Pertanyaan Nakal

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu murid kelas enam di satu Sekolah Dasar sedang belajar Pendidikan Agama. Adapun topic yang dibicarakan adalah Tugas para Malaikat. “anak-anak ku sekalian ada sepuluh malaikat istimewa yang diberi tugas oleh Allah “ Demikian sepenggal kalimat pembuka Ibu Guru Agama kepada muridnya. Lanjut beliau “ adapun mereka-mereka itu adalah Malaikat Jibril :Tugasnya: Menyampaikan wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Contohnya, Jibril menyampaikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat Mikail, Tugasnya: Mengatur rezeki, termasuk hujan, tumbuh-tumbuhan, dan kesejahteraan makhluk hidup. Malaikat Israfil, Tugasnya: Meniup sangkakala pada hari kiamat. Tiupan pertama menandakan kehancuran dunia, dan tiupan kedua menandakan kebangkitan manusia dari kubur. Malaikat Izrail, Tugasnya: Mencabut nyawa setiap makhluk sesuai dengan ketetapan Allah. Malaikat Munkar, Tugasnya: Menanyai manusia di alam kubur tentang keimanan dan amal perbuatan setelah meninggal. Malaikat Nakir, Tugasnya: Bersama Malaikat Munkar, menanyai manusia di alam kubur tentang amal dan ibadahnya. Malaikat Raqib, Tugasnya: Mencatat amal baik manusia selama hidup di dunia. Malaikat Atid, Tugasnya: Mencatat amal buruk manusia selama hidup di dunia. Malaikat Malik, Tugasnya: Menjaga pintu neraka dan mengawasi penghuni neraka. Malaikat Ridwan, Tugasnya: Menjaga pintu surga dan menyambut penghuni surga”.

Sebelum Ibu Guru melanjutkan penjelasannya, ada seorang anak laki-laki yang duduk bangku baris ke dua didepan meja guru angkat tangan, “Ibu apakah saya boleh bertanya” sergah sang anak. Ibu Guru berkata “ tentu boleh nak”. Anak tadi melanjutkan pertanyaannya “ Ibu karena Rasullullah itu nabi teraakhir, maka wahyu dari Allah tidak akan turun lagi, lalu apa kerja malaikat Jibril sekarang ya Bu ?”anak tadi menampilkan muka serius kepada gurunya. Tentu pertanyaan ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Ibu Guru, karena menurut pengalamannya yang hampir sepuluh tahun mengajar di Sekolah Dasar ini tidak pernah bertemu dengan pertanyaan model begini. Namun Ibu Guru sangat bijak menjawabnya dengan muka ramah beliau menjawab “wah…anak ibu pandai sekali, iya juga ya apa kerjanya malaikat itu, kalau begitu ayo kita sama-sama mencari tahu apa kerja malaikan Jibril sekarang”.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tidak terasa peristiwa itu berlalu. Duapuluh lima tahun kemudian, dipagi yang agak mendung Ibu Guru Agama yang sudah tidak muda lagi itu datang kesekolah seperti biasa. Dan, pekerjaan itu dilakoninya dengan ihlas riang gembira, karena tidak terasa tahun ini adalah terakhir dirinya menjadi guru karena tahun depan beliau purna tugas. Sesampainya di sekolah beliau sudah ditunggu Kepala Sekolah, yang juga dulu muridnya, dan dengan takzim Pak Kepala menyampaikan ada undangan terhormat untuk ibu. Betapa terkejutnya Ibu Guru Agama tadi ternyata undangan itu adalah undangan Pengukuhan Guru Besar dari muridnya yang dulu bertanya tugas malaikat Jibril setelah tidak ada nabi lagi. Ternyata muridnya itu sekarang adalah dosen di Universitas Agama Islam terkemuka di kota ini, dan yang membanggakan muridnya tadi bergelar Doktor, dan empat gelar Master di belakang namanya.

Hari yang ditunggu Sang Ibu Guru tiba, dan beliau mematut diri untuk hadir minta ditemani anak tertuanya, karena sang suami sudah berpulang terlebih dahulu dua tahun yang lalu. Ibu Guru tadi disambut oleh Sang Guru Besar di muka pintu Auditorium, dan dengan sujud yang dalam sang Profesor berkata “Terimakasih ibu yang telah membimbing saya untuk mencari tugas apa yang dilakukan malikat Jibril setelah tidak ada nabi lagi, dan pertanyaan itulah yang membuka jalan saya menjadi Doktor dan sekarang Guru Besar”. Ibu Guru Agama berkaca-kaca matanya dan tidak mampu berkata apa-apa kepada muridnya, dan beliau memeluk erat muridnya yang Profesor tadi sambil berbisik “semoga Allah selalu membimbing mu nak”. Sejurus Sang Guru Besar membimbing tangan gurunya untuk duduk kursi paling depan pada acara terhormat itu.

Acara dilanjutkan dan tiba saat pidato pengukuhan yang disampaikan oleh Sang Guru Besar, dengan lantang nama Ibu Guru Agama tadi disebut dalam pidato Pengukuhan bagaimana pertanyaan waktu Sekolah Dasar dulu-lah yang mendorong dirinya terus mencari kebenaran ilmu, dan Guru Besar dengan bangga meminta Ibu Guru untuk berdiri dan Sang Profesor menakupkan kedua tangannya dari atas podium sambil berkata “Terimakasih Guru Ku”. Hadirin di ruang megah itu bertepuk tangan, bahkan ada diantara mereka yang berdiri dengan takzim.

Pertanyaan tersisa masih adakah pendidikan budi pekerti, ahlak, dan tata krama yang dibalut dedaktik-methodik untuk saat ini, sehingga mampu mengantarkan murid-murid menjadi pemikir yang kritis namun tetap berbudaya tinggi seperti cerita di atas. Betapa banyak diantara kita dari Jenderal, Kepala Daerah, Pejabat Tinggi, bahkan mungkin Presiden; yang saat pengukuhan jabatan mengundang guru Sekolahnya dahulu. Padahal semua kita mengetahui tanpa Guru tidak mungkin kita bisa mencapai karier seperti sekarang ini. Salam Hormat Buat Semua Guru dimanapun berada, tidak perlu menunggu Hari Guru baru hormat pada guru. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman