Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Dinukil dari beberapa sumber, serita wayang purwa dengan lakon “Kangsa Adu Jago” sangat terkenal pada komunitas penggemar wayang, utamanya wayang kulit dan wayang orang. Adapun ringkas ceritanya sebagai berikut: Prabu Basudewa adalah seorang raja yang berkuasa di negeri Mandura. Dalam menjalankan pemerintahan, dia dibantu oleh dua orang adiknya, yakni Ugrasena dan Rukma.
Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Kangsa. Anak laki-lakinya inilah yang kelak akan membawa bencana bagi Basudewa. Kangsa ini sejak awal memang sudah bermasalah. Sejatinya, dia bukanlah anak kandung dari Basudewa. Dulu ketika Basudewa sedang pergi, ada seorang raja bernama Prabu Gorawangsa yang datang ke Istana Mandura dengan menyamar sebagai Basudewa. Dia kemudian menemui istri Basudewa yang bernama Dewi Maerah. Terjadilah sesuatu yang tidak dikehendaki. Akibatnya, lahirlah si Kangsa.
Setelah dewasa, Kangsa menjadi adipati di wilayah Sengkapura. Namun, tingkah laku Kangsa ini tidak baik. Sementara itu, Basudewa memiliki putra-putri dari istrinya yang lain. Kakrasana adalah seorang pemuda berkulit bule. Sementara itu, Narayana seorang pemuda cerdas dan sakti yang berkulit hitam, dan Sembadra adalah seorang gadis hitam manis. Mereka dididik di padepokan Widara kandang oleh Demang Sagopa.
Setelah dewasa, Kangsa memiliki nafsu untuk menguasai kerajaan Mandura. Dia tahu bahwa Prabu Basudewa memiliki anak lain sehingga timbullah pikiran jahatnya, dia ingin merebut kekuasaan dan membunuh Kakrasana dan Narayana.
Suatu hari, dia datang ke Istana Basudewa. Dia mengusulkan rencana adu jago alias pertandingan kesaktian. Sebenarnya, tujuannya adalah untuk menemukan dan membunuh Kakrasana dan Narayana. Prabu Basudewa terpaksa menyetujui permintaan Kangsa. Namun, dia juga mengirim utusan kepada Pandawa Lima untuk meminta bantuan. Maka disetujui Bima akan maju sebagai jago mewakili Mandura. Adik sang Bima, yakni Arjuna, lalu mandampingi. Tidak lupa dia membawa panah saktinya yang bernama Pasopati dan keris Pulanggeni. Jadilah perang itu dan Kangsa mati ditangan Bima sebagai Jago nya Basudewa.
Ada yang esensial dari cerita itu. Ialah bahwa ternyata kekuasaan itu selalu harus diperebutkan dengan melalui “pertarungan”. Apa pun bentuk pertarungannya, itu kebudayaan yang memprosesnya. Semula harus dengan kekuatan otot, termasuk dengan cara-cara gladiator. Siapa yang kuat itu yang menang. Seiring perjalanan waktu dan berprosesnya kehidupan melalui yang panjang dan itu adalah budaya, maka tumbuh kembang sistem, salah satu dari sistem itu dengan sistem electoral. Tentu saja ini terus berevolusi dari waktu kewaktu, termasuk di negeri ini.
Gelanggang adu jago model Kangsa di atas, berubah menjadi debat antarkandidat. Segala kemampuan strategi dan taktik, yang semula berkaitan dengan adu fisik, berubah menjadi adu gagasan antarpetarung. Semua ditonton oleh banyak orang. Jika dulu harus datang langsung mengelilingi gelanggang, sekarang bisa sambil santai di rumah minum kopi, menikmati piranti gaget dan langsung berkomentar terhadap yang dilihat.
Jika dulu yang hadir terbatas pada cakupan daerah,s sekarang bisa tanpa batas. Sejauh masih ada sinyal internet menjangkau, maka di sana bisa kita nikmati apa saj. Termasuk Kangsa Adu Jago versi modern yang sedang berlangsung di panggung politik Indonesia. Layaknya pertarungan, pasti terjadi keberpihakan dengan manisfestasi pendukung. Justru serunya pertandingan bukan ada di atas panggung, tetapi kenyinyiran penikmat dan pendukung dengan berbagai komentar.
Kebebasan ini sekarang sedang dinikmati oleh hampir seluruh warga negara negeri ini; namun layaknya suatu pertandingan apapun namanya; pasti ada kelompok tiga; pertama, kelompok pendukung, kedua, kelompok penantang, dan yang satu ini kelompok penikmat. Kelompok yang terakhir ini sekarang secara diam-diam sering mengambil keuntungan dari setiap moment. Kelompok ini orang Palembang menyebutnya “melok menang bae”; dan jargon-jargon ini sekarang bertebaran di media sosial baik menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa ibu.
Namun fenomena itu adalah hal yang biasa dalam perilaku sosial menurut ilmu dinamika kelompok’ yang terpenting berhadapan dengan situasi seperti ini, yang akan terus berulang setiap lima tahun adalah: Gunakan hak mu dengan tidak mengganggu hak orang lain, tunaikan kewajibanmu dengan tidak melanggar hak orang lain. Kita tidak perlu berkelahi karena beda dukungan, yakinlah siapa pun yang menang kita tetap harus bekerja untuk menghidupi keluarga.
Selamat menikmati pesta demokrasi. (SJ)
Ini Pesan Wakil Rektor III Universitas Malahayati pada Yudisium Prodi Ilmu Hukum
BANDAR LAMPUNG (malahayati.ac.id): Dr. Eng Rina Febrina, ST.,M.T, Wakil Rektor III Universitas Malahayati Bandar Lampung, memberikan sambutan pada acara Yudisium periode ke-8 tahun 2023 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Jumat (5/1/2024).
Dalam sambutannya, Dr. Eng Rina Febrina menyampaikan ucapan selamat kepada para mahasiswa yang akan menerima pengakuan atas kerja keras, dedikasi, dan prestasi akademik mereka.
“Perjalanan ini adalah awal dari petualangan baru, saya mengingatkan bahwa gelar yang diterima hari ini bukanlah akhir dari perjalanan kalian,” katanya.
Dr. Eng Rina Febrina juga mengapresiasi ketekunan, kecerdasan, dan semangat yang luar biasa yang ditunjukkan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan selama masa studi mereka.
“Terima kasih kepada dosen fakultas hukum atas bimbingan pengetahuan dan dukungan selama masa studi. Saya berharap bahwa gelar sarjana hukum yang diterima akan membuka pintu kesuksesan dan memberikan para sarjana kesempatan untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat melalui pengetahuan hukum,” ucapnya.
Dr. Eng Rina Febrina terus mengingatkan para lulusan untuk terus belajar dan mengasah keterampilan agar tetap relevan dan kompetitif di dunia hukum. Di akhir sambutan, Wakil Rektor III mengajak para lulusan untuk menjaga etika di manapun berada, menjunjung tinggi nama baik almamater, dan utamakan hubungan baik dengan rekan-rekan sesama lulusan. (**)
Editor: Asyihin
Al Hafidz Yudhistira Mahasiswa Prodi S1 Manajemen Universitas Malahayati Jadi Duta Inspirasi Indonesia
Bandar Lampung (malahayati.ac.id) : Mahasiswa Prodi S1 Manajemen Universitas Malahayati Bandar Lampung Al Hafidz Yudhistira terpilih menjadi Duta Inspirasi Indonesia batch II Delegasi Papua Pegunungan tahun 2023 Tingkat Nasional pada 1 Desember 2023.
Kegiatan diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Al Hafidz mengucapkan syukur, dirinya terpilih sebagai duta inspirasi pada ajang tersebut.
“Harapan saya, semoga semakin banyak anak muda dari Universitas Malahayati dapat menjadi juara serta menginspirasi bagi orang lain,” ucapnya.
Duta Inspirasi Indonesia merupakan ajang pemilihan pemuda pemudi terbaik perwakilan 38 provinsi di Indonesia yang siap menginspirasi. Program ini didukung Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI).
Editor: Asyihin
Dua Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Malahayati Raih Juara Open Tournament Begawi Taekwondo
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas Malahayati Bandar Lampung, Laura Frantina Lova dan Nurani Melinda Aditya kembali mengharumkan nama universitas dengan meraih juara pada ajang Open Tournament Begawi Taekwondo Se-Provinsi Lampung di Sport Hall UIN Raden Intan Bandar Lampung, Minggu, (3/12/2023).
Laura Frantina Lova dengan bangga meraih Juara 1 Kyourugi Putri Under 63Kg dan Nurani Melinda Aditya maraih Juara 2 Kyourugi Putri Under 46Kg. Hal ini menambah jumlah mahasiswa berprestasi di Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Nurani berharap ke depan dapat lebih meningkatkan prestasi dan tetap konsisten menekuni olahraga taekwondo serta membuat kedua orang tua bangga.
Sedangkan, Laura berharap Universitas Malahayati akan terus memberikan pembinaan kepada mahasiswa bertelanta dan memiliki banyak atlet yang berprestasi di ajang kejuaraan nasional maupun intenasional.
“Selama ini Universitas Malahayati sudah banyak membina atlet mahasiswa, semoga ke depan lebih banyak lagi atlet-atlet mahasiswa yang berprestasi,” ucapnya.
Editor: Asyihin
Generasi Z Raih Masadepan Bersama Universitas Malahayati Bandar Lampung
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Pendidikan tinggi menjadi langkah awal yang krusial bagi Generasi Z yang lahir pada 1997-2012 dalam mencapai impian dan mengubah dunia. Universitas Malahayati menjadi pilihan tepat untuk generasi yang lahir dalam era digital, yang kerap dijuluki iGen atau Generasi Internet ini.
Generasi Z merupakan generasi yang tumbuh dengan teknologi, media sosial, dan akses informasi tanpa batas. Dengan perspektif unik mereka, Universitas Malahayati berkomitmen untuk memberikan pengalaman pendidikan inovatif yang memadai bagi para mahasiswa muda ini. Fasilitas modern dan pendekatan pembelajaran yang dinamis akan membantu mereka mengembangkan potensi maksimal.
Baca juga : 12 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Fasilitas Lengkap untuk Pendidikan Optimal
Berlokasi strategis di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, kampus Universitas Malahayati menawarkan fasilitas lengkap yang mendukung perkembangan akademis, bakat, dan hobi mahasiswa. Dengan infrastruktur yang modern, mahasiswa dapat merasakan lingkungan belajar yang nyaman dan memadai.
Universitas Malahayati bangga memiliki akreditasi baik sekali, menjamin kualitas pendidikan yang luar biasa. Keunikan kampus ini terletak pada penerapan asrama, perpustakaan modern dan bernuansa kedaerahan menjadikannya satu-satunya universitas swasta yang menyediakan fasilitas asrama. Hal ini mempermudah mahasiswa dari luar daerah atau provinsi untuk tinggal di lingkungan kampus, menciptakan ikatan dan pengalaman belajar yang lebih mendalam.
Baca juga : 10 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
Universitas Malahayati memahami bahwa setiap mahasiswa memiliki potensi uniknya. Oleh karena itu, kampus ini memberikan pembinaan dan pendampingan bagi mahasiswa berbakat dan berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Mulai dari olahraga, seni budaya, hingga teknologi digital, Universitas Malahayati memastikan bahwa setiap mahasiswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya dengan dukungan penuh.
Baca juga : 6 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Manajemen Universitas Malahayati
Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari Universitas Malahayati, tempat di mana Generasi Z dapat mengasah keterampilan, membangun jaringan, dan mengejar impian mereka. Segera daftar dan rasakan pengalaman pendidikan tinggi yang memacu kreativitas dan inovasi di Universitas Malahayati, pilihan tepat bagi Generasi Z yang bersemangat mengubah dunia.
Saat ini, Universitas Malahayati memiliki mahasiswa 7000 lebih tersebar di 20 program studi dari DIII, S1, Profesi, dan S2 dan segera akan menambah S3 Ilmu Kesehatan.
Baca juga : UPT Perpustakaan Universitas Malahayati Gelar Sosialisasi Pemanfaatan Jurnal Berlangganan E-Journal Cambridge Core
Daftar Fakultas dan Prodi Universitas Malahayati
Fakultas Kedokteran
S1 Kedokteran Umum
Profesi Dokter
Fakultas Teknik
S1 Teknik Sipil
S1 Teknik Lingkungan
S1 Teknik Industri
S1 Teknik Mesin
Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Teknik Sipil Universitas Malahayati
Fakultas Ekonomi
S1 Akuntansi
S2 Akuntansi
S1 Manajemen
Baca juga: 7 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Akuntansi Universitas Malahayati
Fakultas Ilmu Kesehatan
S2 Kesehatan Masyarakat
S1 Kesehatan Masyarakat
S1 Kebidanan
S1 Farmasi
S1 Psikologi
S1 Keperawatan
DIII Anafarma
DIII Bidan
Pendidikan Profesi Bidan
Profesi Ners
Baca juga : 8 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Kebidanan Universitas Malahayati
Fakultas Hukum
S1 Hukum
Baca juga: Yuk, Jelajahi Keunggulan Universitas Malahayati Bandar Lampung
Sarana Parasarana
Baca juga : 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di Prodi Hukum Universitas Malahayati
Sarana Rekreasi dan Sarana Olahraga
Fasilitas rekreasi dan sarana olaharaga yang dimiliki oleh Universitas Malahayati antara lain:
Baca juga : 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Gabung di DIII Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati
Universitas Malahayati saat ini telah membuka penerimaah calon mahsiswa baru perioode 2024. Untuk info selengkapnya terkait Penerimaan Mahasiswa Baru, kamu bisa langsung cek disini atau instagram @pmbmalahayati atau dapat datang langsung ke kampus Universitas Malahayati Bandar Lampung
Dia Menghargai, Kita Menghormati
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Tahun, baru saja berganti; namun waktu terus melaju. Tidak ada yang bisa menghalanginya kecuali waktu itu sendiri. Menjelang senja dawai gadget berdenting penanda ada berita masuk, ternyata diseberang sana ada saudara sekandung alumni mengirim warta setelah membaca tulisan disatu media online; dan beliau ingin konfirmasi. Tampaknya harus diberi waktu dan ruang sekalipun ini baru lembaran baru di tahun baru tentang permasalah kepemahaman akan tulisan yang sering berekor bagai komet.
Ternyata yunior ini menghargai dalam banyak hal, walaupun dari disiplin ilmu yang berbeda, beliau tidak segan untuk bertanya tentang sesuatu ilmu yang bukan bidangnya. Demikian halnya dengan kofirmasi sebagai cara tabayun yang beliau lakukan. Tentu penghargaan ini wajib disambut dengan menghormatinya sebagai yunior, sekaligus sebagai ilmuwan yang sedang tumbuh, dan yang paling penting sikap ingin mengetahui dengan cara tidak menggurui.
Cara seperti ini untuk saat sekarang merupakan barang langka, sekalipun itu di dunia perguruan tinggi yang konon gudang cerdik pandai; yang ada adalah semua harus ikut disain atau patron dari yang sedang berkuasa. Perbedaan harus disikapi dengan diam, atau menghindar. Adu argument atau dialog konstruktif; itu hanya ada pada wilayah teori; bukan pada kenyataan praksis.
Metoda intimidatif dan “wani piro” menjadi andalan guna mencapai kehendak, terlepas wujud dari kehendak itu bisa berupa kekuasaan, atau apapun namanya. Sehingga garis pisah antara “orang kita” dengan “orang sana” makin kentara; dan lebih dahsyat lagi jika semua itu berujung pada pembagian kekuasaan. Akhirnya rujukan yang digunakan adalah “saham”; bisa berupa saham sosial, bisa juga saham material. Oleh karena itu “menghargai dan menghormati” bisa berubah makin tinggi harga cuan yang dialirkan, maka makin dalam pula tabik yang diberikan.
Tidak salah jika ada jurnalis yang cukup senior di daerah ini mengatakan bahwa kepemilihan tidak selalu paralel dengan misi yang akan diemban; sebab misi pemilik modal bisa mengubah misi yang diharap konstituennya. Dan, yang terpilih lebih berorientasi memperjuangan misi pemilik modal sebagai penyandang dana saat pemilihannya, dibandingkan dengan pemilihnya. Ternyata saham material bisa menggeser saham sosial dalam konstestasi politik saat ini.
Model seperti ini berlangsung dihampir semua lini kepemilihan, dengan pola sistem apapun; kondisi ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari. Bahkan di suatu daerah ada ratu gula yang bisa memainkan kartu pemilihan kepala daerah, cukup dengan tetes tebu yang dihasilkan kebunnya, tentu tidak ada makan siang yang gratis.
Ternyata menghargai dan menghormati yang semula berhubungan “baik-baik” saja menjadi tidak baik, manakala di sana hadir kepentingan individu atau kelompok yang begitu kuat. Kepentingan itu sendiri bisa bermacam-macam; ada secuil kekuasaan, segepok cuan, dan atau keduanya secara bersamaan.
Berdasarkan investigasi pada saat suatu proses pemilihan pimpinan lembaga berlangsung, ternyata tawar-menawar posisi sudah diperbincangkan saat proses kepemilihan belum berlangsung; bahkan belum mengetahui bakal menang atau kalah. Pembagian kursi yang seperti inilah berakibat membawa pimpinan suatu lembaga terhormat di daerah ini berujung tertangkap lembaga anti rasuah dan masuk penjara, bersama teman pembaginya. Walaupun menyisakan hipotesis bisa saja terjadi karena ada teman seiring yang tidak sepiring, akhirnya piringnya berubah menjadi piring terbang.
Peristiwa saling menghargai dan saling menghormati, tampaknya akhir-akhir ini makin memudar; apalagi iklim perpolitikan sedang hangat-hangat kuku seperti sekarang. Etika yang dibangun sering dilanggar hanya karena kepentingan sesaat. Kepentingan-kepentingan praksis sering dikedepankan, sementara kepentingan hakiki yang berjangka panjang sering terabaikan. Semoga negeri ini kelak dikaruniai pemimpin yang peduli akan akal sehat, dan tidak mendua dalam menegakkan kebenaran.
Salam Waras! (SJ)
Negeri Dongeng
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Syahdan disuatu negeri atas angin; bernama Negeri Dongeng: ada peristiwa yang cukup menjadikan diri untuk bertanya-tanya. Ada ibu yang sangat bersemangat mendukung salah satu paslon, kemudian beliau menghibahkan sejumlah kendaraan kepada yang didukungnya. Niat baik ini menjadi masalah karena tidak segampang itu dinegeri dongeng membagikan harta, walaupun dengan niat baik. Sekarang ibu itu pusing karena harus berhadapan dengan sejumlah palang pintu; dan bisa-bisa palang itu menimpa kepalanya. Dari yang berbaju seragam sampai yang berbaju preman, datang silih berganti dengan satu tujuan “intimidasi”.
Ada lagi ditempat yang berbeda pengusaha yang sudah bertahun-tahun sukses pada bidangnya; karena tertarik kepada satu kandidat dari suatu pemilihan; pengusaha tadi menjadi sponsor acara pada saat sang calon kampanye. Entah tidak ada hujan dan angin, selesai kampanye dan calon pulang ke tempat asalnya; pabrik pengusaha tadi dipaksa tutup karena dicari-cari kesalahannya. Dan, semua apapun mahluk di muka bumi ini pasti mempunyai kesalahan.
Dibelahan lain, ada pasutri yang karena rasa kemanusiaan mereka berdua merawat orang yang mengalami gangguan jiwa secara gratis; bahkan mereka harus merelakan rumah dan penghasilannya guna membantu mereka yang bermasalah kejiwaannya. Karena ketulusan hatinya, mereka juga merawat bayi-bayi yang dilahirkan oleh ODGJ tadi, tanpa mempersoalkan siapa bapaknya, yang penting orok yang tanpa dosa itu dapat diselamatkan. Tetapi apa yang harus beliau berdua hadapi; yaitu fitnahan yang mengarah kepada perdagangan manusia, salah satu aturan yang dilanggar “tidak lapor dan tidak punya ijin” merawat orang bermasalah kejiwaan dan orok terlantar. Tentu saja kita yang menyimak menjadi terheran-heran. Kalau logika ini dipakai, maka sebelum anda gila harus lapor dulu, agar nanti jika ada yang nolong tidak bermasalah secara hukum.
Ada yang sedang viral sekarang, adanya makan gratis di pinggiran Ibu Kota negara, dengan menghimpun donasi kemudian relawan memasak kemudian membagikan. Itupun ada yang usil mengkaitkan dengan pasangan calon; padahal kegiatan itu sudah lebih dari dua tahun lalu. Kelompok relawan ini sekarang meminta bantuan untuk sedikit tempat agar bisa melangsungkan kegiatan sosialnya. Boro-boro negara mau hadir membantu, malah ada nitizen yang mencurigainya berafiliasi dengan politik. Sama halnya ada dai kondang diminta bantuan oleh orang kaya untuk membagikan sedekah; tidak berlangsung lama fitnahpun ditembakkan bahwa beliau berafiliasi dengan calon. Padahal kerjaan Pak Dai ini memang tukang berbagi; mengapa tidak dicurigai dari jaman dulu saja, mengapa baru sekarang.
Ternyata di negeri dongeng untuk berbuat baik itu tidak mudah; niat baik yang langsung dieksekusi, tidak semua orang mau memahami, apalagi mendukung. Kecurigaan, ketidakpercayaan, sinisme, praduga negative; seolah sesuatu yang harus dikedepankan; bukan rasa syukur ada yang memulai.
Negeri dongeng tampaknya sedang asyik-masyuk dengan dongengan-nya; sehingga semua yang dianggap berseberangan itu adalah musuhnya. Lalu diambil langkah yang tampak luar santun, namun sebenarnya racun sedang ditabur. Menidakkan sesuatu dengan cara mencari-cari kesalahan, adalah metodologi pecah belah yang kini masif digunakan, sehingga negeri dongeng tampak luar dari kejauhan tidak ada riak dan gelombang. Namun sebenarnya di dalam sana sedang berkecamuk mencari celah bagaimana menghabisi lawan tanpa ampun dengan cara yang murah dan mudah.
Apakah benar kata Pujangga Ranggawarsita bahwa ini adalah bagian dari Jaman Edan itu; tampaknya bagi yang “waras” perlu selalu menjaga kewarasannya agar tidak terjebak pada pusaran “orang yang lupa bahwa dunia ini fana”.
Salam waras (SJ)
Mahasiswa Psikologi Universitas Malahayati Chetrin Devlita Adhani Sabet Juara 1 Lomba Kaligrafi Kontemporer Tingkat Nasional
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Chetrin Devlita Adhani, mahasiswa Program Studi S1 Psikologi Universitas Malahayati Bandar Lampung, berhasil meraih gelar juara 1 dalam Lomba Kaligrafi Kontemporer tingkat nasional. Lomba yang diselenggarakan oleh Karyo Organizer secara daring di Tangerang, berlangsung mulai 19 November hingga 5 Desember 2023.
Chetrin berhasil menonjolkan keahliannya dalam seni kaligrafi, sebuah bentuk seni tulis indah yang memadukan keindahan dan makna. Dengan ketelitian dan kreativitasnya, Chetrin mengukir karyanya dengan penuh dedikasi, mengantarnya menjadi yang terbaik di tingkat nasional.
“Terimakasih atas dukungan dari teman-teman, keluarga, dan pihak kampus yang telah memotivasi dan mendukung dalam mengembangkan bakat saya,” ucapnya.
Chetrin menyampaikan harapannya agar prestasinya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya, serta mendorong semangat dan tekad keseriusan dalam mengembangkan bakat dan minat demi meraih prestasi yang membanggakan, baik untuk kampus maupun dirinya sendiri.
Editor: Asyihin
Mahasiswa Manajemen Universitas Malahayati Elsa Blezinsky Jadi Finalis di Kompetisi Solo Dance Cover DMC Project
Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Elsa Blezinsky, mahasiswa Program Studi S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universitas Malahayati Bandar Lampung, menjadi finalis dalam Solo Dance Cover Competition yang diadakan di Ciplaz Mall, Jumat, 22 Desember 2023
Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh DMC Project. Komunitas DMC (Different Make Complete) adalah wadah bagi group cover dance Korea di Lampung. Grup ini sudah berdiri sejak tahun 2014 silam. Elsa, dengan keahlian dance cover dan modern dance-nya, berhasil mencuri perhatian juri dan penonton.
Elsa mengungkapkan harapannya untuk meraih juara yang lebih baik dan melanjutkan perjalanan hobinya di dunia dance cover dan modern dance. Ia berkomitmen untuk terus meningkatkan kemampuannya dan menjadi inspirasi bagi teman-temannya.
“Targetnya ke depan jadi juara, jadi akan latihan terus tingkatkan kemampuan diri,” kata Elsa.
Editor: Asyihin
Pengumuman Ketentuan UAS Ganjil TA 2023/2024, Angkatan 2017-2023
BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Halo Sahabat Unmal..Pelaksanaan UAS untuk angkatan lama (2017-2022) secara umum tanggal 02 s/d 13 Januari 2024, berikut ini terlampirkan syarat pengambilan kartu Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil TA.2023/2024.
Untuk Jadwal UAS Angkatan 2017-2022, bisa lihat disini
Jadwal UAS Ganjil 2023_2024 Universitas Malahayati
Dan untuk pelaksanaan UAS untuk angkatan 2023 (baru) secara umum tanggal 22 Januari s/d 3 Februari 2024, berikut ini terlampirkan syarat pengambilan kartu Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil TA.2023/2024. (gil/humasmalahayatinews)
Kangsa Adu Jago
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Dinukil dari beberapa sumber, serita wayang purwa dengan lakon “Kangsa Adu Jago” sangat terkenal pada komunitas penggemar wayang, utamanya wayang kulit dan wayang orang. Adapun ringkas ceritanya sebagai berikut: Prabu Basudewa adalah seorang raja yang berkuasa di negeri Mandura. Dalam menjalankan pemerintahan, dia dibantu oleh dua orang adiknya, yakni Ugrasena dan Rukma.
Dia memiliki seorang anak laki-laki bernama Kangsa. Anak laki-lakinya inilah yang kelak akan membawa bencana bagi Basudewa. Kangsa ini sejak awal memang sudah bermasalah. Sejatinya, dia bukanlah anak kandung dari Basudewa. Dulu ketika Basudewa sedang pergi, ada seorang raja bernama Prabu Gorawangsa yang datang ke Istana Mandura dengan menyamar sebagai Basudewa. Dia kemudian menemui istri Basudewa yang bernama Dewi Maerah. Terjadilah sesuatu yang tidak dikehendaki. Akibatnya, lahirlah si Kangsa.
Setelah dewasa, Kangsa menjadi adipati di wilayah Sengkapura. Namun, tingkah laku Kangsa ini tidak baik. Sementara itu, Basudewa memiliki putra-putri dari istrinya yang lain. Kakrasana adalah seorang pemuda berkulit bule. Sementara itu, Narayana seorang pemuda cerdas dan sakti yang berkulit hitam, dan Sembadra adalah seorang gadis hitam manis. Mereka dididik di padepokan Widara kandang oleh Demang Sagopa.
Setelah dewasa, Kangsa memiliki nafsu untuk menguasai kerajaan Mandura. Dia tahu bahwa Prabu Basudewa memiliki anak lain sehingga timbullah pikiran jahatnya, dia ingin merebut kekuasaan dan membunuh Kakrasana dan Narayana.
Suatu hari, dia datang ke Istana Basudewa. Dia mengusulkan rencana adu jago alias pertandingan kesaktian. Sebenarnya, tujuannya adalah untuk menemukan dan membunuh Kakrasana dan Narayana. Prabu Basudewa terpaksa menyetujui permintaan Kangsa. Namun, dia juga mengirim utusan kepada Pandawa Lima untuk meminta bantuan. Maka disetujui Bima akan maju sebagai jago mewakili Mandura. Adik sang Bima, yakni Arjuna, lalu mandampingi. Tidak lupa dia membawa panah saktinya yang bernama Pasopati dan keris Pulanggeni. Jadilah perang itu dan Kangsa mati ditangan Bima sebagai Jago nya Basudewa.
Ada yang esensial dari cerita itu. Ialah bahwa ternyata kekuasaan itu selalu harus diperebutkan dengan melalui “pertarungan”. Apa pun bentuk pertarungannya, itu kebudayaan yang memprosesnya. Semula harus dengan kekuatan otot, termasuk dengan cara-cara gladiator. Siapa yang kuat itu yang menang. Seiring perjalanan waktu dan berprosesnya kehidupan melalui yang panjang dan itu adalah budaya, maka tumbuh kembang sistem, salah satu dari sistem itu dengan sistem electoral. Tentu saja ini terus berevolusi dari waktu kewaktu, termasuk di negeri ini.
Gelanggang adu jago model Kangsa di atas, berubah menjadi debat antarkandidat. Segala kemampuan strategi dan taktik, yang semula berkaitan dengan adu fisik, berubah menjadi adu gagasan antarpetarung. Semua ditonton oleh banyak orang. Jika dulu harus datang langsung mengelilingi gelanggang, sekarang bisa sambil santai di rumah minum kopi, menikmati piranti gaget dan langsung berkomentar terhadap yang dilihat.
Jika dulu yang hadir terbatas pada cakupan daerah,s sekarang bisa tanpa batas. Sejauh masih ada sinyal internet menjangkau, maka di sana bisa kita nikmati apa saj. Termasuk Kangsa Adu Jago versi modern yang sedang berlangsung di panggung politik Indonesia. Layaknya pertarungan, pasti terjadi keberpihakan dengan manisfestasi pendukung. Justru serunya pertandingan bukan ada di atas panggung, tetapi kenyinyiran penikmat dan pendukung dengan berbagai komentar.
Kebebasan ini sekarang sedang dinikmati oleh hampir seluruh warga negara negeri ini; namun layaknya suatu pertandingan apapun namanya; pasti ada kelompok tiga; pertama, kelompok pendukung, kedua, kelompok penantang, dan yang satu ini kelompok penikmat. Kelompok yang terakhir ini sekarang secara diam-diam sering mengambil keuntungan dari setiap moment. Kelompok ini orang Palembang menyebutnya “melok menang bae”; dan jargon-jargon ini sekarang bertebaran di media sosial baik menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa ibu.
Namun fenomena itu adalah hal yang biasa dalam perilaku sosial menurut ilmu dinamika kelompok’ yang terpenting berhadapan dengan situasi seperti ini, yang akan terus berulang setiap lima tahun adalah: Gunakan hak mu dengan tidak mengganggu hak orang lain, tunaikan kewajibanmu dengan tidak melanggar hak orang lain. Kita tidak perlu berkelahi karena beda dukungan, yakinlah siapa pun yang menang kita tetap harus bekerja untuk menghidupi keluarga.
Selamat menikmati pesta demokrasi. (SJ)