Universitas Malahayati Raih Peningkatan Signifikan di Pemeringkatan UniRank 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung baru saja mencatatkan prestasi gemilang di dunia pendidikan tinggi dengan meraih peringkat Country Rank 123 di Indonesia dan World Rank 6090 dalam pemeringkatan UniRank 2024. Prestasi ini menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan pemeringkatan tahun sebelumnya, yang menempatkan Unmal di posisi Country Rank 158 dan World Rank 6180 pada UniRank 2023.

Peningkatan peringkat ini menandakan kualitas pendidikan yang semakin diakui di tingkat nasional maupun internasional. UniRank, yang merupakan salah satu lembaga pemeringkat universitas terkemuka di dunia, menggunakan sejumlah parameter untuk menilai perguruan tinggi, seperti kualitas pendidikan, penelitian, tingkat kehadiran global, serta kontribusi akademik dan sosial dari universitas tersebut.

Peringkat yang diraih Universitas Malahayati ini tentu saja tidak lepas dari kontribusi besar yang telah diberikan oleh dosen, mahasiswa, serta berbagai pihak yang mendukung perkembangan akademik dan non-akademik di kampus. Sejak didirikan, Universitas Malahayati telah fokus pada peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dalam beberapa tahun terakhir, Unmal juga aktif dalam meningkatkan kualitas fasilitas kampus, memperkuat riset, dan memperluas jaringan kerja sama internasional.

Salah satu faktor yang turut mendorong peningkatan peringkat Unmal adalah inovasi dalam pendidikan dan riset. Program-program unggulan yang mengedepankan pendekatan berbasis riset dan teknologi terbaru telah membantu mahasiswa dan dosen Unmal untuk menghasilkan karya ilmiah yang mampu bersaing di tingkat internasional. Selain itu, berbagai program magang dan kolaborasi dengan industri juga menjadi salah satu daya tarik utama bagi mahasiswa Unmal, yang turut memperkuat posisi universitas ini di kancah global.

Selain kualitas akademik, Unmal juga semakin memperkuat jaringan internasional. Kerja sama dengan berbagai universitas di luar negeri, program pertukaran mahasiswa, serta pelibatan dalam konferensi internasional menjadi bagian integral dari strategi universitas untuk meningkatkan visibilitas di dunia pendidikan tinggi.

Kenaikan peringkat ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi seluruh civitas akademika Unmal untuk terus berinovasi dan berprestasi. Unmal tidak hanya berkomitmen untuk meningkatkan peringkatnya, tetapi juga berfokus pada pengembangan kualitas pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan industri. Dengan visi dan misi yang jelas, Universitas Malahayati siap untuk terus bersaing dan memberikan kontribusi terbaik dalam dunia pendidikan tinggi.

Dengan pencapaian ini, Universitas Malahayati semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia yang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas pengaruhnya di kancah internasional. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Tukang Parkir Sejati

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari libur adalah hari yang dinanti oleh banyak orang, sebab bisa keluar dari rutinitas keseharian. Ada suasana baru yang hadir atau dihadirkan, seperti mengurus tanaman di kebun, membersihkan kolam ikan, dan lain sebagainya, tergantung hobi dan ketersediaan sarana. Namun pada umumnya pilihan ada pada bertamasya dalam arti sesungguhnya atau kiasan. Arti sesungguhnya menunjukkan pergi ke tempat daerah wisata, sementara yang arti kiasan adalah bertamasya dalam bentuk lain; salah satu diantaranya adalah mengantar istri belanja ke pasar.
Kategori terakhir tadilah menjadi pembuka tulisan ini saat minggu lalu menjadi pengawal polisi dapur; Dan, pagi itu matahari baru muncul diufuk timur dengan suasana tidak begitu terik, kami memutuskan untuk pergi berbelanja di salah satu pasar tradisional.

Kesepakatan diambil “pak supir” tinggal di kendaraan, sementara kepala dapur yang keliling pasar untuk berbelanja. Kesempatan ini digunakan untuk mengamati keadaan sekitar yang menarik untuk bahan kajian perenungan diri. Tampak di kejauhan ada sosok tukang parkir yang sedang menepi sambil berkipas, beliau tampak sangat kelelahan. Ada keinginan untuk mendekati yang bersangkutan, namun terlebih dahulu mencari tahu tentang profesi ini; ternyata dari penelusuran digital diperoleh informasi sebagai berikut: “Tukang parkir sejati” bisa diartikan secara filosofis, bukan hanya sekadar profesi. Seorang tukang parkir sejati memahami bahwa kendaraan yang ia jaga bukan miliknya, ia hanya mengatur, merapikan, dan memastikan semuanya berjalan lancar. Ketika saatnya tiba, ia harus rela melepas kendaraan itu kembali ke pemiliknya tanpa rasa memiliki. Makna ini bisa menjadi filosofi hidup yang sangat dalam: kita hanya “mengatur” apa yang sementara, bukan memiliki sepenuhnya—baik itu harta, jabatan, atau bahkan orang-orang di sekitar kita. Semua datang dan pergi sesuai waktunya.

Profesi tukang parkir mulai muncul seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan kebutuhan akan keteraturan dalam parkir. Jika kita lihat sejarahnya, ditemukan jejak digital demikian: Awal Abad ke-20 – Di kota-kota besar seperti di Amerika dan Eropa, seiring dengan bertambahnya mobil pribadi, muncul sistem parkir yang lebih teratur. Petugas parkir mulai dipekerjakan untuk membantu mengatur lalu lintas dan parkir di area ramai.
Indonesia (Era 1950-an – 1970-an) – seiring pertumbuhan kendaraan setelah kemerdekaan, terutama di kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, profesi tukang parkir mulai banyak muncul secara informal. Awalnya, mereka hanya sukarela membantu pemilik kendaraan untuk mendapat sedikit uang.

Regulasi Parkir (1980-an – Sekarang) – Pemerintah daerah mulai mengatur sistem parkir, termasuk retribusi dan pengelolaan oleh dinas perhubungan atau pihak ketiga. Namun, di Indonesia, masih banyak tukang parkir yang bekerja secara mandiri atau di bawah organisasi tertentu. Secara esensial, profesi ini muncul sebagai solusi atas kebutuhan manusia dalam mengatur ruang parkir yang semakin padat.

Demikian halnya yang ada di pasar tradisional ini, tampaknya mereka “setengah resmi” dalam pengertian mereka mendapatkan pembahagian hasil dari yang diperoleh kepada atasannya. Atasannya sendiri harus “setor” dengan petugas, yang untuk ini belum jelas apakah resmi sebagai ristribusi kota atau oknum.

Begitu ada kesempatan turun dari kendaraan menghampiri mereka untuk sedikit ngobrol sebagai berikut: saat ditanya sejak kapan menjadi tukang parkir dan berapa penghasilannya, dan bagaimana mekanismenya; yang bersangkutan menjawab: “saya sudah lima tahun disini pak…meneruskan pekerjaan abang saya yang juga dulu tukang parkir di sini. Beliau sudah sakit-sakitan dan saya harus gantiin beliau. Dahulu abang yang menyekolahkan saya sampai SMP, kemudian tidak ada uang lagi, sementara beliau sakit, maka saya harus bantu”.

Soal penghasilan beliau menjawab: “kalau soal hasil tidak menentu pak, kadang banyak kadang sedikit……namun berapapun semua saya serahkan pada Abang. Kata Abang akan disetorkan ke petugas yang memerintah mereka”.
Apa harapannya dengan pekerjaan seperti ini, jawab beliau : “saya nikmati saja pak dengan bersyukur, walau kadang sakit jika ada pemilik kendaraan saat memberikan uang parkir dengan cara melempar, namun apa hendak dikata itu sudah nasib saya. Tetapi saya sangat senang jika kendaraan-kendaraan yang parkir tadi bisa tertata rapi dan pergi dengan tidak ada halangan apapun”.

Saat ditanya apakah tidak ada keinginan mengubah nasib, jawaban beliau “..keinginan itu ada pak, tetapi saya tidak tahu jalannya, dan kalau soal rejeki saya yakin Allah telah mengaturnya, jadi biarlah semua berjalan sebagaimana adanya”.

Takut mengganggu pekerjaannya untuk sementara undur diri karena kebetulan juga polisi dapur sudah selesai berbelanja. Dari perbincangan tadi dapat kita renungkan apa yang pernah dikatakan orang-orang terdahulu bahwa; “rezeki semua kita berbeda, ujian masing-masing kita juga berbeda, setiap kita memiliki keberentungan yang berbeda, juga setiap kita memiliki jatah dan jatuh yang berbeda pula. Oleh sebab itu jangan bandingkan diri kita dengan diri orang lain; sekalipun kita hidup di bumi yang sama, tetapi dengan takdir yang berbeda”. Dengan kata lain mensyukuri apa yang ada, kemudian mengelola dengan baik dan benar secara syariat; mudah-mudahan Tuhan memberikan keberkahan akan kehidupan kita. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Serah Terima Praktik Klinik Keperawatan Program Profesi Ners Universitas Malahayati di RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam rangka mempersiapkan tenaga perawat profesional yang siap terjun ke dunia kerja, Universitas Malahayati menggelar acara serah-terima Praktik Klinik Keperawatan Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan kepada Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Acara ini berlangsung dengan penuh semangat di Aula RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo, yang dihadiri oleh dosen pembimbing, mahasiswa, dan pimpinan rumah sakit. Selasa (4/3/2025).

Serah terima yang melibatkan 35 mahasiswa dari Program Studi Profesi Ners Universitas Malahayati dilakukan oleh Ketua Program Studi Profesi Ners, Aryanti Wardiyah, Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat. Beliau didampingi oleh Sekretaris Prodi Profesi Ners, Eka Yudha Chrisanto, S.Kep., Ns., M.Kep, serta sejumlah dosen pembimbing akademik.

Dalam sambutannya, Aryanti Wardiyah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo atas sambutan hangat dan kerja sama yang sangat baik. “Kami menitipkan mahasiswa untuk melaksanakan Praktik Profesi Keperawatan di Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) dan Keperawatan Gawat Darurat (KGD). Kami berharap mereka dapat mengembangkan etika, keterampilan, dan kompetensi mereka selama praktik sehingga dapat memberikan kontribusi nyata di dunia kesehatan,” ujar Aryanti penuh harap.

Tak kalah pentingnya, Direktur RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo, yang diwakili oleh Ketua Diklat dr. Okta Rusnaniza, menyambut dengan penuh antusias. Dalam sambutannya, dr. Okta menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan praktisi. “Kami menerima mahasiswa dari Program Profesi Ners Universitas Malahayati dengan tangan terbuka. Semoga melalui praktik ini, kami bisa saling berbagi ilmu, pengalaman, dan perspektif yang bermanfaat, baik bagi mahasiswa maupun bagi kami di rumah sakit,” ungkapnya.

Praktik Klinik Keperawatan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan profesional dan mempersiapkan mereka dalam menerima pendelegasian kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan berbasis pada bukti ilmiah. Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari di kelas dan mengembangkan keterampilan di bidang Medikal Bedah serta Gawat Darurat.

Tentu saja, kerjasama ini juga diharapkan akan semakin mempererat hubungan antara Universitas Malahayati dan RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo, demi tercapainya standar mutu pendidikan yang tinggi di bidang keperawatan.

Dengan adanya praktik ini, Universitas Malahayati berharap para mahasiswa Program Profesi Ners akan menjadi perawat yang siap menghadapi tantangan di dunia kesehatan yang terus berkembang. Perawat Unmal KUAT (Kreatif, Unggul, Aktif, Terampil). (gil)

Editor: Gilang Agusman

Wakil Rektor I Universitas Malahayati Pantau Langsung Kuliah Perdana Semester Genap 2024/2025

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandarlampung resmi memulai perkuliahan semester genap tahun akademik 2024/2025 pada Senin (10/3/2025). Wakil Rektor I Universitas Malahayati, Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes, melakukan pemantauan langsung pelaksanaan kuliah perdana di sejumlah ruang kelas. Dalam kunjungannya, Prof. Dessy didampingi oleh Wakil Rektor IV, Drs. Suharman, M.Kes., M.Pd., Kepala BAA Ahmad Iqbal, S.S., Kepala BAU Ahmad Sidiq, ST., MT., serta Kepala Humas dan Protokol Emil Tanhar, S.Kom.

Tim pimpinan universitas ini berkeliling ke berbagai ruang kuliah untuk memeriksa kesiapan fasilitas, antusiasme dosen, dan semangat mahasiswa pada hari pertama kuliah. Menyambut dimulainya semester baru, Prof. Dessy mengungkapkan rasa syukur dan puas atas kelancaran perkuliahan. “Alhamdulillah, perkuliahan pada hari pertama ini berjalan lancar, baik dari segi fasilitas kelas, kesiapan dosen, dan antusiasme mahasiswa dalam memulai semester baru,” ujarnya dengan senyum lebar.

Namun demikian, Prof. Dessy juga mengingatkan bahwa masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki, terutama terkait sarana dan prasarana fasilitas kelas. “Kami akan terus melakukan monitoring dan evaluasi untuk meningkatkan kualitas fasilitas kelas guna mendukung kenyamanan dan efektivitas proses pembelajaran,” tambahnya.

Sebagai bentuk apresiasi, Prof. Dessy juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan perkuliahan minggu pertama ini, mulai dari P3T, BAU, hingga seluruh dosen, dekan, kepala program studi, dan mahasiswa yang telah berperan aktif dalam kelancaran kegiatan akademik.

Sementara itu, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI) Universitas Malahayati, Dr. M. Arifki Zainaro, Ns., M.Kes, menyampaikan laporan hasil pemantauan yang dilakukan oleh LPMI pada hari pertama perkuliahan semester genap. Dr. Arifki menjelaskan bahwa tujuan dari pemantauan ini adalah untuk memastikan kesesuaian standar pelaksanaan perkuliahan, menilai kepatuhan terhadap jadwal yang telah ditetapkan, serta mengevaluasi kesiapan sarana dan prasarana.

“Secara umum, perkuliahan hari pertama telah berjalan dengan baik. Mayoritas kelas berlangsung tepat waktu, dengan tingkat kehadiran yang sangat baik dari sisi dosen maupun mahasiswa. Sarana dan prasarana pun dalam kondisi siap mendukung proses pembelajaran, meski masih ada beberapa hal yang perlu kami perbaiki untuk meningkatkan kenyamanan dan efektivitas perkuliahan,” ungkap Dr. Arifki.

Lebih lanjut, Dr. Arifki menegaskan pentingnya menjaga semangat positif yang terlihat pada hari pertama kuliah. “Semangat dosen dan mahasiswa pada hari pertama ini sangat luar biasa. Kami berharap semangat ini dapat terus dipertahankan sepanjang semester Genap 2024/2025, sehingga proses akademik di Universitas Malahayati dapat berjalan optimal sesuai dengan visi dan misi kami dalam mencetak lulusan yang kompeten dan berdaya saing.”

“LPMI juga berkomitmen untuk terus melakukan monitoring dan evaluasi guna menjamin mutu pendidikan di Universitas Malahayati tetap terjaga dan meningkat dari waktu ke waktu,” tandasnya.

Dengan pemantauan yang cermat dan semangat positif dari seluruh sivitas akademika, diharapkan semester genap ini dapat menjadi ajang pencapaian yang lebih besar bagi mahasiswa dan dosen Universitas Malahayati. Proses perkuliahan yang lancar dan berkualitas akan memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan akademik dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Bene’h

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Saat berbincang dengan salah seorang staf administrasi senior di ruang depan pascasarjana, kami memperbincangkan banyak hal, dan diantaranya adalah bagaimana sikap ibu yang selalu pemberi maaf kepada kesalahan anak-anaknya, dan betapa banyak air mata bunda mengalir saat bulan suci seperti ini, apalagi nanti saat satu syawal tiba; mengalir deras sebagai perwujudan maaf pada anak-anaknya. Sejurus kemudian beliau mengatakan “itu jika ibu yang beneh, kalau yang tidak ya …beda lagi jadinya Prof..” beliau sambil tertawa khas. Kata “beneh” yang sudah lama tidak terdengar di telinga menjadi menarik disimak sebagai bahasa ibu kami yang dahulu masih sering terdengar.

Berdasarkan jejak digital kata “beneh” itu dahulu di tulis bene’h, yang bermakna sesuai dengan aturan moral yang berlaku dan sesuai dengan tata krama kehidupan sebagai manusia. oleh sebab itu pada waktu dulu jika orang tua memarahi anaknya keluar ucapan “dasar bocah ora bene’h” maksudnya adalah anak yang tidak memiliki tata krama sopan santun.

Kebene’han itu sekarang mulai berangsur langka, karena terdistorsi oleh sejumlah perubahan perilaku akibat perubahan sistem sosial yang ada. Perlu dipahami bahwa jika hal-hal tidak bene’h terjadi di sekitar kita itu pada umumnya disebabkan oleh dua hal: pertama, memang ukurannya telah berubah. Hal ini disebabkan oleh karena sistem nilai yang dianut antargenerasi sudah berubah. Akibatnya perilaku yang dahulu dianggap tidak patut, justru sekarang menjadi patut.

Kedua, memang perilakunya sudah berubah; yang semula dianggap tidak patut, sekarang justru menjadi sangat patut. Akhirnya membuat keyakinan akan kebenaran perilaku menjadi berubah. Jika dulu murid dihardik guru itu bene’h; sekarang jika ada guru menghardik murid, tunggu sebentar kemudian orang tua datang untuk menghadik guru. Kurang puas lapor petugas keamanan dan kemudian di sidang; gurunya dihardik petugas penegak hukum; padahal mereka bisa menjadi seperti itu semua karena guru.

Namun ketidak bene’han ini menjadi “kelucuan” bahkan bisa menjadi “agak gila sedikit” jika kita perhatikan contoh kemaren; bayangkan Setasiun Pengisian Bahan Bakar berjumlah delapan ribu dan tersebar di negeri ini, ditest standard Ron nya dengan mengambil sampel “hanya” dua Stasiun dan itupun di Ibu Kota; kemudian pejabat dengan bangga menyimpulkan sudah memenuhi standard “semua”. Teori metodologi penelitian mana yang dipakai, padahal pimpinannya bergelar akademik tertinggi. Wajar saja jika orang mengatakan “dasar ora bene’h”.

Ketidak bene’h-an ini juga melanda kita semua, dan itu telah pernah diingatkan oleh Jalaluddin Rumi beberapa abad silam yang peringatannya sebagai berikut: “ Tuhan yang engkau sembah di bulan Ramadhan adalah Tuhan yang sama yang engkau jauhi di bulan-bulan lainnya. Lantas mengapa caramu beribadah berbeda..?..”. Kalimat itu sangat menusuk bagi mereka yang bene’h dan berpikir waras.

Oleh sebab itu sikap bene’h dalam konteks perilaku sosial, yang mirip dengan sikap hormat dan patuh kepada otoritas, dapat dianalisis melalui beberapa teori sosial. Berikut adalah beberapa teori sosial yang relevan dari hasil penelusuran digital:

1. Teori Fungsionalisme Struktural (Talcott Parsons)
Dalam perspektif ini, sikap bene’h dapat dipahami sebagai bagian dari sistem sosial yang menjaga keseimbangan dan keteraturan. Dalam masyarakat timur, kepatuhan kepada orang tua, pemimpin, dan figur otoritas berfungsi untuk mempertahankan harmoni sosial (rukun).

2. Teori Kekuasaan dan Hegemoni (Antonio Gramsci)
Sikap bene’h bisa dilihat sebagai bentuk hegemoni budaya, di mana norma kepatuhan dan penghormatan terhadap otoritas tertanam melalui sosialiasi sejak kecil. Orang timur cenderung mengikuti budaya ewuh pakewuh (segan/tidak enak hati) sebagai mekanisme kontrol sosial.

3. Teori Interaksionisme Simbolik (Herbert Blumer)
Dari sudut pandang ini, sikap bene’h terbentuk melalui interaksi sosial dan simbol-simbol budaya. Misalnya, penggunaan bahasa yang bertingkat atau kata ganti penghormatan; itu adalah mencerminkan penghormatan dalam hubungan sosial dan menjadi alat internalisasi sikap patuh.

4. Teori Pertukaran Sosial (George Homans & Blau)
Kepatuhan dalam budaya timur juga bisa dipandang sebagai bentuk pertukaran sosial, di mana seseorang bersikap patuh (manut) dengan harapan mendapat perlindungan, kesejahteraan, atau dukungan sosial dalam sistem patron-klien.

5. Teori Strukturasi (Anthony Giddens)
Sikap bene’h dalam budaya timur bukan hanya hasil dari struktur sosial yang membentuk individu, tetapi juga tindakan individu yang terus-menerus mereproduksi budaya kepatuhan dan hormat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perspektif teori sosial, sikap bene’h dalam masyarakat timur bukan sekadar kepatuhan pasif, tetapi merupakan hasil dari interaksi sosial yang kompleks, di mana norma, simbol, dan relasi kuasa berperan dalam membentuk dan mempertahankannya.

Namun sayangnya siring perjalanan waktu sekarang sikap bene’h ini sudah memudar. Sekarang sudah sulit untuk membedakan mana yang bene’h dengan yang tidak bene’h; bahkan tidak jarang mereka yang bene’h dianggap tidak bene’h; justru yang tidak bene’h dianggap bene’h. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Kaya Kok Mimpi

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi buta seorang ibu membangunkan suaminya dengan memaksa, tentu akibat kelakuan istrinya tadi suaminya tergagap dan jika dialog itu didiskripsikan akan tampil sebagai beriku:

Istri : “ Pak bangun, bangun, bangun…. mana uang untuk saya, kan bapak dapat uang banyak dari pemberian Bos bapak di kantor. Kenapa bapak mulai tidak jujur mendapatkan uang oplosan minyak jumlahnya banyak, saya tidak dikasih…saya mau jalan-jalan keluar negeri, mau beli Tas dan Jam Tangan mewah. Cepat Pak mana uangnya ”.

Suami: dengan tergagap bangun sambil mengusap mata dengan lengannya, dan terheran-heran melihat kelakuan istrinya; setelah tenang sejurus kemudian bertanya : “Uang apa Bu…saya gak ngerti apa maksud Ibu”. Sambil kelihatan linglung dan bingung.

Istrinya tidak terima dengan jawaban suaminya yang kelihatan bloon, seraya berkata sambil menghardik seperti kebiasaannya “bohonggggg bapak ini, mana uangnya, mana…mana. Sini cepat kasihkan saya” sambil memelototkan matanya dan mebenarkan daster tidur yang mlorot. Suaminya semakin bingung dan garuk-garuk kepala, seraya berkata: “ayo turun dulu kita duduk sambil ngopi, kita bicara baik-baik”. Suami mulai menyadari ada yang tidak beres dengan istrinya.

Sejurus kemudian pasangan suami istri yang sudah tidak muda lagi itu duduk diruang dapur sambil ngopi. Suaminya bertanya baik-baik dengan istrinya: “Ibu bagaimana ceritanya kamu bisa minta uang sementara kita berdua masih tidur dan hari masih gelap”. Suaminya mendekatkan duduknya kesamping istrinya sambil membenarkan sarungnya yang mlorot. Istrinya bengong dan baru sadar bahwa dia sebenarnya tadi mimpi, dan dengan sedikit malu dia berkata pada suaminya : “maafkan saya Pak…ternyata tadi saya itu mimpi…perasaan saya bapak mendapat bagian dari korupsi di Patra Niaga: entah siapa yang memberi..bapak diberi uang satu karung isinya uang ratusan ribu warna merah semua…dan bapak tidak memberikan ke saya, semua bapak ambil dan dibawa lari oleh bapak entah kemana…dan saya kejar: maka saya bangun itu langsung membangunkan bapak untuk minta uang”.

Mendengar permintaan maaf dan cerita dari istrinya, sang bapak sedih dalam hati namun tidak dia tampilkan di raut wajahnya. Beliau tersenyum lalu mencium kening istrinya seraya berkata: “besok kalau mau tidur jangan lupa ambil air sembahyang dan berdoa minta perlindungan Allah, agar tidak diganggu setan dalam tidurnya”.

Kejadian itu berlalu, namun luka hati bapak tadi belum terobati memikirkan bagaimana lukanya hati banyak orang dinegeri ini membaca berita fantastisnya nilai rupiah yang dikorupsi oleh “bandit berdasi”, padahal gaji mereka sudah amat sangat besar. Bapak tadi berfikir perlu berapa ribu tahun dia bekerja untuk mendapatkan gaji sebesar para koruptor tadi. Uang yang dikorupsi tadi jika diberikan beras kemudian dibagikan orang se negara ini, tentu tidak ada orang kelaparan dipinggir jalan, atau jika diberikan kepada mereka yang memerlukan modal usaha, berapa usaha kecil menengah yang terbantu. Berapa banyak sekolah jika dibangunkan sekolah baru atau rehab sekolah yang rusak di negeri ini. Bapak tadi tidak sadar bahwa dirinya juga sudah ketularan penyakit “khayal” istrinya yang baru saja dibangunkan.

Negeri ini tampaknya sedang menampilkan drama kehidupan dengan sempurna, sehingga rakyatnya dibuat bak nonton sinetron. Belum selesai satu episode, sudah dimunculkan episode baru. Akhirnya penonton menjadi lelah, dan bersikap “masa bodoh”: pertanyaannya apakah ini sengaja tertulis dalam skenario. Tentu jawabannya ada pada sang sutradara. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Dukung Riset dan Pengabdian, LPPM Universitas Malahayati Adakan Coaching Clinic Hibah Kemendiktisaintek

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam rangka mendukung peningkatan kapasitas riset dan pengabdian masyarakat (pengmas) di lingkungan Universitas Malahayati, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Malahayati mengadakan kegiatan Coaching Clinic penulisan proposal hibah Kemendiktisaintek. Kegiatan ini diadakan untuk membantu dosen dalam menghasilkan proposal penelitian dan pengabdian masayarakat yang berkualitas dan berdaya saing. Acara ini dilaksanakan selama dua hari, Kamis-Jumat (6-7 Maret 2025), dengan masing-masing hari fokus pada hibah penelitian dan hibah pengabdian kepada masyarakat.

Pada hari pertama, Coaching Clinic difokuskan pada penulisan proposal hibah penelitian, sementara hari kedua berfokus pada proposal hibah pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua LPPM Universitas Malahayati, Prof. Erna Listyaningsih, SE., M.Si., Ph.D., yang menyampaikan harapan besar agar kegiatan ini dapat membantu para dosen dalam memaksimalkan potensi mereka dalam dunia riset dan pengabdian masyarakat.

“Pada tahun 2024, Universitas Malahayati berhasil mendapatkan kluster utama, sebuah pencapaian yang sangat membanggakan. Peningkatan ini mencerminkan kualitas kinerja dosen kami dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang terlihat dari semakin banyaknya publikasi jurnal internasional bereputasi, jurnal terakreditasi Sinta, serta luaran berupa Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan buku,” ujar Prof. Erna dalam sambutannya.

Namun, Prof. Erna juga menambahkan bahwa status kluster utama ini membawa tantangan baru bagi Universitas Malahayati, terutama dalam hal persaingan untuk mendapatkan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat yang semakin ketat. Oleh karena itu, kegiatan Coaching Clinic ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas proposal hibah yang diajukan oleh dosen Unmal.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang berkompeten, yakni Dr. Fabriyanti, SE., M.Si., seorang pakar di bidang penelitian, yang didampingi oleh moderator Eka Yudha Chrisyanto, S.Kep., Ns., M.Kep. Tak kurang dari 100 dosen dari berbagai program studi di Universitas Malahayati turut berpartisipasi dalam acara ini. Setiap program studi mengirimkan lima dosen terpilih yang telah memiliki proposal penelitian yang siap dikembangkan lebih lanjut.

Di hari pertama Coaching Clinic, para peserta diberikan pemahaman mendalam mengenai penulisan proposal hibah penelitian yang sesuai dengan standar Kemendikbudristek. Dr. Fabriyanti memberikan materi yang sangat aplikatif dan berbobot, membantu para dosen untuk memahami setiap langkah yang perlu diambil dalam menyusun proposal yang dapat bersaing di tingkat nasional.

Antusiasme para dosen terlihat jelas, banyak yang bertanya dan berdiskusi aktif mengenai cara meningkatkan kualitas proposal yang mereka ajukan. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Kami merasa lebih percaya diri dan siap untuk mengajukan proposal hibah penelitian tahun ini,” ujar salah satu peserta yang hadir dalam acara tersebut.

Dengan adanya acara ini, diharapkan dosen-dosen Universitas Malahayati tidak hanya lebih siap dalam menghadapi persaingan hibah, tetapi juga semakin termotivasi untuk menghasilkan riset dan pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat. LPPM Universitas Malahayati berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah awal dalam memperkuat reputasi akademik Unmal dan mendukung pengembangan ilmu pengetahuan yang berkualitas. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Melihat Dari Sisi Lain

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi menjelang siang ruang kerja kedatangan seorang mahasiswa pascasarjana yang kebetulan seorang dokter. Mahasiswa ini tampak cerdas dan berfikir rasional sebagai ciri khas ilmuwan; yang bersangkutan sengaja datang bersilaturahmi, sekaligus ingin sedikit berdiskusi di waktu yang sangat mepet yang dia miliki. Dia berbagi pengalaman saat melakukan studi lapangan di salah satu daerah istimewa negeri ini dan ini sangat menyenangkan.

Pada waktu berkunjung ke salah satu rumah sakit terbesar di sana, dokter ini menemukan ruang profesor di unit gawat darurat; saat ditanyakan lebih dalam kepada kepala unit ternyata sang profesor setiap hari datang dan siap menerima konsultasi dari dokter yang bertugas di unit itu jika diperlukan. Prinsip mereka kegagalan penanganan pertama akan berakibat fatal selanjutnya. Untuk itu agar tidak salah mengambil langkah maka profesor memberi advais jika diperlukan, dan jalan keluar jika ada hambatan ditemukan.

Terlepas dari hal administrasi, dokter yang juga mahasiswa pasca ini dan telah memiliki pengalaman yang luas baik dalam maupun luar negeri, merasa kagum dengan hadirnya seorang guru besar ditengah pengabdian kemanusiaan. Dari persoalan kesehatan ini diskusi berkembang kearah filsafat manusia, karena yang bersangkutan pembaca setia artikel yang selalu dikirim; dan sejurus kemudian mahasiswa balik bertanya dengan pertanyaan sebagai berikut:

Mahasiswa: “Prof, mengapa tulisan prof selama ini yang saya baca banyak melihat sisi-sisi gelap yang tidak terbaca oleh orang lain dari suatu persistiwa atau persoalan, sementara orang lain senang menulis yang terang saja dan sedikit memuja, sementara Profesor agak pelit untuk memuji, apa dasar pemikirannya”.

Pertanyaan ini sebenarnya mewakili dari banyak pembaca terhadap artikel yang selama ini ada, bahkan ada seorang anggota dewan terhormat memberi apresiasi sekaligus peringatan agar hati-hati karena ada juga yang tidak suka dengan cara ini; beliaupun mengingatkan adanya pasal-pasal karet yang sering digunakan untuk melibas orang yang tidak segaris. Oleh sebab itu jawaban pertanyaan di atas adalah: jika kita mau menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna dimuka bumi ini, karena ketidaksempurnaannya itulah justru menyempurnakan. Demikian halnya juga dengan produk budaya, perilaku dan apapun namanya dapat dipastikan memiliki sisi gelap. Dan, sisi itu tidak disadari oleh yang bersangkutan, sehingga merasa diri benar terus, atau paling tidak merasa benar. Oleh sebab itu perlu diberi pemahaman dengan cara santun bahwa dirinya atau apapun namanya, ternyata memiliki sisi-sisi gelap yang harus disadari. Penyadaran ini perlu agar supaya mencapai kesempurnaan setelah diadakan perbaikan.

Mahasiswa tadi terus mengejar dengan pertanyaan baru “tetapi begini Profesor; tulisan Profesor tidak pernah menunjuk orang, tempat, situasi atau apapun itu; sehingga hanya mereka yang terasa saja akan terkena. Sementara mereka yang tidak melakukan kesalahan tetap saja merasa happy; apakah cara ini efektif atau bagaimana sejatinya”.

Pertanyaan ini mengingatkan seorang teman jurnalis senior pada masanya yang berdiskusi di daerah puncak Bogor saat masa pasca orde baru. Karya jurnalis itu tidak selamanya harus disampaikan dengan bahasa bombastis, apalagi tunjuk hidung. Semua itu di samping melanggar sopan-santun ketimuran, juga membawa aura seolah-olah kita menjadi wakil Tuhan untuk menghakimi mahluk didunia ini. Tentu sikap pongah seperti ini sama halnya “merasa diri bersih” dan itu bukan fitrah manusia sejati. Ada paham lain yang berbeda dan bertentangan, itu sah-sah saja, dan boleh boleh saja. Namun menjadi pertanyaan apakah kita memperingatkan harus dengan hardikan, suara keras, dan cara keras lainnya.

Apakah tidak lebih efektif jika peringatan kita itu dirasakan saat yang bersangkutan dalam kondisi tenang dan rileks, sehingga yang bersangkutan menerima dengan tidak harus kehilangan martabat. Bahkan doktor Ridwan seorang mahasiswa bimbingan dulu mengatakan “mandi di laut itu nikmat bagi yang sehat, namun bagi mereka yang ada sedikit luka, maka rasa air laut itu menjadi pedih tak terhingga”. Kalimat ini sangat tajam sebab menunjukkan mereka yang terasa itu karena serasa; sebab jika dia tidak serasa maka dia tidak akan berasa.
Oleh karena itu benar apa kata Kiai Musthopa Bisri kerja yang paling sulit tetapi besar faedahnya adalah kerja bakti membersihkan hati. Itu harus kita lakukan setiap hari agar supaya tidak tersumbat oleh penyakit hati. Dan, bentuk rasa sayang itu tidak selamanya harus ditimang, terkadang sesekali perlu juga ditendang. Oleh sebab itu marah tidak selamanya mewakili ketidaksukaan, justru itu bisa jadi rasa sayang dalam bentuk lain; hanya tinggal bagaimana menyampaikannya, dan menerimanya; itu soal kedewasaan. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Melalui Ramadan, Kita Gapai Kesempurnaan Iman

Sutikno, S.Pd.I., M.Pd.I
Dosen Agama Islam Universitas Malahayati

Islam merupakan agama yang universal. Islam memandang bahwa yang menentukan keselamatan dan kebahagiaan seseorang di dunia terlebih di akhirat tidak hanya bertumpu pada aspek Hablum Minallah (hubungan dengan Allah SWT). Namun, Hablum Minannas (hubungan dengan sesama manusia) juga ikut menentukan hal di atas.

Banyak di antara nash yang sahih, baik dalam Alquran maupun Al-Hadits menerangkan hal demikian. Allah SWT menegaskan bahwa orang yang mendustakan hari pembalasan salah satu di antara mereka adalah orang yang tidak ada kepekaan sosial. Allah SWT berfirman yang artinya: ’’Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”. (QS. Al-Ma’un ayat 1-3).

Sayyid Thanthawi dalam Tafsirul Wasith mengatakan, manusia yang mendustakan hari pembalasan sungguh telah melampaui batas dalam keburukan dan kejelekannya.

Hal itu karena kerasnya hati sehingga tidak berbuat lemah lembut terhadap anak yatim, melainkan merendahkan, mencegah segala kebaikan kepadanya. (Thanthawi, Tafsirul Wasith, juz XV, halaman 519).

Rasulullah SAW juga mengaitkan antara keimanan dan hubungan sosial dengan tetangga, beliau bersabda yang artinya, “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah SAW ditanya: ’’Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.” (HR al-Bukhari).

Karena keimanan seorang muslim dituntut adanya At-tawazun (keseimbangan) antara hubungan vertikal/Hablum Minallah (hubungan kepada Allah) dan horizontal/Hablum Mimannas (hubungan kepada sesama manusia).

Maka melalui momentum Ramadan ini kita maksimalkan untuk melatih diri menuju keseimbangan yang itu, banyak pahala dari berpuasa pada siang hari dan Qiyamulail (salat tarawih) pada malam harinya serta amalan-amalan lain yang memiliki dimensi ta’abudiyah (penghambaan) seperti tilawah Alquran, salawat, zikir, dan lain-lain.

Namun, pada Ramadan ini kita juga tidak boleh melupakan ibadah yang berdimensi sosial yang mana ini sama-sama penting bagi kita. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”(HR. Tirmidzi).

Di dalam hadits yang lain, Nabi SAW juga bersabda yang artinya: “Dari Anas dikatakan: Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama? Rasul menjawab: Sedekah di bulan Ramadhan. (HR At-Tirmidzi).

Dan tentu masih banyak lagi dalil-dalil tentang ibadah yang berdimensi sosial pada bulan Ramadan ini. Sebagai bentuk implementasi dari itu, kita mulai membuka hati betapa banyak ladang kebaikan yang bisa kita lakukan untuk mengisi Ramadan ini.

Sebagai contoh, kita dapat memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi para musafir (orang dalam perjalanan) atau kita bisa salurkan di masjid-masjid sekitar tempat tinggal kita, kita juga bisa memberi makan sahur bagi orang yang hendak berpuasa biasanya pada 10 hari terakhir Ramadan ada itikaf dan kita juga bisa berinfak pada saat salat tarawih, salat Jumat, dan salat maktubah lainnya di masjid kita.

Harapannya keluar dari madrasah Ramadan ini, kita benar-benar menggapai kesempurnaan iman sehingga kita mendapat gelar muttaqin (orang-orang yang bertakwa sebagaimana merupakan tujuan dari puasa itu sendiri. Amin. (STK)

Editor: Gilang Agusman

Pelantikan Ketua DPK PPNI Universitas Malahayati Berlangsung Sukses, Siap Bawa Perubahan Positif

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Prosesi pelantikan Ketua Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Universitas Malahayati berlangsung khidmat di Aula DPD PPNI Kota Bandarlampung. Acara ini dipimpin langsung oleh Ketua DPD PPNI Kota Bandarlampung, Ns. Eko Harsono, S.Kep, dan dihadiri oleh sejumlah pengurus, anggota, serta tamu undangan. Jumat (28/2/2025).

Dalam sambutannya, Ns. Eko Harsono, S.Kep mengapresiasi terselenggaranya pelantikan ini dan menaruh harapan besar kepada pengurus baru. Ia menegaskan bahwa keberadaan DPK PPNI Universitas Malahayati sangat strategis dalam membangun profesionalisme perawat di lingkungan akademik dan praktik. “Saya berharap kepengurusan yang baru dapat menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab serta terus berkontribusi dalam memajukan profesi keperawatan,” ujarnya.

Pelantikan ini menandai awal kepemimpinan Eka Yudha Chrisanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Ketua DPK PPNI Universitas Malahayati periode 2025-2030. Setelah melalui proses pemilihan yang demokratis, ia resmi dilantik oleh Ns. Eko Harsono, S.Kep, sebagai pemimpin baru yang akan membawa organisasi ke arah yang lebih progresif.

Dalam pidato perdananya sebagai ketua, Eka Yudha Chrisanto menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ia juga menegaskan komitmennya untuk bersinergi dengan DPD PPNI dan mengikuti arahan organisasi pusat. “Kami siap membawa DPK PPNI Universitas Malahayati menuju perubahan yang lebih inovatif dan terus memperjuangkan kepentingan anggota serta profesi keperawatan secara keseluruhan,” ungkapnya.

Selain sebagai ajang pelantikan, kegiatan ini juga menjadi momentum penting dalam mempererat silaturahmi antaranggota PPNI. Para peserta yang hadir turut berdiskusi mengenai berbagai program kerja yang telah dirancang untuk meningkatkan kualitas perawat, baik di lingkungan akademik maupun dalam dunia praktik.

Dengan kepengurusan baru ini, diharapkan DPK PPNI Universitas Malahayati semakin berkembang dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi profesi keperawatan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Pelantikan ini menjadi langkah awal menuju masa depan organisasi yang lebih solid, inovatif, dan berdampak luas bagi dunia keperawatan. (gil)

Editor: Gilang Agusman