PESAWARAN (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati kembali menunjukkan komitmennya untuk terlibat langsung dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat melalui program Program Based Learning (PBL).
Program kali ini berfokus pada kondisi kesehatan masyarakat pesisir Desa Sukajaya Lempasing, khususnya di Dusun Mutun, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Kegiatan PBL yang melibatkan kelompok 7 ini terdiri dari delapan mahasiswa: Muliono, Gilang Agusman, Fitriani, Chania Forcepta, Ketut Sastini, Gilang Ramadhan Putra, Muhammad Alfi Syahril, dan Muhammad Agam Al Hariry. Minggu (9/2/2025).
Dusun Mutun, yang terletak di pesisir pantai, memiliki potret masalah kesehatan yang cukup kompleks. Melalui wawancara mendalam dengan 100 responden, mahasiswa berhasil memetakan lima masalah kesehatan utama yang menjadi prioritas di dusun ini. Berdasarkan analisis statistik, masalah kesehatan yang diidentifikasi adalah: Angka kejadian malaria yang tinggi, Rendahnya cakupan masyarakat untuk meminum obat malaria, Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, Cakupan kepesertaan BPJS PBI, Cakupan imunisasi COVID-19 yang rendah.
Setelah mendapatkan hasil pemetaan masalah kesehatan, mahasiswa bersama pembimbing, Dhiny Ester, M.Kes., dan Dina Dwi Nuryani, M.Kes., langsung mengadakan kegiatan promosi kesehatan dan upaya preventif untuk masyarakat Dusun Mutun. Salah satu kegiatan penting yang dilakukan adalah kerja bakti bersama masyarakat untuk membersihkan lingkungan sekitar pantai Mutun. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, yang merupakan langkah awal dalam pencegahan berbagai penyakit.
Setelah kegiatan kerja bakti, pertemuan dengan masyarakat pun dilanjutkan. Mahasiswa melakukan edukasi mengenai pola hidup sehat dan cara pencegahan penyakit malaria. Kegiatan ini berlangsung penuh keakraban, dengan komunikasi dua arah yang baik antara mahasiswa, pembimbing, dan masyarakat. Semua pihak terlibat aktif dalam diskusi yang terarah, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh warga.

Dhiny Ester, M.Kes., selaku pembimbing mengatakan, “Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari implementasi Program Based Learning yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat”.
“Sebagai pembimbing, saya sangat bangga melihat antusiasme dan dedikasi mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Dusun Mutun dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” tambahnya.
“Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Tentunya, upaya yang kita lakukan harus berkelanjutan agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang” tutupnya.
Dalam kesempatan lain Dina Dwi Nuryani, M.Kes., sebagai pembimbing kelompok 7 mengutarakan hal yang senada, “Saya sangat mengapresiasi semangat mahasiswa yang telah bekerja keras dalam menganalisis masalah kesehatan di Dusun Mutun”.
Dina menambahkan, melalui PBL ini, mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari kenyataan di lapangan, yang tentunya sangat memperkaya pengalaman mereka.
“Saya berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terutama dalam mengatasi masalah malaria yang menjadi isu utama di daerah ini, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya imunisasi dan kepesertaan BPJS. Semoga kolaborasi ini menjadi langkah awal yang baik dalam membangun kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tandasnya.
Kegiatan PBL di Dusun Mutun tidak hanya berlangsung singkat, namun juga memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. Di akhir acara, mahasiswa beserta pembimbing mengadakan sesi ramah tamah dan foto bersama, sebagai tanda terima kasih atas partisipasi masyarakat yang sangat antusias.
“Besar harapan kami sebagai mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, bahwa apa yang telah dilakukan dalam kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perubahan tatanan masalah kesehatan di Dusun Mutun. Kami ingin melihat kualitas kesehatan masyarakat di sini terus meningkat dan menjaga keberlanjutan upaya kesehatan yang telah dimulai hari ini,” ujar Muliono selaku perwakilan mahasiswa.
Slamet Riyadi selaku Kepala Dusun, mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa dari Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati yang telah datang ke dusun kami melalui Program Based Learning (PBL). “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan. Sejak kedatangan mereka, banyak hal yang kami pelajari, mulai dari cara pencegahan malaria hingga pentingnya vaksinasi dan kepesertaan BPJS.” ujarnya
“Saya merasa sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini. Pemberian edukasi mengenai cara hidup sehat dan pencegahan malaria sangat berguna. Kami selama ini memang kurang paham betul bagaimana cara mencegah malaria, dan sekarang kami tahu langkah-langkah yang bisa dilakukan. Kerja bakti yang dilakukan di pantai juga memberikan kesadaran kepada kami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.” ujar perwakilan warga dusun.
Melalui kegiatan ini, terlihat bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat lokal mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi perbaikan kesehatan. Tentunya, keberhasilan ini tidak hanya menjadi prestasi bagi mahasiswa, tetapi juga untuk masyarakat Dusun Mutun yang berkomitmen menjaga kesehatan mereka secara bersama-sama. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Based Learning (PBL) Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, Membawa Perubahan di Dusun Mutun, Desa Sukajaya Lempasing Pesawaran
Program kali ini berfokus pada kondisi kesehatan masyarakat pesisir Desa Sukajaya Lempasing, khususnya di Dusun Mutun, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Kegiatan PBL yang melibatkan kelompok 7 ini terdiri dari delapan mahasiswa: Muliono, Gilang Agusman, Fitriani, Chania Forcepta, Ketut Sastini, Gilang Ramadhan Putra, Muhammad Alfi Syahril, dan Muhammad Agam Al Hariry. Minggu (9/2/2025).
Dusun Mutun, yang terletak di pesisir pantai, memiliki potret masalah kesehatan yang cukup kompleks. Melalui wawancara mendalam dengan 100 responden, mahasiswa berhasil memetakan lima masalah kesehatan utama yang menjadi prioritas di dusun ini. Berdasarkan analisis statistik, masalah kesehatan yang diidentifikasi adalah: Angka kejadian malaria yang tinggi, Rendahnya cakupan masyarakat untuk meminum obat malaria, Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, Cakupan kepesertaan BPJS PBI, Cakupan imunisasi COVID-19 yang rendah.
Setelah kegiatan kerja bakti, pertemuan dengan masyarakat pun dilanjutkan. Mahasiswa melakukan edukasi mengenai pola hidup sehat dan cara pencegahan penyakit malaria. Kegiatan ini berlangsung penuh keakraban, dengan komunikasi dua arah yang baik antara mahasiswa, pembimbing, dan masyarakat. Semua pihak terlibat aktif dalam diskusi yang terarah, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh warga.
Dhiny Ester, M.Kes., selaku pembimbing mengatakan, “Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari implementasi Program Based Learning yang mengedepankan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat”.
“Sebagai pembimbing, saya sangat bangga melihat antusiasme dan dedikasi mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Dusun Mutun dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” tambahnya.
“Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan. Tentunya, upaya yang kita lakukan harus berkelanjutan agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang” tutupnya.
Dina menambahkan, melalui PBL ini, mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari kenyataan di lapangan, yang tentunya sangat memperkaya pengalaman mereka.
“Saya berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terutama dalam mengatasi masalah malaria yang menjadi isu utama di daerah ini, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya imunisasi dan kepesertaan BPJS. Semoga kolaborasi ini menjadi langkah awal yang baik dalam membangun kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tandasnya.
Kegiatan PBL di Dusun Mutun tidak hanya berlangsung singkat, namun juga memberikan kesan mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. Di akhir acara, mahasiswa beserta pembimbing mengadakan sesi ramah tamah dan foto bersama, sebagai tanda terima kasih atas partisipasi masyarakat yang sangat antusias.
“Besar harapan kami sebagai mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, bahwa apa yang telah dilakukan dalam kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih nyata bagi perubahan tatanan masalah kesehatan di Dusun Mutun. Kami ingin melihat kualitas kesehatan masyarakat di sini terus meningkat dan menjaga keberlanjutan upaya kesehatan yang telah dimulai hari ini,” ujar Muliono selaku perwakilan mahasiswa.
“Saya merasa sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan mahasiswa ini. Pemberian edukasi mengenai cara hidup sehat dan pencegahan malaria sangat berguna. Kami selama ini memang kurang paham betul bagaimana cara mencegah malaria, dan sekarang kami tahu langkah-langkah yang bisa dilakukan. Kerja bakti yang dilakukan di pantai juga memberikan kesadaran kepada kami tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.” ujar perwakilan warga dusun.
Melalui kegiatan ini, terlihat bahwa kolaborasi antara pendidikan tinggi dan masyarakat lokal mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi perbaikan kesehatan. Tentunya, keberhasilan ini tidak hanya menjadi prestasi bagi mahasiswa, tetapi juga untuk masyarakat Dusun Mutun yang berkomitmen menjaga kesehatan mereka secara bersama-sama. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Program Studi S1 Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Malahayati Raih Akreditasi Unggul, RSJ Daerah Provinsi Lampung Beri Apresiasi
Kegiatan praktik klinik keperawatan jiwa untuk mahasiswa berlangsung pada 10 Februari – 9 Maret 2025 ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa dalam memperoleh pengalaman langsung di lapangan. Dalam acara tersebut, dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), memberikan sambutan yang menekankan pentingnya kompetensi keperawatan jiwa serta kontribusi mahasiswa dalam pelayanan kesehatan mental.
Acara ini turut dihadiri oleh beberapa perwakilan pejabat struktural RSJ Daerah Provinsi Lampung, termasuk Kabid Diklat, Kasi Keperawatan, Kabag Diklat Keperawatan, Kepala Ruangan, serta Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik. Keberadaan mereka dalam acara ini menunjukkan dukungan penuh terhadap proses pendidikan klinik bagi mahasiswa keperawatan.
Editor: Gilang Agusman
Susahnya Pasti, Senangnya Nanti
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Beberapa hari lalu takziah ke kediaman kerabat yang keluarganya meninggal dunia; suasana duka menyelimuti keluarga itu sangat kental sekali, karena alamarhum dikenal orang baik dan banyak teman. Sekalipun yang bersangkuan adalah putra pejabat penting di daerah ini pada jamannya, namun beliau selalu bergaul dari kelas bawah sekali sampai paling atas di negeri ini. Bahkan pernah suatu ketika beliau pulang tinggal menggunakan kaos dalam; tatkala di tanya kemana bajunya, dengan santai beliau menjawab “saya berikan ke mereka yang tidak beruntung dan sangat memerlukan”; dan kelakuan seperti ini beberapa kali beliau lakukan.
Pada saat duduk bersama yang hadir, hampir semua mereka yang datang menceritakan kebaikan beliau semasa hidupnya. Bahkan ada yang sambil berkacaka mengungkapkan kebaikan beliau, saat beliaunya sendiri susah namun begitu ada teman lain membutuhkan bantuannya; dengan sertamerta beliau memberikan apa yang teman butuhkan tanpa mengingat bahwa dirinya juga sedang membutuhkan.
Jadi ingat beberapa puluh tahun silam saat beliau masih muda pada satu kesempatan kami ngobrol dengan beberapa saudara. Almarhum pernah bicara bahwa yang namanya susah itu pasti, tidak usah dicari dia datang sendiri, namun berbeda dengan senang, itu adalah sesuatu yang harus diupayakan untuk bisa hadir di dalam hati. Tampaknya beliau mengamalkan ajaran itu hingga akhir hayatnya. Semoga beliau husnulkhotimah.
Kita telusuri lebih lanjut apa makna dasar filosofi dari pendapat tadi; ternyata berdasarkan penelusuran digital ditemukan informasi sebagai berikut: “Susahnya pasti, senangnya nanti” memiliki makna filosofis yang dalam, terutama dalam konteks kehidupan dan perjuangan. Berikut beberapa makna yang bisa diambil: Pertama, Kesulitan adalah Keniscayaan, Kebahagiaan adalah Hasil, Dalam hidup, kesulitan dan tantangan pasti akan terjadi. Tidak ada manusia yang terbebaas dari kesulitan dan tantangan. Namun, jika kita bertahan dan berusaha, kesenangan atau keberhasilan akan menyusul kemudian.
Kedua, Kesabaran dan Ketekunan Menghasilkan Hasil Manis, Perjalanan menuju keberhasilan sering kali penuh rintangan. Kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan akan membawa hasil yang lebih baik di masa depan. Ketiga, Hukum Sebab Akibat . Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai. Jika kita siap menghadapi kesulitan dan bekerja keras, pada akhirnya kebahagiaan dan keberhasilan akan datang sebagai akibatnya. Keempat, Nilai Keberanian dan Pengorbanan. Menjalani kesulitan dengan tekad kuat bukan berarti menikmati penderitaan, tetapi memahami bahwa perjuangan saat ini adalah investasi bagi kebahagiaan di masa depan.
Ungkapan ini mencerminkan pola pikir jangka panjang, bahwa kebahagiaan sejati sering kali lahir dari proses yang sulit dan penuh ujian. ungkapan ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi kesulitan karena di baliknya ada kebahagiaan yang menunggu. Oleh sebab itu tidaklah salah jika orang bijak mengatakan bawa: “Susah adalah jalan menuju senang, dan senang tak akan berarti tanpa susah.”
Namun jaman sudah berubah, generasi sudah berganti; justru sekarang ungkapan itu menjadi usang karena berubah menjadi “kenapa harus susah kalau senangnya sudah pasti”. Sikap tidak menghargai proses ini menjadikan pola hidup hedonis; bahkan ada teman sesama purnabakti yang berjiwa nasionalis sampai berkomentar “mau jadi apa negeri ini jika semua mau instan”.
Tampaknya ada sesuatu yang hilang di negeri ini, salah satu diantaranya adalah “teladan mulia” yang ditampilkan para pemuka negeri. Bisa dibayangkan jika dari atas sampai bawah memudahkan sistem bisa dilakukan jika ada “pelumas” berupa cuan. Lebih menakjubkan lagi jika itu dalam satuan nominal asing; maka bisa dibayangkan betapa rapuhnya negeri ini. Akibatnya laut dikapling, gunung di ratakan; sebentar lagi udara di sekat dan kalau bisa mataharipun akan dipindahkan. Semua terjadi karena ketamakan yang melekat dalam diri, sehingga bisa menjadi lupa diri.
Padahal jauh-jauh hari Rasullullah sudah berpesan bahwa diriwayatkan oleh Anas bin Malik, di mana Rasulullah ﷺ bersabda: “Andai kata manusia itu telah mempunyai harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya tanah (maut). Dan Allah menerima taubat orang yang telah bertaubat kepada-Nya.” Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Dini Maharani Mahasiswa Universitas Malahayati, Raih Juara 1 Karate Kategori Kata Perorangan Junior dan U21 Putri
Prestasi ini merupakan bukti dedikasi dan kerja keras Dini dalam mengasah kemampuan karate-nya. Dini mengungkapkan, “Suatu kebanggaan dapat menunjukkan dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan. Semua ini tidak terlepas dari latihan keras dan dukungan dari semua pihak yang selalu mendukung saya.”
Dini juga berbagi pesan inspiratif, hasil tidak akan menghianati proses. “Semua yang saya capai adalah hasil dari proses panjang dan kerja keras. Saya ingin menginspirasi teman-teman mahasiswa lainnya bahwa dengan usaha yang maksimal, kita pasti bisa meraih apa yang kita impikan,” ujarnya.
Universitas Malahayati merasa bangga atas prestasi yang diraih oleh Dini. Ini menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa Malahayati tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga di bidang olahraga. Harapannya, Dini dapat terus mengukir prestasi di tingkat yang lebih tinggi dan menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya bagi mahasiswa Universitas Malahayati.
Keberhasilan Dini Maharani ini sekaligus menunjukkan pentingnya keseimbangan antara akademik dan pengembangan bakat di luar kelas, yang dapat mendukung kemajuan pribadi dan membawa kebanggaan bagi universitas. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Universitas Malahayati Matangkan Persiapan Akreditasi Program Studi Akuntansi
Rapat ini dihadiri oleh Wakil Rektor I Universitas Malahayati Prof. Dr. Dessy Hermawan, Ns., M.Kes., Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen Dr. Rahyono, S.Sos., M.M., Kepala LPPM Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D., Kepala LPMI Dr. M. Arifki Zainaro, Ns., M.Kep., dan Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi Muhammad Luthfi, S.E., M.Si., serta dosen Program Studi Sarjana Akuntansi
Lembaga Penjaminan Mutu Internal berperan aktif dalam menyukseskan pengajuan akreditasi sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Eksternal. Rapat ini menitikberatkan pada penyelarasan dokumen yang dibutuhkan serta strategi dalam memenuhi standar yang ditetapkan oleh LAMEMBA.
Dengan adanya persiapan yang matang dan sinergi antara Universitas, LPPM, LPMI dan Program Studi Sarjana Akuntansi. Universitas Malahayati optimis dapat memperoleh hasil akreditasi yang terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing lulusan. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Waspada Bencana: Prodi Keperawatan Universitas Malahayati Selenggarakan Simulasi Manajemen Disaster untuk Sivitas Akademika
Simulasi ini diikuti oleh seluruh sivitas akademika Universitas Malahayati, termasuk dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, serta petugas keamanan (satpam). Dengan adanya keterlibatan berbagai elemen kampus, diharapkan koordinasi dan respons cepat terhadap bencana dapat lebih terorganisir dan efektif.
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UNMAL Aryanti Wardiyah,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen institusi dalam memberikan pendidikan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga praktik langsung di lapangan. “Kami ingin membekali mahasiswa dan seluruh sivitas akademika dengan keterampilan yang tepat dalam menghadapi bencana, baik dalam skala kecil maupun besar,” ujarnya.
Para peserta mengaku mendapatkan banyak manfaat dari simulasi ini. Tia salah satu peserta yang mengikuti kegiatan ini mengungkapkan, “Simulasi ini benar-benar membuka wawasan saya tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Saya merasa lebih siap dan percaya diri jika sewaktu-waktu menghadapi situasi darurat.”
Dengan adanya simulasi manajemen disaster ini, Universitas Malahayati semakin menunjukkan komitmennya dalam mencetak Tenaga Kesehatan khususnya Lulusan Ners yang tidak hanya kompeten dalam bidang akademik, tetapi juga siap berkontribusi dengan tekad yang KUAT dalam situasi kegawatdaruratan demi keselamatan masyarakat luas. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Lokakarya Mini Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Tanggapi Masalah Kesehatan dan Lingkungan di Desa Sukajaya Lempasing
Kegiatan ini diadakan pada Sabtu, 8 Februari 2025, dan menjadi bagian dari upaya Program Magister Kesehatan Masyarakat FIK Universitas Malahayati untuk melakukan kajian awal permasalahan kesehatan di tingkat desa. Sebelumnya, mahasiswa telah melakukan survei kesehatan di desa tersebut, yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam lokakarya mini ini.
Dalam kegiatan lokakarya mini, masing-masing dusun menyampaikan hasil analisis mereka, terdapat lima masalah kesehatan utama paling mendesak untuk menjadi perhatian masyarakat khususnya pimpinan wilayah setempat. Berbagai masalah mulai dari kurangnya pemahaman tentang IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), rendahnya cakupan vaksinasi malaria, hingga kebiasaan merokok yang meluas.
Berikut adalah hasil lokakarya mini di masing-masing dusun yang dihadiri oleh perangkat dusun, kader kesehatan, dan tokokh masyarakat, kesepakatannya sebagai berikut:
Menurut Dr. Samino SH, M.Kes., Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, tujuan utama dari kegiatan lokakarya mini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan yang ada di masyarakat Desa Sukajaya Lempasing dan memetakan berbagai permasalahan yang perlu segera ditangani. “Mahasiswa diturunkan untuk melakukan kajian awal dan mendalami masalah kesehatan apa yang ada di desa binaan. Dari sini, diharapkan masyarakat dapat terlibat dalam mencari solusi serta meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya kesehatan,” jelas Dr. Samino.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dan program-program lain di bawah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati untuk mengembangkan solusi yang lebih inovatif, sehingga masyarakat lebih sehat dan produktif.
Dengan semangat kebersamaan, diharapkan lokakarya mini ini dapat menjadi awal yang baik bagi tercapainya perubahan positif dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Desa Sukajaya dan sekitarnya. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Fakultas Teknik Universitas Malahayati Gelar Yudisium Periode 37
Ia juga menambahkan bahwa pendidikan berbasis Keluaran (Outcome Based) yang diterapkan di Universitas Malahayati telah membawa banyak perubahan dalam kurikulum yang mendukung pengembangan akademik dan keahlian para mahasiswa.
Prof. Dessy mengingatkan para lulusan untuk terus membangun dan menjalin komunikasi dengan para alumni. “Jika nanti kalian sudah menjadi orang hebat dan sukses, jangan melupakan junior-seniornya. Beri juga peluang kepada mereka yang memiliki semangat tinggi,” ucapnya.
“Alhamdulillah, dengan lulusnya kuliah ini, satu beban di pundak kalian telah berakhir. Namun, belajar yang sebenarnya itu adalah di lapangan, sementara di kampus hanya teori pendukung,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya para lulusan untuk dapat mengimplementasikan visi dan misi masing-masing program studi, karena hal tersebut akan menjadi indikator kesuksesan mereka di masa depan.
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor 1, Dekan Fakultas Teknik, Ka. Prodi Teknik Lingkungan, Ka.Prodi Teknik Sipil, Ka. Prodi Teknik Industri, segenap para dosen Fakultas Teknik, dan peserta yudisium. (gil)
Editor: Gilang Agusman
Nikmati Ceritanya
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pekan lalu mendapat undangan kehormatan dari seorang sohib yang menikahkan anaknya bertempat di gedung yang megah lagi wah. Tentu saja karena beliau seorang pejabat tinggi di daerah ini, undangannya begitu luar biasa banyaknya, dan karangan bunga ucapan selamatpun tidak kalah panjangnya; bahkan sampai melampaui batas teritori gedung.
Biasanya untuk menghadiri acara yang begini menggunakan jurus, datang, berjuang untuk salaman, dan pulang. Untuk kali ini justru tidak, karena ada nuansa tersendiri; disamping hubungan personal dengan pemangku hajat, juga ingin menikmati cerita dari perjalanan anak manusia. Maka posisi dudukpun diatur sedemikian rupa agar memiliki “sudut pandang” yang luas, guna mencermati perilaku sekaligus merasakan suasana hati dari para tamu undangan.
Benar saja hipotesis mulai terbukti, disamping suasana terlihat meriah, acarapun berlangsung tertib, tidak ada saling dorong dalam mengambil hidangan. Undangan berjajar sabar untuk mencapai podium, dan dalam barisan itulah tampak wajah-wajah yang bagaimana kebersihan hatinya. Rerata mereka tidak ada yang bersungut, namun tidak pula tertawa terbahak-bahak seolah orang lain ngontrak.
Begitu juga organizing comitte yang mengatur tidak tampak “galak” seolah Herder penjaga tuan, akan tetapi lebih sebagai sahabat yang siap membantu.
Biasanya mendatangi acara begini cukup dengan waktu lima belas menit, tapi kali ini lebih dari dua jam menikmati cerita kehidupan, sampai-sampai tidak sempat lagi maju ke podium bersalaman karena kelelahan.
Tertibnya acara menunjukkan bahwa pemilik hajat adalah orang yang memiliki kepiawaian strategi yang baik, maka itupun para petinggi negeri ini yang hadir tidak merasa mendatangi anak buah tetapi lebih sebagai sahabat.
Beda cerita dengan berikutnya; sebelum acara di atas, malam sebelumnya menghadiri acara pernikahan keluarga dekat. Mempelai wanita sudah yatim piatu; hidup bersama saudara bermukim di tepi jalan kereta. Sebelum mulai acara hujan lebat mengguyur, jalanan banjir dimana-mana, tenda basah kuyup, kursi tamu basah berantakan di gang yang sempit tempat acara hajat berlangsung. Saat kumandang adzan isya berlangsung, hujan berhenti, dan kemudian ijab kabul dimulai. Tuhan Maha Mengetahui apa isi hati dan doa mahluk-Nya.
Acaranya juga “meriah” dengan kesederhanaan, yang semua diangkat oleh paman dan keluarga. Kekompakkan yang “guyup” tampak sekali. Acara berlangsung ditingkahi lalunya Kereta Babaranjang pembawa batu bara; namun karena kesakralan acara itu, mereka yang datangpun tetap khidmat.
Demikian juga karena “suasana kebatinan” yang seperti ini, acara ditunggui sampai dini hari; yang biasanya sudah mimpi dua kali, untuk malam ini harus merayap membawa kendaraan dengan mata yang nanar karena sudah kurang melihat. Catatan panjang terukir dibenak, bagaimana kelak mempelai harus menghadapi hidup ke depan; modal yang ada hanya berserah diri pada Tuhan dalam membagi rejeki.
Namun demikian, kedua cerita tadi ada kesamaan, mereka sama-sama menengadahkan tangan meminta kepada Rabb untuk menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Demikian pula semua tamu undangan, tidak membedakan kasta dan jabatan, semua menengadahkan tangan mendoakan kedua pasangan agar supaya diberi kekuatan oleh Rabb dalam menempuh samudra kehidupan yang kadang-kadang tenang membahagiakan, tetapi juga kadang ada badai datang dengan halilintar menyambar.
Ternyata hidup ini harus pandai “menikmati cerita” dari perjalanan mahluk yang bernama manusia. Beda siang dan malam tampak nyata; ada yang bersyukur, dan ada juga yang bersabar. Keduanya memang perintah langit untuk kita semua dalam melakoni kehidupan. Hanya sayangnya banyak diantara kita masih ada yang “saat menderita bersimpuh meratap pada yang Kuasa; setelah berjaya menjadi lupa siapa kita”.
Pangkat dan harta hanya hiasan, kata sepenggal komplet lagu lawas, “Harta adalah hiasan hidup semata. Kejujuran keikhlasan itu yang utama. Jangan kau taburi cinta dengan permata. Tetapi hujanilah semua dengan kasih sayang”. Tampaknya pesan lagu ini sangat dalam; tinggal apakah kita mau memahamkan bukan hanya sekedar lagu, akan tetapi lebih kepada sikap hidup.
Cerita dunia tidak akan ada akhirnya, karena setiap waktu akan ganti sequen bahkan pemeran. Hanya bagi mereka yang sadar bahwa “semua akan berlalu” lah yang bisa menikmati sampai akhir. Saat kita berjaya, kita tidak akan pongah karena sadar itu “semua akan berlalu”; dan kita tidak akan meratap berputus harap saat kita gagal, karena sadar “semua juga akan berlalu”.
Ingat pesan Abu Nawas, tokoh legendaris yang vidionya beberapa waktu lalu dikirim ulang oleh Sang Mahaguru Muhklis Paeni seorang Guru Besar yang membesarkan penulis; itu masih tetap relevan jika kita mau sedikit menundukkan kepala ke bumi; karena besarnya kita ini tidak lebih hanya debu yang melayang di udara; dia datang untuk pergi. Mari nikmati ceritanya sampai kita juga tinggal cerita. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Belum Lucu Sudah Tertawa
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Berdasarkan penelusuran digital konsep lucu mengacu pada sesuatu yang mengundang tawa, kegembiraan, atau hiburan melalui kejutan, absurditas, atau permainan kata dan situasi. Kelucuan bisa muncul dari banyak aspek, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, ironi, atau kebodohan yang disengaja. Dalam seni pertunjukan, humor sering digunakan untuk membangun keterhubungan dengan penonton dan mengurangi ketegangan.
Sulit untuk menentukan siapa individu pertama yang menggunakan kelucuan dalam pertunjukan, karena humor adalah bagian dari budaya manusia sejak zaman kuno. Namun, beberapa tokoh dan tradisi awal yang dikenal karena menonjolkan kelucuan dalam pertunjukan berdasarkan penelusuran digital ditemukan jejak sejarah antara lain: Dalam teater Yunani kuno, Aristophanes (c. 446–386 SM) dikenal sebagai bapak komedi melalui karya-karyanya yang satir dan penuh humor. Sedangkan pada jaman kerajaan, di Eropa abad pertengahan, Court Jester atau badut istana memainkan peran penting dalam hiburan kerajaan dengan humor verbal dan fisik.
Di Itali pada Abad ke 16 dikenal dengan adanya Commedia dell’Arte , yaitu tradisi teater improvisasi ini melahirkan karakter-karakter lucu seperti Arlecchino dan Pulcinella, yang kemudian menginspirasi badut modern. Dan, pada abad ke 20 dikenal tokoh Charlie Chaplin; Salah satu pionir dalam film bisu yang menonjolkan kelucuan fisik dengan karakter The Tramp, yang memadukan slapstick dan kritik sosial. Informasi lain ditemukan berawal dari hiburan kabaret dan vaudeville di akhir abad ke-19, komedi modern berkembang pesat dengan pelawak seperti Richard Pryor, George Carlin, dan kemudian komedian seperti Kevin Hart dan Dave Chappelle. Jadi, humor dalam pertunjukan telah berkembang sejak zaman kuno hingga sekarang dengan berbagai bentuk, dari slapstick hingga komedi cerdas yang berbasis observasi.
Kita tinggalkan sejarah di atas, kita lihat keadaan sekarang, justru kelucuan-kelucuan itu ada disekitar kita dan tidak harus dimainkan oleh Badut; sebab badut-badut itu sekarang ada dimana-mana. Mereka tidak memerlukan panggung, penerangan lampu dan costum, sebab “badut sosial” itu sudah menyiapkan sendiri panggung, media penyiaran, dan yang tidak kalah pentingnya para “orang bayaran” untuk berkomentar atau mendukung dalam bentuk pengikut atau yang dikenal dengan follower. Dan, juga ada kelompok sepisial untuk “mengacak-acak” yang dikenal buzzer. Buzzer bisa jadi orang perseorangan atau kolektif yang mendukung sebuah opini dalam suatu isu. Guna memengaruhi pendapat pengguna sosial media. Buzzer biasanya akan bekerja secara kolektif untuk menyuarakan hal yang sama, dan mereka ini dibayar oleh pemesannya.
Pada saat keadaan normal kita baru tertawa setelah melihat tampilan untuk ditertawai; justru sekarang berbeda, kita keburu tertawa dahulu sebelum mereka tampil lucu. Hal ini disebabkan kita dari awal sudah mengetahui kemana arah alur cerita dan orang yang akan tampil untuk bicara apa. Bisa kita bayangkan Pagar Laut yang sudah jelas-jelas melanggar, ternyata dilakukan dan ada yang membela keberadaan atas pelanggaran tadi. Akhirnya semua kita menjadi tertawa duluan, sekalipun lucunya baru belakangan. Karena kelucuan-kelucuan itu muncul semakin membuat tertawa awal kita semakin seru.
Peristiwa lain, karena ada media online yang selalu mengkritisi penyimpangan yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk mereka yang ada di pemerintahan, kepolisian, lembaga penegak hukum, atau fihak-fihak lain. Akhirnya media masa online tadi diganggu penyiarannya dengan “menukangi” agar lambat tampil, bahkan tampilannya dirusak, dan lain sebagainya; yang intinya agar berita yang ada tidak segera sampai kepembaca. Mereka lupa bahwa jaman globalisasi seperti sekarang ini tidak bisa dengan mudah kita membendung informasi; akhirnya kita tertawa sebelum kelucuan terjadi di depan kita. Bisa dibayangkan betapa konyolnya, berita yang diunggah redaksi tengah malam, baru tampil dimedianya duabelas jam kemudian esok. Hanya karena artikel atau berita yang dimuat diduga akan menyudutkan seseorang, atau lembaga. Sementara pada waktu yang sama berita itu dimuat oleh media lain dengan kata dan kalimat semua sama, terbit tanpa kendala.
Belum lagi lelucon yang ditampilkan akibat dari melihat peristiwa lucu lainnya; akibatnya kita menjadi tertawa terlebih dahulu, sekalipun peristiwa mungkin terjadi, mungkin juga tidak. Bisa dibayangkan jika hari ini laut di pagar, ada yang sudah membuat “lelucon” bahwa udara di atas sana sudah dikapling dan bersertifikat. Kelucuan yang berupa satir seperti ini memang membuat sakit perut sebelum tertawa, karena sindiran pedas ini hanya untuk mereka yang berfikir waras.
Menahan orang dengan tuduhan yang tidak jelas; akibatnya yang bersangkutan dengan tegas menolak kompromi apapun karena merasa tidak berbuat salah. Ternyata sampai hari ini belum juga ditemukan bukti pelanggaran, sementara yang bersangkutan sudah ditahan. Mau dikeluarkan takut kehilangan muka, tidak dikeluarkan menjadi pelanggaran Hak Azazi Manusia, akhirnya kita tertawa, walaupun belum mengetahui manalagi kelucuan yang akan ditampilkan. Konyol lagi ada peristiwa dilaporkan oleh yang merasa dirugikan empat tahun yang lalu. Ternyata baru dilakukan pemanggilan sekarang, dengan alasan yang tidak masuk akal, karena ya memang akal-akalan. Rasanya semakin sempurna kita tertawa dahulu, sebelum kelucuan itu tampil.
Belum lucu sudah tertawa, itu masih dapat dipahami; namun jika sudah meningkat “sakit perutnya sekarang, tertawanya besok”; itu betul-betul sudah runyam. Dan, tampaknya bisa jadi kita akan mengarah ke sana. Bisa dibayangkan negara sebesar ini diolok-olok oleh piranti sosial bahwa dollar mengalami “keanjolkan” luar biasa; ternyata setelah dikonfirmasi hanya sekedar goyon belaka. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman