Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa tahun lalu dunia ditimpa musibah dengan munculnya penyakit generasi baru yang dikenal dengan Covid-19. Tidak terkecuali negeri ini yang juga terdampak akibat mewabahnya penyakit tersebut. Korban bergelimpangan dimana-mana, tidak terkecuali siapa kita, jika terkena penyakit itu hanya takdir yang menentukan. Semua daya upaya dikerahkan untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan, dan Alhamdullilah hasilnya sangat menggembirakan.
Namun, dibalik musibah itu ternyata ada sesuatu berkah yang disampaikan oleh Sang Maha Pencipta kepada manusia, salah satu diantaranya adalah pembelajaran maya. Manusia tidak boleh berhenti belajar sekalipun dengan keterbatasan keadaan. Oleh sebab itu pada masa berjangkitnya wabah Covid, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan piranti daring. Generasi yang sangat akrab bahkan sangat tergantung dengan piranti gadget itu sekarang masuk ke sekolah lanjutan atas kelas 10. Tentu saja menghadapi mereka ini sudah sangat berbeda dengan generasi kakak-kakaknya terdahulu.
Sebelum lebih jauh kita mengenal generasi Alpha ini, terlebih dahulu kita pahamkan nama-nama generasi pendahulunya. Berdasarkan penelusuran digital ditemukan data sebagai berikut:
Pertama, Generasi Milenial, juga dikenal sebagai Generasi Y, merujuk pada kelompok orang yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an atau awal 2000-an. Mereka berada di antara Generasi X dan Generasi Z. Beberapa ciri khas generasi ini mencakup:
(a) Digital Natives: Milenial tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya internet, ponsel, dan media sosial. Mereka umumnya nyaman dengan teknologi dan aktif di platform digital.
(b) Pendidikan dan Karier: Milenial cenderung lebih terdidik dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, mereka sering menghadapi tantangan dalam hal stabilitas pekerjaan dan pendapatan, sebagian karena dampak resesi global serta perubahan ekonomi.
(c) Gaya Hidup: Milenial lebih menghargai pengalaman daripada barang. Mereka lebih suka berinvestasi dalam perjalanan, hobi, dan pengalaman unik dibandingkan membeli properti atau barang mewah.
(d) Keterlibatan Sosial: Banyak milenial peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka sering mendukung gerakan terkait keberlanjutan, kesetaraan, serta hak asasi manusia.
(e). Berbeda dalam Pengambilan Keputusan: Dalam hal pengambilan keputusan, milenial lebih cenderung mempertimbangkan pendapat orang lain yang mereka peroleh melalui media sosial atau komunitas online.
Kedua, Generasi Z, juga dikenal sebagai i-Generation, adalah kelompok orang yang lahir setelah generasi milenial, umumnya dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka tumbuh di era digital yang sudah sangat maju. Berikut beberapa ciri utama dari Generasi Z:
(a) Generasi Digital Sejati: Gen Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan teknologi digital sejak lahir. Mereka tidak hanya nyaman dengan internet dan media sosial, tetapi juga sangat mahir menggunakan perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan komputer sejak usia dini.
(b) Multitasking dan Informasi Instan: Generasi ini dikenal sebagai multitasker yang sering melakukan banyak hal sekaligus, seperti menonton video sambil berkomunikasi di media sosial. Mereka terbiasa dengan informasi yang datang dengan cepat dan mudah diakses, sehingga mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan generasi sebelumnya.
(c) Peduli Isu Sosial dan Keberlanjutan: Gen Z sangat peduli dengan masalah sosial, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan rasial, dan hak asasi manusia. Mereka sering terlibat dalam gerakan sosial melalui platform digital dan menuntut tanggung jawab sosial dari perusahaan dan pemerintah.
(d) Kemandirian dan Kewirausahaan: Banyak dari mereka yang memiliki semangat kewirausahaan. Mereka cenderung lebih independen, dan perkembangan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram memungkinkan mereka menciptakan konten dan menghasilkan uang secara mandiri dari usia muda.
(e) Preferensi terhadap Autentisitas: Gen Z sangat menghargai keaslian dan cenderung lebih skeptis terhadap pemasaran tradisional yang terlihat terlalu dikendalikan. Mereka lebih tertarik pada brand atau influencer yang dianggap tulus dan otentik.
(f) Keragaman dan Inklusivitas: Generasi ini tumbuh dalam dunia yang semakin global dan beragam, sehingga mereka lebih terbuka dan mendukung inklusivitas, baik dari segi budaya, etnis, maupun identitas gender.
(g) Pendekatan Terhadap Pendidikan dan Karier: Gen Z cenderung pragmatis dalam hal pendidikan dan karier. Mereka lebih menyukai pendekatan yang fleksibel, seperti pembelajaran online atau kursus keterampilan singkat, daripada jalur pendidikan formal yang panjang. Banyak dari mereka juga mencari pekerjaan yang memberikan keseimbangan hidup-kerja yang lebih baik.
Generasi Z diprediksi akan menjadi generasi yang membawa banyak perubahan dalam dunia bisnis, politik, dan budaya global karena perspektif mereka yang unik terhadap teknologi, komunikasi, dan isu-isu sosial.
Ketiga, Generasi Alpha adalah generasi yang lahir setelah Generasi Z, umumnya mulai dari tahun 2010 hingga sekitar pertengahan 2020-an. Berikut adalah beberapa karakteristik yang menonjol dari Generasi Alpha:
(a) Native Digital Sejati: Jika Generasi Z tumbuh dengan perkembangan teknologi, Generasi Alpha lahir di dunia yang sudah penuh dengan teknologi. Mereka akan tumbuh dengan perangkat seperti smartphone, tablet, dan perangkat pintar yang terus berkembang, serta kecerdasan buatan dan realitas virtual/augmentasi yang semakin umum dalam kehidupan sehari-hari.
(b) Pengaruh Teknologi pada Pendidikan: Generasi Alpha mengalami pendidikan yang lebih terintegrasi dengan teknologi. Banyak dari mereka belajar melalui perangkat digital, aplikasi pendidikan, dan lingkungan kelas virtual, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mempercepat penggunaan teknologi dalam pendidikan.
