini adalah subjek eksperimen kita!”.

Abu Nawas memberikan daging ayam goreng pada pelayan itu seraya berkata: “Makanlah!” katanya. Namun, ketika pelayan hendak menggigit daging ayam goreng, Abu Nawas merampas daging ayam itu kembali dan menaruhnya ke dalam panci sup. Ia mengaduk-aduk dan berkata, “Inilah makananmu, dalam bentuk angka.” Setelah itu, ia menyerahkan panci kepada Raja dan berkata, “Menurut statistik, rata-rata pelayan ini memakan satu ayam dan semangkuk sup. Namun, kenyataannya ia hanya kelaparan karena aku memakan sebagian besar daging ayam goreng tadi!”

Raja tertawa terbahak-bahak, “Jadi, kau ingin mengatakan bahwa angka bisa menipu jika tidak sesuai dengan kenyataan?”. “Benar Tuanku,” jawab Abu Nawas mantap. “Statistika adalah alat yang berguna, tetapi tanpa kebijaksanaan, ia hanya sederetan angka-angka kosong!”

Pada hari yang lain, Raja Harun Al-Rasyid memutuskan untuk menguji kecerdasan Abu Nawas dalam bidang Matematika. Raja terkenal suka menguji rakyatnya dengan teka-teki sulit, dan kali ini beliau yakin Abu Nawas tidak akan bisa menjawab. Raja berkata, “Abu Nawas, aku memiliki pertanyaan matematika untukmu.” Abu Nawas dengan percaya diri berkata, “Hamba siap, Tuanku. Silakan berikan soalnya pada hamba.”
Raja berkata, “Aku memiliki 10 ayam di kandang. Lalu, 7 di antaranya kabur. Berapa ayam yang tersisa di kandang?”. Abu Nawas menjawab, “Tentu saja tak ada ayam yang tersisa, Tuanku.”
Raja terkejut, “Kenapa kau berkata begitu? Bukankah masih ada 3 ayam?”. Abu Nawas tersenyum, “Jika 7 ayam saja bisa kabur, Tuanku, pasti 3 ayam yang lain juga akan ikut kabur!”.
Raja tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Baiklah, kau benar. Raja terpana dengan kecerdikan Abu Nawas dan berkata, “Engkau memang seorang jenius, Abu Nawas! . Abu Nawas menjawab, “Hamba hanya ingin Tuanku terus tertawa dan tetap memimpin dengan bijaksana!”

Raja Harun Al-Rasyid melanjutkan pertanyaannya kepada Abu Nawas pada bidang Bahasa. Raja ingin menguji kemampuan Abu Nawas dengan memberi tugas yang tampaknya mustahil diselesaikan. Raja berkata, “Aku mendengar kau pandai bermain dengan bahasa. Jika kau bisa menyelesaikan tantangan persoalan ini, akan aku beri hadiah”. Abu Nawas tersenyum, “Hamba siap menerima tantangan, Tuanku.”
Raja Harun Al-Rasyid berkata, “Berikan aku sebuah kalimat yang sangat pendek tetapi memiliki makna yang mendalam.” Abu Nawas berpikir sejenak, lalu berkata, “Ada.” Raja bingung dan bertanya, “Apa maksudmu dengan ‘ada’?”. Abu Nawas menjelaskan, “Kata ini pendek, tetapi maknanya sangat luas, Tuanku. Segala sesuatu di dunia ini bermula dari keberadaan. Jika tidak ada, maka segalanya hanyalah kehampaan.”
Raja mengangguk terkesan dan berkata, “Baiklah, kau lulus tantangan pertama. Sekarang tantangan kedua!”. Raja berkata, “Buatlah sebuah kalimat yang benar tetapi sekaligus salah”. Abu Nawas berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku sedang berbohong.” Raja kebingungan, “Bagaimana ini bisa benar sekaligus salah?”

Abu Nawas tersenyum, “Jika kalimat ini benar, maka aku memang sedang berbohong, sehingga pernyataannya menjadi salah. Tetapi jika kalimat ini salah, maka aku tidak sedang berbohong, sehingga pernyataannya menjadi benar.”
Raja tertawa terbahak-bahak, “Luar biasa, kau berhasil lagi! Tapi aku punya tantangan terakhir untukmu.” Tantangan itu adalah: “Buatlah sebuah kalimat yang tidak bisa dipahami oleh siapa pun, bahkan olehmu sendiri.” Abu Nawas segera menjawab, “Hamba akan memberikannya nanti, setelah hamba memahami kalimat itu.”

Raja bingung, “Apa maksudmu?”. Tanya Raja. Abu Nawas kemudian menjawab, “Tuanku, bagaimana hamba bisa membuat kalimat yang tidak bisa hamba pahami, jika untuk menciptanya saja, hamba perlu memahaminya terlebih dahulu? Oleh karena itu, tantangan ini mustahil, kecuali Tuanku mencabutnya!”
Raja kagum dengan kecerdasan Abu Nawas dan berkata, “Kau memang terlalu pintar untukku, Abu Nawas”.

Ternyata Statistika, Matematika, dan Bahasa adalah soko guru ilmu pengetahuan yang sudah sejak lama ada; namun sayang banyak diantara kita ketika mendengar ketiga ilmu itu tadi bepersepsi bahwa ketiganya sangat menyulitkan sekaligus sangat memudahkan.
Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Abu Nawas dan Penjual Makan

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa hari lalu ada mahasiswa Pascasarjana Program Doktor mengajukan usul bagaimana kalau latar belakang tulisan tidak hanya budaya wayang saja yang dijadikan pintu masuk ke ide utama. Mendapat masukan itu, maka upaya perburuan literature lama dilakukan. Hasilnya, ditemukanlah kisah Abu Nawas yang sangat mungkin dijadikan pintu masuk membahas kekinian.

Abu Nuwas adalah seorang penyair terkenal dari dunia Islam pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Nama lengkapnya adalah Abu Nuwas al-Hasan ibn Hani al-Hakami. Ia lahir sekitar tahun 756 M di Ahvaz, Persia (kini Iran). Ia dikenal sebagai salah satu penyair terkemuka dalam sastra Arab klasik, dengan gaya penulisan yang penuh kecerdikan, humor, dan ironi.

Dari berbagai kisah tentang Abu Nawas, salah satu di antaranya adalah kisah Abunawas dengan Tukang Penjual Makanan.

Dikisahkan, pada suatu hari Abu Nawas sedang berjalan-jalan di pasar. Ia melewati sebuah warung makan yang sedang ramai pembeli. Aroma makanan dari warung itu sangat menggoda, tetapi sayangnya Abu Nawas tidak punya uang sepeser pun untuk membeli makanan.

Dasar Abu Nawas yang akalnya memang panjang; diapun berdiri di dekat warung itu sambil mencium aroma makanan yang lezat. Dia kemudian mengambil sepotong roti kering dari sakunya dan mulai menikmatinya dengan hanya mencelupkan rotinya ke arah aroma makanan dari warung tersebut. Melihat hal itu, pemilik warung merasa kesal. Dia berpikir bahwa Abu Nawas menikmati makanan dari aromanya tanpa membayar. Maka, dia mendatangi Abu Nawas dan berkata, “Hai Abu Nawas! Kau harus membayar karena telah mencuri aroma makananku!”

Abu Nawas yang terkenal cerdik itu tersenyum dan menjawab, “Bagaimana aku mencuri sesuatu yang tidak berwujud, wahai tuan? Akukan hanya mencium aromanya, bukan mengambil makanannya.” Namun, si penjual makanan tetap bersikeras meminta bayaran. Perdebatan mereka menarik perhatian banyak orang, hingga akhirnya kasus itu dibawa ke pengadilan di kota itu.

Di pengadilan, hakim mendengar penjelasan dari kedua belah pihak secara seksama. Setelah berpikir sejenak, hakim yang bijak itu berkata: “Abu Nawas memang mencium aroma makananmu, tetapi tidak memakan makanannya. Karena itu, aku akan memberikan keadilan yang sesuai dengan fakta persidangan.”

Hakim kemudian meminta Abu Nawas untuk memberikan seluruh uang koin dari sakunya kepada Tuan Hakim. Abu Nawas mengeluarkan beberapa koin dan menyerahkannya kepada hakim. Hakim lalu menggoyangkan koin-koin itu di depan tukang penjual makanan, hingga terdengar suara gemerincing yang nyaring. Setelah itu, hakim berkata kepada penjual, “Dengarkan baik-baik, ini adalah pembayaranmu. Kau hanya kehilangan aroma makanan, maka kau hanya berhak mendapat gemerincingnya suara koin.”

Semua orang yang hadir di ruang sidang tertawa terbahak-bahak mendengar keputusan hakim yang budiman tadi, sementara si penjual makanan hanya bisa diam tak berkutik. Abu Nawas pun tersenyum, setelah menghaturkan takzim pada Hakim Budiman itu, kemudian pergi dengan perasaan puas.

Hikmah dari cerita tersebut adalah: Keadilan tidak selalu tentang hal-hal yang tampak nyata, tetapi juga tentang memahami esensi dari suatu permasalahan. Jangan serakah dengan hal yang tidak menjadi hakmu. Bisa dibayangkan jika di negeri ini ada institusi hukum yang moralnya seperti tukang penjual makanan tadi. Bisa rusak sistem tatanan masyarakat yang ada. Sebab, baru menduga sudah mengira, adalah perbuatan yang sangat premature dalam segi filsafat ilmu. Posisi itu harus diteruskan terlebih dahulu dengan pembuktian material. Tanpa langkah itu, tentu saja semua orang bisa seenaknya mengira kemudian mendakwa. Di sini fungsi filsafat ilmu dan filsafat hukum bagi para penegak hukum.

Cara-cara tangkap dahulu, buktikan nanti; hal itu sudah tidak jamannya lagi. Contoh terakhir perilaku gegabah sudah dipertontonkan dimuka public kasus seorang guru honorer di salah datu wilayah negeri ini, yang akhirnya meluas ke mana-mana. Hanya sayangnya penyelesaian akhir secara hukum tidak tuntas, karena cukup dengan bebas murni maka dianggap selesai. Padahal para pelanggar hukum dari penegak hukum tidak semua mendapatkan hukuman yang adil sesuai dengan pelanggarannya.

Peristiwa yang sama sedang berlangsung saat ini kita ditempat kita berada, penyitaan barang dilakukan dengan alasan bukti awal, namun sampai tulisan ini dibuat tersangkanya tidak ketemu, perbuatan melawan hukum yang manapun tidak jelas. Tampaknya peristiwa ini sama dan sebangun dengan Tukang Penjual Makanan di atas. Bedanya, Abu Nawas mendapatkan Hakim yang bijaksana. Bisa dibayangkan jika tidak mendapatkan hakim sekualitas itu, maka peritiwanya akan menjadi berlarut karena bau disepadankan dengan benda, sehingga siapapun yang buang angin di negeri ini bisa dituntut karena mencuri ruang udara teman sebelah. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati, Muhammad Putra Pratama Terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Nasional Penggerak Promosi Kesehatan

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Kabar membanggakan datang dari Universitas Malahayati. Muhammad Putra Pratama (23410170), Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, berhasil meraih predikat Mahasiswa Berprestasi Nasional dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Kompetisi bergengsi ini diselenggarakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) dan diikuti oleh 57 peserta dari 45 perguruan tinggi kesehatan masyarakat se-Indonesia. Acara berlangsung mulai 19 Agustus hingga 7 November 2024 di Samarinda.

Muhammad Putra Pratama berhasil memikat hati dewan juri dengan ide dan aksi nyata dalam bidang promosi kesehatan. Sebagai Mahasiswa Berprestasi Nasional Penggerak Promosi Kesehatan, ia mempresentasikan program inovatifnya.

Saat diwawancarai, Muhammad Putra Pratama mengungkapkan rasa syukurnya: “Saya sangat bersyukur dan bangga atas pencapaian ini. Gelar ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi juga refleksi atas dukungan besar dari keluarga, teman-teman, dan dosen-dosen di Universitas Malahayati”.

“Saya berharap, inovasi yang saya gagas dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Kompetisi ini juga mengajarkan saya pentingnya kolaborasi dan kerja keras untuk membawa perubahan di dunia kesehatan masyarakat Indonesia.” tambahnya.

Prestasi Muhammad Putra Pratama diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berprestasi, baik di bidang akademik maupun kontribusi sosial. Pihak Universitas Malahayati pun turut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada mahasiswa kebanggaannya ini.

Muhammad Putra sangat aktif mengikuti kompetisi atau kejuaraan-kejuaraan dibidang akademik dan non akademik, begitu banyak prestasi yang telah ia raih, diantaranya; Peraih Medali Emas Bidang Fisika (A+), Bidang Biologi (A+), Peraih Medali Perak Bidang Matematika (A), Bidang Akuntansi (A), Bidang Kimia (A) dalam ajang Olimpiade Sains Pemuda Indonesia (OSPI) 2024.

Ia juga meraih Medali Emas Bidang Sejarah (A+), Bidang Biologi (A+), Medali Perak Bidang Ekonomi (A), Bidang Matematika (A), Medali Perunggu Bidang Akuntansi (B+) dalam ajang National Heroes Competition (NHC) 2024. Juara 1 Video Education tingkat Mahasiswa se-Provinsi Lampung dalam kegiatan FESPA X PCA (Festival Pendidikan X Cinta Al Quran) Himajip 2024 dan Juara Harapan 1 Pilmakesmaspres AIPTKMI Regional Barat Tahun 2024.

Semoga pencapaian yang telaih diraih selama inimenjadi langkah awal bagi Muhammad Putra Pratama dalam memberikan kontribusi yang lebih luas bagi dunia kesehatan masyarakat di Indonesia. Sekali lagi, selamat atas prestasinya! (gil)

Editor: Gilang Agusman

Dialog Imajiner Semar dengan Wisrowo

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Diceritakan oleh dalang Wayang Purwa syahdan pada era jaman Lokapala hiduplah seorang tokoh agama bernama Wisrowo. Beliau adalah pemuka agama yang sangat mumpuni, terutama dalam urusan olah batin untuk mencapai kesempurnaan hidup. Namun Wisrowo dikodratkan untuk melahirkan angkara murka di bumi ini dengan ditanamkan sedikit benih duniawi oleh Yang Maha Esa untuk menunjukkan kekuasaan atas mahlukNYA. Akibat keingkaran Wisrowo maka lahirlah Dasamuka, Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Wibisana. Bagaimana penyesalan yang sudah terlanjur dilakukan, semua itu diungkapkan kepada tokoh Semar berikut ini yang bersumber dari penelusuran digital jika diringkas akan terdeskripsi demikian:

Begawan Wisrowo: “wahai Kakang Semar, kau adalah pamomong dan pengasuh sejati. Kau selalu mendampingi mereka yang mencari kebenaran. Namun, mengapa dunia ini begitu rumit? Aku, yang telah mengabdikan hidupku untuk mesu budi meninggalkan urusan dunia, akhirnya tergoda oleh cinta. Keputusanku untuk menikahi Sukesi telah membawa kehancuran bagi Lokapala dan menciptakan keturunan yang memikul beban besar. Apakah ini jalan yang benar?”

Semar sedikit terkejut dengan ucapan Wisrowo dan beliau menjawab dengan serius: “Wahai Wisrowo, benar dan salah adalah dua sisi dari perjalanan hidup. Kau mengikuti suara hatimu, dan itu adalah bagian dari wujudmu sebagai manusia. Namun, setiap tindakan membawa akibat. Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai. Bukan salahmu jika dunia ini penuh dinamika. Yang penting, bagaimana kau bertanggung jawab atas apa yang telah kau mulai.”. Sergah Wisrowo, “Tapi Semar, Rahwana, anakku itu, telah menjadi ancaman besar bagi dunia. Itu adalah buah cintaku melalui Dewi Sukesi yang berarti melalui aku dia memiliki kehidupan di dunia ini. Apakah aku bertanggung jawab atas semua kejahatannya?”

Semar dengan sabar menjawab: “Wisrowo, kau telah memberikan hidup, tetapi kau tidak mengendalikan jalan hidupnya. Anak adalah amanah, tetapi mereka memiliki kehendak bebas. Tugas seorang ayah adalah menanamkan nilai-nilai kebenaran, tetapi apa yang mereka pilih adalah perjalanan mereka sendiri. Rahwana menjadi seperti itu karena nafsunya sendiri, bukan sepenuhnya karena warisanmu.”

Jawaban Semar itu membuat Wisrowo merasa makin tersudut dan berucap: “Lalu, apakah aku harus menebus kesalahanku? Apakah aku harus kembali ke dunia untuk meluruskan apa yang telah bengkok?”

Dengan tersenyum khas Semar menjawab: “Menebus bukan berarti menghapus apa yang sudah terjadi, tetapi menerima dengan lapang dada dan terus memberikan nasehat kebaikan. Hidup adalah lakon panjang, Wisrowo. Kau telah memberi wejangan kepada Wibisana anak bungsumu, dan itu adalah awal dari perubahan. Ingat, satu obor kecil bisa menerangi kegelapan besar. Tugasmu kini adalah menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.”

Wisrowo semakin gelisah mendengar nasehat Semar dan beliau memotong ucapan Semar: “Semar, aku hanyalah manusia yang penuh keterbatasan. Kadang aku merasa terlalu berat untuk memahami kehendak Sang Pencipta. Mengapa Ia membiarkan kesalahan-kesalahan ini terjadi?”

Sekali lagi Semar memberikan pemahaman dengan caranya:”Wisrowo, kehendak-Nya adalah misteri. Tetapi satu hal yang pasti, setiap peristiwa adalah bagian dari takdir besar yang membawa keseimbangan. Bahkan Rahwana, meskipun penuh dengan angkara murka, memiliki peran penting dalam menjaga dunia tetap bergerak. Tanpa Rahwana, Rama kelak tidak akan menunjukkan kebenarannya. Tanpa gelap, cahaya tidak akan berarti. Terimalah itu sebagai bagian dari kehidupan.”

Mendengar siraman rohani itu Wisrowo menjadi paham dan beliau berucap: “Terima kasih, wahai Semar. Kata-katamu menyejukkan hati. Aku akan kembali ketempat peribadatanku dan menyerahkan semua kepada-Nya. Aku hanya berharap, suatu hari nanti, keturunanku akan membawa harmoni bagi dunia dan isinya.”

Semar kemudian menukas: “Wisrowo, setiap langkahmu adalah pelajaran bagi dunia. Jangan pernah berhenti percaya bahwa cinta, meski membawa konsekuensi, tetaplah kekuatan yang menggerakkan semesta. Lanjutkan jalanmu, dan biarkan Yang Maha Mengetahui yang menyempurnakan kisah hidupmu ini.”

Dialog filsafat ini menggambarkan refleksi mendalam tentang kehidupan, tanggung jawab, dan keabadian. Semar, sebagai simbol kebijaksanaan dan pemomong sejati, memberikan perspektif bahwa kehidupan penuh dengan pilihan yang membawa konsekuensi, tetapi semua itu memiliki makna dalam keseimbangan semesta. Seorang Guru Besar senior di salah satu perguruan tinggi pendidikan ternama dinegeri ini pernah berpesan bahwa kuncinya berserah diri kepada Tuhan sambil berusaha dengan sebaik-baiknya, bertakwa dan beramal sholeh didasari iman yang kokoh, itulah tugas manusia didunia ini. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

BEM Fakultas Hukum Universitas Malahayati Gelar FGD-II: Bangkitkan Jiwa Kritis Mahasiswa di Era Baru Kepemimpinan Lampung

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam rangka Dies Natalis Ke-9, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Malahayati (Unmal)  sukses menggelar Focus Group Discussion (FGD) Jilid II pada Sabtu, 30 November 2024.

Acara ini mengangkat tema “Harapan Kawula Muda dalam Menyambut Pemimpin Provinsi Lampung yang Baru” sebagai respons terhadap hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2024.

Gubernur BEM Fakultas Hukum, Aji Bagas Pratama, menekankan pentingnya membangkitkan semangat kritis mahasiswa yang kini dinilai mulai menurun.

Dalam pernyataannya, Aji menyebutkan, “Mahasiswa harus kembali menjadi kontrol kebijakan, bukan hanya menjadi penonton. FGD ini menjadi salah satu langkah konkrit untuk membangun ruang diskusi dan membangkitkan kepedulian terhadap isu-isu lokal dan nasional.”

Dekan Fakultas Hukum Universitas Malahayati, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H., memberikan apresiasi tinggi kepada BEM atas terselenggaranya FGD-II ini.

Menurutnya, forum seperti ini sangat relevan untuk meningkatkan kualitas pemikiran mahasiswa, terutama dalam memahami dinamika sosial dan politik di Provinsi Lampung.

Ketua Pelaksana, Risky Ageng Hadi Prayoga, melaporkan bahwa FGD-II diikuti oleh 431 peserta, termasuk mahasiswa Fakultas Hukum dan tamu undangan dari berbagai kalangan.

Diskusi ini dimoderatori oleh Prasetio Agung Wibowo, mahasiswa aktif yang dikenal vokal terhadap isu-isu kedaerahan dan nasional.

Adapun lima narasumber terkemuka yang hadir dalam diskusi ini meliputi: Wahrul Fauzi Silalahi, S.H. (DPRD Lampung Fraksi Gerindra), Tubagus M. Nassarudin, S.H., M.H. (Akademisi Hukum Universitas Malahayati), Fuad Abdulgani, S.Sos., M.A. (Pengamat Politik), Kristina Tia Ayu, S.E., S.H. (SP Sebay Lampung), Dafid Novian Mastur, S.Sos. (PC-PMII Bandar Lampung).

Hasil Diskusi: Harapan Baru untuk Lampung, diskusi menghasilkan tiga poin penting: Evaluasi kinerja gubernur sebelumnya untuk melihat capaian dan kekurangannya, Peningkatan partisipasi politik generasi muda, khususnya dalam menekan angka golput yang tinggi, Penyampaian aspirasi kawula muda kepada pemimpin baru Lampung agar lebih responsif terhadap isu-isu pemuda.

Dalam penutupan acara, Aji Bagas Pratama (22610014) menyampaikan harapannya agar mahasiswa terus menjaga semangat kritis, terutama dalam mendukung perubahan positif di Provinsi Lampung.

“FGD ini adalah awal dari gerakan intelektual mahasiswa yang lebih besar di masa depan,” ujar dia.

Ia menambahkan, acara ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malahayati berkomitmen dalam memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan daerah. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Pendaftaran Wisuda Periode 38 Sudah Dibuka!

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Sahabat Unmal Buat kamu para pejuang wisuda, Pendaftaran Wisuda Ke 38 Periode Genap SUDAH DIBUKA…

Pendaftaran : Scan QR Code diatas atau Melalui tautan : http://103.31.249.226:814/wisuda/

Dibuka mulai 11 Desember 2024 s.d 5 Januari 2025. (untuk jadwal prosesi akan diinfokan kembali). (gil)

Editor: Gilang Agusman

Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati Bicara Soal Peran ChatGPT: Teknologi AI Membantu, Tapi Mahasiswa Harus Tetap Verifikasi Sumbernya

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang Artificial Intelligence (AI), seperti ChatGPT, kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sebagai Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes. memberikan tanggapan terkait penggunaan ChatGPT oleh pelajar dan mahasiswa, serta dampaknya terhadap dunia pendidikan.

“Teknologi memang tidak bisa dibendung, dan kita semua harus siap beradaptasi dengan perkembangan ini. ChatGPT, sebagai salah satu bentuk kecerdasan buatan, memiliki banyak sisi positif yang memudahkan pekerjaan, mempercepat proses pencarian informasi, bahkan memberikan hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat,” ungkap Prof. Dessy.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, Prof. Dessy juga mengingatkan akan sisi negatif yang perlu diwaspadai, terutama bagi para mahasiswa. “Meskipun ChatGPT bisa memberikan jawaban dengan cepat, bahaya muncul jika mahasiswa hanya mengandalkan alat ini tanpa memahami konteksnya secara mendalam”.

Kecerdasan buatan tidak bisa menjamin keakuratan informasi yang diberikan. “AI hanya merangkum data besar yang telah ada, dan bisa saja informasi yang disajikan tidak sepenuhnya benar,” tegasnya.

Dampak Negatif: Potensi Menurunnya Kemampuan Akademik

Prof. Dessy juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dampak jangka panjang penggunaan ChatGPT yang berlebihan. “Dengan adanya alat seperti ChatGPT, mahasiswa mungkin merasa lebih mudah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, namun ini berisiko membuat mereka menjadi malas untuk membaca buku, jurnal, atau datang ke perpustakaan untuk menggali pengetahuan lebih dalam,” katanya.

Namun, ia tidak sepenuhnya menilai negatif penggunaan teknologi ini. “Sisi positifnya, jika digunakan dengan bijak, ChatGPT justru dapat memotivasi mahasiswa untuk menggali lebih dalam. Mereka bisa mencari sumber referensi yang lebih lengkap, seperti buku atau jurnal, untuk memverifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT,” jelas Prof. Dessy.

Penggunaan ChatGPT yang Bijak: Kunci Utama

Prof. Dessy menegaskan bahwa penggunaan ChatGPT memang diperbolehkan, namun mahasiswa harus tetap berhati-hati. “Saya sarankan mahasiswa untuk tidak sepenuhnya mengandalkan ChatGPT. Selalu pastikan untuk memeriksa kembali informasi yang diberikan dengan merujuk pada sumber asli, seperti buku teks, jurnal, atau artikel yang terverifikasi,” pesannya.

Selain itu, Prof. Dessy juga mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap konteks informasi yang diberikan oleh ChatGPT. “Mahasiswa harus membaca dan memahami isi jawaban yang diberikan. Jangan hanya menerima informasi secara mentah tanpa pemahaman yang mendalam. Jika tidak, pengetahuan yang didapatkan bisa jadi tidak utuh atau bahkan menyesatkan,” tambahnya.

Pesan untuk Mahasiswa Universitas Malahayati

Sebagai penutup, Prof. Dessy memberikan pesan khusus kepada mahasiswa Universitas Malahayati. “Silakan gunakan ChatGPT sebagai alat untuk mengikuti perkembangan digital yang tak bisa kita hindari. Namun, tetap jadikan sumber referensi asli sebagai landasan untuk memverifikasi kebenaran informasi. Yang tak kalah penting, ingat bahwa pekerjaan yang melibatkan emosi atau nilai-nilai perasaan tetap harus dilakukan sendiri. Mesin tidak memiliki perasaan manusia, dan itu adalah aspek yang tak bisa digantikan oleh teknologi,” tutupnya.

Dengan menggunakan teknologi secara bijak, mahasiswa dapat memperoleh manfaat maksimal dari ChatGPT tanpa kehilangan esensi dari proses belajar yang mendalam dan kritis. Ini adalah peluang untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, sambil tetap menjaga kualitas pendidikan yang berbasis pada pengetahuan yang valid dan terpercaya.(gil)

Editor: Gilang Agusman

Ketentuan Pengisian KRS dan Jadwal Input KRS Semester Genap 2024/2025 Universitas Malahayati

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Salam Sahabat Unmal..Berikut ini kami lampirkan Ketentuan Pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) Semester Genap 2024/2025. Pengisian KRS Online WAJIB dilakukan oleh seluruh Mahasiswa Universitas Malahayati.

Untuk  Jadwal Input KRS dapat dilihat dibawah ini. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Pendukuhan Klampesireng

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sore menjelang senja, Semar duduk diberanda depan rumah bersama istri tercinta Dewi Loro Ireng sambil menikmati kopi panas ditemani pisang goreng kesukaannya yang semua itu dibuat sendiri oleh istrinya. Mereka berdua sedang “ngudoroso” mengenai masa depan dari Pedukuhan Klampesireng tempat mereka tinggal dari zaman Koloyogo sampai Kaliyugo sekarang ini.

Pedukuhan ini sudah sangat berkembang luas dan berpenduduknya sangat banyak, bahkan sudah terkategori padat; kalau ada kenaikan status daerah maka wilayah ini sudah selayaknya naik status menjadi Kadipaten. Namun dasar Semar memang tidak mau neko-neko, beliau cukup dengan apa yang ada saja.
Pembicaraan “jagongan” sore itu berkisar seiring perjalanan waktu Semar berkeinginan memberikan tinggalan kepada anak-anaknya berupa perdikan, dengan cara membagi Pedukuhan ini menjadi empat; seperti dituturkan oleh Semar kepada istrinya “Adinda Loro Ireng berhubung kita sudah sangat tua, maka saya berkeinginan memberikan tetenger atau penanda kepada anak-anak kita Gareng, Petruk, Bagong berupa perdikan, dengan cara membagi pedukuhan ini menjadi empat. Pertama, untuk kita berdua, kemudian mereka mendapat masing-masing seperempatnya, bagaimana menurut pendapatmu”.

Dewi Loro Ireng tidak langsung menjawab, beliau berfikir keras ada apa sebenarnya dibenak Ki Lurah Semar suaminya ini, sampai ingin membagi harta satu-satunya yang mereka miliki, akhirnya beliau berkata dengan takzim “Mohon maaf beribu maaf Ki Lurah sesembahanku setelah Tuhanku, sebelum menjawab izinkan saya bertanya, ada pemikiran apa gerangan Ki Lurah kok berkeinginan membagi waris yang hanya satu-satunya ini, sementara kita berdua masih hidup segar bugar walaupun sudah tidak muda lagi. Lagipula ketiga anak-anak itu sebenarnya yang asli anak kita ya Bagong karena dia tercipta dari bayang-bayangmu, sementara Gareng dan Petruk adalah anak angkat walaupun sudah melebihi anak kandung kita. Selain itu mereka sudah berkeluarga semua bahkan sudah punya cucu, punya penghasilan cukup, apa justru nanti tidak akan memberatkan mereka”.

Semar menghela nafas panjang sambil menarik kursinya lebih dekat kepada istri yang sangat dicintainya itu, dan beliau berkata dengan lembut; “Istriku, ketahuilah bahwa zaman ini semakin tua, dan pikiran manusia semakin gila; saya tidak ingin meninggalkan perkara kepada keturunanku hanya karena harta, sementara harta itu titipan, yang nanti akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Sang Maha Tunggal, dari cara memperoleh, mengelola dan kepada siapa harta itu kita tautkan. Harta itu ibarat pakaian yang dipinjamkan kepada kita; ada yang satu jam sudah diminta kembali oleh yang punya, ada yang satu tahun, seratus tahun, bahkan ada yang seribu tahun. Namun, manakala tiba waktunya yang punya memintanya untuk kembali; tidak ada satupun yang mampu menghalangi. Pada waktu diminta kembali itulah kita harus mempertanggung jawabkan selama ada pada kita, berarti makin lama kita dipinjamkan, peluangnya makin banyak diminta pertangungjawabannya.
Oleh sebab itu manakala nanti pada zamannya ada anak lupa orang tuanya , orang tua lupa akan anaknya hanya karena masalah harta. Ya untuk generasi Gareng, Petruk, Bagong tidak ada persoalan, tetapi nanti cucu-cucu mereka atau buyut, canggah, udeg-udeg kita; saya membaca ada tanda-tanda tidak baik itu. Oleh karena itulah Istriku aku ingin kita bersama saat pulang ke alam keabadian nanti berdua, dapat bergandeng tangan menuju surga tanpa harus diribeti atau dibebani oleh masalah dunia dan isinya”.

Mendengar itu Loro Ireng yang sejatinya Dewi dari Kayangan itu, diam-diam bangga akan ketulusan dan kebersihan hati suaminya yang memang sejatinya sebagai Dewa Ismaya ngejawantah. Namun kalau tidak rewel bukan wanita namanya. Oleh karena itu, sambil ngelendot ke pundak suaminya beliau berkata “Bagaimana Kakang kalau bagian kita agak lebih besar dan ambil paling depan tepi jalan raya supaya kita tidak repot kalau pesan grab atau pesan mie rebus kesukaanmu”.

Semar tanggap sasmita akan kemanjaan Istrinya yang sudah bersamanya puluhan tahun itu dalam susah dan senang, beliau menjawab “Nanti dulu istriku, apa sudah kau pikirkan masak-masak permintaanmu itu? Sebab, jika halaman rumah terlalu luas, lalu siapa yang akan menyapu setiap hari, membersihkan rumputnya setiap bulan, menyiram tanaman saat kemarau. Dan, jika rumah letaknya di tepi jalan raya, suara bising kendaraan, polusi debu, keamanan lalu lintas, semua itu menjadi pertimbanganku mengapa aku mengambil paling belakang. Sebab kita hanya memerlukan kamar satu untuk berdua supaya kau tetap dimataku, dan kita hanya perlu satu ruang tamu untuk menyambut cucu dan canggah. Terakhir kita hanya perlu dapur kering untuk sekedar aku memasakkan makanan untukmu agar kita tetap bisa bersama sepanjang masa. Toh, nanti kita berdua hanya memerlukan lubang galian tanah panjang tiga meter lebar dua meter dan dalam dua setengah meter. Itupun apakah yang akan menguburkan kita mau memasukkan jenazah kita berdua dalam satu lubang. Semua sudah kupikir masak-masak istriku demi keberlangsungan dan kenyamanan kita berdua”.

Kalau tidak ngeyel bukan wanita, istrinya berkata lagi “Bagaimana kalau di tengah saja Kiyai, agar para keturunan kita selalu ada di mata kita, lagi pula di belakang itu sepi, saya takut”.

Semar tersenyum mendengar ucapan istrinya sambil mencium pipi istrinya, beliau menjawab dengan suara agak dinaikkan volumenya “Istriku, kamu nanti gak betah melihat kelakuan Bagong yang selalu membuat masalah dengan keluarga saudara-saudaranya. Apa kamu tidak ingat Petruk pernah kehilangan telur ayam satu petarangan, ternyata yang mengambil Bagong. Akhirnya yang memberi uang ganti rugi dirimu, lagi-lagi uang makan kita jadi berkurang, ujungnya malah kita berdua yang harus puasa”.

Diam-diam istrinya tersenyum ingat akan kelakuan anak-anaknya. Dia ingat bagaimana Bagong mengambil secara diam-diam akte tanah mereka yang diagunkan ke bank untuk meminjam uang. Begitu tidak mampu mencicil, Bagong sembunyi di kolong tempat tidur mereka sambil menangis minta tolong pada mereka berdua. Ya itulah anak-anak, sekalipun sudah punya anak tetap saja anak-anak dimata orang tua. Dari zaman Ramayana sampai Pendawa, anak-anaknya itu tidak berubah ya seperti itu; namun bektinya kepada orang tua anak-anak itu luar biasa.

Lamunan Loro Ireng buyar saat Semar memegang pundaknya sambil berkata “Sudahlah Nyai, jangan melamun, serahkan semua pada Yang Maha Kuasa, kita hanya sekedar titah yang melakoni kodrat yang telah ditulis, yang penting ikhlas dan sabar, tidak usah neko-neko dihari senja kita. Mari kita masuk karena sebentar lagi panggilan Yang Maha Tunggal untuk menghadap beliau akan berkumandang. Heningkan pikiranmu dan kita berdoa supaya diberi waktu untuk melihat matahari esok dalam keadaan sehat dan iman kepadaNya.” Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Rayakan Pencapaian Tiga Tahun, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Gelar Dies Natalis Ke-3 dengan Meriah

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Malahayati menggelar perayaan Dies Natalis yang ke-3 di Pelataran Rektorat Universitas Malahayati. Sabtu (7/12/2024).

Acara yang berlangsung meriah ini dibuka oleh Wakil Rektor 1, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., dan dihadiri juga oleh para dosen, kepala program studi (Ka.Prodi), serta mahasiswa FIK.

Perayaan Dies Natalis ke-3 ini menjadi momentum untuk mengenang perjalanan dan pencapaian yang telah diraih oleh FIK Universitas Malahayati sejak berdirinya. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara civitas akademika serta sebagai wadah untuk berbagi semangat kebersamaan dalam memajukan ilmu kesehatan.

Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes., dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga dan apresiasinya atas perkembangan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati. “Hari ini, kita merayakan pencapaian luar biasa yang telah diraih oleh FIK, semoga dengan bertambahnya usia fakultas ini, kita dapat terus menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkontribusi positif bagi dunia kesehatan di Indonesia,” ujar Prof. Dessy.

Prof.Dessy menegaskan dengan adanya 2 Program Studi yang saat ini terakreditasi “UNGGUL” hal ini menjadi harapan besar terhadap prodi-prodi lainnya agar bisa mencapai kriteria tersebut

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., turut memberikan sambutan yang penuh semangat. Dalam pidatonya, Dr. Lolita mengungkapkan, “Dies Natalis ke-3 ini merupakan sebuah langkah penting bagi kami untuk terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan.

“Kami bangga dengan pencapaian yang telah diraih, namun kami juga sadar bahwa masih banyak tantangan yang harus kami hadapi,” ujarnya.

Dr. Lolita menambahkan melalui perayaan ini, kami berharap dapat semakin memperkuat kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan berbagai pihak untuk terus memajukan ilmu kesehatan.

Selain rangkaian acara pembukaan, Dies Natalis FIK Universitas Malahayati juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, lomba-lomba akademik, dan hiburan yang melibatkan mahasiswa. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ajang untuk mengasah kreativitas dan memperkuat semangat kebersamaan di kalangan sivitas akademika FIK.

Kehadiran para dosen dan mahasiswa dalam acara ini menunjukkan antusiasme yang tinggi, serta semangat untuk terus berkontribusi dalam bidang ilmu kesehatan. Harapan ke depan, FIK Universitas Malahayati dapat terus berkembang dan menjadi institusi pendidikan yang unggul dalam mencetak tenaga kesehatan profesional yang berkualitas. (gil)

Editor: Gilang Agusman