51 Lulusan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Malahayati Ikut Yudisium ke-37, Ini Pesan Wakil Rektor 1

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sebanyak 51 lulusan Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Malahayati Bandar Lampung mengikuti Yudisium ke-37 di Malahayati Career Center, Kamis, 17 Oktober 2024.

Lulusan terdiri dari 9 Program Magister Akuntansi Paska Sarjana, 11 Program Sarjana Studi Akuntansi, dan 31 Sarjana Program Studi Manajemen. Mereka secara resmi berhak menyandang gelar SE dan M.Ak.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor 1 Universitas Malahayati, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., NS., M.Kes., menyampaikan ucapan selamat kepada para lulusan yang telah berhasil menyelesaikan tahapan akademik mereka.

“Secara resmi, adik-adik semua sudah menyelesaikan seluruh tahapan di perkuliahan dari nol SKS sampai minimal 144 SKS, dan hari ini dinyatakan sudah lulus,” ujarnya.

Dr Dessy mengingatkan bahwa tambahan gelar yang diraih oleh para lulusan merupakan amanah besar yang memikul tanggung jawab baru.

“Kami berharap adik-adik bisa masuk ke ujian yang sesungguhnya, yaitu ujian di masyarakat, dunia kerja, dan kehidupan nyata,” tambahnya.

Ia juga mendoakan agar para lulusan mampu bersaing di dunia yang semakin kompetitif. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjaga etika dan keagamaan, sesuai visi Universitas Malahayati.

“Orang pintar banyak, orang pintar banyak, tapi yang beretika dan menjaga sedikit nilai-nilai agama. Kami ingin adik-adik tetap menjaga etika dan keagamaan di manapun berada,” pesannya.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Dr. Rahyono, S.Sos., MM, juga memberikan wejangan kepada para lulusan.

Ia berpesan agar mereka terus berinovasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. “Pendidikan tinggi bukan akhir, tapi awal untuk terus berinovasi agar tidak kalah saing di luar sana,” ungkapnya.

Dr. Rahyono juga mendorong para lulusan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. “Bapak harap kalian bisa menciptakan karya sehingga menjadi pengusaha sukses dari nol,” katanya.

Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor 4 Suharman, Drs., M.Pd., M.Kes., Kepala LPPM dan Guru Besar Universitas Malahayati Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Hukum Aditia Arief Firmanto, SH, MH, Kaprodi Manajemen Dr. Febrianty, SE, M.Si., Kaprodi Akuntansi Muhammad Luthfi, SE. M.Si., serta sejumlah dosen dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Malahayati. (*)

Redaktur : Asyihin

Menguliti Anatomi Joget Gemoy Pemimpin

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa waktu lalu, saya menghadiri undangan kerabat yang melangsungkan pernikahan putra sulungnya di suatu daerah. Saat itu, saya mendapat tugas harus mewakili keluarga besar untuk memberikan sambutan atas nama keluarga.

Sebagai orang timur, saya tampil harus memenuhi kriteria kesopanan terlebih dahulu ijin dengan para tetua keluarga, mamak, minan, dan lainnya. Semua masih normal dan terukur sesuai pakem yang diperintahkan pembawa acara.

Setelah selesai acara formal kemudian diikuti acara foto bersama keluarga, pembawa acara beralih ke hiburan. Di sini, panggung menjadi ajang adu goyang bersama anak-anak muda milenial dengan goyang ataun “tari gemoy”.

Istilah gemoy yang popular pada saat kampanye presiden lalu bersumber dari istilah yang mengacu pada tarian atau gerakan yang imut dan menggemaskan. Dalam konteks ini, joged berarti menari dan “gemoy” menggambarkan tarian yang terlihat lucu, manis, atau menghibur.

Biasanya, joged gemoy melibatkan gerakan tarian yang ceria, lincah, dan sering kali diiringi dengan ekspresi wajah yang menggemaskan. Fenomena ini sering terlihat di platform media sosial seperti TikTok atau Instagram.

Hasil penelusuran digital dalam kontek peristilahan, istilah “gemoy” tidak memiliki makna formal atau teknis karena merupakan bagian dari bahasa slang yang cenderung bersifat budaya populer.

Namun, jika menafsirkan “gemoy” dalam perspektif filsafat, kita bisa melihatnya dari beberapa sudut pandang yang berkaitan dengan estetika atau etika.

Dari sudut estetika dan keindahan. “gemoy” bisa dikaitkan dengan konsep estetika, yaitu perasaan terhadap sesuatu yang dianggap menggemaskan atau menarik.

Dalam filsafat, konsep keindahan sering kali dikaji dan “gemoy” mungkin bisa dianggap sebagai subkategori dari keindahan yang lebih khusus, yakni keindahan yang menimbulkan rasa gemas atau kasih sayang.

Hal ini bisa didekati melalui teori-teori estetika yang menekankan pengalaman subjektif individu terhadap sesuatu yang dianggap “cantik” atau “manis.”

Dari sudut pengalaman subjektif: Dalam pandangan fenomenologi (misalnya oleh Edmund Husserl), “gemoy” bisa dilihat sebagai salah satu pengalaman subjektif di mana seseorang merasakan sesuatu yang menggerakkan emosinya secara unik.

Pengalaman “gemoy” bisa mencakup rasa senang, hiburan, atau daya tarik emosional yang kuat terhadap sesuatu yang dianggap imut atau lucu.

Dari segi etika dan perasaan: Jika ditinjau dari sudut pandang etika, rasa gemas yang terkait dengan “gemoy” bisa melibatkan hubungan manusia dengan objek-objek yang dianggap tidak berbahaya, bahkan cenderung menyenangkan.

Bisa jadi, pengalaman ini memunculkan pertanyaan filosofis tentang apa yang membuat kita tertarik pada hal-hal yang tampak tidak sempurna, tetapi tetap menimbulkan rasa kasih atau simpati.

Jadi, meskipun “gemoy” bukan istilah yang berasal dari tradisi filsafat formal, dalam konteks filsafat, kita bisa memahami “gemoy” sebagai bagian dari pengalaman estetika dan emosional manusia yang mencerminkan cara kita merespons keindahan dalam bentuk yang lucu atau menggemaskan.

Tinggal dari sudut pandang mana kita memandang “kegemoyan” itu. Sebab bisa jadi kegemoyan itu menjadi tidak menarik lagi jika dilakukan oleh pemimpin formal tertinggi di suatu wilayah, baik dalam arti teritori ataupun dalam imaginatif.

Hal ini karena seorang pemimpin merupakan lambang atau simbol supremasi dari kekuasaan formal yang harus mampu menjadikan dirinya “mahkota” dari masyarakatnya.

Oleh karena itu dapat dipahami jika ada sebagian masyarakat yang tidak menyukai pemimpin tertingginya ikut “bergemoy-ria” di atas panggung, meskipun itu bersama keluarganya.

Apalagi jika gerakan-gerakan yang ditampilkan tidak mencerminkan perilaku pemimpin formal, dan cenderung tampak “merendahkan” dirinya.

Namun kita juga harus menganut pendapat yang berbeda, karena bisa jadi memposisikan kegemoyan ada pada ranah “sukacita”. Jika sudut pandang ini yang dipakai, maka kita harus menghormati hak individu untuk mengekspresikan kegembiraannya.

Ukuran perilaku pemimpin dalam ranah estetika dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin mengatur, memerankan, dan mempengaruhi lingkungan atau budaya estetika dalam organisasi atau kelompok yang dipimpinnya.

Berikut adalah beberapa dimensi yang bisa menjadi ukuran:

1. Kepekaan Estetika
Pemimpin yang memiliki sensitifitas estetika akan mampu menghargai keindahan, harmoni, dan nilai-nilai artistik dalam bentuk visual, audio, atau bahkan dalam interaksi sosial.

Ukuran ini dilihat dari bagaimana pemimpin memperhatikan detail estetika dalam hal seperti: desain ruang kerja, cara berpakaian atau berpenampilan, penggunaan bahasa yang estetis dalam komunikasi. Bagaimana ia menata lingkungan kerja untuk menciptakan suasana yang mendukung kreativitas dan produktivitas.

2. Penciptaan Lingkungan Estetis
Pemimpin yang estetika akan berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman, indah, dan sesuai dengan tujuan organisasi. Hal ini dapat melibatkan: Pengaturan tata ruang kantor agar lebih harmonis dan fungsional, mendorong penghargaan terhadap karya seni atau budaya menjaga kualitas visual dan representasi identitas organisasi melalui desain logo, warna, dan presentasi umum.

3. Penghargaan terhadap Keindahan dalam Pengambilan Keputusan
Dalam beberapa kasus, pemimpin estetika juga memperhitungkan aspek keindahan dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa mencakup: Bagaimana keputusan mereka mencerminkan etika, keindahan moral, atau keharmonisan sosial. Pembuatan kebijakan yang mencerminkan keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan antar anggota organisasi.

4. Ekspresi Diri yang Berimbang
Pemimpin dengan perilaku estetis juga cenderung menjaga ekspresi dirinya agar sesuai dengan norma sosial dan estetika yang diharapkan. Misalnya, pemimpin yang selalu berbicara dengan nada yang sopan, memiliki sikap tubuh yang anggun, dan menampilkan emosi yang seimbang dalam setiap situasi.

5. Pengaruh Estetis pada Budaya Organisasi
Pemimpin estetika tidak hanya mempengaruhi lingkungan fisik, tetapi juga bagaimana budaya organisasi terbentuk. Hal ini bisa dilihat dari: Cara pemimpin memperkenalkan nilai-nilai keindahan dalam tim, seperti kerja sama yang harmonis atau cara mengapresiasi keberhasilan melalui perayaan yang kreatif. Mendorong karyawan untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam pekerjaan.

Secara keseluruhan, perilaku pemimpin dalam ranah estetika diukur dari seberapa baik mereka dapat menciptakan, menghargai, dan memelihara keindahan dan harmoni, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial, yang pada pasangannya dapat meningkatkan semangat kerja, produktivitas, dan kesejahteraan dalam organisasi.

Oleh karena itu tingkat manapun seorang pemimpin, apalagi jika itu mencakup kewilayahan atau daerah; seorang pemimpin segembira apapun tidak bisa seenaknya jingkrak-jingkrak.

Sebaliknya sesedih apapun perasaau njir ini nnnya tidak lalu dengan leluasa menangis sedusedan di muka khalayak bagai anak kecil meminta permen pada ibunya.

Apalagi jika status dirinya baru Bakal Calon; maka apapun perilakunya akan mendapatkan penilaian bagi calon pemilihnya.  Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Kehilangan yang Hilang

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu mendapat caption dari seorang Guru Besar Senior yang sekaligus teman lama berorganisasi jaman mahasiswa di tahun 70-an; dan sama-sama merasakan tekanan masifnya Orde Baru pada zamannya kepada kami mahasiswa. Beliau merasakan hal yang sama dengan penulis, walaupun diungkapkan dengan bahasa “sandi”; yaitu ada sesuatu yang hilang dari yang pernah kami perjuangkan dulu. Kehilangan itu bukan berupa benda, bukan pula ide, bukan pula harapan; jauh dari itu semua, yaitu sesuatu yang kita cita-citakan bersama, dan pernah terwujud, justru sekarang hilang berganti rupa.

Makna filosofis dari “kehilangan yang hilang” bisa diuraikan melalui berbagai perspektif. Salah satu pendekatan adalah dengan mengaitkannya dengan pengalaman eksistensial manusia, dimana “kehilangan” seringkali dihubungkan dengan kesadaran bahwa sesuatu yang pernah kita miliki, alami, atau harapkan kini tak lagi ada.
Oleh karena itu dalam konteks ini, kehilangan yang hilang bisa bermakna lebih dalam—tidak hanya mengacu pada hilangnya sesuatu yang nyata, tetapi juga pada kehilangan perasaan atau ingatan akan hal itu. Artinya, ada saat di mana kita tidak hanya kehilangan sesuatu, tetapi kita juga kehilangan rasa atas kehilangan itu sendiri. Ini bisa berhubungan dengan pemikiran bahwa hal-hal yang dulu sangat penting pada akhirnya memudar, baik dari kehidupan nyata maupun dari kesadaran kita.

Secara filosofis, ini bisa diartikan sebagai suatu bentuk transendensi atau pembebasan. Seiring waktu, manusia mungkin mengalami perubahan dalam cara mereka memandang kehilangan, sehingga mereka tidak lagi terbebani oleh hal yang telah hilang. Kehilangan yang hilang ini bisa menjadi simbol dari bagaimana waktu, pengalaman, dan refleksi mengubah makna dari apa yang dulunya dianggap penting atau menyakitkan.

“Kehilangan yang hilang” bisa menjadi konsep yang menarik jika dilihat dari berbagai perspektif. Dalam bahasa yang sederhana, kehilangan adalah sesuatu yang pernah dimiliki, tetapi tidak ada lagi, baik itu benda, orang, atau perasaan. Namun, bagaimana dengan kehilangan dari sudut pandang yang lebih abstrak, emosional, atau bahkan spiritual? Berikut adalah beberapa perspektif tentang kehilangan:

Pertama, Perspektif Emosional. Kehilangan sering kali membawa kesedihan, rasa hampa, atau ketidakpastian. Namun, ketika “kehilangan yang hilang” dibicarakan, itu bisa mengacu pada perasaan atau hal yang seharusnya hilang tetapi tidak dirasakan lagi karena sudah tertutup oleh pengalaman lain. Misalnya, ketika seseorang pernah merasa sangat sedih karena kehilangan, tetapi perasaan itu hilang seiring berjalannya waktu atau karena penyembuhan emosional.

Kedua, Perspektif Filsafat Eksistensial. Dalam konteks ini, “kehilangan yang hilang” dapat berbicara tentang ketidakhadiran makna atau tujuan dalam hidup. Kehilangan sesuatu yang mendasar (misalnya, jati diri atau makna hidup) bisa membuat seseorang merasa terjebak, tetapi terkadang, rasa kehilangan itu sendiri bisa hilang seiring berjalannya waktu. Kehilangan itu mungkin tersamarkan oleh kebiasaan hidup atau adaptasi.

Ketiga, Perspektif Waktu. Kehilangan sering kali dipahami dalam konteks waktu: sesuatu yang hilang di masa lalu. Namun, dari perspektif lain, kehilangan bisa menjadi sesuatu yang “hilang” di masa depan atau yang belum terjadi. Misalnya, seseorang bisa merasakan “kehilangan potensi” atau “kesempatan yang hilang” yang belum sempat terjadi karena pilihan atau keadaan hidup yang membatasi.

Keempat, Perspektif Relasi. Dalam hubungan interpersonal, kehilangan bisa terjadi baik secara fisik maupun emosional. “Kehilangan yang hilang” bisa berarti seseorang yang hilang dari hidup kita, tetapi kita juga “kehilangan” rasa kehilangan itu sendiri ketika kita beradaptasi, melanjutkan hidup, atau menemukan hubungan baru.

Kelima, Perspektif Spiritual. Dalam konteks spiritual, kehilangan bisa dilihat sebagai bagian dari perjalanan menuju kedewasaan atau pencerahan. Kehilangan mungkin dianggap bukan sebagai sesuatu yang harus ditangisi, tetapi sebagai peluang untuk menemukan sesuatu yang lebih dalam. Ketika seseorang kehilangan sesuatu, mereka mungkin sebenarnya sedang menemukan sisi lain dari diri mereka yang sebelumnya tersembunyi.

Manakala kita jumpai mereka yang kehilangan perspektif tentang masa depannya, karena berbagai faktor penyebab tentunya; maka yang bersangkutan akan terjebak dalam rtinitas semu. Apa yang dikerjakan hanya melihat hari ini, paling jauh besok; tetapi tidak untuk masa depan, terutama lembaganya. Gedung tampak penuh terisi oleh kerja rutinitas; tetapi semua bagai robot , karena tidak memiliki maruwah. Mereka hanya melakukan “datang, kerja, pulang, akhir bulan gajian”. Jika kondisi seperti ini terjadi dilembaga yang seharusnya memikirkan negeri ini kedepan agar lebih baik; maka sudah dapat diduga hasilnya bagai pepesan kosong belaka. Inilah yang tampaknya merisaukan sahabat lama dalam melihat lembaganya dari jauh yang dulu digawanginya. Setiap waktu ada orangnya, setiap orang ada waktunya; adalah kata bijak untuk berdamai dengan diri sendiri ditengah kerisauan akan apa yang dulu pernah diperjuangkan. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Sebelum Berkendara ke Kampus, Ini yang Harus Mahasiswa Siapkan

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Keselamatan berkendara menjadi hal utama yang harus diperhatikan mahasiswa terutama mahasiswa Universitas Malahayati dalam perjalanan menuju kampus.

Agar perjalanan lebih aman dan nyaman, beberapa persiapan penting sebaiknya dilakukan sebelum berangkat kuliah. Berikut beberapa hal yang perlu dipersiapkan mahasiswa:

  1. Memeriksa Kondisi Kendaraan

Sebelum memulai perjalanan, pastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima. Periksa tekanan ban, kondisi rem, bahan bakar, serta lampu kendaraan. “Memastikan kendaraan dalam kondisi baik dapat mengurangi risiko kecelakaan di jalan,” ujar Budi, salah satu mahasiswa Universitas Malahayati yang setiap hari berkendara ke kampus.

  1. Menggunakan Perlengkapan Keselamatan

Helm berstandar SNI bagi pengendara motor dan sabuk pengaman bagi pengemudi mobil adalah perlengkapan wajib. Hal ini tidak hanya untuk memenuhi aturan lalu lintas, tetapi juga untuk melindungi diri dari cedera fatal. “Jangan lupa selalu memakai helm meskipun jaraknya dekat, karena keselamatan tetap nomor satu,” kata Indah, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat.

  1. Mematuhi Aturan Lalu Lintas

Mahasiswa juga diingatkan untuk selalu patuh terhadap aturan lalu lintas, seperti lampu lalu lintas, marka jalan, dan batas kecepatan. Berkendara dengan tertib dan tidak ugal-ugalan akan membantu menjaga keselamatan diri dan pengguna jalan lain.

  1. Mempersiapkan Rute dan Waktu Tempuh

Perencanaan rute yang baik dan memperhitungkan waktu tempuh menjadi kunci agar tidak terburu-buru. Berangkat lebih awal bisa mengurangi tekanan dan risiko mengemudi dalam keadaan tergesa-gesa. “Saya biasanya berangkat 30 menit lebih awal untuk menghindari macet dan memastikan sampai di kampus dengan aman,” ujar Andi, mahasiswa Fakultas Teknik.

  1. Hindari Penggunaan Ponsel Saat Berkendara

Penggunaan ponsel saat berkendara sangat berbahaya. Mahasiswa diimbau untuk tidak mengoperasikan ponsel selama perjalanan. Jika harus menggunakan ponsel, pastikan untuk berhenti sejenak di tempat yang aman.

  1. Jaga Konsentrasi dan Fokus di Jalan

Kondisi jalan yang beragam menuntut mahasiswa untuk selalu fokus saat berkendara. Menjaga konsentrasi penuh di jalan sangat penting untuk mengantisipasi situasi tak terduga, seperti kemacetan, pejalan kaki, dan kendaraan lain.

Dengan mempersiapkan segala hal tersebut, mahasiswa diharapkan dapat menjaga keselamatan mereka selama perjalanan ke kampus.

“Keselamatan bukan hanya tentang perlengkapan, tapi juga tentang perilaku. Selalu patuhi aturan lalu lintas dan hargai sesama pengguna jalan.”

Sebanyak 40 Dosen Universitas Malahayati Ikuti Pelatihan Auditor Internal

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sebanyak 40 dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung mengikuti pelatihan auditor internal di ruang rapat rektorat, Selasa, 15 Oktober 2025. Pelatihan ini diadakan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dosen dalam melaksanakan audit mutu internal, yang merupakan bagian penting dalam menjaga standar mutu universitas.

Saat membuka acara, Wakil Rektor I Universitas Malahayati, Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., NS., M.Kes., mengapresiasi kerja keras panitia yang telah menyiapkan kegiatan ini. “Terima kasih yang luar biasa kepada panitia, terutama kepada tim dari LPPM dan LPMI yang sudah bekerja keras untuk mewujudkan kegiatan ini. Saya sangat bangga karena cita-cita yang sudah lama direncanakan akhirnya bisa terwujud,” ujar Dessy.

Menurut Dr. Dessy, pelatihan ini sangat penting untuk memastikan mutu kampus terus terjaga. “Proses stabilisasi mutu selalu terkait dengan audit. Auditor akan terus menanyakan hasil audit dan tindak lanjutnya saat akreditasi. Oleh karena itu, saya sangat menyambut baik kegiatan ini dan berharap seluruh peserta dapat mengikuti dengan serius,” tambah Dessy.

Pelatihan ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu teori dan praktik. Setelah sesi teori pada hari ini, para peserta akan melakukan latihan praktik audit di program studi masing-masing. Acara ini dihadiri narasumber Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung Prof. Erna Listyaningsih, SE, M.Si., Ph.D.

“Besok para peserta akan langsung melakukan praktik audit, dan dalam dua hari ke depan, laporan audit harus sudah diserahkan. Setelah itu, sertifikat auditor akan diberikan dan bisa diunggah ke dalam sister dosen,” jelasnya.

Wakil Ketua LPPM Universitas Malahayati  yang juga Ketua pelaksana Dr. M. Arifki Zainaro, Ns., M.Kep, dalam laporannya menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan keterampilan yang diperlukan dalam mengawasi proses, sistem, dan hasil kerja di lingkungan universitas.

“Audit internal memiliki peran strategis, karena melalui audit inilah kita bisa memastikan bahwa semua yang kita kerjakan sesuai dengan pedoman dan standar yang berlaku. Harapannya, dari audit ini akan ada perbaikan, peningkatan, dan inovasi baru yang dapat memajukan Universitas Malahayati,” ujar Arifki.

Ia juga menambahkan bahwa para peserta pelatihan ini nantinya akan bertugas sebagai auditor di program studi dan fakultas masing-masing. “Pelatihan hari ini adalah langkah awal, di mana ke depannya para peserta akan langsung melakukan praktik audit mutu internal di unit kerja masing-masing,” jelasnya. (*)

 

Editor : Asyihin

 

Katalog Buku Perekonomian Indonesia Landasan, Perkembangan dan Kebijakan

 

Judul buku : Katalog Buku Perekonomian Indonesia Landasan, Perkembangan dan Kebijakan

Penerbit : Universitas Malahayati

Penulis :1. Apip Alansori

2. Rahyono

3.  Masayu Aisyah

4. Tika Pebrianti

Sinopsis:

Perkembangan Perekonomian Indonesia dari masa ke masa selalu mengalam perubahan dengan sisi multidimensionalnya terjelas dengan baik di buku ini. Buku ini memiliki bab-bab yang disusun secara sistematis dengan harapan agar buku ini dapat menjadi rujukan serta dapat membantu para mahasiswa dalam pengambilan keputusan di bidang ekonomi.

Penjelasan dalam buku ini bersifat sangat mudah dipahami, tentunya semua ini bertujuan agar para pembaca dapat memahami setiap kondisi persoalan pereonomian Indonesia secara lebih realistis. Tidak ada suatu kerugian jika buku ini memiliki nilai tambah sebagai penguat referensi bagi pengambil keputusan, khususnya para pembuat kebijakan ekonomi.

Mahasiswa Universitas Malahayati, Syifa Safhira Raih Juara 3 Bidang Biologi Ajang Olimpiade Sains Tingkat Nasiona 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Syifa Safhira (23140092) Mahasiswa Prodi S1 Teknik Lingkungan Universitas Malahayati yang telah berhasil Meraih Juara 3 Bidang Biologi pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang bertajuk Ajang Kompetisi Sains Indonesia (AKSI) 2024. Lomba ini berlangsung di Yogyakarta, 27 Agustus 2024.

Lomba Bidang Biologi pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang bertajuk Ajang Kompetisi Sains Indonesia (AKSI) 2024 yang diadakan oleh Puskanas.id adalah sebuah kompetisi yang bertujuan untuk menggali dan mengembangkan minat serta bakat siswa dalam bidang biologi. Acara ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk menguji pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman mereka mengenai berbagai konsep biologi.

Kompetisi ini biasanya meliputi berbagai jenis soal, mulai dari teori dasar biologi, ekosistem, genetika, hingga bioteknologi, dan dapat melibatkan tes tertulis maupun praktik. AKSI 2024 bertujuan untuk menciptakan atmosfer kompetitif yang positif dan memotivasi peserta untuk lebih mendalami ilmu sains, khususnya biologi.

Syifa mengucapkan rasa syukur dan bangga dengan hasil yang diperoleh. “Saya sangat bersyukur telah memenangkan lomba ini, dan ucapan yang sebesar-besarnya untuk orang tua dan kampus tercinta Universitas Malahayati”.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, dengan mengikuti lomba ini menambahkan pengalaman untuknya. Disini saya memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman sebidang, mendapatkan pengalaman berharga, serta berpotensi mendapatkan penghargaan atau pengakuan atas prestasi mereka di tingkat nasional.

Syifa juga berkomitmen untuk dirinya agar lebih giat lagi dalam belajar dan memotivasi dirinya untuk terus meraih kemenangan pada lomba-lomba selanjutnya. “Saya akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik, serta membuat bangga kedua orang tua dan Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

Rumah Kedua Kita

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Udara siang itu cukup panas menerpa lantai lima tempat berkantor sehari-hari, ditambah lagi mesin pendingin diruangan terganggu; maka sempurnalah kegerahan itu. Terpaksa demi menjaga stabilitas pekerjaan, maka hari itu mengungsi keruangan lain yang memiliki pendingin ruang lebih baik.

Namun semua itu tidak menghalangi untuk berkontemplasi diri merenungkan hasil pembicaraan pagi tadi. Saat sebelum jam kerja tiba, kami semua para wadyabala sudah hadir di gedung megah ini. Satu diantara mereka nyeletuk bahwa ada suasana kebatinan yang beberapa waktu lalu hilang, kini hadir kembali, yaitu kalimat yang bergaung “jadikan rumah kedua kita tempat bekerja ini”.

Jujur, penulis memang dimana mana bekerja selalu menganggap bahwa tempat bekerja itu diposisikan sebagai rumah kedua. Sebab secara kurun waktu lama di tempat kerja dengan di rumah perbandingannya lebih lama di tempat kerja. Di rumah efektif hanya tiga jam perhari, kecuali hari libur, sementara di tempat kerja delapan jam produktif perhari.

Penasaran dengan “aura magis” yang menyelimuti diksi itu, maka dicarilah tahu makna hakiki dari pernyataan tadi.

Ternyata dalam jelajah digital ditemukan informasi jika diringkas akan bermakna secara filosofi “jadikanlah tempat ini rumah kedua kita” menekankan pentingnya menciptakan hubungan yang erat, rasa kepemilikan, dan kenyamanan di tempat tersebut, entah itu di kantor, sekolah, atau komunitas lain. Beberapa poin yang terkandung dalam filosofi ini adalah:

Pertama, Kenyamanan dan Keterbukaan: Tempat tersebut diharapkan menjadi ruang di mana orang merasa aman, nyaman, dan bebas mengekspresikan diri. Seperti rumah, tempat itu menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

Kedua, Rasa Memiliki dan Tanggung Jawab: Menganggap tempat itu sebagai “rumah kedua” mendorong seseorang untuk lebih peduli, merasa memiliki, dan bertanggung jawab dalam menjaga serta merawat lingkungan tersebut, baik dari segi fisik maupun hubungan interpersonal.

Ketiga, Kebersamaan dan Dukungan: Filosofi ini menekankan pentingnya membangun rasa kebersamaan. Sama seperti di rumah, tempat tersebut harus menjadi ruang di mana orang dapat mendukung satu sama lain, baik secara emosional maupun profesional.

Keempat, Kehangatan dan Keterlibatan Emosional: Tempat yang dianggap sebagai “rumah kedua” mendorong rasa kebersamaan, kehangatan, dan keterlibatan emosional. Ini mengarah pada hubungan yang lebih erat dengan rekan-rekan di tempat tersebut, menciptakan iklim yang positif.

Kelima. Ruang untuk Pertumbuhan dan Kesejahteraan: Di “rumah kedua,” seseorang tidak hanya bekerja atau belajar, tetapi juga berkembang. Filosofi ini mendorong untuk menjadikan tempat itu sebagai ruang yang mendukung kesejahteraan mental, fisik, dan emosional.

Jika syarat-syarat ini terpenuhi, maka kita akan lebih mudah menganggap tempat kerja sebagai rumah kedua di mana kita dapat tumbuh, bekerja dengan nyaman, dan merasa dihargai. Konsep filosofi tadi akan menjadi lebih baik lagi jika semua unsur yang ada didalamnya atau yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, memahami akan visi dan misi kelembagaan. Karena jika keduanya terimplementasi secara baik sebagai pemandu berperilaku dalam organisasi, maka Insya Allah apa yang menjadi tujuan dari lembaga tadi akan tercapai.

Persoalannya adalah, seberapa paham kita akan misi dan visi yang ada pada lembaga tempat kita bekerja. Banyak penelitian menyebutkan bahwa tidak begitu banyak orang paham dengan ini semua, bahkan tingkat pendidikan tidak menjamin pemahaman kita akan hal tersebut.

Mengerikan lagi jika calon pemimpin yang diperoleh dari pemilihan langsung-pun tidak memiliki visi dan misi; yang penting menang dulu lain-lainnya urusan nanti. Jika ini yang terjadi akan lebih banyak proyek mangkrak di masa depan; tinggal rakyat yang sengsara sepanjang masa. Ruang kantornya bukan menjadi rumah keduanya akan tetapi tempat berpikir untuk mendapatkan modal pemilihan dirinya agar segera kembali.

Menyadari kondisi seperti ini, dapat dipahami jika ada pemikiran untuk jabatan Gubernur sebaiknya ditunjuk oleh Presiden, sebab Gubernur adalah perpanjangtangan dari presiden dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah pusat sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat yang telah memilihnya melalui pemilihan langsung. Sementara Bupati/Walikota dapat dipilih oleh rakyat secara langsung karena langsung berhadapan dengan hajat hidup mereka.

Tentu saja pemikiran itu masih sangat prematur, perlu ada kajian mendalam dan menyeluruh oleh para ahlinya. Namun paling tidak berpikir “out of the box” seperti itu sah-sah saja dalam rangka menemukenali persoalan, terutama untuk diperdebatkan secara filosofis akademik guna menemukan kesahihan suatu konsep. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati, Ria Astuti Raih Juara 3 Terkreatif Cerita Cerpen Lomba Kesenian Tingkat Nasional 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Ria Astuti (236101370) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Hukum Universitas Malahayati yang Berhasil mendapatkan Juara 3 Terkreatif Cerita Cerpen Kategori Mahasiswa/Umum Pada Perlombaan Kesenian Tingkat Nasional. Pelombaan ini mengangkat tema kemerdekaan yang diselenggarakan oleh Pantara Creative Event Organizer, 5-20 agustus 2024.

Pelombaan Terkreatif Cerita Cerpen Kategori Mahasiswa/Umum yang diselenggarakan oleh Pantara Creative Event Organizer adalah sebuah kompetisi menulis cerpen yang ditujukan untuk mahasiswa dan masyarakat umum. Acara ini berlangsung dari 5 hingga 20 Agustus 2024.

Tujuan dari lomba ini adalah untuk mendorong kreativitas dalam menulis dan memberikan platform bagi para penulis untuk mengekspresikan ide-ide mereka melalui cerita pendek. Peserta diharapkan menghasilkan karya yang orisinal, menarik, dan memiliki nilai estetika serta pesan yang kuat.

Selain itu pula Ria Astuti Juga berhasil Meraih beberapa Medali diantaranya:
1. Medali Perunggu Olimpiade Sains Bidang Sejarah
2. Medali Perak Olimpiade Sains Bidang Kimia
3. Medali Perunggu Olimpiade Sains Bidang Bahasa Inggris
4. Medali Perunggu Olimpiade Sains Bidang Ekonomi pada Festival Olimpiade Sains Nasional (FOSNAS) di Sumatera Utara, 3 September 2024.

Ria mengucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan yang ia peroleh ini. “Saya merasa sangat bersyukur dan bangga atas pencapaian ini, perjuangan ini akhirnya terbayar lunas”.

Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada Universitas Malahayati yang telah menyuportnya dalam perlombaan ini. Ria berharap kedepannya ia dapat kembali mengharumkan nama Universitas Malahahati diajang nasional dan internasional. (gil)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati, Afina Rhamadani Raih Medali Perak Bidang Matematika Ajang OSSN 2024

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Afina Rhamadani (23140005) Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Lingkungan Universitas Malahayati  yang Berhasil Meraih Medali Perak Bidang Matematika pada ajang Olimpiade Sains Tingkat Nasional. Ajang ini bertajuk Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN) 2024 yang diselenggarakan di Yogyakarta, 2 Juli 2024.

Olimpiade Sains Siswa Nasional (OSSN) 2024 bidang matematika di Yogyakarta merupakan kompetisi yang diadakan untuk menilai dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang matematika. Acara ini biasanya diikuti oleh siswa-siswa dari berbagai daerah di Indonesia yang telah melalui seleksi sebelumnya.

Tanggal 2 Juli 2024 menjadi momen penting bagi para peserta untuk menunjukkan kemampuan dan potensi mereka. Peserta akan menghadapi soal-soal yang menantang, yang dirancang untuk menguji penalaran dan kreativitas matematika mereka.

Afina ucapkan rasa syukur dan bangga atas raihan ini. “Puji syukur serta ucapan terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu mendukung saya dalam hal pendidikan baik dalam akademik maupun non akademik”.

Olimpiade ini adalah lomba yang membantu saya dalam mengukur kemampuan saya dalam bidang matematika. “Medali perak ini merupakan medali pertama selama saya menjadi mahasiswa Universitas Malahayati,” ucapnya.

Afini berharap untuk kedepannya, dirinya dapat diberi kesempatan lagi untuk mengikuti perlombaan atau event lainnya. Hal ini diperlukan agar dirinya dapat mengasah kemampuan dan soft skill dalam berkompetisi, serta dapat menginsipirasi banyak orang untuk berprestasi.

Tak lupa, ia mengucapkan terimakasih kepada Universitas Malahayati yang telah mendukung penuh. “Semoga semakin banyak teman-teman mahasiswa yang mengikuti lomba seperti ini, agar kita semua dapat mengharumkan nama Universitas Malahayati,” tandasnya. (gil)

Editor: Gilang Agusman