Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa waktu lalu heboh di dunia maya ada calon taruna salah satu angkatan di negeri ini melawan pelatih dengan cara menyerang secara fisik; padahal pelatih tadi pangkatnya perwira . Kejadian seperti ini menambah panjang daftar kasus yang menimpa lembaga ini, apalagi penyebabnya hanya karena menolak laptop yang bersangkutan akan dilihat oleh sang pelatih. Tentu saja hukuman disiplin berat langsung dijatuhkan dengan pemecatan kepada calon taruna.
Secara administratif kejadian itu sudah selesai, tetapi secara filosofis kejadian itu belum dapat dikatakan selesai; sebab itu hanya puncak gunung es dari gumpalan es yang besar di bawahnya. Maksudnya menjadi pertanyaan kenapa sampai berani seperti itu, note bene yang bersangkutan “baru tamat” Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Dengan kata lain ada sesuatu yang kurang, bahkan mungkin salah pada dunia pendidikan dijenjang ini.
Belum selesai merenungkan peristiwa itu; mendadak mendapat kiriman dari seorang sohib yang menjabat pimpinan tertinggi bidang pendidikan di daerah ini yang berisi rekaman “ledakan” pidato mantan wakil presiden dua periode di negeri ini. Beliau menggugat bagaimana kegagalan seorang menteri yang mengurusi pendidikan, riset dan teknlogi serta kebudayaan.
Isi pidato beliau sangat menohok karena disertai pembanding para pendahulunya yang dinilai banyak berhasil membawa generasi bangsa ini ke level yang terbaik pada zamannya. Serta kesalahan mencari negara rujukan sebagai tolok-kesepadanan; sebab selama ini yang dipakai adalah negara-negara Eropa yang memiliki budaya serta kebiasaan yang sangat berbeda. Dipertanyakan oleh beliau mengapa tidak menggunakan India, Korea Selatan yang itu merupakan negara satu kawasan dengan budaya yang tidak terlalu jauh berbeda.
Sebagai mantan pejabat nomor dua di negeri ini, tentu banyak makan asam garamnya mengelola negeri; terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Beliau sendiri dikenal memiliki yayasan pendidikan sampai universitas yang bergengsi. Itu menunjukkan apa yang diucapkannya bukan hanya ilusi tetapi persepsi; sekalipun persepsi sendiri tidak bebas nilai, karena bisa saja orang lain yang memiliki pengalaman lain sehingga berpersepsi lain, justru mengatakan menteri pendidikan sekaranglah yang paling berhasil.
Terlepas dari itu semua, data menunjukkan banyaknya setiap tahun anak-anak muda negeri ini yang menuntut ilmu di luar negeri, baik atas biaya sponsor maupun biaya sendiri. Indikator ini dapat dijadikan penanda bahwa kualitas anak-anak bangsa ini mampu bersaing di kelas global.
Walaupun menjadi kaget manakala ada lembaga nirlaba dari luar sana yang melakukan penelitian, ternyata IQ anak-anak kita berkategori papan bawah.
Belum lagi jika kita simak dengan seksama bagaimana perubahan sikap dan perilaku generasi Alfa sekarang terhadap tatakrama sopan santun kepada orang dewasa, termasuk guru.
Jadi jika kita kaitkan dengan peristiwa di atas, ternyata isi pendidikan kita saat ini diduga hanya bermuatan capaian materi pembelajaran, tidak disertai capaian kematangan kepribadian. Dengan kata lain transfer materi pembelajaran tidak disertai transfer nilai-nilai kepribadian, atau kemampuan menguasai kecakapan keterampilan, tidak disertai capaian penguasaan kematangan diri.
Hubungan antara pendidikan dan kepribadian merupakan topik yang penting dalam psikologi dan pendidikan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Secara keseluruhan, pendidikan memainkan peran kunci dalam pembentukan kepribadian individu. Pengalaman pendidikan yang positif dapat mendukung pengembangan kepribadian yang sehat dan seimbang, sementara pengalaman pendidikan yang negatif dapat memiliki dampak sebaliknya.
Sementara itu hubungan antara pendidikan dengan etika sangat erat, termasuk didalamnya tatalaku beragama; karena pendidikan berperan penting dalam pengembangan pemahaman etika dan moral individu. Oleh sebab itu secara keseluruhan, pendidikan berfungsi sebagai sarana utama untuk mengajarkan dan memperkuat etika.
Dengan memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika, pendidikan membantu membentuk individu yang mampu bertindak dengan integritas dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Termasuk didalamnya menjalankan syariat agama yang dianut.
Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang pintar, tetapi lebih kepada pintar yang beretika dan bermoral, serta berahlakulkharimah; karena tidak ada satupun koruptor yang ditangkap KPK itu orang bodoh, mereka boleh dikatakan semua sarjana, bahkan ada yang bergelar doktor dan guru besar; itu merupakan salah satu indikator mereka orang pintar. Tetapi kepintaran yang tidak disertai moral dan etika serta tatalaku beragama; maka kehancuranlah yang akan dijumpai. Bagaimana tidak hancur jika kursi jabatan dan kursi sekolah/kuliah diberi label “harga” untuk dapat mendudukinya.
Sudah sangat mendesak sekarang memahamkan pentingnya pendidikan kepribadian yang didalamnya ada unsur etika dan moral serta agama. Semua itu tidak mungkin bisa dikerjakan oleh guru di sekolah; harus juga disertai peran aktif orang tua di rumah bersama unsur elemen masyarakat lainnya, bahu membahu menyadarkan pada anak pentingnya moral dan etika serta agama dalam kehidupan. Kesuksesan itu tidak cukup bermodal pintar, tetapi etika sopan santun dan moralitas serta perilaku beragama adalah benteng kepribadian utama.
Jika calon Taruna di atas memiliki kepribadian etika moral yang baik dan laku agama yang bagus, maka dia tidak akan gegabah seperti itu dalam bertindak. Sesal kemudian tidak berguna, bak pepatah lama mengatakan “nasi sudah jadi bubur”. Semoga kita dapat memetik pembelajaran dari semua di atas. Menteri pendidikan boleh berganti satu hari tujuh kali, tetapi itu tidak berarti apa-apa jika pendidikan moral dan etika serta agama tidak didorong ke depan keberadaannya.
Oleh karena itu sekolah dapat saja dalam periodesasi tertentu mengundang ahlinya untuk memberikan pencerahan kepada orang tua siswa; bahwa tangung jawab kemajuan pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah semata. Justru pada saat ini pendampingan oleh orang tua sangat diperlukan. Orang tua harus dapat “hadir” didalam benak anak-anaknya. Orang tua bukan “mesin pencari uang” untuk anak-anaknya saja, akan tetapi juga mitra strategis dalam mengarungi kehidupan yang makin kompleks dan keras seperti saat ini dan masa-masa yang akan datang. Salam Waras (SJ)
Editor. Gilang Agusman
Pengumuman Penting: PKKMB UNMAL 2024 Digelar 23-28 September! Segera Registrasi Ulang dan Simak Tata Tertibnya!
Untuk Dresscodenya kalian bisa lihat dibawah ini ya:
Editor: Gilang Agusman
Waras dalam Memilih
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa minggu ke depan kita akan dihadapkan dengan “hajatan Demokrasi” yaitu dengan akan diselenggarakannya Pemilihan Kepala Daerah, baik provinsi maupun kabupaten kota. Haru biru penyelenggaraan sudah mulai terasa dari beberapa waktu lalu, berawal dari pencalonan para mereka yang berminat, ramainya perebutan partai pendukung, sampai terakhir adanya daerah yang pasangan calonnya merasa dikerjain oleh komisi penyelenggara; belum lagi ditambah dengan hadirnya kotak kosong. Semua seolah menjadi bumbu-bumbu kepemilihan yang berlindung pada satu kata “demokrasi”. Untung era sekarang sudah berubah, dimana keterbukaan sudah menjadi sesuatu keharusan, dan pengawasan dilakukan oleh organisasi baru yang tanpa struktur tetapi berkekuatan dahsyat, yaitu bernama nitizen.
Namun dalam pilih-memilih kita serahkan kepada aturan formal yang ada. Sedangkan tulisan ini akan focus pada kondisi memilih secara filosofis. Dalam filsafat, konsep memilih memiliki makna yang mendalam dan sering kali terkait dengan kebebasan, tanggung jawab, serta eksistensi manusia. Berdasarkan sejumlah sumber digital ditemukan beberapa pandangan filosofis tentang memilih: Pertama, Eksistensialisme: Bagi filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre, memilih adalah bagian esensial dari eksistensi manusia. Sartre terkenal dengan pernyataannya bahwa “eksistensi mendahului esensi,” yang berarti manusia pertama-tama ada, dan kemudian menentukan dirinya sendiri melalui pilihan-pilihannya. Manusia dianggap sepenuhnya bebas, tetapi dengan kebebasan ini datang tanggung jawab penuh atas pilihan-pilihannya. Pilihan-pilihan kita menentukan siapa kita, dan kita tidak dapat menghindari tanggung jawab tersebut.
Kedua, Kebebasan dan Determinisme: Dalam filsafat, terdapat perdebatan antara kebebasan memilih dan determinisme. Determinisme menyatakan bahwa segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, ditentukan oleh penyebab sebelumnya, sehingga pilihan bebas mungkin hanya ilusi. Sebaliknya, libertarianisme dalam filsafat berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan yang sejati untuk memilih, terlepas dari determinasi sebab-akibat.
Ketiga, Etika dan Pilihan Moral: Dalam etika, memilih sering kali dilihat sebagai tindakan moral yang melibatkan pengambilan keputusan antara tindakan yang benar dan salah. Filsuf seperti Immanuel Kant menekankan pentingnya pilihan berdasarkan prinsip moral yang universal, sementara utilitarianisme menilai pilihan berdasarkan hasil terbaik bagi kebahagiaan terbesar.
Keempat, Kebebasan Negatif dan Positif: Isaiah Berlin membedakan antara kebebasan negatif (kebebasan dari paksaan eksternal) dan kebebasan positif (kebebasan untuk menentukan nasib sendiri). Memilih dalam konteks ini dapat merujuk pada kebebasan untuk membuat keputusan tanpa paksaan eksternal, atau kemampuan untuk merealisasikan diri dan tujuan hidup seseorang.
Dalam konteks filsafat Pancasila, konsep memilih memiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam lima sila Pancasila. Memilih dalam konteks ini tidak hanya dilihat sebagai tindakan individu yang bebas, tetapi juga sebagai tindakan yang harus dipandu oleh nilai-nilai kebajikan yang mengacu pada kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dengan demikian, dalam filsafat Pancasila, memilih tidak hanya dipandang sebagai hak individu, tetapi juga sebagai tanggung jawab sosial dan moral yang harus didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Setiap pilihan harus mengarah pada terciptanya harmoni, kesejahteraan bersama, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat, memilih bukan hanya tindakan sehari-hari, tetapi juga ekspresi kebebasan dan tanggung jawab manusia, serta refleksi mendalam tentang makna eksistensi manusia. Sayangnya eksistensi ini sering tergerus akan kepentingan pragmatis, sehingga akibat “rabun dunia” menjadikan tersiksa sepanjang masa. Hal seperti ini dalam tataran praksis saat ini sedang menggejala, dan lebih serunya selalu berkedok pada demokrasi. Padahal hakekat demokrasi itu sebenarnya mulia, akan tetapi begitu disalah posisikan, menjadi sangat nista.
Karena memilih adalah bukan tidak yang dapat dipaksakan atau ditekan-tekan; oleh sebab itu jika ada orang memilih untuk tidak memili, dan atau memilih kotak kosong; semua itu harus dihormati karena itu bukan termasuk kategori pelanggaran. Mari kita gunakan hal memilih itu pada waktunya nanti, karena menentukan pilihan itu adalah hak dasar yang dilindungan oleh undang-undang. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Kolaborasi Program Studi Kebidanan Dan Farmasi Universitas Malahayati Luncurkan Kapsul Daun Kelor: Solusi Baru untuk Cegah Anemia pada Wanita Usia Subur
Kegiatan ini merupakan salah satu Hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat tahun 2024.Tim pengabdian masyarakat ini berasal dari 2 program studi yaitu Kebidanan dan Farmasi yang terdiri dari Sunarsih, S.SiT.,Bdn.,M.Kes & Ana Mariza, S.ST.,M.Kes (Prodi Kebidanan) serta apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes (Prodi SI Farmasi) dibantu 2 orang mahasiswa Sabilita Lailatul Putri (Prodi Farmasi) dan Tia Pratiwi (Prodi Kebidanan).
Kegiatan ini berkolaborasi antara Prodi kebidanan dengan Prodi Farmasi, Ana Mariza, S.ST.,M.Kes selaku anggota tim dosen kebidanan memberikan sosialisasi tentang anemia selanjutnya bersama dengan bidan desa melakukan pemeriksaan hemoglobin untuk mendeteksi anemia.
apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes sebagai tim pengabdian di bidang farmasi menjelaskan manfaat daun kelor serta cara pengolahan mulai dari pemilihan daun kelor, pengeringan dan cara menggunakan teknologi inovasi berupa penepung herba farmasi dan alat pembuat kapsul hingga menjadi kapsul daun kelor. Kapsul daun kelor ini akan kaya kandungan Zat Besi (Fe) yang aman, praktis dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di lokasi mitra sebagai pencegahan dan penanganan anemia. dilakukan oleh tim dosen kebidanan dan bidan desa.
Ketua PKK, Siti Rusmini juga menyampaikan bahwa besar harapan dengan adanya kegiatan pengabdian Masyarakat dari Universitas Malahayati dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam melakukan pencegahan anemia. “Dengan menggunakan kapsul daun kelor sebagai tanaman obat tradisional yang tepat, murah dan mudah didapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi sehingga angka kejadian anemia di Desa Tanjung Harapan dapat menurun dengan signifikan,” ujarnya.
Tak lupa pula, Tim pengabdian masyarakat Universitas Malahayati mengucapan terimakasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan nomor kontrak 959/LL2/AL.04/PM/2024 dan LPPM Universitas Malahayati serta Kelurahan Tanjung Harapan.
46 Mahasiswa Anafarma Universitas Malahayati Lulus Uji Kompetensi
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sebanyak 46 mahasiswa Program Studi Anafarma Universitas Malahayati dinyatakan lulus dalam Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (UKMPDFI) dari total 54 peserta yang mengikuti ujian. Ujian tersebut dilaksanakan pada 24-25 Agustus 2024 oleh Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (APDFI).
Kepala Prodi DIII Anafarma, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, Agustina Retnaningsih, S.Si., Apt., M.Farm, mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil melalui ujian kompetensi ini.
“Selamat kepada seluruh mahasiswa yang lulus. Semoga para lulusan dapat terus mengembangkan kompetensi dan profesionalisme mereka di dunia farmasi,” ujarnya, Sabtu, 12 September 2024.
Lebih lanjut, Agustina menyampaikan bahwa pengumuman kelulusan ini menjadi momen penting yang menandai berakhirnya masa studi dan awal dari perjuangan baru di dunia kerja.
“Bagi yang lulus, ini adalah awal dari perjalanan baru. Sedangkan bagi yang belum berhasil, yakinlah bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Tetap semangat dan terus berusaha,” tambahnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen Prodi Anafarma atas bimbingan dan kerja sama yang telah diberikan hingga para mahasiswa mencapai pencapaian ini.
“Kerja keras para dosen dan mahasiswa telah membawa kita semua pada momen yang membanggakan ini,” Pungkasnya. (*)
Editor: Asyihin
Prodi Psikologi Universitas Malahayati Gelar Diseminasi Modul Kesehatan Mental
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Psikologi Universitas Malahayati menggelar kegiatan diseminasi pembuatan modul Mata Kuliah Kesehatan Mental di Ruang Rapat Lantai 5 gedung rektorat, Rabu, 11 September 2024.
Kepala Program Studi Psikologi Universitas Malahayati, Octa Reni Setiawati, S.Psi., M.Psi., mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Hibah PKKM yang diterima Program Studi Psikologi untuk tahun anggaran 2024.
“Modul pembelajaran ini merupakan inovasi yang kami buat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat sarjana, yang sejalan dengan konsep Outcome Based Education (OBE),” jelas Octa Reni.
Sebelum mencapai tahap diseminasi, berbagai tahapan telah dilalui, termasuk kompetisi antar dosen untuk menentukan mata kuliah terbaik, penelaahan modul oleh pakar, serta uji keterbacaan oleh mahasiswa. Modul ini kemudian diuji coba untuk memastikan efektivitasnya dalam mendukung proses belajar.
Pembuatan modul ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang lebih interaktif dan aplikatif, memperkuat keterampilan mahasiswa di bidang kesehatan mental, serta mendukung kurikulum berbasis pencapaian pembelajaran yang diusung Universitas Malahayati.
Acara tersebut juga turut dihadiri oleh Wakil Rektor 1 Dr. Muhammad S.Kom, MM, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Dr. MS., perwakilan Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI), MBKM Center, serta para dosen prodi Psikologi. (*)
Redaktur : Asyihin
Alumni Universitas Malahayati, Rudi Saputra Jadi Quality Control di PT GGP
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rudi Saputra, lulusan Program Studi D3 Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati, berhasil menapaki karir gemilang di dunia industri.
Setelah menyelesaikan studinya pada Januari 2024, Rudi kini bekerja sebagai Quality Control di PT. Great Giant Pineapple, Lampung Tengah, khususnya di Laboratorium Keripik Pisang.
Rudi mengungkapkan rasa terima kasih atas bimbingan yang ia terima selama masa kuliah.
“Berkat bimbingan dari dosen, saya dapat mengimplementasikan ilmu yang saya dapat di dunia pekerjaan,” ujar Rudi.
Menurutnya, Universitas Malahayati sangat mendukung mahasiswanya untuk berprestasi, dengan suasana belajar yang nyaman, fasilitas lengkap, serta dosen yang luar biasa
Ia juga menyampaikan rasa bangga pernah menjadi bagian dari Universitas Malahayati dan berharap kampus tersebut terus maju.
“Harapan saya, semoga Universitas Malahayati selalu sukses dan dapat meluluskan generasi-generasi yang berkualitas serta memiliki daya saing tinggi,” ucapnya (*)
Redaktur : Asyihin
Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Medali Perunggu di PON Ke-21 Aceh-Sumut
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Universitas Malahayati, Fatur Rohman Mudia Mulya, berhasil meraih medali perunggu pada cabang olahraga Hapkido di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 Aceh-Sumatera Utara, Rabu, 11 September 2024.
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., M.M., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas capaian Fatur Rohman.
Menurutnya, perolehan medali di ajang sekelas PON merupakan bukti nyata dari kerja keras dan dedikasi seorang atlet, apalagi Fatur masih berstatus sebagai mahasiswa.
“Ini adalah salah satu indikator kesuksesan seorang atlet. Kami sangat bangga dengan prestasi Fatur yang telah mengharumkan nama Lampung dan Universitas Malahayati,” ujar Dr. Achmad Farich.
Ia menambahkan bahwa Universitas Malahayati selama ini berkomitmen mendukung para mahasiswa berprestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah pemberian dana pembinaan bagi mahasiswa yang berhasil menorehkan prestasi.
Rektor berharap prestasi yang diraih oleh Fatur Rohman dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa Universitas Malahayati lainnya untuk terus berprestasi di bidang yang mereka minati.
“Patut ditiru, karena ini hal yang positif,” pungkasnya. (*)
Editor: Asyihin
Prodi S1 Keperawatan Universitas Malahayati dan Peluang Kerja
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi S1 Keperawatan Universitas Malahayati terus berkomitmen mencetak tenaga perawat profesional yang siap menghadapi tantangan di dunia kesehatan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kesehatan di berbagai sektor, lulusan keperawatan memiliki peluang karier yang sangat luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Kurikulum Berbasis Outcome
Prodi S1 Keperawatan Universitas Malahayati dirancang untuk memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia keperawatan modern. Melalui pendekatan Kurikulum berbasis outcome atau Outcome Based Education (OBE) yakni metode pembelajaran yang berfokus pada capaian pembelajaran, mahasiswa dibekali dengan pengetahuan teori keperawatan, praktik klinis, dan keterampilan komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan.
Berikut adalah beberapa peluang kerja bagi lulusan S1 Keperawatan:
1. Perawat Rumah Sakit
Lulusan S1 Keperawatan dapat bekerja sebagai perawat di rumah sakit umum maupun spesialis, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Peran ini melibatkan memberikan perawatan langsung kepada pasien, termasuk perawatan medis, monitoring, dan pemulihan.
2. Perawat Komunitas
Lulusan keperawatan juga dapat berperan sebagai perawat komunitas di puskesmas, klinik kesehatan, atau organisasi non-profit yang fokus pada kesehatan masyarakat. Mereka bertugas memberikan edukasi kesehatan, imunisasi, dan layanan kesehatan preventif kepada masyarakat.
3. Perawat di Layanan Kesehatan Mandiri
Dengan meningkatnya layanan home care, lulusan S1 Keperawatan memiliki kesempatan untuk menjadi perawat yang melayani pasien di rumah mereka, terutama untuk perawatan pasien lansia, pasien kronis, atau yang memerlukan perawatan jangka panjang.
4. Pendidik atau Dosen Keperawatan
Lulusan S1 Keperawatan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dapat berkarir sebagai dosen atau pendidik di institusi pendidikan keperawatan. Mereka berperan dalam mengajar, meneliti, dan membimbing calon perawat.
5. Manajer Layanan Kesehatan
Setelah beberapa tahun berpengalaman, lulusan S1 Keperawatan dapat mengambil posisi manajerial di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, mengelola staf, operasi klinik, dan sumber daya kesehatan.
6. Perawat Industri atau Korporat
Banyak perusahaan besar dan industri yang memerlukan layanan kesehatan bagi karyawan mereka. Lulusan keperawatan bisa bekerja sebagai perawat industri, mengelola kesehatan kerja, memberikan pertolongan pertama, dan memastikan kepatuhan kesehatan dan keselamatan kerja.
7. Peneliti di Bidang Kesehatan
Lulusan yang tertarik pada penelitian dapat terlibat dalam penelitian medis dan kesehatan, baik di lembaga penelitian, universitas, atau organisasi kesehatan internasional. Penelitian ini berfokus pada inovasi perawatan pasien, peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan pengembangan metode pengobatan baru.
8. Perawat di Luar Negeri
Lulusan keperawatan di Indonesia juga memiliki peluang bekerja di luar negeri, khususnya di negara-negara yang kekurangan tenaga perawat seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan negara-negara di Timur Tengah.
9. Entrepreneur di Bidang Kesehatan
Selain bekerja di instansi, lulusan keperawatan juga memiliki kesempatan untuk mendirikan usaha di bidang kesehatan, seperti klinik kesehatan, layanan konsultasi kesehatan, atau penyediaan peralatan medis.
Dukungan dan Fasilitas
Universitas Malahayati menyediakan fasilitas praktik yang lengkap, mulai dari laboratorium simulasi hingga kesempatan praktik klinis di berbagai rumah sakit mitra. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung dan siap bekerja setelah lulus. Selain itu, universitas juga menyediakan program bimbingan karier (Malahayati Career Center ) untuk membantu lulusan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.
Dengan kurikulum yang relevan dan peluang karier yang luas, Prodi S1 Keperawatan Universitas Malahayati menjadi pilihan yang tepat bagi calon perawat yang ingin mengabdi dan berkarya di dunia kesehatan. (*)
Program Studi Kebidanan dan Farmasi Universitas Malahayati Perkenalkan Teh Celup Bayam Merah sebagai Solusi Anemia untuk Komunitas Rentan
Tim pengabdian masyarakat ini berasal dari 2 program studi yaitu Kebidanan dan Farmasi yang terdiri dari; Susilawati.S.SiT.,Bdn.,M.Kes dan Neneng Siti Lathifah.S.ST.,M.Kes (Prodi Kebidanan), serta apt.Gusti Ayu Rai Saputri.,S.Farm.,M.Si (Prodi SI Farmasi) dengan dibantu mahasiswa dari Prodi Kebidanan.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari; Kepala Tu Puskemas Desa Serdang, Suharto, AS, Amd.Kep. Bidang Koordinator Puskesmas Desa Serdang, Rusmiyati, SST.,Bdn. Sekertaris Desa Serdang, Amru, S.Sos. Bidan Desa Serdang, Jilly Pinnica, SST, Aparat desa, para petani hidroponik, dan Kelompok rentan anemia dari Desa Serdang. Kegiatan ini merupakan salah satu Hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat pada perguruan tinggi swasta (PTS) tahun 2024.
Lebih lanjut, Suharto juga menyampaikan bahwa teh bayam merah selain dapat mencegah anemia juga mempunyai nilai ekonomi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa serdang yang mayoritas adalah petani hidroponik penghasil bayam merah dan menjadi produk lokal Desa Serdang.
Tak lupa pula, Tim pengabdian masyarakat Universitas Malahayati mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah memberikan hibah pengabdian kepada masyarakat skema pemberdayaan berbasis masyarakat dengan nomor kontrak 959/LL2/AL.04/PM/2024 Dengan judul “Optimalisasi Bayam Merah dalam sediaan Teh Celup Organik Tinggi Zat Besi sebagai Upaya Mencegah Anemia pada Kelompok Rentan”. (gil/humasmalahayatinews)
Editor: Gilang Agusman
Pendidikan Etika
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa waktu lalu heboh di dunia maya ada calon taruna salah satu angkatan di negeri ini melawan pelatih dengan cara menyerang secara fisik; padahal pelatih tadi pangkatnya perwira . Kejadian seperti ini menambah panjang daftar kasus yang menimpa lembaga ini, apalagi penyebabnya hanya karena menolak laptop yang bersangkutan akan dilihat oleh sang pelatih. Tentu saja hukuman disiplin berat langsung dijatuhkan dengan pemecatan kepada calon taruna.
Secara administratif kejadian itu sudah selesai, tetapi secara filosofis kejadian itu belum dapat dikatakan selesai; sebab itu hanya puncak gunung es dari gumpalan es yang besar di bawahnya. Maksudnya menjadi pertanyaan kenapa sampai berani seperti itu, note bene yang bersangkutan “baru tamat” Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Dengan kata lain ada sesuatu yang kurang, bahkan mungkin salah pada dunia pendidikan dijenjang ini.
Belum selesai merenungkan peristiwa itu; mendadak mendapat kiriman dari seorang sohib yang menjabat pimpinan tertinggi bidang pendidikan di daerah ini yang berisi rekaman “ledakan” pidato mantan wakil presiden dua periode di negeri ini. Beliau menggugat bagaimana kegagalan seorang menteri yang mengurusi pendidikan, riset dan teknlogi serta kebudayaan.
Isi pidato beliau sangat menohok karena disertai pembanding para pendahulunya yang dinilai banyak berhasil membawa generasi bangsa ini ke level yang terbaik pada zamannya. Serta kesalahan mencari negara rujukan sebagai tolok-kesepadanan; sebab selama ini yang dipakai adalah negara-negara Eropa yang memiliki budaya serta kebiasaan yang sangat berbeda. Dipertanyakan oleh beliau mengapa tidak menggunakan India, Korea Selatan yang itu merupakan negara satu kawasan dengan budaya yang tidak terlalu jauh berbeda.
Sebagai mantan pejabat nomor dua di negeri ini, tentu banyak makan asam garamnya mengelola negeri; terutama yang berkaitan dengan pendidikan. Beliau sendiri dikenal memiliki yayasan pendidikan sampai universitas yang bergengsi. Itu menunjukkan apa yang diucapkannya bukan hanya ilusi tetapi persepsi; sekalipun persepsi sendiri tidak bebas nilai, karena bisa saja orang lain yang memiliki pengalaman lain sehingga berpersepsi lain, justru mengatakan menteri pendidikan sekaranglah yang paling berhasil.
Terlepas dari itu semua, data menunjukkan banyaknya setiap tahun anak-anak muda negeri ini yang menuntut ilmu di luar negeri, baik atas biaya sponsor maupun biaya sendiri. Indikator ini dapat dijadikan penanda bahwa kualitas anak-anak bangsa ini mampu bersaing di kelas global.
Walaupun menjadi kaget manakala ada lembaga nirlaba dari luar sana yang melakukan penelitian, ternyata IQ anak-anak kita berkategori papan bawah.
Belum lagi jika kita simak dengan seksama bagaimana perubahan sikap dan perilaku generasi Alfa sekarang terhadap tatakrama sopan santun kepada orang dewasa, termasuk guru.
Jadi jika kita kaitkan dengan peristiwa di atas, ternyata isi pendidikan kita saat ini diduga hanya bermuatan capaian materi pembelajaran, tidak disertai capaian kematangan kepribadian. Dengan kata lain transfer materi pembelajaran tidak disertai transfer nilai-nilai kepribadian, atau kemampuan menguasai kecakapan keterampilan, tidak disertai capaian penguasaan kematangan diri.
Hubungan antara pendidikan dan kepribadian merupakan topik yang penting dalam psikologi dan pendidikan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Secara keseluruhan, pendidikan memainkan peran kunci dalam pembentukan kepribadian individu. Pengalaman pendidikan yang positif dapat mendukung pengembangan kepribadian yang sehat dan seimbang, sementara pengalaman pendidikan yang negatif dapat memiliki dampak sebaliknya.
Sementara itu hubungan antara pendidikan dengan etika sangat erat, termasuk didalamnya tatalaku beragama; karena pendidikan berperan penting dalam pengembangan pemahaman etika dan moral individu. Oleh sebab itu secara keseluruhan, pendidikan berfungsi sebagai sarana utama untuk mengajarkan dan memperkuat etika.
Dengan memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika, pendidikan membantu membentuk individu yang mampu bertindak dengan integritas dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Termasuk didalamnya menjalankan syariat agama yang dianut.
Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang pintar, tetapi lebih kepada pintar yang beretika dan bermoral, serta berahlakulkharimah; karena tidak ada satupun koruptor yang ditangkap KPK itu orang bodoh, mereka boleh dikatakan semua sarjana, bahkan ada yang bergelar doktor dan guru besar; itu merupakan salah satu indikator mereka orang pintar. Tetapi kepintaran yang tidak disertai moral dan etika serta tatalaku beragama; maka kehancuranlah yang akan dijumpai. Bagaimana tidak hancur jika kursi jabatan dan kursi sekolah/kuliah diberi label “harga” untuk dapat mendudukinya.
Sudah sangat mendesak sekarang memahamkan pentingnya pendidikan kepribadian yang didalamnya ada unsur etika dan moral serta agama. Semua itu tidak mungkin bisa dikerjakan oleh guru di sekolah; harus juga disertai peran aktif orang tua di rumah bersama unsur elemen masyarakat lainnya, bahu membahu menyadarkan pada anak pentingnya moral dan etika serta agama dalam kehidupan. Kesuksesan itu tidak cukup bermodal pintar, tetapi etika sopan santun dan moralitas serta perilaku beragama adalah benteng kepribadian utama.
Jika calon Taruna di atas memiliki kepribadian etika moral yang baik dan laku agama yang bagus, maka dia tidak akan gegabah seperti itu dalam bertindak. Sesal kemudian tidak berguna, bak pepatah lama mengatakan “nasi sudah jadi bubur”. Semoga kita dapat memetik pembelajaran dari semua di atas. Menteri pendidikan boleh berganti satu hari tujuh kali, tetapi itu tidak berarti apa-apa jika pendidikan moral dan etika serta agama tidak didorong ke depan keberadaannya.
Oleh karena itu sekolah dapat saja dalam periodesasi tertentu mengundang ahlinya untuk memberikan pencerahan kepada orang tua siswa; bahwa tangung jawab kemajuan pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah semata. Justru pada saat ini pendampingan oleh orang tua sangat diperlukan. Orang tua harus dapat “hadir” didalam benak anak-anaknya. Orang tua bukan “mesin pencari uang” untuk anak-anaknya saja, akan tetapi juga mitra strategis dalam mengarungi kehidupan yang makin kompleks dan keras seperti saat ini dan masa-masa yang akan datang. Salam Waras (SJ)
Editor. Gilang Agusman