Nggendong, Nggandeng, Nentheng

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Siang itu selesai sidang ujian mahasiswa pascasarjana, duduk diruangan sambil istirahat menunggu kedatangan tamu sahabat lama yang akan berkunjung. Sambil membuka medsos terlihat caption seorang ibu yang sudah sepuh menjawab pertanyaan pewarta elektronik tentang bagaimana perjuangan masa muda mengikuti perjalanan karier suami. Demi suami tercinta, beliau mendampingi suami yang bertugas di salah satu kota di Sumatera diera tahun 70 an. Fasilitas belum semewah sekarang, beliau harus menggendong dan menggandeng anak, serta menenteng koper yang berisi perlengkapan anak-anaknya.

Sebelum lebih jauh mengulas hal di atas, maka kita pahami dulu maknanya; berdasarkan telusuran digital ditemukan makana sebaai berikut: Dalam bahasa Jawa, kata-kata “nggendong,” “nggandeng,” dan “nentheng” memiliki makna yang berbeda dalam konteks kegiatan membawa atau mengangkat sesuatu: “Nggendong” berarti membawa sesuatu di punggung atau di belakang tubuh. Biasanya digunakan untuk menggambarkan tindakan membawa anak kecil atau barang dengan cara menggendongnya di punggung.

“Nggandeng” berarti menggandeng atau memegang tangan seseorang. Biasanya digunakan untuk menggambarkan tindakan memegang tangan seseorang untuk berjalan bersama atau memberikan dukungan. “Nentheng” berarti membawa sesuatu dengan cara menjinjing atau menggantungnya di tangan. Biasanya digunakan untuk menggambarkan tindakan membawa barang yang ringan atau sedang dengan tangan, seperti tas atau kantong belanja. Semua kata tersebut menggambarkan cara yang berbeda dalam membawa atau mengangkat sesuatu.

Sebenarnya ketiga diksi tersebut adalah menggambarkan pekerjaan pemimpin dalam melakonkan kehidupan. Mereka yang diberi amanah untuk memimpin pada level manapun, ketiga pekerjaan tadi harus mampu dilakukannya sendiri, tanpa berharap bantuan dari siapapun. Dalam budaya Jawa, banyak tindakan sehari-hari yang memiliki makna filosofis yang dalam. Berikut adalah makna filosofi dari “nggendong,” “ngandeng,” dan “nentheng”:

Nggendong: Filosofi nggendong menggambarkan tanggung jawab dan kasih sayang. Ketika seseorang menggendong anak, itu menunjukkan perhatian, perlindungan, dan komitmen untuk mendukung yang digendong. Dalam konteks kehidupan, nggendong bisa diartikan sebagai tanggung jawab orang tua kepada anaknya atau dukungan satu sama lain dalam keluarga. Dalam konteks pemimpin adalah, menggendong semua yang dipimpin dalam pengertian sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing. Pemimpin harus menjadi garda depan dalam hal tanggungjawab terhadap yang dipimpin.

Nggandeng: Filosofi ngandeng melambangkan kebersamaan dan persatuan. Dengan menggandeng tangan seseorang, itu menunjukkan bahwa kita berjalan bersama, mendukung, dan memberikan kekuatan satu sama lain. Nggandeng bisa diartikan sebagai persahabatan, kemitraan, dan gotong royong dalam masyarakat, di mana setiap individu saling membantu dan bekerja sama bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan.

Nentheng: Filosofi nentheng mencerminkan kemandirian dan kesiapan. Membawa sesuatu dengan cara nentheng menunjukkan bahwa kita siap untuk menghadapi tugas dan tanggung jawab. Dalam konteks kehidupan, nentheng dapat diartikan sebagai kesiapan seseorang untuk menjalani kehidupannya sendiri dengan tanggung jawab dan keberanian.

Secara keseluruhan, ketiga tindakan ini mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan, seperti kasih sayang, kebersamaan, tanggung jawab, kemandirian, dan dukungan terhadap sesama. Pertanyaan lanjut masih adakah pemimpin yang menjalan laku filsafat seperti itu ?. tentu jawabannya tidak sesederhana menjawab perkalian yang ditanyakan guru di muka kelas. Ada banyak faktor dan banyak sisi yang harus kita telaah; mengingat keterbatasan halaman media, maka tulisan ini mencoba meringkasnya dalam deskripsi padat.

Pada era generasi Z (Gen Z) seperti sekarang mereka membutuhkan kepemimpinan yang memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, disebabkan oleh perubahan dalam teknologi, nilai-nilai sosial, dan ekspektasi tempat kerja. Berdasarkan penelusuran digital dari berbagai sumber: berikut adalah beberapa karakteristik utama dari model kepemimpinan yang efektif untuk Gen Z: Pertama, Kepemimpinan yang Transparan dan Otentik: Gen Z menghargai keterbukaan dan kejujuran. Pemimpin yang transparan dalam komunikasi dan keputusan mereka akan lebih dihormati. Otentisitas juga penting; mereka menghargai pemimpin yang menunjukkan sisi manusiawi mereka, termasuk kerentanan dan kegagalan.

Kedua, Penggunaan Teknologi yang Efektif: Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi digital. Mereka beranggapan bahwa pemimpin yang memahami dan memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi dan bekerja akan lebih efektif. Pemimpin juga harus mendukung inovasi dan penggunaan alat teknologi terbaru untuk meningkatkan produktivitas.

Ketiga, Fleksibilitas dan Keseimbangan Kehidupan Kerja: Gen Z menginginkan fleksibilitas dalam pekerjaan mereka, termasuk opsi kerja jarak jauh dan jam kerja yang fleksibel. Mereka juga menghargai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, sehingga pemimpin yang mendukung kesejahteraan karyawan akan lebih dihargai oleh mereka.

Keempat, Pemberdayaan dan Pengembangan: Gen Z mencari kesempatan untuk belajar dan berkembang. Pemimpin yang menyediakan pelatihan, bimbingan, dan kesempatan untuk pengembangan karir akan lebih efektif. Mereka juga menginginkan otonomi dalam pekerjaan mereka dan lebih memilih pemimpin yang memberikan kepercayaan dan ruang untuk inovasi.

Kelima, Kolaborasi dan Inklusivitas: Gen Z menghargai kolaborasi dan kerja tim. Pemimpin yang menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung kerjasama akan lebih berhasil. Pemimpin juga harus mempromosikan keberagaman dan inklusivitas dalam tim mereka.

Keenam, Tujuan dan Nilai Sosial: Gen Z cenderung lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka lebih memilih bekerja untuk organisasi yang memiliki tujuan dan nilai yang sejalan dengan mereka. Pemimpin yang menunjukkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan akan lebih dihargai.

Dengan memahami dan menerapkan karakteristik kepemimpinan ini, pemimpin dapat lebih efektif dalam memimpin dan menginspirasi Gen Z, menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi semua pihak. Dengan kata lain filosofi  “nggendong,” “nggandeng,” dan “nentheng”, sampai saat ini masih relevan; tinggal bagaimana kita mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply