
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H., menerima kunjungan dari Universitas Putra Malaysia (UPM) di Ruang Pertemuan Universitas Malahayati, Selasa, 8 Oktober 2024.
Delegasi UPM yang hadir dalam kunjungan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. Normala Ibrahim, didampingi Dr. Shaharuddin Mohd Sham dan Mdm Fadzlina Amir Shapuddin.
Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama internasional antara kedua universitas dalam bidang penelitian, mobilitas mahasiswa, serta pertukaran dosen dan staf. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang mengusung tema “Empowering International Partnership on Improving Research Collaboration, Student Mobility, Lecturer and Staff Exchange to Implement World Class University for Preparing Medical Doctor Students for Global Challenges.”
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Malahayati, Dr. Muhammad Kadafi, menyampaikan bahwa hubungan dengan UPM telah terjalin erat sejak lama. “Universitas Putra Malaysia merupakan sahabat dekat Universitas Malahayati. Dengan kerja sama ini, kami berharap dapat saling mendukung dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kami juga berharap program mobilitas mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, dan kegiatan lainnya dapat kembali berjalan normal,” ucapnya.

Rektor Kadafi menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing global. “Kita akan maju bersama melalui kolaborasi ini, dan saya bersyukur atas sambutan baik yang selalu diberikan UPM kepada mahasiswa Universitas Malahayati,” tambahnya. Ia juga berharap, melalui program Kampus Merdeka, mahasiswa Indonesia dapat semakin berkiprah di kancah internasional.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Putra Malaysia (UPM), Prof. Dr. Normala Ibrahim, menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat yang diberikan Universitas Malahayati dalam kunjungan tersebut. “Saya selalu kagum dengan keramahan masyarakat Indonesia, dan Universitas Malahayati selalu memberikan sambutan yang luar biasa,” ujarnya.
Prof. Normala juga mengungkapkan bahwa kerja sama antara Universitas Putra Malaysia dan Universitas Malahayati telah berjalan selama 10 tahun. “Dalam 10 tahun ini, UPM telah mengalami tiga sampai empat kali pergantian dekan, dan saya merasa terhormat untuk melanjutkan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik ini. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kolaborasi di berbagai bidang ke depannya,” tambahnya.

Saat ini, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM memiliki 6 program studi, serta rumah sakit pendidikan RSUD Sultan Abdul Aziz Syah dengan kapasitas 400 kamar. Prof. Normala melihat adanya potensi besar untuk memperluas kerjasama dengan Universitas Malahayati, khususnya melalui program student mobility yang akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa kedua universitas untuk saling belajar dan bertukar pengalaman di bidang kedokteran.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., NS., M.Kes., bersama Wakil Rektor 2 Nirwanto, S.Pd., M.Kes., Wakil Rektor 3 Dr. Eng Rina Febrina, ST., M.T., dan Wakil Rektor 4 Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes., turut hadir untuk membahas lebih lanjut agenda-agenda kerja sama ini.
Selain itu, turut hadir Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM, Wakil Dekan Kedokteran Neno Fitriyani H, dr., M.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Kepala Program Studi Profesi Dokter M. Ibnu Sina, dr., M.Ked (Neu), Sp.N., Sekretaris Program Studi Profesi Dokter Ade Utia Detty, dr., M.Kes., Sekretaris Program Studi Kedokteran Nita Sahara, dr., M.Kes., Sp. PA., Kepala Kerjasama Luar Negeri Selamet Widodo, dan Kepala Humas dan Protokol Emil Tanhar, S.Kom.

Acara dilanjutkan dengan kuliah umum yang disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM, Prof. Dr. Normala Ibrahim. Kuliah umum ini dihadiri lebih dari 100 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di Gedung Graha Bintang, Universitas Malahayati.
Dalam kuliah umumnya, Prof. Normala mengenalkan perjalanan berdirinya Universitas Putra Malaysia yang telah berusia 28 tahun, selain itu dirinya juga menyampaikan visi dan misi baik Universitas Malahayati Maupun Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM.
Selain itu, mereka juga akan melakukan kunjungan ke berbagai fasilitas dan sarana prasarana Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati baik, laboratorium, rumah sakit Pertamina Bintang Amin, serta perpustakaan Universitas Malahayati yang telah terakreditasi A. (*)
Editor : Asyihin
Universitas Malahayati dan Pemkab Tanggamus Bahas Kerjasama dan Program Gempita
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., NS., M.Kes, menyambut kehadiran rombongan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus yang dipimpin Maryani, S.Kep., Ners., M.Kes, Kepala Bagian Kerjasama, di ruang pertemuan Universitas Malahayati, Rabu, 9 Oktober 2024.
Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat kerjasama yang telah terjalin selama tiga tahun serta membahas program pengembangan di masa depan.
Dr. Dessy dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerjasama yang telah berlangsung antara Universitas Malahayati dan Pemda Tanggamus.
“Kami berterima kasih atas kemitraan yang baik selama tiga tahun terakhir. Semoga kerjasama ini dapat terus berjalan berkesinambungan dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak,” ungkapnya.
Selain itu, Dr. Dessy juga menekankan pentingnya evaluasi bersama untuk memastikan hasil kerjasama semakin baik di masa mendatang.
Maryani, S.Kep., Ners., M.Kes., dari Pemda Tanggamus, menyampaikan bahwa kunjungan ini dilakukan untuk mempererat silaturahmi sekaligus melakukan monitoring dan evaluasi kerjasama yang telah berjalan.
“Selama ini kami yang sering dikunjungi oleh tim Universitas Malahayati. Kini, kami ingin berkunjung dan melihat langsung, sekaligus membahas perpanjangan kerjasama,” ujarnya.
Lebih lanjut, Maryani mengungkapkan bahwa Pemda Tanggamus sedang menjalankan program GEMPITA (Gerakan Membangun Pesisir Tanggamus) di 10 kecamatan pesisir.
“Program ini bertujuan memanfaatkan potensi kelautan, perikanan, perkebunan, dan pertanian di daerah tersebut. Kami berharap Universitas Malahayati dapat berkontribusi dalam program ini dengan menyiapkan program yang relevan dan dapat diimplementasikan di wilayah kami,” tambahnya.
Selain potensi sumber daya alam, Maryani juga menyinggung ancaman bencana seperti gempa dan longsor di wilayah Tanggamus. “Kami juga berharap Universitas Malahayati dapat mendukung upaya mitigasi bencana di Tanggamus,” katanya.
Dr. Dessy menyambut baik ajakan tersebut dan menyampaikan bahwa tahun depan Universitas Malahayati berencana menambah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam program lapangan di Tanggamus.
“Melihat permasalahan di Tanggamus, sangat memungkinkan untuk menambah durasi program lapangan, menyesuaikan kebutuhan pemerintah daerah dan program studi di Universitas Malahayati,” ungkapnya.
Wakil Rektor 4 bidang kerjasama Universitas Malahayati, Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes., menambahkan bahwa program tanggap bencana bisa menjadi salah satu fokus kerjasama ke depan.
“Kita bisa menggelar loka karya untuk membedah program tanggap bencana ini. Harapannya, program ini tidak hanya bersifat instan tapi jangka panjang dan berkelanjutan,” jelas Suharman.
Ia juga mengusulkan pelaksanaan Training of Trainer (ToT) yang melibatkan dosen terlebih dahulu, agar nantinya ilmu yang didapat bisa disebarkan kepada mahasiswa. “Ini adalah langkah awal yang strategis untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa di lapangan,” tutupnya. (*)
Editor: Asyihin
Universitas Malahayati dan Universitas Putra Malaysia Jalin Kerja Sama Internasional di Bidang Kedokteran
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H., menerima kunjungan dari Universitas Putra Malaysia (UPM) di Ruang Pertemuan Universitas Malahayati, Selasa, 8 Oktober 2024.
Delegasi UPM yang hadir dalam kunjungan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. Normala Ibrahim, didampingi Dr. Shaharuddin Mohd Sham dan Mdm Fadzlina Amir Shapuddin.
Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama internasional antara kedua universitas dalam bidang penelitian, mobilitas mahasiswa, serta pertukaran dosen dan staf. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang mengusung tema “Empowering International Partnership on Improving Research Collaboration, Student Mobility, Lecturer and Staff Exchange to Implement World Class University for Preparing Medical Doctor Students for Global Challenges.”
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Malahayati, Dr. Muhammad Kadafi, menyampaikan bahwa hubungan dengan UPM telah terjalin erat sejak lama. “Universitas Putra Malaysia merupakan sahabat dekat Universitas Malahayati. Dengan kerja sama ini, kami berharap dapat saling mendukung dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kami juga berharap program mobilitas mahasiswa, pertukaran dosen, penelitian bersama, dan kegiatan lainnya dapat kembali berjalan normal,” ucapnya.
Rektor Kadafi menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing global. “Kita akan maju bersama melalui kolaborasi ini, dan saya bersyukur atas sambutan baik yang selalu diberikan UPM kepada mahasiswa Universitas Malahayati,” tambahnya. Ia juga berharap, melalui program Kampus Merdeka, mahasiswa Indonesia dapat semakin berkiprah di kancah internasional.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Putra Malaysia (UPM), Prof. Dr. Normala Ibrahim, menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat yang diberikan Universitas Malahayati dalam kunjungan tersebut. “Saya selalu kagum dengan keramahan masyarakat Indonesia, dan Universitas Malahayati selalu memberikan sambutan yang luar biasa,” ujarnya.
Prof. Normala juga mengungkapkan bahwa kerja sama antara Universitas Putra Malaysia dan Universitas Malahayati telah berjalan selama 10 tahun. “Dalam 10 tahun ini, UPM telah mengalami tiga sampai empat kali pergantian dekan, dan saya merasa terhormat untuk melanjutkan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik ini. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kolaborasi di berbagai bidang ke depannya,” tambahnya.
Saat ini, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM memiliki 6 program studi, serta rumah sakit pendidikan RSUD Sultan Abdul Aziz Syah dengan kapasitas 400 kamar. Prof. Normala melihat adanya potensi besar untuk memperluas kerjasama dengan Universitas Malahayati, khususnya melalui program student mobility yang akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa kedua universitas untuk saling belajar dan bertukar pengalaman di bidang kedokteran.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., NS., M.Kes., bersama Wakil Rektor 2 Nirwanto, S.Pd., M.Kes., Wakil Rektor 3 Dr. Eng Rina Febrina, ST., M.T., dan Wakil Rektor 4 Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes., turut hadir untuk membahas lebih lanjut agenda-agenda kerja sama ini.
Selain itu, turut hadir Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM, Wakil Dekan Kedokteran Neno Fitriyani H, dr., M.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Kepala Program Studi Profesi Dokter M. Ibnu Sina, dr., M.Ked (Neu), Sp.N., Sekretaris Program Studi Profesi Dokter Ade Utia Detty, dr., M.Kes., Sekretaris Program Studi Kedokteran Nita Sahara, dr., M.Kes., Sp. PA., Kepala Kerjasama Luar Negeri Selamet Widodo, dan Kepala Humas dan Protokol Emil Tanhar, S.Kom.
Acara dilanjutkan dengan kuliah umum yang disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM, Prof. Dr. Normala Ibrahim. Kuliah umum ini dihadiri lebih dari 100 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di Gedung Graha Bintang, Universitas Malahayati.
Dalam kuliah umumnya, Prof. Normala mengenalkan perjalanan berdirinya Universitas Putra Malaysia yang telah berusia 28 tahun, selain itu dirinya juga menyampaikan visi dan misi baik Universitas Malahayati Maupun Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UPM.
Selain itu, mereka juga akan melakukan kunjungan ke berbagai fasilitas dan sarana prasarana Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati baik, laboratorium, rumah sakit Pertamina Bintang Amin, serta perpustakaan Universitas Malahayati yang telah terakreditasi A. (*)
Editor : Asyihin
Dosen Universitas Malahayati Hadirkan Solusi untuk Stunting di Kota Bandarlampung dan Luncurkan Aplikasi Edukasi ASI Eksklusif
Kegiatan ini diikuti oleh 15 peserta yang berasal dari tiga kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Simpur meliputi kader aktif Posyandu dan ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif dari Kelurahan Kelapa Tiga, Kaliawi Persada dan Pasir Gintung. Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat Aryanti Wardiyah, Ns.M.Kep.Sp.Kep.Mat dalam sambutannya “Mengucapkan terimakasih kepada Puskesmas Simpur dan juga menyampaikan tujuan kegiatan ini adalah peningkatan peran kader dan keluarga dalam memotivasi pemberian ASI Eksklusif guna cegah stunting secara dini”.
Acara ini berlangsung dan resmi dibuka oleh Plt Kepala Puskesmas Simpur yaitu dr. Sarah Prima Ayu. Dalam sambutannya, dr Sarah mengatakan “pentingnya peran kader dan keluarga dalam memotivasi ibu-ibu dalam memberikan ASI eksklusif”.
Tim pengabdian masyarakat ini berasal dari 2 Perguruan Tinggi yaitu Universitas Malahayati Bandarlampung (Unmal) dan Universitas Mitra Indonesia yang terdiri dari Aryanti Wardiyah, Ns.M.Kep.Sp.Kep.Mat (Prodi Keperawatan FIK Unmal) & Neneng Siti Lathifah.S.ST.,M.Kes (Prodi Kebidanan FIK Unmal), serta Nova Nurwinda Sari, S.Kep. Ns.M.Kep (Prodi Keperawatan Universitas Mitra Indonesia) dan dibantu tim mahasiswa dari Prodi Keperawatan Unmal.
Terimakasih kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah memberikan hibah pengabdian kepada masyarakat skema pemberdayaan berbasis masyarakat dengan nomor kontrak 959/LL2/AL.04/PM/2024 Dengan judul “Pemberdayaan Kader dan Keluarga sebagai motivator ASI (KEMASI) untuk pencegahan stunting secara dini”. (gil)
Editor: Gilang Agusman
31 Mahasiswa Profesi Ners Unmal Antusias Memulai Stase Profesi Ners T.A. 2024/2025
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Sebanyak 31 mahasiswa Profesi Ners Universitas Malahayati T.A. 2024/2025 telah resmi memulai praktik profesi Ners di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Acara penyerahan mahasiswa ini dipimpin oleh Sekretaris Prodi Profesi Ners Unmal, Eka Yudha Chrisanto, Ns., M.Kep didampingi oleh Tim Dosem Pembimbing Akademik Stase Jiwa Profesi Ners Unmal yaitu Rahma Elliya,S.Kp.,M.Kes , Triyoso, Ns.,M.Kes, Prima Dian Furqoni, Ns.,M.Kes, serta Rilyani,Ns.,M.Kes.
Mahasiswa diterima langsung oleh Kepala Diklat Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dr.Tendry Septa,Sp.KJ (K) didampingi oleh Kasie Keperawatan, Koordinator Diklat Keperawatan, serta Tim Dosem Pembimbing Klinik.
Dalam sambutannya dr. Tendry menyatakan kesiapan RSJ Daerah Provinsi Lampung dalam mendukung pembelajaran praktik profesi Ners di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. “Kami siap memberikan bimbingan dan fasilitas agar praktek ini berjalan lancar dan bermanfaat bagi para mahasiswa,” katanya.
Selanjutnya sambutan disampaikan oleh Sekretaris Prodi Profesi Ners Universitas Malahayati, Eka Yudha Chrisanto, Ns., M.Kep yang menekankan pentingnya praktik ini sebagai kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di kampus.”Praktik ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan keperawatan jiwa secara langsung di lapangan,” ujar Eka Yudha.
Para mahasiswa tampak antusias dan siap memulai pengalaman baru mereka, dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif dalam pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Daerah Provinsi Lampung. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Katalog Buku Hubungan Kinerja, Keberlangsungan, Dan Inovasi Umkm Kuliner
Judul : Hubungan Kinerja, Keberlangsungan, Dan Inovasi Umkm Kuliner
Penulis : Prof. Erna Listyaningsih, S.E., M.Si., Ph.D
Prof. Yuliansyah, S.E., MSA., Ph.D., Akt
Rissa Afni Martinouva, S.H., M.H
Sayba Arta Mevia
Angga Prastia
Aprilia Dwi Sukawati, S.E
Bella Febriana
Apip Alansori, S.E., M.Ak
ISBN= Proses
Sinopsis:
Buku ini berisi tentang hubungan kinerja, keberlangsungan, dan inovasi UMKM kuliner pada umumnya dan di Bandar Lampung, Lampung, pada khususnya, serta bagaimana peranan kinerja dan inovasi terhadap keberlangsungan UMKM kuliner di Bandar Lampung. Buku ini memberikan kontribusi berupa kajian dan model tentang hubungan kinerja, keberlangsungan, dan inovasi UMKM kuliner di Bandar Lampung.
Cahya Ramadiniati, Mahasiswa Universitas Malahayati Raih Juara 3 pada Kejuaraan Karate INKAI HUT Ke 79 TNI, DANREM CUP 043/GATAM Lampung
Cahya mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan yang iya peroleh ini. “Alhamdulilah saya berhasil mendapatkan Juara 3 dalam ajang ini, ini merupakan prestasi yang memuaskan unuk saya,” ucapnya.
Kejuaraan Karate INKAI HUT ke-79 TNI, DANREM CUP 043/GATAM Lampung adalah sebuah kompetisi karate yang diselenggarakan dalam rangka merayakan ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-79. Acara ini biasanya melibatkan berbagai kategori pertandingan untuk atlet karate dari berbagai tingkatan, baik junior maupun senior.
Kejuaraan ini bertujuan untuk mempromosikan olahraga karate di Lampung, menjalin persaudaraan antaratlet, serta menumbuhkan semangat juang dan disiplin yang menjadi nilai-nilai utama dalam bela diri. Selain itu, acara ini juga sering kali dihadiri oleh pejabat militer, masyarakat, dan penggemar olahraga karate.
Cahya menceritakan bahwa ia telah mengikuti kejuaraan karate ini sejak kelas 2 SMP. “Awal mula saya mengikuti kejuaraan itu saya kalah, lalu saya bangkit, saya berlatih dengan giat, dan akhirnya saya mendapatkan apa yang saya inginkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa saat dirinya menjadi juara lantas tak membuatnya berpuas diri. “Saya tidak boleh langsung berpuas diri, karena masih banyak kejuaraan diluar sana yang harus saya ikuti,” katanya.
Tak lupa pula ia mengucapkan terimakasih kepada orang tua yang selalu mendukung minat dan bakatnya, pelatih, dan kampus tercinta Universitas Malahayati yang telah mensupport penuh untuk dirinya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Muhammad Arif, Mahasiswa Universitas Malahayati Raih RU 3 Ajang Mister Lampung Star 2024
Arif mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan ini. “Alhamdulilah saya berhasil menjadi salah satu juara diajang sebesar Mister Miss Lampung 2024.
Ia berharap setelah berhasil menjadi salah satu juara, ia dapat menjadi pribadi yang lebih produktif dan semakin bisa menjadi top dalam hal apapun. “Walau saya terbilang baru dalam mengikuti ajang ini, tapi saya yakin dan semangat saya tidak akan kalah menghadapi lawan-lawan saya,” ujarnya.
Mister dan Miss Lampung 2024 adalah ajang pencarian bakat dan kecantikan yang bertujuan untuk menemukan perwakilan terbaik dari provinsi Lampung. Acara ini biasanya menampilkan berbagai aspek, seperti kecantikan, bakat, serta kepedulian sosial, dengan harapan para pemenang dapat menjadi duta yang positif untuk daerah mereka. Selain itu, ajang ini juga sering kali melibatkan berbagai kegiatan sosial dan promosi budaya lokal.
Lebih lanjut, Arif menceritakan pengalamannya dalam mengikuti ajang ini menjadikan dirinya untuk mengupgrade ilmu dalam dunia modeling. “Disini saya belajar banyak pengetahuan dari budaya profesional, melatih pubklik speaking, hingga sikap bertanggung jawab,” ucapnya.
Tak lupa, Arif mengucapkan terimakasih kepada keluarga, kerabat dan Universitas Malahayati yang telah mensupport dirinya secara penuh dalam mengikuti ajang ini. “Saya akan berkomitment untuk terus menjadi yang terbaik buat diri saya dan juga kampus tercinta Universitas Malahayati,” serunya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Ngudo Roso
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa puluh tahun lalu Radio Republik Indonesia (RRI) Yogjakarta ada satu acara yang diberi nama “Ngudo Roso” yang diasuh oleh reporter mashur pada zamannya. Acara itu konon berkembang sampai hari ini yang berisi “ungkapan hati” dari para pemirsanya terhadap dunia sekitar.
Ngudo roso berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengungkapkan perasaan atau pikiran secara jujur dan terbuka. Dalam konteks budaya Jawa, ngudo roso biasanya dilakukan dalam suasana yang tenang dan penuh kebijaksanaan. Seseorang berbicara tentang isi hati atau masalah yang sedang dihadapi dengan tujuan mencapai pemahaman bersama atau mencari solusi yang damai.
Ngudo roso sebagai tradisi sering dianggap sebagai cara untuk mempererat hubungan, baik dalam keluarga, masyarakat, atau antara pihak yang berselisih. Melalui pengungkapan perasaan secara terbuka dan jujur, ketegangan atau konflik bisa diredakan. Ngudo roso tidak hanya berkaitan dengan pengungkapan emosi negatif, tetapi juga mencakup berbagi rasa syukur, kebahagiaan, atau pengalaman hidup lainnya. Dengan demikian, ngudoroso memiliki dimensi yang dalam dalam budaya Jawa sebagai praktik untuk menjaga harmoni sosial dan emosional di antara individu atau kelompok.
Ngudo roso mengedepankan keterbukaan, empati, dan kejujuran. Oleh sebab itu, ngudo roso bisa membantu menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan seimbang di berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Saluran sosial seperti ini patut dipelihara agar paling tidak mengurangi ketegangan sosial (jika ada).
Sebelum sebuah acara seremonial akademik, sebelum acara dimulai ada teman yang ngudo roso tentang suatu hal yang dia hadapi saat ini. Ia mendeskripsikan dengan lugas bagaimana sebenarnya yang terjadi. Kami semua yang hadir merasa penasaran. Ia kemudian menjelaskan secara terperinci kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Ia ngudo roso” bagaimana harus bersikap yang terkadang menyulitkan posisinya. Hal itu karena ia harus selalu ambil posisi ditengah dan berimbang, padahal terkadang badai itu datang tidak mengenal waktu.
Membebani pemikiran dan perasaan yang berlebihan secara individu maupun kolektif tampak memerlukan katarsis. Salah satu bentuk katarsis itu adalah ngudo roso. Menjadi persoalan ketika tempat kita melakukan ngudo roso “tidak satu frekuensi” atau justru dicurigai memiliki maksud lain. Jika ini yang terjadi, maka bukan penyelesaian atau meringankan yang didapat, tetapi justru malapetaka baru yang muncul.
Ketidaktepatan meletakkan “rasa” ternyata bisa menimbulkan malapetaka juga. Sebab bisa membuahkan persepsi yang berbeda dan berujung pada kecurigaan akan sesuatu tanpa alasan. Apalagi ini terjadi karena pengalaman masa lampau yang selalu diyakini “kebenarannya” secara mutlak, tanpa terlebih dahulu dianalisis sebagai suatu pengalaman yang hanya bisa digunakan sebagai referensi. Oleh sebab itu, bisa saja terjadi relasi negatif manakala dalam ngudoroso kita sudah menempatkan objek sebagai sesuatu yang tidak kita sukai. Atau sebaliknya, apa yang ditampilkan oleh obyek selalu baik ketika kita mempersepsikan objek sebagai sesuatu yang tanpa celah. Oleh sebab itu, objektivitas dalam ngudoroso harus selalu kita letakkan pada posisi awal, tengah, dan akhir.
Seiring perkembangan teknologi terutama pada bidang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, ngudo roso bisa dibuat sedemikian rupa dengan memprogram suara, tampilan dan lain sebagainya, menjadi seolah-olah benar dalam ketidakbenaran. Atau sebaliknya: seolah-olah salah dalam kebenaran. Di sini tampaknya “moral etik” sangat diperlukan dan dikedepankan dalam tatapergaulan manusia. Tanpa ini, maka ancaman “kemerosotan moral” dalam bentuk lain akan mengancam pola interaksi antarmanusia di bumi ini. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Gelar Matrikulasi bagi Mahasiswa Baru S2 Magister Ilmu Kesehatan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Malahayati menyelenggarakan Penyambutan Mahasiswa Baru dan Matrikulasi bagi mahasiswa Program Studi S2 Magister Ilmu Kesehatan, Sabtu (5/10/2024).
Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Muhammad Kadafi, SH., M.H, membuka secara resmi. Dalam sambutannya, Rektor menekankan pentingnya pemahaman mahasiswa terkait proses perkuliahan dan target akademik selama masa studi di program magister ini.
“Saya berharap para mahasiswa baru bisa membangun suasana akademik yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, baik antar mahasiswa maupun dengan dosen,” ujar Rektor. Ia juga menekankan bahwa masa studi di program magister adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk berkembang secara intelektual dan profesional.
Turut hadir dalam acara tersebut Dekan FIK, Dr. Lolita Sary, SKM., M.Kes., Wakil Dekan FIK, Djunizar Djamaluddin, S.Kep., Ns., MS., Kaprodi S2 Kesehatan Masyarakat, Dr. Samino SH., M.Kes., Sekprodi S2 Kesehatan Masyarakat, Khoidar Amirus, SKM., M.Kes., Dosen Tetap S2 Kesehatan Masyarakat, Dr. Achmad Farich, dr., MM., serta Guru Besar, Prof. Dr. Sudjarwo, MS.
Acara tersebut dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berupa kuliah pakar yang diisi Prof. Dr. Sudjarwo, MS, dengan materi mengenai Tantangan Belajar Berbasis Outcome-Based Education (OBE) dan Sitasi Sumber Ilmiah. Selanjutnya, Dekan FIK menyampaikan materi terkait visi, misi, serta pengenalan fakultas. Kaprodi S2 Kesehatan Masyarakat juga turut memberikan penjelasan tentang visi dan misi prodi, serta berbagai aspek akademik yang mendukung penelitian, pengabdian masyarakat, hingga tugas akhir.
“Acara ini dirancang agar mahasiswa baru memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi akademik di Universitas Malahayati, serta siap menghadapi tantangan studi yang berbasis OBE,” kata Dr. Lolita Sary, Dekan FIK.
Sesi kedua berupa perkuliahan matrikulasi, dimulai dengan materi Dasar Ilmu Manajemen Kebijakan Kesehatan oleh Dr. Samino SH., M.Kes, dan Dasar Ilmu Epidemiologi oleh Khoidar Amirus, SKM., M.Kes. Kedua materi ini mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa yang hadir.
“Kami berharap matrikulasi ini bisa memberikan gambaran akademik yang jelas, terutama bagi mereka yang tidak berasal dari latar belakang pendidikan Kesehatan Masyarakat,” ujar Dr. Samino.
Acara dilanjutkan pada Senin hingga Selasa (7-8/10/2024) secara daring, dengan materi Promosi Kesehatan, Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Lingkungan, dan Biostatistik.
Kuliah matrikulasi ini menjadi bagian dari komitmen Universitas Malahayati dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi mahasiswa pascasarjana, serta membekali mereka dengan pemahaman awal tentang berbagai disiplin ilmu yang akan mereka pelajari.
Rilis: Beni Untoro
Editor: Asyihin
Jawaban yang Tidak Menjawab
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu dengan kondisi badan yang rapuh namun karena tanggungjawab profesi; maka diputuskan tetap berangkat memberikan kuliah di program doktor universitas negeri dengan kekhasan agama. Perjumpaan dan dialog serta diskusi dengan mahasiswa doktoral seolah bisa melupakan sejenak beban jasmani yang terasa sudah tidak kuat menopang rohani. Untuk angkatan kali ini banyak dijumpai mahasiswa cerdas dalam berfikir karena waktu yang tersedia terasa singkat digunakan berdiskusi. Keberanian mereka untuk melakukan interupsi, klarifikasi, komentar akan materi yang disajikan; menjadikan semangat hidup terasa menyala kembali. Akan tetapi karena matakuliah yang disajikan adalah matakuliah pucaknya ilmu, maka sering berfikir abstrak, kontemplatif, mendasar, dan hakiki; menjadi semacam jalan terjal yang harus ditempuh semua yang hadir di ruangan itu.
Dari semua bentangan bertanyaan, komentar, ulasan dan analisa yang dilakukan; ternyata menyisakan satu situasi dan kondisi dalam dialog adalah “jawaban yang tidak menjawab”; hal ini terjadi karena jawaban yang diberikan akan memunculkan pertanyaan baru, dalam istilah filsafat hal ini disebut dengan“thesa yang membuahkan anti thesa”. Selama ini kuliah yang mereka terima lebih banyak menerima materi baru atau lama dalam kemasan baru, tetapi dalam perkuliahan matakuliah ini mereka pulang akan terbebani oleh pertanyaan baru. Sehingga dialog-dialog imajiner terus berada dalam pikiran mereka guna menemukenali permasalahan dan sekaligus menemukan jawaban, yang sangat sering mereka bertemu dengan jawaban yang tidak menjawab, karena muncul kembali pertanyaan baru. Kecintaan akan ilmu semakin tumbuh karena dialog-dialog imajiner tadi, yang terus bergelayut pada benak mereka.
Berdasarkan penelusuran digital ditemukan keterangan bahwa dalam filsafat, hakikat jawaban yang tidak menjawab berkaitan dengan kondisi di mana suatu jawaban diberikan tetapi tidak secara substansial menangkap esensi dari pertanyaan yang diajukan. Ini bukan hanya soal ketidaktepatan jawaban, tetapi sering kali juga mencerminkan aspek lebih mendalam terkait dengan bahasa, logika, dan pemahaman. Berikut adalah beberapa pandangan filosofis yang bisa menjelaskan hakikat ini:
Pertama, Fenomena Sofisme: Salah satu bentuk jawaban yang tidak menjawab ditemukan dalam sofisme. Kaum Sofis di Yunani kuno dikenal karena menggunakan retorika yang memukau dan logika berbelit-belit untuk memberi jawaban yang tampak benar atau masuk akal tetapi sebenarnya menyesatkan atau bahkan tidak relevan. Plato dan Aristoteles mengkritik para Sofis karena mereka sering kali tidak mengejar kebenaran, melainkan kemenangan dalam debat, sehingga jawaban mereka tampak seperti solusi, tetapi sebenarnya tidak menjawab pertanyaan dengan substansi.
Kedua, Kebingungan Linguistik (Wittgenstein): Menurut filsuf Ludwig Wittgenstein, banyak masalah filosofis muncul karena penyalahgunaan atau kesalahpahaman terhadap bahasa. Dalam bukunya Philosophical Investigations, ia menunjukkan bahwa kebingungan linguistik sering menyebabkan orang memberikan “jawaban” yang tampaknya logis tetapi sebenarnya tidak memberikan klarifikasi. Jawaban tersebut tidak menyelesaikan masalah karena bentuk atau makna bahasa yang digunakan tidak benar-benar menjawab apa yang dimaksud oleh pertanyaan. Misalnya, seseorang bisa menjawab sebuah pertanyaan dalam kerangka bahasa yang berbeda atau salah sehingga tampak seperti jawaban, tetapi pada hakikatnya tidak mengatasi inti masalah.
Ketiga, Pertanyaan yang Tidak Mempunyai Jawaban Jelas (Aporetik): Beberapa pertanyaan dalam filsafat bersifat aporetik, artinya pertanyaan tersebut tidak memiliki jawaban yang jelas atau bisa dijawab dengan cara yang tidak memuaskan. Socrates dalam dialog Plato sering menggunakan metode dialektik di mana dia membuktikan bahwa banyak jawaban yang tampaknya benar sebenarnya gagal menjawab pertanyaan dengan memadai. Pertanyaan seperti “Apa itu keadilan?” atau “Apa itu kebajikan?” sering kali menerima jawaban yang ternyata salah, parsial, atau tidak lengkap, yang mencerminkan hakikat bahwa tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan tuntas dalam bentuk yang sederhana.
Keempat, Kontradiksi dan Dialektika (Hegel): Hegel memperkenalkan konsep dialektika, di mana sebuah jawaban bisa tampak tidak memadai atau tidak menjawab ketika dilihat dalam kerangka pertentangan ide-ide. Dalam proses dialektika, sebuah tesis akan menghadapi antitesis, dan solusi (jawaban) bukanlah respons langsung terhadap tesis atau antitesis, melainkan sebuah sintesis yang menggabungkan keduanya. Namun, jawaban dalam tahap sintesis bisa jadi tampak ambigu atau “tidak menjawab” pertanyaan awal karena sifatnya yang terus berkembang.
Kelima, Fenomena Ambiguitas atau Ketidakpastian (Deconstructionism/Derrida): Jacques Derrida dalam teori dekonstruksinya menunjukkan bahwa bahasa dan makna bersifat cair dan tidak pernah sepenuhnya tetap. Oleh karena itu, setiap jawaban yang diberikan dalam konteks bahasa selalu berada dalam kondisi ketidakpastian dan ambiguitas. Menurut Derrida, jawaban yang diberikan mungkin tidak menjawab sepenuhnya karena ada ketegangan antara apa yang dikatakan (signifier) dan apa yang dimaksud (signified). Ini menunjukkan bahwa dalam filsafat, sebuah jawaban bisa “tidak menjawab” karena keterbatasan bahasa itu sendiri.
Keenam, Eksistensialisme dan Pertanyaan tentang Makna: Dalam eksistensialisme, khususnya dalam pemikiran Jean-Paul Sartre dan Albert Camus, pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang makna hidup seringkali tidak memiliki jawaban final atau definitif. Sartre berpendapat bahwa manusia berada dalam kondisi “kecemasan eksistensial” karena tidak ada jawaban obyektif yang bisa diberikan tentang makna hidup. Dalam hal ini, jawaban yang tidak menjawab adalah refleksi dari absurditas dan kekosongan yang inheren dalam eksistensi manusia.
Benang merah yang dapat kita tarik dari penjelasan di atas bahwa hakikat dari jawaban yang tidak menjawab, menurut filsafat, terletak pada beberapa faktor: keterbatasan bahasa, kebingungan logis, kerumitan pertanyaan itu sendiri, serta sifat dasar dari realitas atau makna yang tidak selalu bisa dijawab dengan satu respons yang pasti. Jawaban yang tidak menjawab mencerminkan kompleksitas dalam pemahaman dan komunikasi filosofis, di mana sering kali tantangan untuk memberikan jawaban bukan hanya tentang ketepatan faktual tetapi juga tentang bagaimana pertanyaan itu dipahami dan dirumuskan.
Oleh karena itu manusia dituntut untuk belajar sepanjang hayat, sebab harus menemukenali pertanyaan-pertanyaan dunia, yang terkadang menyesatkan karena tidak ditemukannya jawaban. Bisa jadi jawabannya memang tidak mampu menjawab dari pertanyaannya, dan kemudian sudah muncul pertanyaan baru akibat dari ketidakmampuan menjawab tadi. Kondisi akhir-akhir ini ternyata banyak kita jumpai didalam masyarakat, karena antara yang memimpin dan dipimpin tidak satu lambang, sehingga memaknakannyapun berbeda. Lebih sengsara lagi jika berlambang sama tetapi diberi makna yang berbeda. Rekonstruksi berfikir seperti inilah sering membuat tersesat di jalan yang benar. Jika kita bumikan pikiran ini “ Kata pejabat jalan rusak yang salah rakyat”; sementara pada waktu bersamaan “rakyat berkata jalan rusak karena kesalahan pejabat”. Padahal obyeknya sama yaitu “jalan rusak”; namun karena perbedaan cara pandang antara rakyat dan pejabat, akibatnya jalan tetap rusak. Logika berfikir seperti ini, atau mirip dengan ini, sekarang sedang merebak dimana-mana, seiring dengan kontestasi pemilukada. Seolah mendapatkan lahan persemaian untuk tumbuh subur; walaupun pada akhirnya pembiaran paradigma seperti ini akan merugikan kita semua. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman