Lompatan Besar Rusli Bintang untuk Dunia Pendidikan
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Pada tahun 1998, Rusli Bintang menerima gelar Doktor Honoris Causa (Hc) dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Pencapaian ini tentu mencengangkan banyak orang. Banyak yang bertanya, siapa itu Rusli Bintang?
Rusli Bintang adalah lelaki biasa yang tidak tamat SMA, berdarah Aceh, lahir Jumat 28 April 1950 di gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Putra sulung pasangan Bintang Amin dan Halimah.
Sejak ayahnya meninggal pada 1969, Rusli memutuskan untuk putus sekolah dan bekerja memikul tanggung jawab bersama sang ibu menjaga dan mengurusi 6 adiknya, Darmawan Bintang, Marzuki Bintang, Fatimahsyam Bintang, Musa Bintang, Ismail Bintang, dan Zulkarnaini Bintang.
Dalam perjalanan hidupnya dari menjadi pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga gudang, mandor, hingga pada 1976 Rusli memutuskan menjadi wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh membawa dirinya menuju kesuksesan. Namun niat Rusli untuk dapat membantu dan mengurusi anak yatim tetap terpatri dalam hatinya.
“Ya Allah, bila Engkau berikan Rezeki, akan saya bantu anak-anak yatim agar mereka jangan mengalami pahit menjadi anak yatim sebagai mana yang saya alami,” doa Rusli dikutip dari buku Jejak Sang Yatim Penakluk Badai.
Atas Perjuangan dan kerja kerasnya, Tuhan mengabulkan doa Rusli Bintang, pada tahun 1980, ia mulai bisa menyantuni 750 anak yatim di Kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya. Mimpinya memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan terhadap anak yatim, mengantarkannya bertemu dengan Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan itulah, Rusli Bintang mendirikan yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak yatim’.
Sebagai badan pendiri dan komisaris umum yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy menjadi ketua yasasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.
Yasayan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas Abulyatama. STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.
Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada 1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi (Altek) Bandar Lampung. Maka lahirlah Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993 dan di sahkan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari 1994. Tanggal inilah yang menjadi hari jadi (Dies Natalis) Universitas Malahayati yang diperingati setiap tahunnya.
Rusli Bintang terus mengembangkan kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun 2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya Husada. Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI) Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat Kiprahnya, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.
Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019, pada 18 Oktober 2019.
Kisah hidup Rusli Bintang patut menjadi teladan, Dalam kesehariannya hingga saat ini, Rusli terus menyantuni anak yatim, karena ini memang dasar cita-citanya sejak awal dalam mengembangkan usahanya. Rusli Bintang bukan hanya tokoh pendidikan, juga sosok ‘Abulyatama’ yang sangat membanggakan bagi ribuan anak yatim. (451/**)