(c) Keterlibatan dengan AI dan Automasi: Generasi ini akan terbiasa dengan kecerdasan buatan (AI) dan automasi dalam banyak aspek kehidupan, dari asisten virtual seperti Siri atau Alexa hingga mobil otonom dan rumah pintar. Teknologi ini akan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.
(d) Multiplatform dan Multimodal: Gen Alpha akan terbiasa mengonsumsi konten melalui berbagai platform dan format, seperti video, streaming, game, media sosial, dan augmented reality. Mereka akan lebih terhubung dengan dunia digital daripada dengan media tradisional seperti televisi.
(e) Lebih Beragam Secara Global: Seperti halnya Generasi Z, Generasi Alpha akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih global dan multikultural. Mereka akan terpapar pada lebih banyak pandangan dunia, gaya hidup, dan budaya yang berbeda melalui internet dan media global.
(f) Tingkat Literasi Teknologi yang Tinggi: Generasi Alpha akan memiliki literasi teknologi yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka akan terbiasa dengan pemrograman, desain digital, dan teknologi lainnya sejak usia dini, yang dapat mendorong mereka untuk mengejar karier di bidang teknologi dan sains.
(g) Fokus pada Kesehatan Mental dan Emosional: Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, Generasi Alpha kemungkinan akan lebih fokus pada kesejahteraan emosional. Orang tua milenial juga lebih peduli pada aspek ini, sehingga mereka membesarkan anak-anak dengan perhatian yang lebih besar terhadap keseimbangan hidup.
(h) Tantangan Baru dalam Interaksi Sosial: Karena mereka tumbuh dengan perangkat digital, ada kekhawatiran bahwa interaksi sosial tatap muka mungkin berkurang. Namun, generasi ini juga mungkin mengembangkan cara-cara baru untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan melalui platform digital yang inovatif.
(i) Kehidupan di Dunia yang Berubah Cepat: Generasi Alpha akan menghadapi perubahan besar di bidang teknologi, ekonomi, dan lingkung an. Isu-isu seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan keberlanjutan mungkin akan lebih mendesak bagi mereka, dan mereka akan dibesarkan dalam konteks dunia yang lebih sadar terhadap masalah global tersebut.
Sebagai generasi yang lahir dalam era yang sangat dinamis, Generasi Alpha kemungkinan akan menjadi penggerak utama perubahan di masa depan, baik dalam cara hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu cara mendidik mereka pun berbeda jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka saat ini ada di kelas sepuluh sekolah lanjutan atas (seperti telah disinggung di atas); mereka memerlukan layanan teknologi yang sangat berbeda dan bersifat baharu. Sekolah, orang tua, masyarakat dituntut untuk memahami kebutuhan mereka saat ini; guna memfasilitas tumbuhkembangnya kepribadian dan kedewasaan mereka.
Satu hal yang jangan sampai lengah untuk generasi ini adalah pendidikan agama; jika pendidikan agama dalam arti laku agama sampai tertinggal apalagi terabaikan; maka jangan sesalkan kelak jika mereka menjadi berlabel agama tetapi tidak berperilaku agamis. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Mengenal Generasi Alpha
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa tahun lalu dunia ditimpa musibah dengan munculnya penyakit generasi baru yang dikenal dengan Covid-19. Tidak terkecuali negeri ini yang juga terdampak akibat mewabahnya penyakit tersebut. Korban bergelimpangan dimana-mana, tidak terkecuali siapa kita, jika terkena penyakit itu hanya takdir yang menentukan. Semua daya upaya dikerahkan untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan, dan Alhamdullilah hasilnya sangat menggembirakan.
Namun, dibalik musibah itu ternyata ada sesuatu berkah yang disampaikan oleh Sang Maha Pencipta kepada manusia, salah satu diantaranya adalah pembelajaran maya. Manusia tidak boleh berhenti belajar sekalipun dengan keterbatasan keadaan. Oleh sebab itu pada masa berjangkitnya wabah Covid, penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan piranti daring. Generasi yang sangat akrab bahkan sangat tergantung dengan piranti gadget itu sekarang masuk ke sekolah lanjutan atas kelas 10. Tentu saja menghadapi mereka ini sudah sangat berbeda dengan generasi kakak-kakaknya terdahulu.
Sebelum lebih jauh kita mengenal generasi Alpha ini, terlebih dahulu kita pahamkan nama-nama generasi pendahulunya. Berdasarkan penelusuran digital ditemukan data sebagai berikut:
Pertama, Generasi Milenial, juga dikenal sebagai Generasi Y, merujuk pada kelompok orang yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an atau awal 2000-an. Mereka berada di antara Generasi X dan Generasi Z. Beberapa ciri khas generasi ini mencakup:
(a) Digital Natives: Milenial tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya internet, ponsel, dan media sosial. Mereka umumnya nyaman dengan teknologi dan aktif di platform digital.
(b) Pendidikan dan Karier: Milenial cenderung lebih terdidik dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, mereka sering menghadapi tantangan dalam hal stabilitas pekerjaan dan pendapatan, sebagian karena dampak resesi global serta perubahan ekonomi.
(c) Gaya Hidup: Milenial lebih menghargai pengalaman daripada barang. Mereka lebih suka berinvestasi dalam perjalanan, hobi, dan pengalaman unik dibandingkan membeli properti atau barang mewah.
(d) Keterlibatan Sosial: Banyak milenial peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka sering mendukung gerakan terkait keberlanjutan, kesetaraan, serta hak asasi manusia.
(e). Berbeda dalam Pengambilan Keputusan: Dalam hal pengambilan keputusan, milenial lebih cenderung mempertimbangkan pendapat orang lain yang mereka peroleh melalui media sosial atau komunitas online.
Kedua, Generasi Z, juga dikenal sebagai i-Generation, adalah kelompok orang yang lahir setelah generasi milenial, umumnya dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya karena mereka tumbuh di era digital yang sudah sangat maju. Berikut beberapa ciri utama dari Generasi Z:
(a) Generasi Digital Sejati: Gen Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan teknologi digital sejak lahir. Mereka tidak hanya nyaman dengan internet dan media sosial, tetapi juga sangat mahir menggunakan perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan komputer sejak usia dini.
(b) Multitasking dan Informasi Instan: Generasi ini dikenal sebagai multitasker yang sering melakukan banyak hal sekaligus, seperti menonton video sambil berkomunikasi di media sosial. Mereka terbiasa dengan informasi yang datang dengan cepat dan mudah diakses, sehingga mereka cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan generasi sebelumnya.
(c) Peduli Isu Sosial dan Keberlanjutan: Gen Z sangat peduli dengan masalah sosial, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan rasial, dan hak asasi manusia. Mereka sering terlibat dalam gerakan sosial melalui platform digital dan menuntut tanggung jawab sosial dari perusahaan dan pemerintah.
(d) Kemandirian dan Kewirausahaan: Banyak dari mereka yang memiliki semangat kewirausahaan. Mereka cenderung lebih independen, dan perkembangan platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram memungkinkan mereka menciptakan konten dan menghasilkan uang secara mandiri dari usia muda.
(e) Preferensi terhadap Autentisitas: Gen Z sangat menghargai keaslian dan cenderung lebih skeptis terhadap pemasaran tradisional yang terlihat terlalu dikendalikan. Mereka lebih tertarik pada brand atau influencer yang dianggap tulus dan otentik.
(f) Keragaman dan Inklusivitas: Generasi ini tumbuh dalam dunia yang semakin global dan beragam, sehingga mereka lebih terbuka dan mendukung inklusivitas, baik dari segi budaya, etnis, maupun identitas gender.
(g) Pendekatan Terhadap Pendidikan dan Karier: Gen Z cenderung pragmatis dalam hal pendidikan dan karier. Mereka lebih menyukai pendekatan yang fleksibel, seperti pembelajaran online atau kursus keterampilan singkat, daripada jalur pendidikan formal yang panjang. Banyak dari mereka juga mencari pekerjaan yang memberikan keseimbangan hidup-kerja yang lebih baik.
Generasi Z diprediksi akan menjadi generasi yang membawa banyak perubahan dalam dunia bisnis, politik, dan budaya global karena perspektif mereka yang unik terhadap teknologi, komunikasi, dan isu-isu sosial.
Ketiga, Generasi Alpha adalah generasi yang lahir setelah Generasi Z, umumnya mulai dari tahun 2010 hingga sekitar pertengahan 2020-an. Berikut adalah beberapa karakteristik yang menonjol dari Generasi Alpha:
(a) Native Digital Sejati: Jika Generasi Z tumbuh dengan perkembangan teknologi, Generasi Alpha lahir di dunia yang sudah penuh dengan teknologi. Mereka akan tumbuh dengan perangkat seperti smartphone, tablet, dan perangkat pintar yang terus berkembang, serta kecerdasan buatan dan realitas virtual/augmentasi yang semakin umum dalam kehidupan sehari-hari.
(b) Pengaruh Teknologi pada Pendidikan: Generasi Alpha mengalami pendidikan yang lebih terintegrasi dengan teknologi. Banyak dari mereka belajar melalui perangkat digital, aplikasi pendidikan, dan lingkungan kelas virtual, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mempercepat penggunaan teknologi dalam pendidikan.
(c) Keterlibatan dengan AI dan Automasi: Generasi ini akan terbiasa dengan kecerdasan buatan (AI) dan automasi dalam banyak aspek kehidupan, dari asisten virtual seperti Siri atau Alexa hingga mobil otonom dan rumah pintar. Teknologi ini akan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.
(d) Multiplatform dan Multimodal: Gen Alpha akan terbiasa mengonsumsi konten melalui berbagai platform dan format, seperti video, streaming, game, media sosial, dan augmented reality. Mereka akan lebih terhubung dengan dunia digital daripada dengan media tradisional seperti televisi.
(e) Lebih Beragam Secara Global: Seperti halnya Generasi Z, Generasi Alpha akan tumbuh dalam lingkungan yang lebih global dan multikultural. Mereka akan terpapar pada lebih banyak pandangan dunia, gaya hidup, dan budaya yang berbeda melalui internet dan media global.
(f) Tingkat Literasi Teknologi yang Tinggi: Generasi Alpha akan memiliki literasi teknologi yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka akan terbiasa dengan pemrograman, desain digital, dan teknologi lainnya sejak usia dini, yang dapat mendorong mereka untuk mengejar karier di bidang teknologi dan sains.
(g) Fokus pada Kesehatan Mental dan Emosional: Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, Generasi Alpha kemungkinan akan lebih fokus pada kesejahteraan emosional. Orang tua milenial juga lebih peduli pada aspek ini, sehingga mereka membesarkan anak-anak dengan perhatian yang lebih besar terhadap keseimbangan hidup.
(h) Tantangan Baru dalam Interaksi Sosial: Karena mereka tumbuh dengan perangkat digital, ada kekhawatiran bahwa interaksi sosial tatap muka mungkin berkurang. Namun, generasi ini juga mungkin mengembangkan cara-cara baru untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan melalui platform digital yang inovatif.
(i) Kehidupan di Dunia yang Berubah Cepat: Generasi Alpha akan menghadapi perubahan besar di bidang teknologi, ekonomi, dan lingkung an. Isu-isu seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan keberlanjutan mungkin akan lebih mendesak bagi mereka, dan mereka akan dibesarkan dalam konteks dunia yang lebih sadar terhadap masalah global tersebut.
Sebagai generasi yang lahir dalam era yang sangat dinamis, Generasi Alpha kemungkinan akan menjadi penggerak utama perubahan di masa depan, baik dalam cara hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu cara mendidik mereka pun berbeda jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka saat ini ada di kelas sepuluh sekolah lanjutan atas (seperti telah disinggung di atas); mereka memerlukan layanan teknologi yang sangat berbeda dan bersifat baharu. Sekolah, orang tua, masyarakat dituntut untuk memahami kebutuhan mereka saat ini; guna memfasilitas tumbuhkembangnya kepribadian dan kedewasaan mereka.
Satu hal yang jangan sampai lengah untuk generasi ini adalah pendidikan agama; jika pendidikan agama dalam arti laku agama sampai tertinggal apalagi terabaikan; maka jangan sesalkan kelak jika mereka menjadi berlabel agama tetapi tidak berperilaku agamis. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Nathania Rajagukguk, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati, berhasil meraih Runner Up Juara Ketiga dalam ajang International Contest Miss Ultra Universe 2023 di Sao Paulo, Brazil. Nathania juga mendapatkan gelar The Best Face, Miss Favorite, dan Miss Social Media. Nathania berharap prestasi ini dapat memotivasi mahasiswa Universitas Malahayati lainnya untuk terus berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Lalu, Tri Imawati, mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan Profesi Bidan di Universitas Malahayati, meraih prestasi sebagai Pemenang Role Model Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) se-Indonesia dalam kompetisi yang diadakan oleh BKKBN Pusat tahun 2023. Tri berharap prestasi ini dapat meningkatkan layanan dan kompetensi TPMB di Indonesia.
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Qholik Mawardi, mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, berhasil meraih Juara 1 Solo Keroncong Pria pada acara Dies Natalis Universitas Mataram ke-61. Dalam kesempatan tersebut, Qholik mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya atas prestasi yang diraih.
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
“Saya merasa sangat bersyukur dan bangga bisa mengharumkan nama Universitas Malahayati di ajang ini. Ini adalah buah dari kerja keras dan dedikasi dalam mengembangkan bakat musik keroncong saya,” ujar Qholik.
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Selain itu, Chetrin Devlita Adhani, mahasiswa Program Studi S1 Psikologi Universitas Malahayati Bandar Lampung, juga berhasil meraih gelar Juara 1 dalam Lomba Kaligrafi Kontemporer tingkat nasional. Lomba yang diselenggarakan oleh Karyo Organizer secara daring di Tangerang. Chetrin berhasil menonjolkan keahliannya dalam seni kaligrafi, sebuah bentuk seni tulis indah yang memadukan keindahan dan makna. Dengan ketelitian dan kreativitasnya, Chetrin mengukir karyanya dengan penuh dedikasi, mengantarnya menjadi yang terbaik di tingkat nasional.
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas Malahayati Bandar Lampung, Laura Frantina Lova dan Nurani Melinda Aditya, juga mengharumkan nama universitas dengan meraih juara pada ajang Open Tournament Begawi Taekwondo Se-Provinsi Lampung di Sport Hall UIN Raden Intan Bandar Lampung, Minggu (3/12/2023). Laura Frantina Lova dengan bangga meraih Juara 1 Kyourugi Putri Under 63Kg, sementara Nurani Melinda Aditya meraih Juara 2 Kyourugi Putri Under 46Kg. Prestasi ini menambah jumlah mahasiswa berprestasi di Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Edisi 6: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Prestasi gemilang lainnya diraih oleh Arif Dermawan, mahasiswa Program Studi Hukum Fakultas Ilmu Hukum Universitas Malahayati, yang berhasil meraih Juara Harapan 1 dalam Lomba Menyanyi pada Festival Durian dan Bazar UMKM se-Jawa Tengah. Acara tersebut berlangsung di Menara Pandang, Purwokerto, Banyumas, Minggu (17/12/2023). Arif Dermawan, dengan suaranya yang memukau, berhasil menarik perhatian juri dan menyita perhatian penonton di festival tersebut. Lomba menyanyi tersebut menjadi ajang kompetisi yang menampilkan bakat-bakat muda di bidang seni, sambil juga mempromosikan produk unggulan UMKM di Jawa Tengah.
Dengan berbagai prestasi ini, Universitas Malahayati terus membuktikan kualitas mahasiswa-mahasiswanya yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai kompetisi di tingkat nasional. (*)
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Empat mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahapala Universitas Malahayati Bandar Lampung meraih berbagai juara dalam ajang Artala Orientering Nasional ke-4, yang merupakan bagian dari Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Prestasi yang diraih meliputi Juara I Lead Putra, Juara II Speed Classic Putra, Juara II Lead Putri dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi Lampung, Juara I Under-19 Putra, dan Juara Harapan III.
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Pembina UKM Mahapala, Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H, merasa bangga atas pencapaian ini dan berharap prestasi ini dapat memicu semangat para mahasiswa untuk terus berprestasi di ajang-ajang bergengsi lainnya. “Proses latihan dan kerja keras selama ini berhasil membuahkan hasil, kami telah melaksanakan tugas dengan baik,” kata Aditya.
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Selain itu, Enam mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati berhasil meraih juara dalam ajang Civil Engineering Fair (CIEF) 2023 di Universitas Islam 45 Bekasi, Jawa Barat. Kaprodi Teknik Sipil Universitas Malahayati, Devi Oktarina, S.T., M.T., mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi ini dan berharap prestasi tersebut dapat memacu semangat para mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengikuti lomba-lomba tingkat nasional.
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Wina Agustina, Marzel Aries Dwiva, dan Alvaro Recoba Prya D meraih Juara I Lomba Uji Kuat Tekan Beton, sedangkan Istikhomah Yulia, Farhan, dan Fahrurozi meraih Juara III dalam kategori yang sama.
Enam mahasiswa Universitas Malahayati juga berhasil lolos dalam Program Kampus Mengajar Angkatan VI tahun 2023. Lima dari mereka berasal dari Program Studi Manajemen, yaitu Tria Lestari, Vitha Audya Putri, Novita Yuliana S, Delqorini NPM, dan Azmiarta Rica Rusmana, serta satu dari Program Studi Kesehatan Masyarakat, Rosmayani.
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Koordinator Perguruan Tinggi Kampus Mengajar 6 Universitas Malahayati, Nurliyani, SST., M.Kes, mengapresiasi keberhasilan ini dan berharap program tersebut dapat membekali mahasiswa dengan beragam keahlian dan keterampilan, serta berkontribusi dalam pengembangan model pembelajaran di sekolah-sekolah.
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Agung Julian Pangestu, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati, berhasil meraih Juara Umum Men Contest Model Indonesia Tingkat Nasional di Surakarta pada 16 Juli 2023. Agung berharap prestasi ini dapat lebih membanggakan kampus dan memotivasi mahasiswa lainnya untuk aktif dalam berbagai ajang lomba.
Edisi 6: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Sedangkan, Jilan Sepriani, mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Malahayati, terpilih sebagai Duta Inisiatif Indonesia Batch II 2022-2023, mewakili Provinsi Lampung. Jilan merasa senang dan bangga atas pencapaian ini, dan berharap bisa terus mengharumkan nama Universitas Malahayati melalui berbagai program yang telah dan akan dijalankannya. (*)
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Afifah Nurfadillah dan timnya dari Prodi Anafarma meraih Juara III dalam Lomba Film Pendek Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh HIMAFARSI Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Film mereka, “Muhasabah,” menggambarkan pentingnya refleksi diri untuk meningkatkan kualitas hidup.
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Afifah dan Kadjul Firda Chalia juga meraih Juara II dalam Lomba Poster Muslimah’s Got Talent 2022, serta Juara III dalam Poster Publik di Islamic Health Seminar X Antibiotic & Islamic Medical Scientific Fair. Karya mereka membahas tentang cara menangani insecurity dan kegalauan di kalangan remaja muslimah.
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Cantika Aditya Salwan dari Prodi Pendidikan Dokter meraih Juara II dalam Kejuaraan PORPROV ANGGAR XIV Jawa Barat 2022. Cantika menargetkan seleksi untuk PON setelah meraih prestasi ini.
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
“Semoga nantinya dengan prestasi ini, saya dapat mengharumkan nama Universitas Malahayati di kancah Nasional ataupun Internasional,” kata Cantika.
Arief Gustriando dan Rima Elmisa dari Prodi Ilmu Hukum meraih Juara di Porprov IX Lampung 2022. Arief meraih Juara I di Kelas Kick Junior Putra, sementara Rima meraih Juara I di Kelas Muaytai Putri.
Qori Ramadani Suryani dari Prodi Ilmu Keperawatan juga meraih Juara I di Cabor Pencak Silat, sedangkan Jeriyanse dari Prodi Teknik Mesin meraih Juara II dan III di Cabor Panjat Tebing.
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Ikrima Lutfiyani Alkautsar, mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati Bandar Lampung, berhasil meraih Juara III dalam kategori Desain Pamflet pada Bio Expo 2022 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Raden Intan (UIN RIL) Lampung.
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Ikrima merasa sangat bersyukur dan senang atas prestasi ini. “Alhamdulillah, aku berhasil mendapatkan Juara 3 dalam lomba kali ini,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa prestasi ini menjadi motivasi baginya untuk terus aktif mengikuti berbagai lomba, baik di dalam maupun luar kampus. “Semoga kedepannya, aku bisa menjadi Juara 1 dan akan terus aktif mengikuti lomba-lomba yang ada di kampus, maupun luar kampus,” lanjut Ikrima.
Edisi 6: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Fathur Rizky, mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Malahayati, berhasil meraih Juara I dalam kategori Kick Boxing Kelas Low Kick -57 Kg Putra yang diselenggarakan oleh Pengurus Provinsi Kick Boxing Lampung. Fathur mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini dan berharap prestasi ini dapat membawa nama baik Universitas Malahayati di kancah nasional.
“Alhamdulillah bisa berhasil mendapatkan Juara I, ini merupakan kebanggaan dan prestasi dalam diri saya,” ucap Fathur.
Zamzam Abdul Haq dari Prodi Manajemen meraih Juara Pertama di Kejurnas Karate Inkado Open 2023 di Jakarta. Prestasinya menjadi kebanggaan bagi Universitas Malahayati dan diharapkan dapat memotivasi mahasiswa lainnya.
“Keberhasilan Zamzam Abdul Haq tidak hanya menjadi kebanggaannya sendiri, tetapi juga menjadi kebanggaan Universitas Malahayati,” kata Muhammad, Wakil Rektor I Bidang Akademik.
Sementara itu, Doni Tata Pramudita, mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Malahayati, berhasil meraih Juara I dalam kategori Pomsae Putra pada Kejuaraan ATF UI Taekwondo Championship 2023 yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Doni mengungkapkan rasa syukurnya dan berharap prestasi ini dapat mengharumkan nama program studi dan Universitas Malahayati. (*)
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati Bandar Lampung semakin bersinar berkat berbagai prestasi yang diraih oleh para mahasiswanya. Dalam berbagai ajang nasional dan internasional, mahasiswa-mahasiswa ini menunjukkan ketangguhan dan keuletan yang luar biasa.
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Desi Ayu Lestari, seorang mahasiswi Fakultas Hukum, berhasil meraih Juara II dalam Lomba Puisi Tingkat Nasional yang diadakan secara daring oleh Universitas Brawijaya Surabaya. Dengan mengalahkan 396 peserta dari berbagai perguruan tinggi, Desi berhasil membawa harum nama Universitas Malahayati.
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Rektor Universitas Malahayati, Achmad Farich, mengungkapkan rasa bangganya. “Selamat, kami turut berbangga dengan prestasi yang diraih apalagi di saat pandemi saat ini,” ujarnya.
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Eka Nur Rahmawati dan Mahda Afsani juga mengharumkan nama Universitas Malahayati melalui talenta mereka di bidang musik. Eka meraih Juara 3 Kategori Solo Pop Wanita di Peksimiprov 2022, sementara Mahda Afsani dan Andi Prayoga masing-masing menyabet Juara 1 dan 2 Kategori Solo Dangdut Pria. Selain itu, Mahda juga berhasil mendapatkan Juara III Solo Song pada Lampung Fair Competition 2022.
Rektor Achmad Farich menekankan pentingnya pengembangan talenta di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Tidak hanya kemampuan akademik saja, tapi talenta diri menjadi pencapaian yang harus diraih oleh mahasiswa,” katanya.
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Laila Safitri bersama timnya dari Program Studi DIII Anafarma berhasil meraih Silver Medal dalam kategori Life Science pada World Science Environment and Engineering Competition 2022 yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Mereka menciptakan salep dari kulit durian yang memiliki kandungan anti bakteri.
Edisi 6: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
“Semoga prestasi ini dapat terus berlanjut dan menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya,” ujar Rektor Achmad Farich. Inovasi mereka menunjukkan bahwa limbah bisa diubah menjadi produk yang bermanfaat dengan penelitian yang tepat. (*)
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Sekelompok mahasiswa Teknik Sipil Universitas Malahayati Bandar Lampung tengah bersiap-siap untuk mengikuti kompetisi bergengsi di dunia konstruksi. Mereka adalah Dwi Sindi Sabillah, Ahmad Riski Tartila, Peri Pernanda, Siti Juleha, dan Rudiansyah. Dengan penuh semangat dan tekad, mereka memutuskan untuk mengikuti Lomba Beton dalam acara Temu Wicara Regional Ke VI FKMTSI Wilayah V Jakarta-Lampung 2022.
Edisi 1: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Edisi 2: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Dwi, sang ketua tim, dengan penuh semangat menceritakan bagaimana mereka mendapat arahan dari Program Studi untuk memanfaatkan laboratorium Fakultas Teknik. “Keberhasilan ini nantinya akan kami tingkatkan lagi ke tingkat Nasional,” katanya dengan senyum penuh optimisme.
Edisi 3: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Keberhasilan mereka diikuti oleh tim lain dari Prodi Teknik Sipil yang juga mencetak prestasi. Fadli Rizal, Panji Gani Alif, Bagus Solihin, Otimah, dan Siti Rahma Rayanti berhasil meraih juara 2 dalam lomba yang sama. Panji, salah satu anggota tim, mengajak teman-temannya agar lebih aktif mengikuti lomba-lomba di bidang Teknik Sipil. “Bendera organisasi prodi Teknik Sipil dapat dilihat hingga nasional,” ujar Panji dengan penuh kebanggaan.
Edisi 4: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Di sisi lain, Anang Khairil Anwar bersama timnya yang terdiri dari Febi, Dea Mutiara Gholiza, Marzel Aries Dwiva, dan Restu Ardhi Erlangga, berhasil meraih juara 3 dalam lomba Toothpick Bridge. Anang menceritakan bagaimana mereka termotivasi oleh prestasi senior mereka yang pernah menjuarai harapan 1 Tingkat Nasional. Mereka pun membuat miniatur jembatan dari tusuk gigi dengan penuh semangat.
Tidak hanya itu, Riyadi Solihin, Anang Khoiril Anwar, dan Natasya Arifin dari Prodi Teknik Sipil berhasil meraih juara Harapan 2 dan Desain Terunik dalam lomba yang diselenggarakan oleh Universitas Bakrie. Natasya mengatakan, mereka mengikuti lomba ini untuk membawa nama Prodi Teknik Sipil dan Universitas Malahayati lebih dikenal luas. “I hope that we can get more achievement, and achieve something that makes proud of Universitas Malahayati,” ujar Natasya dengan semangat.
Edisi 5: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Edisi 6: Deretan Mahasiswa Berprestasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Di luar bidang teknik, Doni Tata Pramudita juga menunjukkan prestasi gemilangnya dengan meraih juara 3 dalam lomba Taekwondo Indonesia se-Provinsi Lampung. Doni mengungkapkan, tujuan mengikuti lomba ini adalah untuk mendapatkan prestasi di tingkat nasional. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Prodi Teknik Sipil dan Universitas Malahayati yang telah mendukung penuh dalam mengikuti lomba,” katanya dengan penuh rasa syukur. (*)
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati dan Peluang Kerja
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Malahayati menawarkan pendidikan komprehensif yang mempersiapkan lulusannya menjadi ahli kesehatan yang mampu berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kurikulum berbasis ilmu pengetahuan dan praktik lapangan, mahasiswa diajarkan untuk memahami berbagai aspek kesehatan, termasuk promosi kesehatan, manajemen kesehatan, epidemiologi, hingga kebijakan kesehatan.
Manfaat kuliah di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat sangat beragam, baik dari segi ilmu, karier, maupun kontribusi bagi masyarakat. Beberapa manfaat tersebut meliputi:
1. Pemahaman Luas tentang Kesehatan Masyarakat
Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan individu dan masyarakat, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta kebijakan kesehatan. Ini membantu dalam merancang program intervensi yang efektif.
2. Peluang Karier yang Luas
Lulusan S1 Kesehatan Masyarakat memiliki kesempatan berkarier di berbagai sektor, termasuk pemerintah, organisasi non-profit, perusahaan swasta, rumah sakit, lembaga penelitian, dan organisasi internasional. Beberapa profesi yang relevan antara lain adalah epidemiolog, ahli kesehatan lingkungan, penyuluh kesehatan, serta manajer program kesehatan.
3. Kontribusi pada Peningkatan Kualitas Hidup
Dengan pengetahuan yang diperoleh, lulusan dapat berkontribusi langsung pada upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat, seperti melalui kampanye kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan sanitasi, dan edukasi kesehatan masyarakat.
4. Kemampuan Analisis dan Pemecahan Masalah Kesehatan
Mahasiswa akan dilatih untuk melakukan riset kesehatan, menganalisis data kesehatan, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan masalah kesehatan di masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional.
5. Pengembangan Soft Skills
Selain ilmu akademis, mahasiswa juga akan mengembangkan keterampilan komunikasi, manajemen, serta kepemimpinan yang sangat penting dalam merancang dan mengimplementasikan program kesehatan masyarakat yang sukses.
6. Peluang Melanjutkan Studi
Lulusan S1 Kesehatan Masyarakat dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, seperti S2 atau S3 di bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi, manajemen kesehatan, atau bidang lain yang terkait.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Malahayati dirancang agar lulusannya memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Selain teori, mahasiswa juga akan menjalani praktik lapangan di berbagai fasilitas kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lembaga kesehatan masyarakat lainnya. Pembekalan ini membuat lulusan siap menghadapi tantangan dunia kerja, baik di sektor pemerintah maupun swasta.
Peluang Kerja yang Luas
Lulusan Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati memiliki peluang kerja yang luas dan beragam. Beberapa di antaranya adalah:
1. Pemerintah dan Instansi Kesehatan Publik
Banyak lulusan yang bekerja di Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, maupun Badan Pengendalian Penyakit, dengan peran sebagai epidemiolog, analis kebijakan, atau penyuluh kesehatan.
2. Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lulusan juga bisa bekerja di rumah sakit dan puskesmas, mengelola program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, serta mengelola data kesehatan pasien.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Dalam sektor LSM, lulusan Prodi Kesehatan Masyarakat sering kali terlibat dalam proyek-proyek kemanusiaan, pengembangan masyarakat, dan peningkatan kesehatan di daerah terpencil.
4. Perusahaan Swasta
Di perusahaan swasta, lulusan dapat bekerja sebagai konsultan kesehatan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3), membantu perusahaan menjaga lingkungan kerja yang sehat dan aman.
5. Peneliti Kesehatan
Bidang riset juga menjadi pilihan karier yang menarik. Lulusan bisa bekerja di lembaga riset atau universitas sebagai peneliti yang fokus pada solusi peningkatan kesehatan masyarakat.
Universitas Malahayati menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung pengembangan akademis dan keterampilan mahasiswa, termasuk laboratorium kesehatan, perpustakaan digital, dan kemitraan dengan instansi kesehatan. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan dan penelitian.
Dengan fokus pada peningkatan kesehatan masyarakat dan pembekalan kompetensi yang kuat, Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati menjadi pilihan yang tepat bagi calon mahasiswa yang ingin berkontribusi langsung dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui link resmi Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Malahayati Bandar Lampung atau dengan datang langsung ke kampus. (*)
Editor: Asyihin
Pendidikan, Pemilihan, Pemiskinan
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa hari lalu secara pribadi terjadi dialog antara dua sahabat, katakan saja satu bernama A, yang satunya bernama B. kedua sahabat ini sama-sama pemerhati masalah-masalah sosial. Keduanya sedang berbincang serius: A mengatakan bagaimana pemilihan umum apapun keperuntukannya mau berkualitas, jika tingkat pendidikan pemilih rata-rata hanya Sekolah Lanjutan Pertama. Dari total penduduk negeri ini sekitar 60 % nya tingkat pendidikannya seperti itu. 10% dari total jumlah penduduk justru di bawah itu; dengan kata lain 70 % dari total jumlah penduduk ada pada tingkat pendidikan dasar.
Kondisi ini membuat penasaran keduanya, akhirnya mereka mencari tahu tentang data ini, ternyata ditemukan hal sebagai berikut: Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam beberapa tahun terakhir, persentase penduduk Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau setara dapat bervariasi, tergantung pada usia dan wilayah. Berikut adalah beberapa poin umum terkait pendidikan di Indonesia: Pertama, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) di Indonesia pada tahun 2022 sekitar 8-9 tahun, yang berarti mayoritas penduduk Indonesia, rata-rata, hanya menyelesaikan pendidikan hingga kelas 9 atau tingkat SMP.
Kedua, Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS tahun 2021 melaporkan bahwa persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMP atau setara adalah sekitar 20-25%. Angka ini bervariasi antar wilayah. Angka ini bisa lebih rendah di daerah pedesaan atau daerah terpencil yang memiliki tantangan dalam akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai. Di sisi lain, wilayah perkotaan seperti Jakarta dan daerah-daerah maju lainnya memiliki angka yang lebih tinggi.
Latarbelakang ini menjadikan perenungan yang panjang dan dalam; karena tingkat pendidikan berkorelasi dengan jenis pekerjaan, dan itu berarti juga berdampak pada tingkat pendapatan. Bagaimanapun berarti mereka menjadi sasaran empuk “operasi wani piro” saat adanya pemilihan, apapun jenis pilihan itu. Menjadi lebih ekstrim lagi, jika ingin melanggengkan kekuasaan, berarti harus tetap dipelihara jumlah kelompok ini; otomatis jalan pikiran selanjutnya bagaimana caranya agar mereka tetap ada pada wilayah ini. Salah satu jalan dibanyak jalan adalah membiarkan mereka tetap ada pada kondisi “miskin”.
Tampaknya berpikir linier seperti itu kedua sahabat tadi tidak sependapat dan bahkan tidak setuju, namun melihat fenomena nondeskreptif di lapangan, kerangka fikir seperti itu ternyata sudah berada pada wilayah aksiomatik. Bagaimana pengaruh “bantuan” (apapun namanya) diluncurkan saat menjelang proses pemilihan, begitu signifikan mempengaruhi jumlah perolehan suara. Sekalipun secara factual tidak tampak hubungannya, namun secara “mutatis mutandis” hal itu terhubung oleh rasa antara yang memilih dengan yang dipilih, antara yang memberi dan yang menerima.
Pada sisi lain di atas sana, rerata pendidikan mereka sudah mapan, pekerjaan mereka sangat menjanjikan; pendapatan mereka justru sama dan sebangun dengan APBD satu kanupaten, bahkan ada yang satu provinsi; malah ada yang separuh negeri ini sama dengan pendapatan dia seorang diri. Lebih gila lagi ada yang pendapatanya sama dengan anggaran belanja negeri ini. Namun nafsu untuk “entuk opo, wani piro” bukan berkurang; terkadang malah lebih “hawak”.
Di sini tampaknya posisi moral ethik dalam tatapergaulan bernegara mulai diuji. Akibatnya akan terjadi polarisasi dalam berfikir: Pertama, pemilihnya waras, yang dipilih waras. Kedua, pemilihnya tidak waras, yang dipilih waras. Ketiga, pemilihnya waras, yang dipilih tidak waras, keempat, dan ini yang paling memprihatinkan, yang milih dan yang dipilih sama-sama tidak waras.
Walaupun belum ada penelitian hubungan antara pendidikan dan kewarasan dalam memilih, namun untuk kondisi seperti sekarang tampaknya celah ini yang digunakan; sehingga untuk mencapai kesuksesan terpilih pada daerah pemilihan terbangun asumsi daerah yang tingkat pendidikannya rendah, maka tingkat kewarasan pada pemilihan diduga dapat direkayasa. Bentuk rekayasa yang paling popular saat ini adalah memberikan “tali suara” berupa cuan; perlu diingat bahwa nominal tertentu bagi kebanyakan kita mungkin tidak seberapa, namun bagi banyak orang yang berada pada garis kemiskinan, hal itu sangat berarti.
Sementara yang di atas sana beda bentuk, bukan natura tetapi “kuasa”. Pemberian dukungan terhadap sesuatu juga harus mendapatkan sesuatu yang lain, bisa berupa Kursi/ Jabatan Menteri, Kursi/jabatan Dirjen dan atau apapun namanya. Itu semua digunakan untuk “menguasai” sumber-sumber penting yang menghasilkan cuan untuk kepentingan diri dan kelompoknya dengan mengatasnamakan politik.
Semoga semua aksioma di atas menjadi bahan pemikiran kita bersama dalam menentukan pilihan sebab, memilih untuk milih itu ada pada satu garis yang sama pada memilih untuk tidak memilih, hanya kutupnya saja yang berbeda. Oleh sebab itu apapun pilihan itu harus kita hormati bersama, termasuk tentunya memilih untuk tidak memilih, karena itu juga adalah pilihan. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Pengumuman Penting: PKKMB UNMAL 2024 Digelar 23-28 September! Segera Registrasi Ulang dan Simak Tata Tertibnya!
Untuk Dresscodenya kalian bisa lihat dibawah ini ya:
Editor: Gilang Agusman
Waras dalam Memilih
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa minggu ke depan kita akan dihadapkan dengan “hajatan Demokrasi” yaitu dengan akan diselenggarakannya Pemilihan Kepala Daerah, baik provinsi maupun kabupaten kota. Haru biru penyelenggaraan sudah mulai terasa dari beberapa waktu lalu, berawal dari pencalonan para mereka yang berminat, ramainya perebutan partai pendukung, sampai terakhir adanya daerah yang pasangan calonnya merasa dikerjain oleh komisi penyelenggara; belum lagi ditambah dengan hadirnya kotak kosong. Semua seolah menjadi bumbu-bumbu kepemilihan yang berlindung pada satu kata “demokrasi”. Untung era sekarang sudah berubah, dimana keterbukaan sudah menjadi sesuatu keharusan, dan pengawasan dilakukan oleh organisasi baru yang tanpa struktur tetapi berkekuatan dahsyat, yaitu bernama nitizen.
Namun dalam pilih-memilih kita serahkan kepada aturan formal yang ada. Sedangkan tulisan ini akan focus pada kondisi memilih secara filosofis. Dalam filsafat, konsep memilih memiliki makna yang mendalam dan sering kali terkait dengan kebebasan, tanggung jawab, serta eksistensi manusia. Berdasarkan sejumlah sumber digital ditemukan beberapa pandangan filosofis tentang memilih: Pertama, Eksistensialisme: Bagi filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre, memilih adalah bagian esensial dari eksistensi manusia. Sartre terkenal dengan pernyataannya bahwa “eksistensi mendahului esensi,” yang berarti manusia pertama-tama ada, dan kemudian menentukan dirinya sendiri melalui pilihan-pilihannya. Manusia dianggap sepenuhnya bebas, tetapi dengan kebebasan ini datang tanggung jawab penuh atas pilihan-pilihannya. Pilihan-pilihan kita menentukan siapa kita, dan kita tidak dapat menghindari tanggung jawab tersebut.
Kedua, Kebebasan dan Determinisme: Dalam filsafat, terdapat perdebatan antara kebebasan memilih dan determinisme. Determinisme menyatakan bahwa segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, ditentukan oleh penyebab sebelumnya, sehingga pilihan bebas mungkin hanya ilusi. Sebaliknya, libertarianisme dalam filsafat berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan yang sejati untuk memilih, terlepas dari determinasi sebab-akibat.
Ketiga, Etika dan Pilihan Moral: Dalam etika, memilih sering kali dilihat sebagai tindakan moral yang melibatkan pengambilan keputusan antara tindakan yang benar dan salah. Filsuf seperti Immanuel Kant menekankan pentingnya pilihan berdasarkan prinsip moral yang universal, sementara utilitarianisme menilai pilihan berdasarkan hasil terbaik bagi kebahagiaan terbesar.
Keempat, Kebebasan Negatif dan Positif: Isaiah Berlin membedakan antara kebebasan negatif (kebebasan dari paksaan eksternal) dan kebebasan positif (kebebasan untuk menentukan nasib sendiri). Memilih dalam konteks ini dapat merujuk pada kebebasan untuk membuat keputusan tanpa paksaan eksternal, atau kemampuan untuk merealisasikan diri dan tujuan hidup seseorang.
Dalam konteks filsafat Pancasila, konsep memilih memiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam lima sila Pancasila. Memilih dalam konteks ini tidak hanya dilihat sebagai tindakan individu yang bebas, tetapi juga sebagai tindakan yang harus dipandu oleh nilai-nilai kebajikan yang mengacu pada kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dengan demikian, dalam filsafat Pancasila, memilih tidak hanya dipandang sebagai hak individu, tetapi juga sebagai tanggung jawab sosial dan moral yang harus didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Setiap pilihan harus mengarah pada terciptanya harmoni, kesejahteraan bersama, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat, memilih bukan hanya tindakan sehari-hari, tetapi juga ekspresi kebebasan dan tanggung jawab manusia, serta refleksi mendalam tentang makna eksistensi manusia. Sayangnya eksistensi ini sering tergerus akan kepentingan pragmatis, sehingga akibat “rabun dunia” menjadikan tersiksa sepanjang masa. Hal seperti ini dalam tataran praksis saat ini sedang menggejala, dan lebih serunya selalu berkedok pada demokrasi. Padahal hakekat demokrasi itu sebenarnya mulia, akan tetapi begitu disalah posisikan, menjadi sangat nista.
Karena memilih adalah bukan tidak yang dapat dipaksakan atau ditekan-tekan; oleh sebab itu jika ada orang memilih untuk tidak memili, dan atau memilih kotak kosong; semua itu harus dihormati karena itu bukan termasuk kategori pelanggaran. Mari kita gunakan hal memilih itu pada waktunya nanti, karena menentukan pilihan itu adalah hak dasar yang dilindungan oleh undang-undang. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman