UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati Undang Ahli Bahasa Diaspora Diskusi Komparasi Kurikulum

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Dalam upaya pemutakhiran kurikulum program wajib Matrikulasi Bahasa Inggris, UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati mengundang pemateri yang kompeten dan berpengalaman untuk memberikan seminar dan konsultasi terkait pengajaran Bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi. Pemateri yang diundang kali ini ialah Kristian Adi Putra, S.Pd., M.A., Ph.D. Dosen Bahasa Inggris di dua kampus, yaitu Prince Satam bin Abdulaziz University di Arab Saudi dan Universitas Sebelas Maret di Surakarta-Indonesia. Seminar ini berjudul The Teaching of ESP in Indonesia, Saudi Arabia, and USA : Are we on the right direction ?

Didalam kegiatan ini yang menjadi focus pembahasan yaitu bagaimana kurikulum pengajaran Bahasa Inggris pada level perguruan tinggi di tiga Negara yaitu Indonesia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Hal ini disampaikan karena Kristian berpengalaman mengajar di tiga Negara tersebut. Di Amerika Serikat, Kristian pernah menjadi pengajar di Montana University dan ia pernah belajar di Arizona University. Di Arab Saudi saat ini ia aktif di kampus Prince Satam bin Abdulaziz University tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga coordinator Teacher Development dan sebagai Testing Manager. Kemudian Kristian juga berpengalaman mengajar di beberapa kampus negeri maupun swasta di Indonesia. Dengan pengalaman tersebut sudah tidak perlu diragukan lagi kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki.

Kepala UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati,  Muhammad Rudy M.Pd. mengungkapkan kurikulum yang sedang berlaku di instansi yang ia pimpin saat ini merupakan kurikulum tahun2007 yang disempurnakan di tahun 2018. Namun perkembangan pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat menuntut pembaruan dan penyesuaian agar proses pembelajaran dan output bisa menjawab kebutuhan mahasiswa di masa yang akan datang. Para pengajar UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati diwajibkan mengikuti kegiatan ini agar informasi yang diperoleh dari seminar ini bisa lebih mudah cepat dan mudah diterapkan.

Dalam seminar ini, Kristian mengungkapkan bahwa dari apa yang sudah dijalani di UPT Balai Bahasa sudah sesuai dengan standar yang sudah dijalani di Arab Saudi dan Amerika Serikat dimana mahasiswa diajar berjenjang dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan. Mahasiswa pada awal semester diajarkan Bahasa Inggris Umum kemudian pada semester lanjutan diajarkan Bahasa Inggris Profesi atau English for Specific Purposes (ESP). Kristian bangga dengan upaya yang sudah dilakukan oleh UPT Balai Bahasa Universitas Malahayat idimana tidak banyak kampus di Indonesia yang concern dengan pengajaran Bahasa Inggris sedemikian rupa.

Rekomendasi yang dihasilkan dari seminar ini yaitu perhatian lebih mesti diberikan kepada buku teks bahan ajar yang sudah tersedia belum tentu bisa semuanya diambil. Buku ajar meskipun berasal dari penerbit ternama sering ada bagian yang memang perlu disesuaikan dengan kebutuhan profesi mahasiswa dimasa mendatang dan kemampuan mahasiswa yang diajar. Ia menceritakan beberapa materi ajar di Arab Saudi yang diimpor dari penerbit terkenal tidak semuanya bisa digunakan. Para pengajar sering membuat bahan ajar tambahan atau mengganti dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar mahasiswa belajar sesuai fase dan kebutuhan.

Ekpektasi kampus yaitu Universitas Malahayati juga harus disingkronkan dengan tujuan pembelajaran, proses, dan pengujian. Jangan sampai terjadi pembelajaran yang dijalankan tidak sesuai dengan pengajaran. Kristian mencontohkan saat tujuan dan proses pembelajaran agar mahasiswa bisa menulis paragraph maka ujianpun harus berupa ujian menulis paragraph, bukan menguji pemahaman membaca paragraph atau teori menulis. Oleh karenanya komunikasi yang intens harus dijalankan dengan baik.

Rija Dwiono, M.Pd. salah satu pengajar program matrikulasi menyampaikan, ia akan terus memperhatikan materi yang ia ajar dan mempersiapkan bahan ajar semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal. Ia menambahkan ia akan semaksimal mungkin mempraktikan penggunaan Bahasa Inggris dengan cara pengulangan dengan frekuensi praktik yang lebih banyak. Hal ini diharapkan bisa membuat mahasiswa terbiasa menggunakan Bahasa Inggris, seperti yang disarankan Kristian dimana pembelajaran sebaiknya tiga sampai empat kali dalam sepekan. (gil/humasmalahayatinews)

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply