Dia Menghargai, Kita Menghormati

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Tahun, baru saja berganti; namun waktu terus melaju. Tidak ada yang bisa menghalanginya kecuali waktu itu sendiri. Menjelang senja dawai gadget berdenting penanda ada berita masuk, ternyata diseberang sana ada saudara sekandung alumni mengirim warta setelah membaca tulisan disatu media online; dan beliau ingin konfirmasi. Tampaknya harus diberi waktu dan ruang sekalipun ini baru lembaran baru di tahun baru tentang permasalah kepemahaman akan tulisan yang sering berekor bagai komet.

Ternyata yunior ini menghargai dalam banyak hal, walaupun dari disiplin ilmu yang berbeda, beliau tidak segan untuk bertanya tentang sesuatu ilmu yang bukan bidangnya. Demikian halnya dengan kofirmasi sebagai cara tabayun yang beliau lakukan. Tentu penghargaan ini wajib disambut dengan menghormatinya sebagai yunior, sekaligus sebagai ilmuwan yang sedang tumbuh, dan yang paling penting sikap ingin mengetahui dengan cara tidak menggurui.

Cara seperti ini untuk saat sekarang merupakan barang langka, sekalipun itu di dunia perguruan tinggi yang konon gudang cerdik pandai; yang ada adalah semua harus ikut disain atau patron dari yang sedang berkuasa. Perbedaan harus disikapi dengan diam, atau menghindar. Adu argument atau dialog konstruktif; itu hanya ada pada wilayah teori; bukan pada kenyataan praksis.

Metoda intimidatif dan “wani piro” menjadi andalan guna mencapai kehendak, terlepas wujud dari kehendak itu bisa berupa kekuasaan, atau apapun namanya. Sehingga garis pisah antara “orang kita” dengan “orang sana” makin kentara; dan lebih dahsyat lagi jika semua itu berujung pada pembagian kekuasaan. Akhirnya rujukan yang digunakan adalah “saham”; bisa berupa saham sosial, bisa juga saham material. Oleh karena itu “menghargai dan menghormati” bisa berubah makin tinggi harga cuan yang dialirkan, maka makin dalam pula tabik yang diberikan.

Tidak salah jika ada jurnalis yang cukup senior di daerah ini mengatakan bahwa kepemilihan tidak selalu paralel dengan misi yang akan diemban; sebab misi pemilik modal bisa mengubah misi yang diharap konstituennya. Dan, yang terpilih lebih berorientasi memperjuangan misi pemilik modal sebagai penyandang dana saat pemilihannya, dibandingkan dengan pemilihnya. Ternyata saham material bisa menggeser saham sosial dalam konstestasi politik saat ini.

Model seperti ini berlangsung dihampir semua lini kepemilihan, dengan pola sistem apapun; kondisi ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari. Bahkan di suatu daerah ada ratu gula yang bisa memainkan kartu pemilihan kepala daerah, cukup dengan tetes tebu yang dihasilkan kebunnya, tentu tidak ada makan siang yang gratis.

Ternyata menghargai dan menghormati yang semula berhubungan “baik-baik” saja menjadi tidak baik, manakala di sana hadir kepentingan individu atau kelompok yang begitu kuat. Kepentingan itu sendiri bisa bermacam-macam; ada secuil kekuasaan, segepok cuan, dan atau keduanya secara bersamaan.

Berdasarkan investigasi pada saat suatu proses pemilihan pimpinan lembaga berlangsung, ternyata tawar-menawar posisi sudah diperbincangkan saat proses kepemilihan belum berlangsung; bahkan belum mengetahui bakal menang atau kalah. Pembagian kursi yang seperti inilah berakibat membawa pimpinan suatu lembaga terhormat di daerah ini berujung tertangkap lembaga anti rasuah dan masuk penjara, bersama teman pembaginya. Walaupun menyisakan hipotesis bisa saja terjadi karena ada teman seiring yang tidak sepiring, akhirnya piringnya berubah menjadi piring terbang.

Peristiwa saling menghargai dan saling menghormati, tampaknya akhir-akhir ini makin memudar; apalagi iklim perpolitikan sedang hangat-hangat kuku seperti sekarang. Etika yang dibangun sering dilanggar hanya karena kepentingan sesaat. Kepentingan-kepentingan praksis sering dikedepankan, sementara kepentingan hakiki yang berjangka panjang sering terabaikan. Semoga negeri ini kelak dikaruniai pemimpin yang peduli akan akal sehat, dan tidak mendua dalam menegakkan kebenaran.
Salam Waras! (SJ)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply