Percepat Prodi Dokter Gigi, Rektor Universitas Malahayati Tinjau Lab Preklinik Poltekes Tanjung Karang

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Rektor Universitas Malahayati Bandarlampung Dr. Achmad Farich, dr., MM meninjau laboratorium preklinik pada jurusan teknik gigi Poltekes Tanjung Karang, Jumat (18/8/2023).

Kegiatan ini dalam rangka percepatan pembukaan program studi kedokteran gigi di Universitas Malahayati Bandarlampung. Kunjungan rektor didampingi oleh Dr. Eng. Rina Febrina, ST., MT (Wakil Rektor III), Andoko M.Kes (Ka.Lab. Universitas Malahayati), Dr. drg. Torry Duet Irianto, M.M., M.Kes, dan Emil Tanhar, S.Kom (Ka. Humas)

Kunjungan diterima langsung oleh drg. Suryani Catur Suprapti, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknik Gigi, dan didampingi Sri Murwaningsih, SKM., M.Kes, Rani Helmira, SKM.,M.Kes, Sepriana Urianti, SKM., M.Kes. (gil/humasmalahayatinews)

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Pimpin Upacara HUT RI ke-78

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Dalam rangka dirgahayu Republik Indonesia yang ke-78, Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. Achmad Farich, dr., MM, menjadi Inspektur Upacara di Halaman Rektorat kampus, Kamis (17/8/223).

Rektor Achmad Farich menegaskan pentingnya semangat persatuan dan gotong royong yang telah mewarnai perjalanan Indonesia selama 78 tahun. Ia juga menekankan peran penting generasi muda dalam meneruskan tongkat estafet pembangunan, ilmu pengetahuan, dan inovasi demi keberlangsungan bangsa dan negara.

“Universitas Malahayati selama ini mengisi kemerdekaan dengan turut berperan aktif dalam membentuk karakter generasi muda yang cinta tanah air, berpendidikan, berwawasan kebangsaan, religius, dan siap berkontribusi dalam berbagai bidang akademik dan keilmuan,” ucap rektor.

Dalam kesempatan ini, Rektor Achmad Farich menyampaikan ucapan selamat dirgahayu Republik Indonesia ke-78. Semoga semangat kemerdekaan terus membara dan menginspirasi setiap langkah perjalanan bangsa ke arah kemajuan dan kejayaan.

Upacara peringatan HUT RI ke-78 di Universitas Malahayati turut dihadiri oleh para pimpinan fakultas, dosen, karyawan, serta mahasiswa.(451/**)

Yudisium Fakultas Teknik, Rektor Universitas Malahayati: Manfaatkan Teknologi Informasi untuk Akses Peluang Kerja

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung Ir. Yan Juansyah, DEA mengukuhkan 21 Mahasiswa dalam acara yudisium periode 34 di Gedung MCC, Rabu (16/7/2023).

21 Mahasiswa yang dikukuhkan resmi menyandang gelar Sarjana Teknik (ST).

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung Ir. Yan Juansyah, DEA mengatakan yudisium adalah agenda paling penting bagi mahasiswa sebagai momen pengukuhan pada mahasiswa setelah menempuh studi selama ini yang akhirnya menyandang gelar sarjana.

“Saya mewakili para dosen fakultas teknik mengucapkan selamat dan sukses kepada seluruh mahasiswa yudisium yang telah dikukuhkan pada hari ini, saya berharap hari ini menjadi bekal untuk memperluas manfaat di luar baik yang ingin terjun ke dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang S2,” ucap dekan.

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung Dr. Achmad Farich, dr., MM yang turut hadir mengatakan, tuntutan di luar lebih besar karena menghadapi tuntutan dunia kerja dan lingkungan sosial masyarakat, sehingga banyak hal yang lulusan harus persiapkan, tapi jangan takut lulusan akan bisa menghadapi tantangan tersebut apabila lulusan terus menjalin kerja sama yang baik sesama alumni, dengan program studi, dan dengan pihak universitas untuk terus mendapatkan informasi.

“Manfaatkan semua fasilitas informasi baik sosial media, jaringan, website untuk memudahkan pilihan anda setelah ini akan memilih kerja di mana.

Anda tidak boleh puas hanya belajar cukup di sini (kampus), tapi terus belajar sepanjang hayat untuk meningkatkan kemampuan diri,” pesan rektor.

Hadir juga dalam acara, Ketua Malahayati Career Center, Kaprodi Teknik Sipil, Kaprodi Teknik Lingkungan, Kaprodi Teknik Mesin, Kaprodi Teknik Industri, serta seluruh civitas pengajar Fakultas Teknik Universitas Malahayati Bandar Lampung. (451/**)

Universitas Malahayati Bandar Lampung Gelar Pertemuan Bersama Stakeholder Guna Tingkatkan Mutu Prodi S1 Kesehatan Masyarakat

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung telah mengadakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan mutu program studi sarjana Kesehatan Masyarakat (S1 Kesmas) melalui kolaborasi dengan AIPTKMI (Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia), IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia), stakeholder di lingkungan Provinsi Lampung, alumni dan civitas akademika Universitas Malahayati pada 14-15 Agustus 2023.

Pada hari pertama, narasumber dari AIPTKMI dan IAKMI telah diundang untuk membahas cara menyusun visi, misi, serta tujuan strategis program studi yang baik. Diskusi juga terfokus pada bagaimana meramu kurikulum Kesmas yang terintegrasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan turunan dari visi misi yang telah disusun.

Hari kedua, kegiatan melibatkan para stakeholder, termasuk Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, BKKBN Provinsi Lampung, kepala puskesmas di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu, turut hadir organisasi profesi kesmas seperti IAKMI Provinsi Lampung, PAKKI, PPPKMI, dan PAEI, serta mitra kegiatan tridarma lainnya, seperti RS Pertamina Bintang Amin, RS Abdul Muluk, RS A. Yani, Lapas Perempuan Bandar Lampung, PKBI serta para alumni, mahasiswa, dan dosen.

Kegiatan ini juga menjadi momentum penting bagi Prodi S1 Kesehatan Masyarakat untuk meluncurkan kurikulum Kesmas MBKM tahun 2023, sekaligus penandatanganan atau perpanjangan perjanjian kerja sama dengan mitra-mitra terkait.

Nurhalina Sari, M.K.M., Kaprodi Sarjana Kesehatan Masyarakat, mengharapkan bahwa kegiatan ini akan menjadi langkah konkret bagi program studi S1 Kesmas untuk meningkatkan mutu lulusannya, terutama di Provinsi Lampung. “Kehadiran para narasumber dan stakeholder diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan program studi S1 Kesmas di masa mendatang,” ucapnya. (451/**)

Program Studi Teknik Sipil Raih Juara di Ajang Civil Engineering Fair (CIEF) 2023

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id) : Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati Raih Juara di ajang Civil Engineering Fair (CIEF) 2023 Di Universitas Islam “45” Bekasi, Jawa Barat. (11-12/8/2023).

Devi Oktarina, S.T., M.T selaku Ka. Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati, mengungkapkan kebanggannya dengan prestasi yang diraih atas mahasiswanya ini.

“Selamat kepada para mahasiswa, semoga prestasi ini dapat mengharumkan nama Program Studi Teknik Sipil dan Universitas Malahayati,” ucapnya.

“Jadikan ini sebagai pemacu semangat untuk para mahasiswa lebih berperan aktif dalam mengikuti lomba-lomba tingkat nasional,” tutup Devi.

Selamat kepada Mahasiswa/i Teknik Sipil Universitas Malahayati yang berhasil raih juara.

Wina Agustina (NPM 22110097), Marzel Aries Dwiva (NPM 22110013), Alvaro Recoba Prya D (NPM 22110033) Juara I Lomba Uji Kuat Tekan Beton dalam event Civil Engineering Fair (CIEF) 2023 Di Universitas Islam “45” Bekasi, 11 – 12 Agustus 2023.

Istikhomah Yulia F (NPM 22110058), Farhan (NPM 22110052), Fahrurozi (NPM 22110007) Juara III Lomba Uji Kuat Tekan Beton dalam event Civil Engineering Fair (CIEF) 2023 di Universitas Islam “45” Bekasi, 11 – 12 Agustus 2023. (gil/humasmalahayatinews)

Membaca Balik

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Masa kanak-kanak disekitar tahun 1960-an, kami memiliki kegemaran bersama untuk berucap dengan membalikkan kata; sebagai contoh, Saya diucapkan ayas, makan diucapkan nakam, dan seterusnya. Model beginian segenerasi penulis tentu masih ingat bagaimana dalam berucap harus berfikir baru berucap, karena jika tidak, maka ucapannya menjadi tidak bermakna dan tidak dipahami lawan bicara. Konon menurut informasi yang tidak tertulis, model bicara begini bermula dari masyarakat satu kota di Jawa Timur, dan sampai hari ini bahasa itu dipakai jika untuk membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia.

Kita tinggalkan dahulu membalik baca, persoalannya ialah ada pada “Berfikir dahulu sebelum berucap”. Tampaknya hal seperti ini sudah menjadi barang langka, yang berkembang justru bicara dulu, mikirnya belakangan. Hal serupa ini melanda siapapun, tidak peduli status sosial, tingkat pendidikan, kaya-miskin, pimpinan atau bawahan; bisa terjadi kapanpun dimanapun. Bahkan sekelas ilmuwan bergelar Guru Besar-pun masih ada yang berperilaku begini, akibatnya dalam mengambil keputusan didasari atas keemosionalan, tentu saja akibatnya fatal; bahkan berdampak kemana-mana.

Kondisi ini semakin menjadi-jadi saat tahun-tahun politik seperti saat ini, karena seolah-olah mendapatkan lahan subur untuk mikir belakangan, berucap duluan. Anehnya jika yang diucapkan itu tidak benar, dengan sangat ringan memanggil teman-teman jurnalis untuk klarifikasi, paling jauh meminta maaf; semua persoalan dianggap selesai. Jika cara itu tidak mempan, bisa juga menggunakan cara tradisional yaitu menciderai lawan atau menghilangkan dengan caranya.

Kondisi asal bicara tampaknya saat ini mendapat angin segar, apalagi peran seseorang atau golongan menjadi semakin tidak jelas. Lawan bicara bisa merangkap sekaligus teman dan musuh pada waktu yang bersamaan. Bisa dibayangkan pada saat berjabat tangan mulut tersenyum, tetapi hati berbicara kapan orang ini layak untuk dibinasakan.

Maka tidak aneh jika saat pagi bicara A, tetapi saat sore bicaranya B; orang Jawa punya pepatah “Esuk dele sore tempe” terjemahannya pagi masih kedelai, sore sudah jadi tempe; maksudnya orang dengan mudah plin-plan tanpa pendirian.

Bayangkan jika perilaku seperti itu ada pada tataran elite negeri ini, tentu saja yang terjadi rakyat menjadi bingung.

Belum sempurna melaksanakan apa yang diperintahkan, dengan cepat sesaat sudah berubah, dan itu dilakukan dengan seolah tanpa beban. Apalagi pembenarannya berlindung pada atas nama demokrasi, maka seolah semua semakin sempurna, karena hak bicara atau mengeluarkan pendapat dilindungi undang-undang.

Hakekat perbedaan pendapat bukan pada bebas bicara tanpa dipikir, akan tetapi perbedaan pikiran yang dikemukakan dengan pendapat. Keduanya sangat berbeda secara esensial, sebab perbedaan pendapat yang muncul disebabkan dari perbedaan pikir; adalah proses dialogis pikir yang terus menerus bersifat dinamis, sebelum mulut bicara. Sangat berbeda dengan bicara dulu kemudian baru dipikir.

Kita tidak perlu menyalahkan jaman, atau dengan cepat tanpa mikir berucap menggunakan kalimat kunci “Dunia mendekati akhir”. Sebelum ke sana sebaiknya kita berfikir ulang adakah yang salah di negeri ini. Jika ada pada bagian mana, kemudian upaya apa yang harus kita lakukan untuk memperbaikinya. Jika upaya semua sudah kita lakukan, langkah terakhir beralas doa baru kita serahkan kepada Sang Maha Pemilik.

Proses berfikir adalah anugerah dari Sang Pencipta yang hanya diberikan kepada mahluk-Nya bernama manusia, tidak kepada mahluk lain. Upaya manusia untuk membuat intelegensi buatan, mungkin saja berhasil, tetapi ada satu hal yang tidak tersentuh adalah “rasa” dalam pengertian supranatural. Tali penghubung kepada Sang Maha Pencipta ini tidak mungkin untuk dibuat manusia, karena hal ini berkaitan dengan “hidayah”

“Among Roso” adalah laku kontempletif yang hanya dimiliki oleh manusia, untuk sampai pada tingkat itu tentu melalui proses panjang guna mencapai kesempurnaan yang tidak sempurna, karena kesempurnaan itu miliki Yang Maha Sempurna. (SJ)

Kalender Akademik Universitas Malahayati Bandarlampung Tahun 2023/2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Salam Sahabat Unmal…Yuk disimak lampiran kalender akademik Universitas Malahayati Bandarlampung Tahun Akademik 2023/2024. (gil/humasmalahayatinews)

 

Mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Malahayati Lulus Uji Kompetensi 100 Persen

 

BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung angkatan tahun 2020, dinyatakan lulus dengan status kompeten 100 persen, pada Uji Kompetensi Nasional Tenaga Kesehatan Kemendikbud RI pada 13 Agustus 2023. Atas hasil ini, segenap sivitas akademika Prodi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan turut mengapresiasi dengan nilai 100 persen kompeten.

“Mewakili civitas Prodi D3 Kebidanan, saya ucapkan selamat dan sukses. Semoga hasil yang dicapai membawa keberkahan dan kesuksesan kepada mahasiswa tersebut serta membawa kebaikan bagi masyarakat,” kata Devi Kurniasari, SST., M.Kes Kaprodi Dill Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, Senin (14/8/2023).

Baca juga : 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Kebidanan Universitas Malahayati

Uji kompetensi merupakan exit exam yaitu suatu bentuk ujian kompetensi yang harus diikuti oleh mahasiswa D3 Bidan sehingga baru dinyatakan lulus dari institusi dan dinyatakan kompeten secara nasional menyandang gelar Amd.Keb serta sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) yang diakui secara nasional.

“Setelah lulus dinyatakan kompeten, alumni diharapkan segera mendapatkan pekerjaan sebelum 3 bulan,” ucap Devi.

Sebelum ujian kompetensi, mahasiswa didampingi dosen secara intensif mengikuti bimbingan dan latihan hingga dilakukan ujicoba mandiri untuk mengukur kemampuan dan hasil, sehingga mahasiswa sudah siap mengikuti uji kompetensi nasional (451/**)

Selamat Hari Pramuka ke 62 “Sumber Daya Manusia yang Profesional dan Proporsional”

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Sejarah Singkat Har Pramuka Mengutip laman Kwarnas Gerakan Pramuka, peringatan Hari Pramuka berawal dari munculnya gerakan pendidikan kepanduan di Tanah Air pada 1912. Saat itu, sebuah kelompok pandu di Batavia memulai latihan kepanduan dan menjadi cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Dua tahun kemudian, cabang tersebut berdiri secara sah dan dinamai Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda yang sebagian bear anggotanya adalah keturunan Belanda.

Pada 1916, berdiri organisasi kepanduan yang sepenuhnya merupakan pandu-pandu bumiputera. Adalah Mangkunegara VIl, pemimpin Keraton Solo yang membentuk Javaansche Padvinders Organisatie. Pada perkembangannya, kepanduan Indonesia kemudian terpecah menjadi 100 organisasi yang tergabung dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Namun, jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah anggota perkumpulan.

Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang saat itu merupakan Pandu Agung kemudian menggagas peleburan berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah. Pada 20 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan Indonesia mengeluarkan pernyataan di Istana Olahraga Senayan, untuk meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka. Sehingga disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Setelah itu pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat luas dalam upacara di halaman Istana Negara. Sejak saat itu, tanggal 14 Agustus kemudian ditetapkan sebagai Hari Pramuka Nasional yang dirayakan seluruh Pramuka setiap tahunnya.

Selamat Hari Pramuka ke 62, “Sumber Daya manusia
yang Profesional dan Proporsional”. (gil/humasmalahayatinews)

Dari Lantai Lima

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari kedua berada di gedung yang megah lantai lima, tempat baru buat mengabdi pada negeri ini, ada perasaan membuncah. Tugas baru yang diamanatkan oleh lembaga ini untuk membuka program bergengsi , serasa menantang adrenalin, walau usia sudah tidak muda lagi. Dengan modal Bismillah semua dimulai. Tampak di kejauhan bendera kebanggaan negeri berkibar seolah menantang: mana semangatmu, mana tekadmu untuk selalu memberikan yang terbaik buat negeri.

Hari-hari begini mengingatkan peristiwa beberapa puluh tahun lalu. Setiap menjelang perayaan hari kemerdekaan selalu disibukkan dengan mengumpulkan dana, tetapi tidak dengan memaksa, apalagi sampai merusak pintu pagar orang lain. Semua dilakukan atas kesadaran bahwa negeri ini memerlukan kita. Oleh sebab itu, pendanaan kegiatan dilakukan dengan sukarela dan seadanya, tidak harus meminta-minta pada orang yang lalu-lalang di jalan.

Perlombaan-perlombaan sederhana dilakukan untuk anak-anak yang bertujuan menanamkan rasa cinta tanah air. Itu pun hadiahnya hanya sekadar buku tulis tipis dan alat tulis seadanya. Namun, ternyata tetap meriah.

Momen seperti itu berulang setiap tahun. Yang berbeda hanya bentuk dan isinya. Pergeseran itu sejalan dengan tuntutan zamannya. Sayangnya, para elite negeri ini sudah banyak tidak peduli dengan hal-hal kecil seperti itu. Mungkin karena tidak ada rupiah yang dapat dibawa pulang.

Tampaknya penanaman rasa keindonesiaan perlu dirumuskan kembali guna menyongsong generasi Z. Sebab, tuntutan dan tuntunan mereka sudah sangat berbeda dengan apa yang ada selama ini. Saat ini kita semakin abai dengan hal yang berbau ideologi kebangsaan, dan ini tentu membahayakan negeri di masa depan.

Penanda sudah mulai tampak. Yang terbaru adalah berbondong-bondongnya orang muda potensial Indonesia, beralih kewarganegaraan di negeri tetangga, hanya karena satu alasan: mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan penghasilan yang sepadan. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan mereka dengan memberi label “rendahnya rasa nasionalisme”. Sebab, pertanyaan balik yang harus kita jawab dari mereka: “apa yang sudah kita siapkan agar dapat memaksimalkan pengabdian mereka?”

Sekalipun jawaban ini menjadi ladang perdebatan, namun tetap menjadi tugas bersama kita mencari solusi, bukan saling membenci apalagi mencaci.

Tidak aneh juga manakala ada generasi mereka yang tidak pindah, dan saat ini ada di tanah air, beranggapan pekerjaan yang paling mudah adalah menjadi anggota partai, kemudian mencalonkan diri jadi anggota legislatif. Jika menang bisa berkuasa serta mendapatkan uang. Jika kalah mereka menjadi petugas partai sebagai mediator atau penghubung antara rakyat. Sebagai penghubung konstituen dengan mereka anggota legislatif yang menang, jika perlu menggunakan teknik tertentu untuk mendapatkan proyek dari yang ada.

Tampaknya menjadi anggota partai itu adalah pekerjaan dan berharap mendapat penghasilan.
Fenomena lain yang juga miris, kalau kita mau sedikit memperhatikan; mereka yang melakukan kejahatan atau tindak kriminal, kebanyakan usia mereka ada pada usia produktif. Hampir semua yang tertangkap saat dimintai keterangan, hasil kejahatannya hanya untuk bersenang-senang. Tentu menjadikan evaluasi kita bersama. Ada apa dengan negeri ini? Generasi produktifnya melakukan tindakan kontraproduktif. Memang kejahatan itu ada semenjak manusia ini ada. Akan tetapi, itu bukanlah pembenaran silogisme berpikir.

Perayaan kemerdekaan harus tetap berjalan, namun evaluasi diri jangan dilupakan. Pemimpin negeri boleh berganti, tetapi ideologi tetap harus terpateri di sanubari untuk semua anak negeri. Pengalaman pahit masa lalu dari sekelompok orang yang ingin mengganti ideologi negeri ini, seharusnya tetap dijadikan pembelajaran. Janganlah kita teriak kebakaran setelah rumah kita habis dilalap api. Sebaiknya, jangan sampai terjadi kebakaran. Dengan segala macam cara kita harus menjaganya.

Teriakan “Merdeka atau Mati” bukan menjadi merdeka saya, matilah kamu. Namun, mari sama-sama merdeka untuk menjaga negeri ini agar tidak mati. Tentu saja itu bukan lagi slogan, tetapi kerja nyata bagi semua anak negeri.

Saat ini kita tidak hanya butuh teriakan, tetapi bekerja sambil teriak. Maksudnya, jangan sampai kesibukan kerja kita dimanfaatkan pihak lain untuk kepentingan golongannya atau pribadinya. Oleh sebab itu, harus juga teriak manakala ada sesuatu yang memang tidak pada tempatnya sesuai dengan saluran dan tata karma yang ada. Waspada itu harus. Sebab dengan kewaspadaan kita akan mempersiapkan segala sesuatunya menjadi lebih baik. (SJ)

Selamat ulang tahun negeriku! Semoga tetap jaya sepanjang masa.