Mahasiswa KKLPPM Universitas Malahayati Sosialisasi PHBS, Cetak Agen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sejak Dini SDN 1 Gunung Tiga Ulubelu

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Mahasiswa KKLPPM Universitas Malahayati menyelenggarakan sosialisasi dan praktik PHBS untuk siswa-siswi SDN 1 Gunung Tiga, dalam rangka menanamkan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia dini, Rabu lalu, (6/8/2025).

Acara yang berlangsung meriah dan interaktif ini diikuti oleh 50 orang peserta dari gabungan kelas 1 hingga 6. Kegiatan tidak hanya berisi teori, tetapi juga praktik sehingga mampu menarik minat dan antusiasme para siswa. Dengan didampingi oleh 20 orang mahasiswa KKL yang bertindak sebagai panitia dan mentor, anak-anak diajak untuk memahami dan mempraktikkan langkah-langkah kecil PHBS dalam kehidupan sehari-hari.

Acara diisi dengan berbagai sesi, mulai dari pemaparan materi tentang cuci tangan yang benar, menjaga kebersihan lingkungan, hingga pentingnya mengonsumsi makanan bergizi. Siswa juga diajak bermain games dan kuis berhadiah yang membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

Silvia Ika Damayanti, ketua pelaksana, menyampaikan apresiasinya atas partisipasi aktif seluruh pihak. Ia bersyukur sosialisasi dan praktik PHBS ini berjalan dengan sangat lancar dan sukses. Pihaknya terharu melihat antusiasme adik-adik siswa SD 1 Gunung Tiga.

Ia menjelaskan, tujuan utama adalah untuk menciptakan agen-agen perubahan kecil yang memahami dan mampu mempraktikkan PHBS, dimulai dari diri sendiri dan di lingkungan sekolah mereka. ”Kami berharap, ilmu yang didapat hari ini tidak berhenti di sini, tetapi menjadi kebiasaan baik yang terus diterapkan,” ujarnya.

Salah satu siswa peserta, Fauzi, mengungkapkan kegembiraannya. “Seru banget, tadi diajarin cuci tangan yang bener sama dikasih hadiah. Sekarang aku tahu caranya supaya tidak gampang sakit,” katanya.

Kepala Sekolah Supriyanto juga menyambut positif inisiatif dari mahasiswa KKL ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat sejalan dengan visi misi sekolah dalam mendidik siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga sehat dan berkarakter.

Acara ditutup dengan foto bersama, pembagian hadiah, dan bingkisan untuk seluruh peserta sebagai bentuk apresiasi atas keaktifan mereka selama sosialisasi berlangsung. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat tercipta generasi yang lebih peduli akan kesehatan dan kebersihan di masa depan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Fakultas Teknik Universitas Malahayati Gelar Yudisium Periode ke-38, Lahirkan 15 Sarjana Baru

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Fakultas Teknik Universitas Malahayati kembali mencetak lulusan baru melalui prosesi Yudisium ke-38 yang digelar di Gedung Malahayati Convention Center (MCC), Rabu (27/8/2025). Sebanyak 15 mahasiswa dari tiga program studi, yakni Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, dan Teknik Industri, resmi dikukuhkan sebagai sarjana.

Acara berlangsung khidmat dengan dihadiri Wakil Rektor IV Universitas Malahayati, Drs. Suharman, M.Pd., M.Kes., yang hadir mewakili Rektor. Dalam sambutannya, ia menyampaikan ucapan selamat sekaligus pesan penting bagi para lulusan.

“Dengan yudisium ini, Saudara resmi menyandang gelar sarjana sebagai bentuk pengakuan atas ilmu pengetahuan dan kompetensi yang telah Saudara raih. Gelar ini bukan akhir, melainkan awal tanggung jawab baru untuk berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa perjalanan setelah kampus adalah fase lanjutan yang menuntut peran nyata para lulusan. “Di kampus, Saudara berstatus sebagai mahasiswa. Kini, status baru sebagai sarjana menuntut peran, tanggung jawab, dan kontribusi yang lebih besar di tengah masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik, Dr. Weka Indra Dharmawan, S.T., M.T., dalam pesannya menegaskan bahwa kelulusan ini merupakan pencapaian penting, namun tantangan sesungguhnya justru menanti setelah mahasiswa resmi meninggalkan bangku kuliah.

“Alhamdulillah, dengan selesainya studi, satu beban telah terlepas. Namun, ingatlah bahwa pembelajaran sesungguhnya ada di lapangan. Apa yang kalian peroleh di kampus hanyalah bekal teori, sedangkan praktiknya akan kalian temui di dunia kerja dan masyarakat,” kata Dr. Weka.

Ia juga mendorong para lulusan untuk mengimplementasikan visi dan misi program studi masing-masing sebagai penentu kesuksesan mereka di masa depan.

Pada yudisium kali ini, Fakultas Teknik juga melahirkan satu lulusan cumlaude, yaitu Maulana Sidiq dari Program Studi Teknik Lingkungan dengan IPK 3,87. Prestasi tersebut semakin membanggakan karena ia berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 3,5 tahun.

Prosesi yudisium ke-38 ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor IV, Dekan Fakultas Teknik, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, Ketua Program Studi Teknik Sipil, Ketua Program Studi Teknik Industri, jajaran dosen, tenaga kependidikan, serta keluarga dan tamu undangan yang ikut memberikan dukungan bagi para lulusan.

Dengan yudisium ini, Fakultas Teknik Universitas Malahayati kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak sumber daya manusia unggul, berkompeten, dan siap bersaing di dunia kerja maupun dalam pengabdian kepada masyarakat. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa KKLPPM Kelompok 53 Universitas Malahayati Berikan Edukasi Anti/Perundungan di SDN 1 Sumur Tujuh Wonosobo

TANGAMUS (malahayati.ac.id): Mahasiswa KKLPPM Universitas Malahayati sukses menyelenggarakan edukasi anti-perundungan (bullying) bagi siswa-siswi SDN 1 Sumur Tujuh, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran sejak dini tentang bahaya perundungan serta mendorong terciptanya lingkungan sekolah yang aman, ramah, dan inklusif. Kamis (7/8/2025).

Program diawali dengan pengenalan definisi perundungan (bullying) verbal, fisik, sosial, dan siber, dengan metode interaktif : penjelasan materi perundungan (bullying), pemutaran vidio pendek, serta kuis ringan. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih mengenali tanda-tanda perundungan, cara berkata “STOP” dengan tegas, langkah melapor kepada guru/orang tua, dan sikap empati terhadap teman.

Edukasi anti-perundungan bukan sekedar pengetahuan, tetapi juga keterampilan hidup. Agar adik-adik mampu melindungi diri dan berani membela teman, ” ujar Perwakilan Kelompok 53 KKL PPM Universitas Malahayati.

Pihak sekolah menyambut baik kegitan ini. Kepala SDN 1 Sumur Tujuh menyatakan, “Materi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Kami berharap setelah ini budaya saling menghargai semakin kuat di sekolah kami.”

Melalui program ini, Kelompok 53 menegaskan dukungan terhadap upaya pencegahan kekerasan di satuan pendidika yang menekankan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan.

Data Kegiatan :
– Penyelenggara : KKL PPM Kelompok 53 Universitas Malahayati
– Tanggal : 07 Agustus 2025
– Lokasi : SDN 1 Sumur Tujuh, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus
– Sasaran : Siswa-Siswi Kelas 4,5, dan 6
– Metode : Penjelasan materi, Vidio edukatif, dan diskusi.

KKL PPM Kelompok 53 Universitas Malahayati mengadakan edukasi Anti-Perundungan di SDN 1 Sumur Tujuh, Wonosobo, Tanggamus. Siswa diajak mengenali jenis bullying, cara berkata “STOP”

Dengan terlaksanakannya kegiatan ini, diharapkan tercipta budaya sekolah yang lebih aman, ramah, dan bebas dari perundungan, sekaligus menjadi langkah nyata generasi muda dalam membangun karakter bangsa. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Bagaimana Menerima Suatu Keadaan, Tanpa Harus Menyalahkan Keadaan

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Hari itu panas terik sekali, kami baru pulang menghadiri undangan di dua tempat yang berbeda, bahkan berlawanan arah. Namun esensi acaranya sama, yaitu upacara pernikahan anak sahabat. Pada tempat pertama berperan menjadi tokoh sentral penerima pihak besan, pada acara kedua sebagai tamu undangan kehormatan. Tugas kemanusiaan usia lanjut seperti ini, hampir terjadi setiap pekan; namun hari itu sedikit special karena menjumpai keadaan yang kontradiktif. Pada posisi ini posisi harus diambil adalah menerima keadaan, tanpa harus menyalahkan keadaan. Tentu persoalan seperti ini menjadi menarik jika dibahas dari sudut pandang Filsafat Kontemporer.

“Keadaan”  adalah segala sesuatu yang terjadi di luar atau dalam diri individu, seperti halnya ; kejadian tak terduga, kehilangan, kegagalan, kondisi sosial-politik, hingga krisis makna hidup. Dalam pemikiran kontemporer, terutama eksistensialis, keadaan bukan sekadar kejadian pasif, tetapi bagian dari keberadaan manusia yang harus dihadapi secara sadar. Sartre mengatakan bahwa manusia tidak bisa menghindari tanggung jawab atas bagaimana kita merespons apa pun yang terjadi dalam hidup kita. Keadaan, dalam hal ini, bukan penyebab utama penderitaan, tetapi bagaimana kita mempersepsikannya dan bagaimana kita memilih untuk merespons. Ini menegaskan bahwa keadaan bersifat netral, dan manusialah yang memberi makna. Jean-Paul Sartre juga menolak ide bahwa manusia adalah korban nasib. Dalam bukunya Being and Nothingness, Sartre menekankan bahwa keberadaan manusia mendahului esensinya, maksudnya kita ada lebih dulu, lalu menciptakan makna atas hidup kita melalui tindakan. Maka ketika seseorang mengalami kegagalan, Sartre akan bertanya: bagaimana engkau memilih untuk menanggapi kegagalan itu?

Menyalahkan keadaan, bagi Sartre, adalah bentuk “bad faith” (itikad buruk), yakni upaya menyangkal kebebasan dan tanggung jawab pribadi. Ketika kita berkata, “Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaannya seperti ini,” kita sedang bersembunyi dari kebebasan kita sendiri. Maka, untuk benar-benar hidup secara otentik, seseorang harus mengakui bahwa sekalipun tidak bisa mengendalikan keadaan, kita tetap bebas untuk memilih sikap.

Berbeda lagi dengan Albert Camus dalam The Myth of Sisyphus, beliau menggambarkan kehidupan sebagai absurd: manusia mendambakan makna, tetapi dunia tidak memberikannya. Ketika tragedi terjadi seperti; kematian orang terdekat, ketidakadilan sosial, penyakit yang tidak bisa disembuhkan, sebenarnya kita berhadapan langsung dengan absurditas ini. Namun, Camus tidak menyarankan untuk menyerah atau menyalahkan dunia. Sebaliknya, ia menawarkan sikap “pemberontakan”, yakni menerima absurditas dan terus hidup dengan kepala tegak.  Menerima keadaan, bagi Camus, bukan soal pasrah, tetapi memilih untuk tetap hidup dengan integritas, meskipun hidup itu sendiri tampak tanpa makna.

Simone de Beauvoir, dalam “The Ethics of Ambiguity”, menekankan bahwa kehidupan manusia selalu berada dalam ambiguitas yaitu, antara keterbatasan dan kebebasan. Ia mengingatkan bahwa meskipun kita tidak selalu menciptakan keadaan (misalnya, struktur patriarki atau kolonialisme), kita tetap bertanggung jawab atas bagaimana kita meresponsnya. Menyalahkan keadaan, dalam kerangka ini, justru bisa menjadi bentuk pelepasan tanggung jawab moral. Beauvoir menekankan bahwa tindakan etis adalah ketika kita memperjuangkan kebebasan: baik kebebasan diri maupun orang lain. Maka, menerima keadaan berarti mengakui keterbatasan, namun tetap bertindak demi kebaikan dan kebebasan bersama.

Viktor Frankl, seorang psikiater sekaligus penyintas kamp konsentrasi Nazi, memberikan perspektif yang mendalam tentang bagaimana menerima keadaan ekstrem tanpa kehilangan makna hidup. Dalam bukunya “Man’s Search for Meaning”, ia menyatakan bahwa: bahkan dalam penderitaan terdalam, manusia tetap memiliki kebebasan terakhir: memilih sikapnya terhadap penderitaan itu. Frankl berpendapat bahwa makna tidak harus ditemukan dalam kesuksesan atau kebahagiaan, tetapi bahkan dalam penderitaan yang tak bisa dihindari. Dengan demikian, daripada menyalahkan keadaan, manusia dapat bertanya: “Apa makna dari pengalaman ini bagi dirinya?”: Ini bukan bentuk naif, tetapi suatu bentuk keberanian eksistensial untuk menemukan makna dalam absurditas.

Filsafat postmodern, seperti yang dikembangkan oleh Jean-François Lyotard dan Michel Foucault, mengkritik narasi besar yang seolah menjelaskan segalanya secara linear dan absolut. Dalam konteks menyalahkan keadaan, postmodernisme mengajak kita untuk mempertanyakan: apakah benar keadaan itu tunggal dan obyektif? Ataukah kita sedang mengadopsi narasi tertentu tentang apa yang “seharusnya” terjadi. Dengan membongkar narasi-narasi yang membentuk cara pandang kita terhadap kehidupan (misalnya: sukses berarti kaya; hidup bahagia berarti tanpa kesulitan), postmodernisme membuka ruang bagi interpretasi yang lebih fleksibel. Penerimaan tidak lagi dipandang sebagai bentuk pasrah, tetapi sebagai bentuk kesadaran bahwa tidak ada satu pun cara hidup yang “benar”. Ini membebaskan manusia dari perangkap menyalahkan karena standar kesuksesan atau kebahagiaan bisa dikonstruksi ulang.

Penting untuk membedakan antara penerimaan dengan kepasrahan total. Dalam banyak filsafat kontemporer, penerimaan berarti pengakuan jujur terhadap kenyataan; namun bukan berarti menyerah terhadap kondisi itu. Camus menerima absurditas, tetapi ia memberontak. Frankl menerima penderitaan, tetapi ia mencari makna. Sartre menerima keterbatasan hidup, tetapi ia mengadvokasi kebebasan bertindak. Menerima keadaan tanpa menyalahkan berarti menggeser fokus dari apa yang tidak bisa kita kendalikan ke apa yang masih bisa kita pilih. Ini menuntut keberanian, kedewasaan, dan kejujuran eksistensial.

Secara praktis, filsafat kontemporer mengajarkan kita bahwa penerimaan bukan reaksi sekali jadi, melainkan suatu proses yang panjang. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian, filsafat kontemporer tidak memberi jawaban instan, tetapi membuka ruang bagi refleksi yang lebih dalam; yang pada akhirnya menuntun kita pada penerimaan yang memerdekakan, bukan menindas.  Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Universitas Malahayati Matangkan Persiapan Audit Mutu Internal (AMI) Tahun 2025

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati melalui Lembaga Penjaminan Mutu Internal (LPMI) tengah mematangkan persiapan pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) tahun 2025. Kegiatan ini merupakan agenda rutin tahunan dalam rangka mengevaluasi implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan memastikan siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) berjalan secara berkesinambungan di seluruh unit kerja.

Rapat persiapan yang dipimpin langsung oleh Ketua LPMI Universitas Malahayati, Dr. M. Arifki Zainaro, S.Kep., Ns., M.Kep., dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, wakil ketua LPMI, BPMI FIK, tim auditor, serta perwakilan unit terkait. Dalam arahannya, Ketua LPMI menekankan bahwa AMI bukan sekadar kegiatan administratif, melainkan instrumen penting untuk mengukur kualitas penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di Universitas Malahayati.

Persiapan yang dilakukan meliputi: Penyusunan jadwal dan ruang lingkup audit yang mencakup semua program studi dan unit kerja. Pembekalan auditor internal agar memiliki pemahaman yang komprehensif tentang standar mutu pendidikan tinggi dan pedoman LAM-PTKes maupun BAN-PT. Koordinasi teknis dengan unit terkait untuk kelancaran pelaksanaan AMI. Penyempurnaan instrumen audit sesuai standar terbaru.

Ketua LPMI Universitas Malahayati dalam sambutannya menyampaikan bahwa AMI diharapkan menjadi cermin kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi. Hasil audit akan menjadi dasar dalam menyusun strategi peningkatan mutu universitas, termasuk dalam menghadapi akreditasi nasional maupun internasional.

Pelaksanaan AMI tahun 2025 rencananya akan dimulai pada bulan 7-9 September 2025, dengan melibatkan 4 tim auditor internal, 2 tenaga IT, dan didukung penuh oleh seluruh unit kerja. Universitas Malahayati berkomitmen untuk melaksanakan audit secara independen, obyektif, dan transparan demi tercapainya visi universitas sebagai institusi pendidikan tinggi yang unggul, berdaya saing, dan berkarakter. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Gelar Workshop Bedah Kurikulum

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (S2 Kesmas) Universitas Malahayati menyelenggarakan Workshop Bedah Kurikulum dalam rangka penyempurnaan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Outcome Based Education (OBE). Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Rapat Pascasarjana Universitas Malahayati. Rabu (27/8/2025).

Workshop dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati Prof. Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes. yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya penyusunan kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dunia kerja, serta kebijakan nasional maupun global di bidang kesehatan masyarakat.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah pakar kurikulum dan praktisi kesehatan masyarakat, di antaranya: Prof. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.KM., M.Kes (pakar kurikulum kesehatan masyarakat) dan Dr. Noviansyah, M.Kes, perwakilan organisasi profesi IAKMI

Peserta workshop terdiri dari dosen, tendik, mahasiswa, Alumni, Dinas Kesehatan dan mitra eksternal yang berperan aktif dalam memberikan masukan konstruktif. Diskusi difokuskan pada penyelarasan capaian pembelajaran lulusan (CPL), struktur mata kuliah inti dan peminatan, serta integrasi isu-isu strategis kesehatan masyarakat seperti epidemiologi penyakit, kesehatan global, manajemen pelayanan kesehatan, gizi kesmas, kesehatan reproduksi, dan promosi kesehatan berbasis komunitas.

Ketua Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat, Dr. Samino, M.Kes, menyampaikan bahwa hasil dari workshop ini akan ditindaklanjuti dengan penyusunan dokumen kurikulum final yang siap diimplementasikan mulai tahun akademik 2025/2026.

Kegiatan diakhiri dengan penandatanganan berita acara dan komitmen bersama untuk melaksanakan kurikulum baru yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan serta daya saing Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati di tingkat nasional maupun internasional. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa KKL-PPM Universitas Malahayati Kelompok 48 Gelar Sosialisasi Pangan Lokal Lewat Beans Cookies untuk Cegah Stunting di Pekon Sampang Turus

TANGGAMUS (malahayati.ac.id): Upaya pencegahan stunting kembali mendapat dukungan dari mahasiswa Universitas Malahayati Bandar Lampung. Melalui program Kuliah Kerja Lapangan Pengabdian kepada Masyarakat (KKL-PPM), kelompok 48 mengadakan kegiatan sosialisasi bertajuk “Pemberdayaan Pangan Lokal melalui Produk Beans Cookies sebagai Solusi Cegah Stunting” di Balai Pekon Sampang Turus, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus.

Kegiatan ini berlangsung dengan pendampingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Annisa Mayang Soliha, M.Gz., serta diikuti oleh ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan para kader kesehatan desa. Melalui inovasi pangan lokal berbasis kacang hijau yang diolah menjadi beans cookies, mahasiswa memperkenalkan alternatif camilan sehat, bergizi, dan tetap disukai anak-anak.

Turut hadir dalam acara ini Kepala Pekon Sampang Turus, Bapak Marhawi, bersama istri Ibu Lodema, beserta perangkat pekon. Dalam sambutannya, Pak Marhawi memberikan apresiasi penuh terhadap kegiatan mahasiswa.

“Saya sangat berterima kasih kepada mahasiswa KKL-PPM Universitas Malahayati yang telah memberikan edukasi kepada masyarakat kami. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kesehatan anak-anak di Pekon Sampang Turus dan menjadi motivasi bagi warga untuk lebih peduli terhadap gizi keluarga,” ujarnya.

Selain penyuluhan, kegiatan semakin menarik dengan pembagian beans cookies kepada anak-anak. Suasana terlihat hangat ketika mereka menikmati kudapan bergizi, sementara para ibu tampak antusias mendengarkan materi sekaligus aktif bertanya seputar gizi seimbang, pola makan sehat, dan cara mengolah bahan pangan lokal agar lebih bervariasi.

Mahasiswa kelompok 48 juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi sejak masa kehamilan. Protein dari kacang-kacangan, termasuk kacang hijau, disebut sebagai salah satu sumber nutrisi yang mudah didapat dan terjangkau. Dengan metode komunikasi interaktif, kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan masyarakat tetapi juga mendorong perubahan pola hidup yang lebih sehat.

Antusiasme masyarakat menjadi bukti keberhasilan kegiatan ini. Para ibu mengaku senang mendapatkan tambahan ilmu, sementara anak-anak tampak ceria bisa belajar sekaligus menikmati camilan sehat bersama mahasiswa.

Di akhir acara, mahasiswa kelompok 48 menyampaikan harapan agar pengetahuan yang dibagikan dapat menjadi bekal bagi warga Sampang Turus dalam menjaga kesehatan keluarga. Mereka menegaskan bahwa kontribusi kecil seperti pemanfaatan pangan lokal diharapkan mampu menjadi langkah nyata dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan bebas stunting di masa depan. (gil)

Editor: Gilang Agusman

UKM-U MAHAPALA Universitas Malahayati Raih Penghargaan Wana Lestari Nasional 2025

JAKARTA (malahayati.ac.id): Prestasi membanggakan kembali diraih oleh Universitas Malahayati Bandar Lampung. Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Malahayati Pencinta Alam (MAHAPALA) sukses meraih Juara II Nasional dalam ajang Apresiasi Wana Lestari 2025 kategori Kelompok Pencinta Alam (KPA) yang digelar oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Senin (18/8/2025).

Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, dalam rangkaian kegiatan Temu Karya Teladan Wana Lestari Tingkat Nasional 2025 yang berlangsung pada 14–18 Agustus 2025 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Sebagai organisasi pencinta alam di tingkat universitas, MAHAPALA Universitas Malahayati tidak hanya menjadi wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa di bidang kepencintaalaman, tetapi juga konsisten berkontribusi dalam edukasi, konservasi, dan aksi nyata pelestarian lingkungan.

Dalam ajang bergengsi ini, MAHAPALA mewakili Provinsi Lampung setelah berhasil menembus tiga besar nasional, mengungguli puluhan kelompok pencinta alam lainnya dari berbagai daerah di Indonesia.

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan berterima kasih atas dukungan semua pihak. Penghargaan ini bukan akhir, melainkan awal bagi kami untuk terus berkontribusi lebih besar dalam menjaga lingkungan dan hutan Indonesia,” ujar Panji Gani Alif (20110023), Ketua UKM-U MAHAPALA Universitas Malahayati dengan penuh rasa bangga.

Apresiasi Wana Lestari merupakan ajang tahunan Kementerian Kehutanan RI yang memberikan penghargaan kepada perorangan, kelompok, aparatur pemerintah, hingga badan usaha yang dinilai berhasil memberdayakan masyarakat serta menjadi teladan dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.

Penghargaan ini menjadi wujud apresiasi pemerintah pusat maupun daerah terhadap kiprah nyata para penggiat lingkungan dalam melestarikan alam, mengedukasi masyarakat, dan menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, MAHAPALA Universitas Malahayati berhasil meraih Juara II Nasional Kategori Kelompok Pencinta Alam (KPA). Capaian ini menunjukkan bahwa kiprah mahasiswa Lampung di tingkat nasional semakin diperhitungkan.

Kegiatan Temu Karya Teladan Penerima Penghargaan Wana Lestari 2025 juga menjadi bagian dari peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia. Momentum ini menegaskan komitmen Indonesia dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari demi kesejahteraan masyarakat, sejalan dengan Asta Cita ke-4 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yakni memperkuat pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045.

Kementerian Kehutanan RI memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi UKM-U MAHAPALA dan para peserta lainnya. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menekankan bahwa penghargaan ini diharapkan menjadi inspirasi dan teladan bagi generasi muda untuk terus menjaga hutan sebagai warisan berharga bangsa.

Prestasi MAHAPALA Universitas Malahayati ini tidak hanya menjadi kebanggaan sivitas akademika, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Semangat cinta lingkungan, kepedulian terhadap hutan, serta keberanian untuk bertindak nyata menjadi bukti bahwa mahasiswa dapat mengambil peran penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Dengan penghargaan ini, UKM-U MAHAPALA Universitas Malahayati semakin mengukuhkan dirinya sebagai organisasi mahasiswa yang tidak hanya peduli pada lingkungan kampus, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan nasional dalam menjaga kelestarian alam Indonesia. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa KKLPPM Universitas Malahayati Berdayakan UMKM Ikan Asap di Pekon Tegineneng

TANGGAMUS (malahayati.ac.id): Mahasiswa KKLPPM Universitas Malahayati Kelompok 1 Pekon Tegineneng melaksanakan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kunjungan ke dua UMKM pengolahan ikan asap yang telah berkembang, yaitu UMKM Ikan Asap Ceria milik Ibu Sanaria yang berlokasi di Dusun 2, serta UMKM Ikan Asap Bina Usaha milik Bapak Marhidayat. Rabu (20/8/2025).

Dalam kegiatan ini, mahasiswa terlibat langsung dalam proses produksi, mulai dari pengasapan ikan, penjagaan proses pengasapan, hingga tahap pengemasan dengan sistem vakum. Selain praktik produksi, mahasiswa juga memberikan banner promosi produk sebagai dukungan dalam meningkatkan identitas usaha.

UMKM ikan asap di Pekon Tegineneng ini telah berjalan sejak 2010 dengan dukungan berbagai pelatihan dari Kementerian Perikanan. Kini, produk mereka tidak hanya dipasarkan di wilayah lokal, tetapi juga telah menjangkau luar pekon, luar daerah, hingga luar kabupaten. Dengan izin edar resmi, kedua UMKM ini sudah masuk kategori UMKM berkembang.

Untuk harga, produk ikan asap dijual mulai dari Rp7.500/Pcs , dan tersedia pula dalam bentuk kiloan sesuai kebutuhan konsumen. Dari segi ketahanan, produk ikan asap dapat bertahan 1–2 bulan jika disimpan di freezer, sedangkan pada suhu ruang hanya mampu bertahan 3–4 hari.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKLPPM Kelompok 1 berharap kehadiran mereka dapat memberikan dukungan nyata bagi pelaku UMKM dalam meningkatkan kualitas produk sekaligus memperluas jangkauan pemasaran, sehingga mampu memperkuat perekonomian masyarakat desa. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati Ciptakan Puding dan Bakso Daun Kelor untuk Pencegahan Stunting di Pekon Dadisari

TANGGAMUS (malahayati.ac.id): Mahasiswa Universitas Malahayati Kelompok 32 KKL-PPM melaksanakan program inovasi pangan sehat di Pekon Dadisari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, dengan membuat makanan tambahan berupa puding dan bakso berbahan dasar daun kelor. Program ini ditujukan sebagai langkah pencegahan stuntin g sekaligus pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan pangan lokal. Rabu (20/8/2025).

Ketua Kelompok KKL, Juli Firmanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja yang berfokus pada pemanfaatan bahan pangan lokal yang bergizi tinggi. “Daun kelor memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Kami ingin mengajak masyarakat untuk mengolahnya menjadi makanan tambahan yang disukai anak-anak, sehingga bisa membantu mencegah stunting sejak dini,” ujarnya.

Kegiatan ini bertujuan antara lain: Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang untuk tumbuh kembang anak. Memberdayakan ibu-ibu agar mampu mengolah bahan lokal bergizi secara mandiri. Mencegah stunting sejak dini, khususnya pada anak-anak dan balita yang berada dalam masa pertumbuhan emas (golden age).

Selain praktik langsung pembuatan puding dan bakso daun kelor, mahasiswa juga memberikan penyuluhan tentang manfaat gizi kelor dan cara pengolahannya agar dapat diterapkan sehari-hari. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari warga, terutama kalangan ibu-ibu, yang menilai inovasi ini praktis, sehat, dan mudah diaplikasikan di rumah.

Melalui program ini, Kelompok 32 KKL-PPM Universitas Malahayati berharap masyarakat Pekon Dadisari dapat terus memanfaatkan potensi pangan lokal sebagai upaya berkelanjutan dalam meningkatkan kesehatan anak-anak dan mencegah stunting. (gil)

Editor: Gilang Agusman