Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pada satu episode pakeliran wayang purwa atau wayang kulit selalu ada adegan goro-goro. Ini momen munculnya empat punakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong atau juga disebut Bawor. Mereka selalu menjadi penasihat, penghibur, pembantu para ksatria yang sedang memperjuangkan kebenaran atau suatu kebaikan. Mereka pada umumnya ditampilkan setelah menjelang tengah malam, dengan acara hiburan termasuk kritik sosial. Pada momen ini akan ditampilkan bagaimana kekocakan sekaligus kecerdasan mereka dalam memaknai kehidupan yang ditampilkan oleh dalang kehidupan.
“Petruk apakah semua yang ada di muka bumi ini bisa dibagi? Apakah ada sesuatu yang tidak bisa dibagi? Menurutmu bagaimana?” tanya Gareng.
“Apa pun di dunia ini bisa dibagi. Hanya tinggal bagaimana cara membaginya dan siapa yang membagi. Sebab persoalan bagi-membagi ini tidak mudah karena di sana harus ada dua unsur yang serasi. Yaitu benar dan adil. Karena bisa jadi benar cara membaginya tetapi tidak adil atau membaginya adil…tetapi cara yang dipakai tidak benar,” jawab Petruk.
Belum selesai Petruk menjelaskan, Bagong alias Bawor sudah menyela,”Eits! Nanti dulu!”
“Saya keberatan jika Petruk mengatakan apa pun bisa dibagi. Ada yang tidak bisa dibagi. Salah satu di antaranya adalah angin. Coba perhatikan empat buah ban mobil yang kurang angin. Semua diisi tidak merata oleh tukang tambal ban. Ada yang diisi satu strip cukup. Ban lainnya sampai empat stri, satunya lagi setengah strip, dan yang terakhir sembilan strip. Tukang tambal ban menghitung bukan jumlah angin yang terbag, tetapi banyaknya ban yang diisi angin!”
Petruk merasa terpojok. Ia berpikir sejenak bagaimana cara membela diri.
“Saya sependapat Gong dengan pikiranmu. Ternyata ada yang lebih dahsyat dari itu yaitu angan-angan. Jika-maka pada otak yang kurang waras….”
Bagong tidak paham dengan penjelasan Petruk. Bahkan merasa itu memojokkan dirinya.
“Maksudmu?” tanya Bagong.
“Coba kamu ingat dikerajaan Alengkadiraja dulu. Para penuntut hukumnya baru berangan-angan “Jangan-jangan Si Anu itu korupsi karena punya jabatan. Tentu uangnya banyak. Lantas dia menggunakan kekuasaannya menyita harta Si Anu tadi tanpa alasan yang jelas secara hukum pelanggarannya. Uang anak istrinyapun dirampas…begitu ditanya uangnya disimpan dimana…dan bunganya untuk siapa. Penuntut hukumnya bingung karena dia sendiri tidak tahu caranya,” jawab Petruk.
“Itu belum seru!” tukas Bagong,”Yang lebih seru lagi, segala sesuatu sesuai peruntukkannya, tetapi penuntut hukumnya justru beralasan ‘andaikata atau diduga kira kira kebijaksanaannya dapat memperkaya orang lain’. Kan itu sama dengan membagi angin. Jadi hati-hati ya! Membagi angin itu masuk kejahatan!”
“Ada lagi yang seru,”sela Gareng,”di tetangga desa saya ada orang bekerja sebagai manajer perusahaan milik penguasa daerah. Beliau terkenal orangnya bersih tidak neko-neko. Bahkan tiap rupiah pun ada catatannya. Namun karena kejujurannya dalam bekerja membuat orang lain tidak nyaman. Sebab uang dan hartanya kelihatan banyak. Orang tadi tidak paham jika istrinya juga bekerja sebagai pejabat yang gaji dan tunjangan resminya cukup untuk makan mereka sekeluarga. Akibatnya rumah beliau digeledah. Semua uang dan harta diambil dengan alasan disita untuk negara. Sementara begitu ditanya kerugian apa yang dialami negara dan berapa yang dikorupsi., penggeledah dan penyita masih mencari dulu pasal mana yang cocok untuk membenarkan tindakannya. Ini sama juga namanya menangkap angin, kemudian membagi angin!”
Saat tiga punawakan saling debat, ayah mereka, Semar, datang.
“Dari tadi saya dengar kalian ribut soal menangkap angin. Mana orangnya yang menangkap angin?!” tanya Semar.
“Baru andaikata Pak….” tiga punakawan menjawab kompak.
“Weladalah! Baru angan-angan saja kalian sudah ribut, mau berkelahi. Yang jelas-jelas korupsi kalian diamkan! Ke mana otak kalian hah?!” sergah Semar, lalu ngeloyor pergi sambil membuang angin yang membuat ketiga anaknya mabuk.
Sang dalang pun kemudian memukul kotak dengan cempolo pertanda adegan berikutnya akan berlanjut.
Dari kisah di atas, dapat kita pahami bahwa betapa bingungnya orang jika atas dasar angan-angan dari petugas yang katanya mengerti hukum, seseorang langsung dapat ditetapkan sebagai orang yang terkena masalah hukum, sekalipun kejahatannya masih berupa “Jika, maka”. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Membagi Angin
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pada satu episode pakeliran wayang purwa atau wayang kulit selalu ada adegan goro-goro. Ini momen munculnya empat punakawan, yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong atau juga disebut Bawor. Mereka selalu menjadi penasihat, penghibur, pembantu para ksatria yang sedang memperjuangkan kebenaran atau suatu kebaikan. Mereka pada umumnya ditampilkan setelah menjelang tengah malam, dengan acara hiburan termasuk kritik sosial. Pada momen ini akan ditampilkan bagaimana kekocakan sekaligus kecerdasan mereka dalam memaknai kehidupan yang ditampilkan oleh dalang kehidupan.
“Petruk apakah semua yang ada di muka bumi ini bisa dibagi? Apakah ada sesuatu yang tidak bisa dibagi? Menurutmu bagaimana?” tanya Gareng.
“Apa pun di dunia ini bisa dibagi. Hanya tinggal bagaimana cara membaginya dan siapa yang membagi. Sebab persoalan bagi-membagi ini tidak mudah karena di sana harus ada dua unsur yang serasi. Yaitu benar dan adil. Karena bisa jadi benar cara membaginya tetapi tidak adil atau membaginya adil…tetapi cara yang dipakai tidak benar,” jawab Petruk.
Belum selesai Petruk menjelaskan, Bagong alias Bawor sudah menyela,”Eits! Nanti dulu!”
“Saya keberatan jika Petruk mengatakan apa pun bisa dibagi. Ada yang tidak bisa dibagi. Salah satu di antaranya adalah angin. Coba perhatikan empat buah ban mobil yang kurang angin. Semua diisi tidak merata oleh tukang tambal ban. Ada yang diisi satu strip cukup. Ban lainnya sampai empat stri, satunya lagi setengah strip, dan yang terakhir sembilan strip. Tukang tambal ban menghitung bukan jumlah angin yang terbag, tetapi banyaknya ban yang diisi angin!”
Petruk merasa terpojok. Ia berpikir sejenak bagaimana cara membela diri.
“Saya sependapat Gong dengan pikiranmu. Ternyata ada yang lebih dahsyat dari itu yaitu angan-angan. Jika-maka pada otak yang kurang waras….”
Bagong tidak paham dengan penjelasan Petruk. Bahkan merasa itu memojokkan dirinya.
“Maksudmu?” tanya Bagong.
“Coba kamu ingat dikerajaan Alengkadiraja dulu. Para penuntut hukumnya baru berangan-angan “Jangan-jangan Si Anu itu korupsi karena punya jabatan. Tentu uangnya banyak. Lantas dia menggunakan kekuasaannya menyita harta Si Anu tadi tanpa alasan yang jelas secara hukum pelanggarannya. Uang anak istrinyapun dirampas…begitu ditanya uangnya disimpan dimana…dan bunganya untuk siapa. Penuntut hukumnya bingung karena dia sendiri tidak tahu caranya,” jawab Petruk.
“Itu belum seru!” tukas Bagong,”Yang lebih seru lagi, segala sesuatu sesuai peruntukkannya, tetapi penuntut hukumnya justru beralasan ‘andaikata atau diduga kira kira kebijaksanaannya dapat memperkaya orang lain’. Kan itu sama dengan membagi angin. Jadi hati-hati ya! Membagi angin itu masuk kejahatan!”
“Ada lagi yang seru,”sela Gareng,”di tetangga desa saya ada orang bekerja sebagai manajer perusahaan milik penguasa daerah. Beliau terkenal orangnya bersih tidak neko-neko. Bahkan tiap rupiah pun ada catatannya. Namun karena kejujurannya dalam bekerja membuat orang lain tidak nyaman. Sebab uang dan hartanya kelihatan banyak. Orang tadi tidak paham jika istrinya juga bekerja sebagai pejabat yang gaji dan tunjangan resminya cukup untuk makan mereka sekeluarga. Akibatnya rumah beliau digeledah. Semua uang dan harta diambil dengan alasan disita untuk negara. Sementara begitu ditanya kerugian apa yang dialami negara dan berapa yang dikorupsi., penggeledah dan penyita masih mencari dulu pasal mana yang cocok untuk membenarkan tindakannya. Ini sama juga namanya menangkap angin, kemudian membagi angin!”
Saat tiga punawakan saling debat, ayah mereka, Semar, datang.
“Dari tadi saya dengar kalian ribut soal menangkap angin. Mana orangnya yang menangkap angin?!” tanya Semar.
“Baru andaikata Pak….” tiga punakawan menjawab kompak.
“Weladalah! Baru angan-angan saja kalian sudah ribut, mau berkelahi. Yang jelas-jelas korupsi kalian diamkan! Ke mana otak kalian hah?!” sergah Semar, lalu ngeloyor pergi sambil membuang angin yang membuat ketiga anaknya mabuk.
Sang dalang pun kemudian memukul kotak dengan cempolo pertanda adegan berikutnya akan berlanjut.
Dari kisah di atas, dapat kita pahami bahwa betapa bingungnya orang jika atas dasar angan-angan dari petugas yang katanya mengerti hukum, seseorang langsung dapat ditetapkan sebagai orang yang terkena masalah hukum, sekalipun kejahatannya masih berupa “Jika, maka”. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
HIMPUNAN MAHASISWA PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MALAHAYATI GELAR ACARA DUGEMAS 2023
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Himpunan Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (H KESMAS) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati menggelar acara tahunan DUGEMAS (Duduk Gembira Bersama Kesmas) yang berlangsung di Ruang MCC pada Sabtu (23/11/2023). DUGEMAS mengusung tema “Riang Gembira Bersama Kesmas Untuk Membangun Solidaritas Yang Terintegritas”, acara ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi pengurus dan anggota HIMA KESMAS, serta memperkenalkan
mahasiswa baru kepada budaya kampus yang sehat dan penuh kebersamaan.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, antara lain Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes; Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat, Nurul Aryastuti, S.ST., M.KM; Pembina HIMA KESMAS, Christin Angelina F, S.Kep., M.Kes; Alumni S1 Kesehatan Masyarakat, Rizal Dwiyana, S.KM; serta Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang diwakili oleh struktur kepengurusan.
Sebagai agenda rutin, acara ini melibatkan 228 mahasiswa baru dan diisi dengan pengenalan angkatan serta mahasiswa berprestasi kepada peserta, guna membangkitkan rasa kebersamaan dan memperkenalkan lebih jauh kehidupan di kampus.
Tiga materi utama yang disampaikan oleh narasumber berkompeten turut membekali mahasiswa baru dengan wawasan yang berguna dalam kehidupan kampus:
Selain sesi materi, acara ini juga diisi dengan sesi diskusi, tanya jawab, pengenalan struktural Hima Kesmas dan struktural angkatan, serta permainan tim yang menyenangkan. Tujuannya untuk membangun solidaritas dan memperkuat rasa kebersamaan di antara mahasiswa.
Melalui acara DUGEMAS 2023, Bupati HIMA KESMAS berharap dapat menciptakan lingkungan kampus yang lebih solid, terintegritas, dan penuh keceriaan, serta mendorong mahasiswa untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan organisasi dan akademik.
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Malahayati Lakukan Pengabdian Masyarakat, Fokus pada Pencegahan Bullying dan Dampak Pacaran pada Remaja
Pada kegiatan ini turut hadir Ka.Prodi, Rissa Afni Martinouva.S.H.,M.H. dan Dosen Dwi Arassy Aprilia.S.H.,M.H, dan 23 Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum. Kegiatan ini mengambil 2 tema yang akan diberikan untuk siswa/i Smpn 26 Bandar Lampung.
Tema Pertama: Strategi Menghadapi Bullying, dibawakan oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Hukum, Rizky Ageng Hadi Prayoga dan Alkania Putri Anandita.
Tema Kedua: Risiko Bahayanya Pacaran Pada Remaja, dibawakan oleh Mahasiswi Fakultas Hukum, Liona Gilang dan Fitri Wahyuni.
Dalam sambutannya Ka.Prodi, Rissa Afni Martinouva.S.H.,M.H. mengungkapkan dengan kedua tema seminar yang diberikan untuk siswa/siswi Smpn 26 Bandarlampung, dosen, mahasiswa dan siswa-siswi mampu bekerja sama dengan baik. Harapannya sosialisasi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMPN 26 Bandarlampung tentang Strategi menghadapi bullying dan Risiko pacaran pada remaja.
Program Studi D3 Anafarma Universitas Malahayati Gelar “Workshop Bedah Kurikulum Merdeka Belajar dan Pelatihan Pembuatan RPS Outcome Base Education”
Workshop ini dibuka langsung oleh Wakil Rektor I, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes dan dihadiri pula Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lolita Sari, SKM., M.Kes serta tamu undangan. Kegiatan ini berlangsung secara offline dan online.
Pemateri pada worksop ini diisi oleh Apt. Lutfi Chabib, M.Sc dari UII Yogyakarta, sebagai pemateri Bedah Kurikulum Merdeka Belajar dan Prima Dian Furqoni, M.Kes. dari Univ. Malahayati selaku pemateri penyusunan RPS berbasis OBE.
Lebih lanjut, ia menjelaskan untuk menghadapi tantangan dan tuntutan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan globalisasi maka diperlukan revitalisasi Kurikulum Anafarma Universitas Malahayati agar mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dibidangnya.
“Penyusunan kembali Revisi Kurikulum ini menggunakan pendekatan Outcome Based Education (OBE) karena telah dikembangkan berdasarkan SN-Dikti, standar kompetensi profesi tenaga vokasi Farmasi serta sesuai kebutuhan stake holder,” pungkasnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Bersama Tapi Berpisah
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
MITRA Sebentar lagi Pemilu Kada akan berlangsung dan setiap calon merupakan pasangan yang terdiri dari satu figure utama dan satu sebagai wakil figure utama. Saat mereka maju bersama sangat kelihatan kompak dan serasi; sehingga tampak tanpa celah, bahkan bagai “dwuet maut” yang tak terpisahkan. Apalagi saat kampanye mereka begitu tampak saling bahumembahu guna meraih simpati masa. Namun berbeda setelah mereka menang, seperti pepatah Jawa mengatakan “nek susah guyup, nek mukti congkrah” terjemahan bebasnya kalau susah akur tetapi begitu senang mereka perang. Contoh soal sudah banyak terjadi dimana-mana, baik untuk level provinsi sampai bupati/walikota semua berpotensi ini terjadi.
Ada cerita di balik cerita saat seorang kepala daerah provinsi begitu dilantik saat menyusun kabinet para kepala dinas, nota dari wakil yang berisi untuk mempertimbangkan orang-orangnya dapat dijadikan kepala dinas atau wakil kepala dinas. Sang kepala daerah terpilih langsung menukas dengan pongah berkata “abaikan itu, saya yang kuasa”. Beliau lupa kursinya itu juga disumbang suaranya oleh simpatisan wakilnya, bahkan mungkin jumlahnya lebih besar.
Ada lagi yang miris di satu kabupaten, sebelum maju mereka membuat surat semacam perjanjian bersama jika menang untuk melakukan beberapa hal bersama, siapa mengerjakan apa. Begitu pelantikan satu minggu kemudian surat perjanjian tadi sudah dilanggar dengan alasan satu kata “sesuai perkembangan perpolitikkan”. Tentu saja sang wakil gigit jari dan menahan sakitnya hati bagai biduk hilang kemudi.
Adalagi di salah satu kota juga pernah terjadi antara orang nomor satu dan nomor duanya saling gebrak meja hanya karena memperebutkan kewenangan dan mengikuti nafsu kuasa. Atas nama ketersinggungan mereka pecah kongsi, yang akhirnya terjadi kepemimpinan “one man show”, karena sang wakil memilih mengundurkan diri. Dan, sebenarnya ini yang dicita-citakan “sang raja” agar tidak diganggu oleh wakil. Sempurnalah jadinya pimpinan tanpa wakil, apakah ini yang kemudian Tuhan tidak merestui yang bersangkutan maju kegelanggang yang yang lebih tinggi lagi dengan tidak mendapat restu dari pemilik partai, hanya Tuhan yang maha tahu.
Beda lagi di sana nun jauh diperbatasan, awalnya tampak mesra antara wakil dan komandan, mereka sebiduk bersama. Sang wakil pegang pengayuh, sang komandan pegang kemudi. Namun entah setan mana yang merasuk kedua orang itu, akhirnya sang wakil merasa lelah pingin juga rasanya pegang kemudi. Maka sang wakil menyusun kekuatan pada pemilukada berikutnya menantang sang petahana. Mereka bertarung sambil saling buka kartu untuk diumbar ditengah masa. Ternyata mereka selama ini bersama, tapi sebenarnya berpisah.
Beda lagi dinegeri sono pimpinan yang baru dilantik, orang nomor satu masih berdiskusi dengan para kabinet barunya dalam rangka menyatukan visi dan misi. Ternyata sang wakil sudah kebelet ingin popular sehingga meninggalkan pertemuan untuk sekedar pergi kepasar membeli kacang goreng dan ubi rebus, agar kelihatan merakyat seperti pendahulunya. Sikap seperti ini tentu sangat tidak patut, karena seolah dari awal sudah ingin pisah. Beliau lupa wakil itu diatur dalam perundang-undangan harus duduk manis menunggu instruksi dari yang diwakili, bukan mendahului apalagi sokpandai.
Tampaknya kejadian bersama tapi berpisah ini akan terus ada sampai kapanpun, sebab hal seperti ini adalah merupakan satu konsekwensi kebersamaan antara sesama manusia. Oleh sebab itu jika ada pasangan kepemimpinan yang mampu menjaga kekompakkan sampai akhir, dan saling menutupi kelemahan; apalagi jika mereka berlanjut pada periodesasi berikutnya. Maka hal seperti ini perlu diapresiasi, sebab memelihara kebersamaan dalam perbedaan itu diperlukan tingkat kesabaran yang berlebih. Juga diperlukan upaya dan komitmen dari setiap individu sebagai pelaku, terutama dalam rangka memfilter pembisik yang sering bersifat negatif.
Sikap saling menghargai, toleransi, komunikasi yang baik, dan kerja sama adalah kunci utama yang harus dijaga dan dikembangkan. Dengan demikian, sekalipun berbeda dapat hidup harmonis dan saling melengkapi satu sama lain. Namun sayangnya semua ini dalam tataran idealistik atau konsep; pada kenyataannya sangat sulit untuk mengaplikasikannya. Ini dapat kita lihat dan analisis; unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga, itupun bisa terserang kondisi ini. Hanya karena pertimbangan keilahian, kedewasaan, bahkan kesabaran tingkat tinggilah semua dapat diatasi dan dilalui; namun betapa banyak yang gagal hanya karena terkena kerikil kecil kehidupan, sekalipun dapat menghindar gunung yang besar sebagai penghalang.
Banyak faktor yang menjadi penghalang untuk terciptanya kondisi “bersama untuk tidak berpisah”, walaupun pura-pura bahagia itu butuh drama. Salah satu kunci diantaranya dan ini paling utama bahwa hidup itu sudah ada yang mengatur dan aturan itu adalah bernama kodrat. Pesan orang bijak bahwa Tuhan tidak akan mengubah akhir dari tujuan kita. Tuhan hanya memberi jalan yang berliku kepada setiap kita; agar ada cerita setiap perjuangan kita. Tidak harus lima ditambah lima itu sepuluh, bisa jadi jalannya delapan dikali tiga dibagi empat ditambah tujuh di kurang lima. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Mahasiswa D3 Anafarma Universitas Malahayati Raih Juara 1 Kompetisi PHARMALATION 2024
PHARMALATION 2024 yang diselenggarakan oleh HIMAFARSI (Himpunan Mahasiswa Farmasi) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung adalah sebuah acara yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mahasiswa di bidang farmasi dan kesehatan. Lomba ini merupakan sebuah kompetisi yang melibatkan berbagai jenis lomba yang berkaitan dengan ilmu farmasi, inovasi di bidang kesehatan, serta pengembangan profesionalisme mahasiswa farmasi.
PHARMALATION sendiri mungkin merupakan singkatan atau nama yang mencerminkan tujuan acara ini, yaitu untuk memberikan ruang bagi mahasiswa farmasi untuk berkompetisi, berbagi pengetahuan, dan memperluas jaringan profesional mereka di bidang farmasi dan kesehatan.
Nurul Azizah selaku perwakilan dari Tim ini mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan yang diperoleh Tim. “Alhamdulilah kami berhasil mendapatkan Juara 1, ini adalah buah kerja keras kami selama ini,” ujarnya.
“Kami telah melewati beberapa tahap perlombaan, dimulai dari registrasi pendaftaran sampai pembuatan produk.” ucapnya.
Disi lain, Lutfia Fadmawati bersama timnya tidak menyangka akan mendapatkan Juara 1, “Kami tidak menyangka mendapat Juara 1, kami telah mengalahkan kampus ternama Universitas Padjajaran, Universitas Udayana, dan lain-lain di kompetesi ini,” serunya.
Hal yang sama diucapkan Della Aprensa, ia menambahkan harapan untuk Timnya kedepan. “Semoga kedepannya kami dapat lebih berprestasi lagi, dan mengahrumkan nama Prodi Anafarma dan Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Memotong Jari Di Atas Paha
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Sahdan ditulis oleh Walmiki dalam Serat Barathayuda, dan didongeng-gubahkan oleh para Dalang Wayang Purwa dalam penggalan cerita; setelah Batara Kresna pulang dari Hastinapura gagal menunaikan tugas sebagai Duta Pamungkas Pandawa, yang sebelumnya saat di Pasewakan Agung Hastinapura Prabu Kresna yang sebagai Duta Besar Kuasa Penuh itu dikeroyok oleh para Kurawa untuk dibunuh; dan memuncaklah kemarahan Kresna, kemudian dia berTriwikrama menjadi Raksasa mengguncang bumi Hastina.
Untung tidak lama berselang Batara Narada turun mengingatkan Kresna bahwa perilaku itu tidak patut untuk seorang Duta. Maka Kresna sadar berubah menjadi wujud seperti sediakala, dan kemudian pulang ke Dwarawati bersama Sais Keretanya yaitu Raden Setyaki.
Dalam perjalanan pulang itulah bertemu dengan Prabu Basukarna atau populer disebut Karna. Beliau adalah putra Dewi Kunthi ibunya para Pandawa tetapi berbeda ayah, sebab ayahnya Karna adalah Betara Surya, sedangkan Ayahnya para Pandawa adalah Prabu Pandu raja Hastinapura (versi wayang Purwa Jawa). Dialog itu jika dideskripsikan secara bebas dan singkat akan tertuang sebagai berikut:
Prabu Kresna : …wahai Karna mengapa dirimu tidak bergabung dengan Pandawa, sebab itu kan saudara-saudaramu semua. Lagi pula para Kurawa jelas-jelas salah telah merampas kerajaan yang bukan miliknya. ..berarti kamu memerangi saudaramu sendiri, dan itu sama saja kamu memotong jari di atas pahamu sendiri…… Aku ingin mendengar apa alasanmu…..wahai Basukarna!
Karna menjawab sambil menghela nafas dalam-dalam : ……Kanda Prabu betul apa yang Kanda katakan, sebagai titisan Wisnu, Kanda Prabu sejatinya sudah paham akan jawaban ini…namun baiklah akan saya kemukakan alasan saya; pertama….pembeda yang benar dengan yang salah itu harus ada garis tegas sebagai pemisah, karena tanpa garis pemisah itu maka tidak tampak mana yang benar dan mana yang salah. Oleh sebab itu biarkan saya mengorbankan diri saya untuk menjadi pemisah dari keduanya..dan saya akan menjadi garis itu..…., kedua….. saya ikhlas untuk menjadi garis itu…..sebab tanpa garis itu Pandawa akan mengalami kesulitan di belakang hari…..dan tanpa garis itu maka akan bercampur mana baik mana buruk….dan itu tidak boleh terjadi.
Prabu Kresna memotong :…nanti dulu….nanti dulu…… Adinda Karna….apakah dirimu sadar bahwa perilakumu itu adalah pecundang namanya…….?
Karna menjawab: …Kakanda…seseorang ada pada posisi pecundang atau pahlawan…itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Saya yakin para kerabat Pandawa mengatakan saya pecundang…dan bisa jadi ada yang berpendapat saya penghianat..itu sah-sah saja…….namun sebaliknya orang Hastinapura akan mengatakan saya sebagai pahlawan….karena telah membela negara yang telah memberikan kenikmatan kepada saya. Kanda Prabu ketahuilah bawa Saya, ….Patih Sengkuni…dan Begawan Dorna…. itu keberadaannya diperlukan agar memperjelas posisi kita masing-masing. Sengkuni itu diperlukan..karena dia tukang hasut …maka yang baik akan selalu memusuhi yang buruk. Dorna diperlukan karena tukang adu domba…sebab jika baik dan buruk tidak diadu domba…maka si buruk bisa jadi merajalela…..dan si baik tidak akan menjadi kuat. …… agar si buruk dimusnahkan oleh si baik….maka dia harus kuat…caranya ya itu tadi…mereka diadu domba dan di hasut terus menerus. Dengan kata lain semestinya Pandawa berterimakasih kepada kami bertiga…sebab keberadaan kamilah yang memperjelas posisi dimana Pandawa…dan di mana Kurawa. Juga, karena kami bertigalah Pandawa menjadi kuat dan digjaya. Justru yang khianat adalah mereka-mereka yang tidak jelas posisinya, bahkan hanya ikut menang saja,.tanpa harus ikut berjuang. Teriakan mereka paling kencang, apalagi saat kemenangan, dan akan menghilang bagai ditelan bumi saat terjadi kekalahan. Mereka ini sejatinya ada di mana-mana, bahkan di setiap perselisihan apapun bentuknya. Mereka ada di situ untuk mengambil keuntungan pribadi dengan berlindung pada kepandaian mimikri atau membunglonkan diri.
Prabu Kresna :… Baiklah kalau begitu Karna…sejatinya pahlawan perang Baratayudha ini adalah dirimu…karena Adindalah yang menjadi api pembakar agar si Baik menjadi pemberani untuk melawan si Buruk…….
Karna menukas :……Bukan Kakanda….semua itu hanya karena masing-masing kita menjalani kodratnya…. Sampai di sini Kanda kita harus berpisah jalan…seperti halnya berpisah jalan kehidupan kita berdua……..sampurasun Kanda …..
Prabu Karna menyembah Prabu Kresna dan kemudian memeluknya…sambil berbisik ditelinga Kresna….”wahai Wisnu …terimakasih telah mengantarkanku lebih dahulu menuju Nirwana…sementara dirimu harus terus dan terus ada di dunia untuk mengurusi bertemunya baik dan buruk yang tidak pernah berakhir sampai nanti dunia di gulung oleh Sang Maha Widhi”….
Kresna terperanjat dan kehabisan kalimat. Kemudian mereka berpisah jalan karena Kerajaan Dwarawati tempat bermukimnya Prabu Kresna belok kanan, sementara Kerajaan Awangga tempat bermukimnya Prabu Karna belok kiri.
Sang dalang menutup pakeliran dengan menancapkan Gunungan.
Dari penggalan cerita Gubahan Dalang dalam cerita Kresna Duta itu kita dapat memetik pelajaran bahwa: baik dan buruk itu keberadaannya saling meneguhkan, sesuatu dikatakan baik karena ada yang buruk. Demikian halnya dikatakan buruk karena ada yang baik; fungsi parameter keduanyalah yang saling meneguhkan satu sama lain.
Demikian halnya dengan kehidupan, kita harus berterimakasih kepada apapun yang berbeda dengan kita, sebab dengan perbedaan itu kita dapat menarik garis imaginer yang terang diantaranya. Dan, tidak ada yang tidak berguna Tuhan menciptakan sesuatu; hanya saja keegoan manusia sering menutupi untuk memahami itu semua, sehingga segala sesuatu yang tidak sama dengannya atau tidak sesuai dengan keinginannya itu jelek atau buruk, dan harus dimusuhi bila perlu dimusnakan. Padahal semua itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Ternyata kelemahan kita melihat sesuatu secara holistik dan komprehensif merupakan bawaan lahir tampaknya. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Manajemen Universitas Malahayati Laksanakan Latihan Dasar Kepemimpinan, Guna Cetak Pemimpin Muda yang Inspiratif
Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan mahasiswa Program Studi Manajemen angkatan 2024 yang berjumlah 217 mahasiswa, guna mempersiapkan generasi penerus yang kompeten dan berintegritas tinggi.
Pemateri pertama, yaitu disampaikan oleh Ayu Nursari, S.E., M.E., Seorang akademisi program studi manajemen Universitas Malahayati. Selanjutnya pemateri kedua, diisi oleh Kapten Inf. Muhammad Raffdi Pasilat, Siopsrem 043/Gatam, memberikan wawasan terkait “Kepemimpinan Militer dan Penerapan Disiplin”. Terakhir, pemateri Ketiga, dibawakan oleh Herry Novianto, S.E., M.M., Dengan pengalaman panjang di dunia kerja, memberikan materi pentingnya komunikasi yang baik dan pengelolaan tim yang efektif guna mencapai tujuan bersama.
LDK ini dirancang atas kerjasama berbagai pihak termasuk Himpunan Mahasiswa Manajemen yang dikomandoi oleh Bupati HMM Raffi Aditya beserta panitia lainnya yang membuat serangkaian sesi pelatihan interaktif, diskusi kelompok, serta kegiatan lapangan yang menantang para peserta mahasiswa untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, kerja sama, dan jiwa kepemimpinan.
Akhir kegiatan ditutup dengan semangat baru dari para peserta yang berjanji akan membawa ilmu dan pengalaman yang didapatkan ke dalam peran kepemimpinan mereka di masa mendatang. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, Program Studi Profesi Ners Universitas Malahayati Laksanakan Praktik Stase Maternitas dan Anak di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung
Praktik Profesi Ners Stase Maternitas dan Anak ini akan dilakukan selama 1 bulan, yakni dari 18 November – 15 Desember 2024. Kegiatan diawali dengan serah terima dan orientasi di Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung.
Aryanti Wardiyah, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Ka.Prodi Profesi Ners melakukan serah terima dan penjelasan target mahasiswa kepada Jajaran Pimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung dan 4 Kepala Puskesmas. Pada kesempatan ini, penyerahan langsung diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung didampingi oleh Kepala Puskesmas Gedong Air, Puskesmas Simpur, Puskesmas Kemiling, dan Puskesmas Kedaton.
Aryanti menyampaikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan mahasiswa antara lain kesiapan mengikuti pelayanan yang sudah ada di Puskesmas, kesiapsiagaan menangani kondisi pasien, serta menjaga kenyamanan dalam memberikan layanan serta sigap dalam melihat situasi.
“Harapannya mahasiswa ners bisa mencapai kompetensi yang ditargetkan dan dapat menyelesaikan Praktik Profesi Ners Stase Maternitas dan Anak serta memberikan dampak kepada masyarakat,” pungkasnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi Psikologi Universitas Malahayati Jadi Tuan Rumah Festival Mahasiswa Psikologi Lampung 2024: Meriahkan Hari Kesehatan Mental Sedunia
Festival tahun ini mengangkat tema ” it’s Time to Prioritize Mental Healt in the Work Place ” dan menghadirkan berbagai lomba, seperti kompetisi TikTok, debat, dan esai, yang bertujuan untuk menggali kreativitas, intelektualitas, dan kemampuan komunikasi mahasiswa psikologi. Acara puncak berlangsung meriah di Gedung MCC Universitas Malahayati, dan dihadiri juga Wakil Rektor III Universitas Malahayati, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, serta tamu undangan. Sabtu (16/11/2024).
“Sebuah kebanggaan bahwa Prodi Psikologi Universitas Malahayati tahun ini menjadi tuan rumah dalam acara Psychology Festival 2024. Kami sangat senang bisa menjadi bagian dari peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia dan mendukung mahasiswa dalam mengembangkan potensi terbaik mereka,” ujar Octa Reni.
Selain menjadi tuan rumah, Program Studi Psikologi Universitas Malahayati juga mencetak prestasi gemilang dengan meraih gelar juara umum. Prestasi ini meliput; Kompetisi TikTok: Juara 1 hingga 4 diraih oleh mahasiswa Psikologi Universitas Malahayati, Debat: Juara 3, Esai: Juara 3.
Kami merasa bangga dengan keikutsertaan mahasiswa kami yang tidak hanya aktif berpartisipasi, tetapi juga mampu memberikan hasil yang terbaik. Menjadi juara umum adalah bukti nyata dari kerja keras dan dedikasi mahasiswa kami,” tambah Octa Reni.
Festival Mahasiswa Psikologi Lampung 2024 ditutup dengan meriah oleh penampilan seni dari mahasiswa Psikologi Universitas Malahayati dan penghargaan bagi para pemenang lomba. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan kreativitas mahasiswa dapat menciptakan kegiatan yang bermanfaat dan penuh inspirasi.
Dengan suksesnya acara ini, HIMAPSI Universitas Malahayati berharap dapat terus menjadi pelopor dalam menggalakkan kegiatan positif yang mendukung pengembangan mahasiswa psikologi, tidak hanya di Lampung, tetapi juga di tingkat nasional. (gil)
Editor: Gilang Agusman